• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERKEMBANGAN PRINSIP PERKOPERAS docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERKEMBANGAN PRINSIP PERKOPERAS docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERKEMBANGAN PRINSIP PERKOPERASIAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERKOPERASIAN DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN

KOPERASI YANG BERBASIS PELAYANAN MASYARAKAT

Rika Santina

Pascasarjana Universitas Bandar Lampung Email: rika.santinamh@gmail.com

Abstract

Somephenomena ofthe problemis a fundamental differencebetweenAct Number25 of 1992 and ActNumber 17 of2012with a viewofthe variousaspects ofthe substance of judicialand policy changes related to cooperativesso much,but the cooperative still has not shown changes and significant developments in konstribusionl again stnational economic. The main problemin this study include: a.What is the difference between Act Number25 of 1992 and Act Number 17 of 2012 concerning Cooperativesin Indonesian in terms ofsubstance, b. What are the positiveeffects of Act Number 17 of 2012 concerning Cooperatives, and what is the negative impact of Act Number 25 of 1992 concerning Cooperatives. Approach to the problems that are used in this research conducted by using the normative juridical approach and empirical. The data usedin this study secondary data obtained from library, and conducted field research with observation and interviews(interviews). Results ofthis study are: The difference between Act Number 25 of 1992 and Act Number 17 of 2012 concerning Cooperatives in Indonesiain termsof substance that coversthe principal in the definition, establishment, organization and cooperative capital. The positive impact of Act Number 17 of 2012 concerning Cooperatives Cooperatives which leads tothe development ofthe type and identity of cooperatives. This is in accordance with3 (three main base) cooperative development teffortthat is the basisof production, consumption and business baseservice business base. The legality of cooperative saslegal entitie sthrough the establishent ofa cooperative with authentic deed. The negative impactof Act Number 25 of 1992 concerning Cooperatives are weak under standing ofthe community in under standing the cooperative organization as social institution, indecisioninthe nomenclature of cooperative arrangement sandindecisionin defining criteria formembers of the cooperative. Suggestions in this study that the Governmentis expected tofostera cooperative linked to the cooperative arrangement policies in Indonesiathat carries implications fora very fundamental change. Keywords: Comparison, Substance, Cooperative.

Abstrak

(2)

mensejajarkan koperasi dengan bentuk badan hukum lainnya. Hal ini akan memperjelas kedudukan koperasi dalam hubungan transaksi dan perikatan-perikatan. b). Secara kelembagaan posisi pengawas lebih kuat dibanding posisi pengurus. Dampak positif Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yaitu Perkoperasian mengarah kepada pengembangan jenis dan identitas koperasi. Hal ini sesuai dengan 3 (tiga basis utama) pengembangan koperasi yaitu basis usaha produksi, basis usaha konsumsi dan basis usaha jasa.Kesejajaran posisi dengan bentuk badan hukum lainnya agar ada perlakuan yang sama terhadap koperasi dalam transaksi, perjanjian, perikatan bisnis dan perolehan kesempatan yang sama dalam memanfaatkan kesempatan yang disediakan oleh pemerintah, seperti melaksanakan proyek-proyek pemerintah melalui

tender dengan perlakuan yang sama. Selain itu juga mempertegas legalitas koperasi sebagai badan hukum melalui pendirian koperasi dengan akta otentik yang berorientasi pelayanan masyarakat. Sedang dampak negatif belum adanya sosialisasi yang cukup bagi masyarakat tentang perkembangan undang-undang perkoperasian.

