PAPER PRODUKSI BABI
Culling pada Ternak Babi yang akan dipotonng
Oleh : Kelas : E
Muhammad Yunus 200110120244
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
Babi merupakan ternak monogastrik yang memiliki kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien apabila ditunjang dengan kualitas ransum yang dikonsumsi. Babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan bersifat prolifik yang ditunjukkan dengan banyaknya anak dalam setiap kelahiran yang berkisar antara 8 -14 ekor dengan rata-rata dua kali kelahiran pertahunnya (Sihombing, 1997). Menurut Sihombing (1997), pertumbuhan babi yang digemukkan untuk tujuan daging dibagi menjadi beberapa periode yaitu periode pra sapih (pre starter), lepas sapih (starter), pertumbuhan (grower), dan finisher. Babi periode finisher adalah babi setelah melewati periode pertumbuhan, dicirikan dengan berat hidup 60-90 kg, sedangkan pertambahan bobot badan babi periode finisher adalah 701-815 gram/hari (Annison, 1987). Soeparno (1992), mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan komponen tubuh secara kumulatif mengalami pertambahan berat selama pertumbuhan sampai mencapai kedewasaan, jadi pertumbuhan mempengaruhi pula distribusi berat dan komponen-komponen tubuh ternak termasuk tulang, otot, dan lemak. Menurut Sutardi (1980), kecepatan pertumbuhan suatu ternak dipengaruhi berbagai faktor antara lain bangsa, jenis kelamin, umur, makanan, dan kondisi lingkungan.
Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging. Berdasarkan permintaan konsumen, sampai saat ini babi tipe lemak menjadi tidak populer lagi. Masyarakat mulai mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging, oleh sebab itu peternak mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging (meat type).
atau pork type) dan tipe sedang (bacon type). Bangsa babi yang ada di Indonesia umumnya cenderung kearah tipe lemak. Ciri–ciri babi tipe lemak adalah ukuran tubuh berlebihan cepat atau mudah menjadi gemuk, ukuran babi pendek dan kemampuan dalam membentuk lemak cukup tinggi. Babi yang tergolong tipe daging antara lain Hampshire, Polland China, Duroc, dan yang tergolong tipe sedang adalah Yorkshire, Tamworth dan Landrace.
Bangsa babi di Indonesia, belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu tipe yang dikehendaki oleh konsumen. Jadi tipe babi Indonesia memiliki sifat yang masih campuran, tetapi ada tendensi mengarah kepada babi tipe lemak. Babi memiliki sifat prolifik, yakni banyak anak dalam satu kali kelahiran. Jumlah anak yang dilahirkan berkisar antara 8- 14 ekor dalam satu kelahiran dengan rata–rata 2 kali kelahiran per tahun. sangat menentukan kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan.
Bali sejak dulu, namun sistem pemeliharaannya yang perlu dibenahi ke sistem yang intensif dan lebih produktif.
Babi afkiran merupakan jenis indukan yang sudah tidak aktif lagi berproduksi, sehingga itu membuat peternak harus melempar ke pasaran dan memulai dengan indukan baru. Umumnya babi afkiran ini rata-rata memiliki umur antara 3-5 tahun dengan bobot 200 - 250 kg per ekor. Pada pemeriksaan hewan sebagai penjaminan hewan yang sehat, memerlukan langkah-lamngkah yang runtut dan harus dilakukan. Antara lain diperlukan kemampuan atau kompetensi yang memadai agar dapat melakukan langkah-langkah dengan memahami alasan dengan baik. Penjaminan hewan sehat sangat penting karena secara tidak langsung atau secara langsung akan menghambat transmisi penyakit. Terlebih sekarang banyak penyakit hewan yang terdeteksi dapat menular pada manusia atau sebaliknya.Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan pemeriksaan ante mortum dan post mortum.