Kata Kunci: Koperasi, Perubahan Prinsip, Pelayanan Masyarakat

Pendahuluan

Koperasi telah menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa memiliki ini dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan kesediaan anggota untuk bersama-samakoperasi menghadapi kesulitan tersebut. Saat kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat bunga yang sangat tinggi, membuat anggota tersebut tidak memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa keterkaitan dengan koperasi telah berjalan lama, telah diketahui kemampuannya melayani masyarakat, merupakan organisasi milik anggota, dan ketidakpastian dari daya tarik bunga bank. Kondisi saat ini masyarakat masih membutuhkan layanan usaha koperasi, alasan utama kebutuhkan tersebut adalah dasar pemikiranekonomi dalam konsep pendirian koperasi, seperti untuk meningkatkankekuatan penawaran, peningkatan skala usaha bersama, pengadaan pelayananyang selama ini tidak ada, serta pengembangan kegiatan lanjutan (pengolahan,pemasaran, dan sebagainya) dari kegiatan anggota. Alasan lain adalah karenaadanya peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu (yang tidak berkaitan dengan usaha anggota) atau karena memanfaatkan fasilitas yangdisediakan pihak lain (pemerintah) yang mensyaratkan kelembagaan koperasi,sebagaimana bentuk praktek pengembangan koperasi yang telah dilakukanselama ini. Koperasi menurut Mohamad Hatta merupakan salah satu lembaga wujud ideal organisasiekonomi rakyat. Dalam pelaksanaan koperasi memiliki kebijakan dan prinsip tersendiri yaitu kekeluargaan dan gotong royong sesuai dalam Pasal 33 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945. Pada hakikatnya terdapat beberapa pengaturan perundang-undangan yang mengatur koperasi di Indonesia.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965. Undang-Undang ini lebih banyak menekankan koperasi sebagai gerakan politik (onderbouw) ketimbang gerakan ekonomi. Undang-undang tersebut menempatkan koperasi sebagai abdi langsung partai politik dan mengabaikan koperasi sebagai wadah perjuangan ekonomi rakyat dan landasan azas- azas dan sendi dasar koperasi dari kemurniannya.1 Terdapat perubahan yang signifikan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Perubahan yang terpenting diantaranya mengenai definisi koperasi, keterkaitan koperasi dengan kepentingan ekonomi anggotanya, kelembagaan pengelolaan dan kesempatan koperasi untuk mengangkat pengelola dari nonanggota.Saat ini Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, diubah lagi

(3)

dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 sebagaimana akan dibahas pada penelitian ini. Beberapa fenomena permasalahan penting yang perlu dikaji sepertiperbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 di lihat berbagai aspek substansi yuridis, selain itu juga menganalisis perbedaan mendasar khususnya dalam hal permodalan dan perubahan kebijakan yang berkaitan dengan perkoperasian sedemikian banyak. Namun sistem koperasi masih belum menunjukkan perubahan dan perkembangan yang signifikan dalam konstribusinya terhadap perekonomian nasional, gagasan-gagasan yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 yang memberikan peluang bagi perkembangan koperasi belum teraplikasi dengan baik. Apalagi dikalangan bisnis malah berkembang anggapan bahwa badan koperasi identik dengan kerumitan masalah kepemilikan dan bahkan identik dengan adagium wadah maraknya korupsi.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 menggantikan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dinilai memiliki beberapa kelemahan dan mewarisi tradisi perkoperasian kolonial. Salah satu contohnya adalah semangat koperasi dihilangkan kemandiriannya dan disubordinasikan di bawah kepentingan kapitalisme maupun negara. Campur tangan pemerintah dan kepentingan pemilik modal besar sangat terbuka dalam undang-undang ini. Swasono Edi menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dinilai masih berlandaskan pada azas perseorangan yang hampir sama dengan perusahaan kapitalistik seperti Perseroan. Selain itu, pengkajian dalam hal permodalan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian memiliki perbedaan yang cukup mendasar, koperasi bisa kehilangan kemandiriannya dan anggotanya jika hanya sekadar dijadikan objek pinjaman bagi pemilik modal besar.2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 membuka peluang untuk mendirikan koperasi produksi, namun di Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 peluang ini justru ditutup sama sekali. Hal ini terlihat hanya terdapat empat koperasi yang diakui keberadaannya di Indonesia, yaitu koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa, dan koperasi simpan pinjam. Karakteristik Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian yang mempertahankan koperasi golongan fungsional dan meniadakan koperasi produksi itu jelas paradoks dengan perkembangan koperasi yang berlangsung secara internasional. Dengan tujuan dapat digunakan sebagai dasar untuk menjadikan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, justru Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 diwaspadai menjadi ancaman serius terhadap keberadaan koperasi di Indonesia. Selain itu, pada Pasal 78 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian mengatur koperasi dilarang membagikan profit apabila diperoleh dari hasil transaksi usaha dengan non-anggota, yang justru seharusnya surplus/profit sebuah koperasi sudah sewajarnya dibagikan kepada anggota.

Hal ini cukup membuktikan ketidakberpihakan pemerintah kepada rakyat kecil. Hal mana yang sudah kita ketahui bersama bahwa koperasi sangat sulit melakukan transaksi dengan nilai laba tinggi kepada anggotanya, karena justru menekan laba/profit demi memberikan kesejahteraan kepada anggotanya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis hendak melakukan kajian hukum yang berjudul: “Analisis Yuridis Perkembangan Prinsip Perkoperasian Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian di Indonesia Dalam Mewujudkan Koperasi Yang Berbasis Pelayanan Masyarakat”.