Pemilihan Bibit
a) Syarat-syarat babi bibit : - sehat, lincah, aktif bergerak
- tidak cacat, moncong cukup panjang, dan bulu halus - tubuh harmonis, badan cukup panjang
- betina pilih yang memiliki putting susu 12-14 buah dengan jarak yang sama - keturunan dari induk banyak anak - bila jantan pilih yang memiliki buah pelir sama besar
- tidak cacat dengan bulu halus dan mengkilat - badannya cukup panjang - nafsu makan baik
Pengafkiran pada babi yang layak untuk di potong biasanya bervariasi di pasaran tergantung permintaan pasar. Babi yang dipotong biasanya dalam fase finisher atau akhir. Babi periode finisher dicirikan dengan berat hidup 60-90 kg. Babi yang sudah mencapai bobot 90 kg sudah dapat dipotong Menurut NRC (1998), kebutuhan zat makanan babi periode finisher dengan bobot badan 50-80 kg adalah energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 15,5%, dan konsumsi ransum 2575 g/e/h. Perlakuan babi finisher di farm yang diperhatikan adalah kandang, pakan, dan perawatan yaitu babi dimandikan. Peternak menjual ternak pada umur 6 bulan dengan bobot rata-rata 91 kg. Peternak menjual ternaknya berdasarkan bobot badan babi dengan harga per kilogram bobot badan 24.000 rupiah. Berdasarkan taksiran harga per ekornya maka 1 ekor babi dihargai sebesar 2.184.000 rupiah. Sistem penjualan babi dilakukan secara langsung yaitu pembeli datang langsung ke peternakan babi. Babi-babi yang digemukkan sebagai babi potongan yang beratnya 50 – 100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka sudah melewati fase grower yang berat hidupnya 50 kg sampai dengan bisa dipotong yaitu pada waktu mencapai berat 100 kg (Blakely dan Bade, 1994).
Hasil pemotongan ternak babi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian karkas dan bagian bukan karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, sesuai dengan tujuan pemotongan ternak yaitu untuk mendapatkan daging. Ada beberapa persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik (Swatland, 1984), yaitu:
(2) ternak harus tidak mengalami stress,
(3) penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna mungkin,
(4) kerusakan karkas harus minimal, dan cara pemotongan harus (5) higienis,
(6) ekonomis,
(7) aman bagi pekerja abatoar (rumah tempat pemotongan hewan)
Ternak yang afkir atau sudah layak potong biasanya memiliki berbagai kualitas karkas yang berbeda tergantung dari pemberian pakan sewaktu babi masih dalam pemeliharaan.
Adapaun babi yang tidak layak di afkir adalah babi yang memiliki penyakit yang dapat ditularkan kepada orang yang mengkonsumsi nya ,berikut ada beberapa ciri-ciri ternak babi yang tidak layak di potong dan beberapa penyakit yang menyebabkan babi tidak layak untuk dipotong
Ciri ternak babi yang tidak layak untuk di potong : a. Ternak babi afkir yang sudah terlalu tua.
b. Ternak babi yang memiliki penyakit yang berisko c. Ternak babi yang belum cukup umur untuk di potong d. Ternak babi jantan untuk bibit
Adapun penyakit pada ternak babi yang berisko di antara nya : 1. Cholera
Penyebab : virus Gejala
- Nafsu makan hilang dan lemah, sehingga tidak mau makan, tetapi minumnya banyak.
- Terhuyung-huyung.
- Tubuh bagian bawah (sekitar perut) berwarna merah keunguan seperti Erysipelas.
- Kandang-kadang seperti kedinginan, yang menyebabkan babi berjejal-jejal atau saling berhimpitan.
Pencegahan dan pengobatan
- Vaksinasi dengan serum anti cholera babi atau rovac hog cholera. Sesudah babi umur 6 minggu, diulangi setahun sekali. Babi-babi dara atau induk sebaiknya 3 minggu sebelum dikawinkan, sedang pejantan bisa sewaktu-waktu.