Koperasi di Indonesia pada dasarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1) koperasi adalah kumpulan orang dan bukan kumpulan modalartinya koperasi mengabdi dan mensejahterakan anggotanya, 2) semua kegiatan di dalam koperasi dilaksanakan dengan bekerja sama dan bergotong royong berdasarkan persamaan derajat, hak, dan

(4)

kewajiban anggotanya yang berarti koperasi merupakan wadah ekonomi dan social, 3) segala kegiatan di dalam koperasi didasarkan pada kesadaran para anggota, bukan atas dasar ancaman, intimidasi, atau campur tangan pihak-pihak lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan koperasi, 4) Tujuan ideal koperasi adalah untuk kepentingan bersama para anggotanya. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja lebih efisien dan mengikuti prinsip-prinsip koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi. Menurut teori pemikiran Helmberger, Hoos dan Boulding yang menganggap koperasi sebagai badan usaha sama dengan swasta, sebagai joint plant firm, sebagai badan yang berdiri sendiri. Koperasi menjalankan usaha sendiri terlepas dari usaha anggota dengan tujuan untuk memaksimalkan laba atau barang-barang kebutuhan anggotanya.Kendati demikian, sebuah koperasi tidak selalu terikat dan melayani kebutuhan bisnis anggotanya. “Tujuan strategi bersaing untuk suatu unit bisnis dalam sebuah industry adalah menemukan posisi dalam industry tersebut dimana perusahaan dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap tekanan (gaya) persaingan atau dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif. Pengetahuan tentang sumber-sumber yang mendasari tekanan persaingan ini memperlihatkan kekuatan dan kelemahan perusahaan, menghidupkan posisi, menegaskan bidang-bidang mana yang dapat menghasilkan manfaat terbesar, peluang dan ancaman..”3 Pemerintah dalam melakukan memberikan kepastian hukum terhadap lembaga koperasi menggunakan instrumen yuridis seperti peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya.Pemerintah merupakan lembaga terpenting dalam melaksanakan kontrol sosial.

Tujuan hukum adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh hukum, yakni keadilan dan kepastian hukum (perlindungan hukum). Jika kita membicarakan penegakan hukum, maka itu berarti harus membahas sistem hukum. Lawrence Meir Friedman menyatakan ada tiga unsur yang terkait dalam sistem hukum yaitu: 1) struktur (structure), 2) substansi (substance), 3) kultur hukum (legalculture). Hubungan antara tiga unsur sistem hukum itu sendiri tak berdaya, seperti pekerjaan mekanik. Struktur diibaratkan seperti mesin, substansi adalah apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana mesin itu digunakan. Dikaitkan dengan regulasi hukum di bidang perkoperasian, lembaga koperasi adalah bagian dari struktur bersama dengan organ pemerintahan.Interaksi antar komponen pengabdi hukum ini menentukan kokoh nya struktur hukum. Walau demikian, tegaknya hukum tidak hanya ditentukan oleh kokohnya struktur, tetapi juga terkait dengan kultur hukum di dalam masyarakat. Menurut Lawrence Meir Friedman menegaskan bahwa: “ hukum itu sebagai usaha pencapaian tujuan tertentu dalam hal ini hukum berperan sebagai guide, patokan pedoman dalam pelaksanaan program pemerintah dengan kata lain hukum dijadikan alat pelaksanaan keputusan, program poltik, dan hukum pun dikondisikan untuk memperlancar, bahkan mengamankan pelaksanaan pembangunan”4.

Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

3Sam’un JajaRaharja.Identifikasi Identitas Perusahaan Koperasi Studi pada Koperasi-Koperasi Primer.

Pustaka. Bandung. 2009. hlm. 28

(5)

Untuk mengetahui dan memahami serta menganalisis perkembangan prinsip

perkoperasian menurut undang-undang nomor 17 tahun 2012 tentang

perkoperasian di indonesia dalam mewujudkan koperasi yang berbasis pelayanan

masyarakat.

Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif sebagai pendekatan

utama, dan pendekatan empiris. Merujuk pada tipologi penelitian menurut

Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa studi pendekatan terhadap hukum yang

normatif terhadap hukum yang normatif mengkonsepsikan hukum sebagai norma,

kaidah, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku pada suatu waktu dan

tempat tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan Negara tertentu yang

berdaulat.

a.

Pendekatan Yuridis Normatif

Pengertian dari pendekatan yuridis normatif adalah merupakan penelitian hukum

doktrinner, dimana sering disebut juga sebagai penelitian kepustakaan atau studi

dokumen, dimana pendekatan dengan cara menelaah kaidah-kaidah dan/atau

norma-norma, aturan-aturan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan

dibahas. Maksud dari pendekatan masalah tersebut adalah untuk mengumpulkan

berbagai macam peraturan perundang-undangan, teori-teori serta literatur-literatur

yang sangat erat kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas tersebut.

Pendekatan yuridis normatif dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan

cara mempelajari terhadap hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas

hukum, konsepsi, pandangan, peraturan-peraturan hukum serta hukum yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian

5

.

b.