2. Agalactia
Agalactia ialah kegagalan dalam memproduksi air susu. Jenis penyakit ini khusus diderita oleh babi-babi induk yang habis beranak. Penyakit ini Nampak jelas 24 jam sehabis induk itu melahirkan. Babi-babi yang menderita agalactia ini akhirnya tidak mampu mensuplai air susu kepada anak-anaknya, karena produksi air susu tak bisa keluar lagi, sebab sekresi oxytocin tidak mencukupi. Kekurangan oxytocin ini bisa diatasi dengan memberikan injeksi oxytocin dengan dosis 5 – 10 I.U. secara intramuskular.
Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah tidak selalu sama, atau dengan kata lain ada berbagai macam sebab :
kandang-kadang panas yang terlampau tinggi. Untuk mengatasi konstipasi ini, babi bisa diberikan obat peluncuran atau urus-urus dengan garam inggris.
Akibat peradangan pada usus.
Peristiwa ini mengakibatkan babi induk merasa sakit, sehingga nafsu makan berkurang, temperatur tubuh tinggi 106º F, dan dari vulva keluar cairan berwarna kuning atau kemerahan. Ambing menjadi bengkak, keras, berwarna merah, panas dan sakit. Penderita ini bisa diobati dengan penstrep. Karena adanya peradangan uterus (metritis) dan ambing (mastitis), dan mengakibatkan kegagalan kegagalan keluarnya air susu (agalactia). Maka penyakit ini juga disebut MMA kompleks. Gejala umum :
- Gejala pertama biasanya Nampak 3 hari sesudah melakukan, walaupun sering dapat terlihat sebelum anak-anaknya disapih.
- Temperatur 103 – 106º F.
- Babi tidak mau makan, air susu sedikit atau gagal sama sekali.
- Dari vagina keluar nanah berwarna keputihan atau kekuning-kuningan. - Anak babi mencret.
- Kadang-kadang tidak diketahui sampai anak babi mati kelaparan. 3. Brucellosis (Keguguran menular)
Pada babi, penyakit ini bisa kronis atau subkronis. Yang diserang alat reproduksi (uterus, ambing, testes).
Penyebab Gejala
Gejala penyakit ini sulit dilihat, di mana tidak semua penderita itu selalu mengalami abortus dan sebaliknya yang bukan brucellosis pun bisa abortus. Akan tetapi secara umum bisa dilihat tanda-tanda.
- Pada jantan atau induk bisa steril yang sifatnya bisa sementara atau permanen, kadang-kadang lumpuh pada kaki belakang, pada babi jantan ada gejala radang testes.
Pneumonia suatu penyakit yang bisa menyerang segala binatang termasuk ternak babi. Bila tanpa pengobatan, 50 – 75% akan mati.
Penyebab
- Microorganism - Virus
- Cacing paru-paru (lungworms)
Yang mempercepat berjangkitnya penyakit ini ialah akibat ternak stress, sehingga mudah infeksi yang menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut :
- Batuk-batuk, pernapasan berbunyi dan terengah-engah, pernapasah cepat dan dangkal.
- Pada penderita kaki Nampak terbuka lebar. - Konstipasi
- Nafsu makan hilang
- Temperatur tubuh tinggi, moncong dan hidung panas serta kering. - Kulit dan bulu kasar, kering.
- Pemeliharaan yang baik terutama kebersihan di dalam kandang dan sekelilingnya.
- Yang sakit ditempatkan di tempat yang bersih, dan tidak berangin.
- Makanan yang mudah dicerna, dan diberi aureomycin atau TM 10, guna mencegah infeksi pada saat stress.
Daftar pustaka
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu beternak babi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. http://yuvantalf.blogspot.com/2013/08/pemotongan-babi_1785.html
http://www.bisnisbali.com/2009/12/04/news/agrohobi/khh.html
Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.