Pendekatan Empiris

Pengertian dari pendekatan empiris adalah dimana penulis akan terjun langsung

ke lapangan terhadap objek penelitian. Maksud dari hal ini adalah guna

mengumpulkan berbagai macam data primer yang akan diperoleh secara langsung

dari objek penelitian di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Usaha Mandiri yang

dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan narasumber yang mempunyai

hubungan erat kaitannya dengan judul dan/atau permasalahan yang akan dibahas.

Pendekatan empiris dimaksudkan untuk melakukan analisis menganalisis

perkembangan prinsip perkoperasian menurut undang-undang nomor 17 tahun

2012 tentang perkoperasian di indonesia dalam mewujudkan koperasi yang

berbasis pelayanan masyarakat.

2.

Sumber dan Jenis Data

Jenis data dapat di lihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka

6

.

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian

ini memfokuskan pada data sekunder, sedangkan data primer lebih bersifat

5Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. 1986. hlm. 8

(6)

sebagai penunjang. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada

dua jenis yaitu:

a. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan dengan

melakukan studi dokumen, arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep, doktrin dan

asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok cara mengutip dan menelaah

peraturan perundang-undangan, teori-teori dari para ahli hukum, kamus hukum,

serta artikel ilmiah. Menurut Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa data

sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara membaca,

mengutip dan menelaah peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen,

kamus, artikel dan literatur hukum lainnya yang berkenaan dengan permasalahan

yang akan dibahas.

7

Adapun data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:

1). Bahan Hukum Primer antara lain:

A)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

a)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi Nepotisme.

b)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

c)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara.

D)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan

2). Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dikemukakan para ahli

hukum, literatur-literatur, makalah-makalah, artikel ilmiah, surat.

3). Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari: Kamus

Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum (Law Dictionary),

Rangkuman Istilah dan Penegertian Dalam Hukum, Website dan lain-lain.

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian di lapangan.

Dalam rangka penelitian lapangan terutama yang menyangkut pokok bahasan

penelitian ini. Dalam hal ini data diperoleh dengan melakukan observasi dan

wawancara terhadap narasumber yang terkait dengan analisis perbandingan

yuridis terhadap Undang Nomor 25 Tahun 1992 dengan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian di Indonesia.

3.

Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

a.

Prosedur Pengumpulan Data

(7)

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan

dua cara sebagai berikut, yaitu:

1) Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis

dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca,

mencatat dan mengutip dari berbagai literatur, perundang-undangan,

buku-buku, media massa dan bahas tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan

penelitian yang dilakukan.

2) Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan

(observation) dan wawancara (interview) sebagai usaha mengumpulkan data.

a) Pengamatan (observation), yaitu pengamatan langsung terhadap objek

kajian yang sedang berlangsung untuk memperoleh keterangan dan

informasi sebagai data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti serta untuk

mengetahui relevansi antara jawaban narasumber dengan kenyataan yang

ada, melalui pengamatan langsung yang erat kaitannya dengan objek

penelitian.

b) Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data melalui proses

tanya jawab langsung dengan narasumber dengan peneliti yang

berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan sehubungan

dengan rumusan masalah penelitian. Narasumber dalam penelitian ini

diperlukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan secara jelas

yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Narasumber dalam

penelitian ini adalah 2 (dua) Pengurus Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Usaha Mandiri Bandar Lampung yakni:

Ketua KSP Usaha Mandiri Bandar Lampung

: 1 orang

Sekretaris KSP Usaha Mandiri Bandar Lampung

: 1 orang

Jumlah

: 2 orang

b. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka data diproses melalui pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan

pembahasan yang akan dilakukan yaitu dengan menelaah peraturan, buku atau

artikel yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas.

2) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasikan

atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

3) Sistimasi data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan

dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan

data.

4. Analisis Data

(8)

dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat-kalimat yang mudah

dibaca dan dimengerti untuk diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan mengenai

analisis perbandingan yuridis terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian di

Indonesia, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang

diteliti. Dari hasil analisis tersebut dapat dilanjutkan dengan menarik kesimpulan

secara induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan secara umum

yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, dan selanjutnya dari

kesimpulan tersebut dapat diajukan saran.

Kajian Teori

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang

berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha

koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya

penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko guru

perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem

perekonomian nasional.

Koperasi adalah badan hukum yang berdasarkan atas azas kekeluargaan yang

anggotanya terdiri dari orang perorangan atau badan hukum dengan tujuan untuk

mensejahterakan anggotanya. Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama

oleh seluruh anggotanya, dimana setiap anggota memiliki hak suara yang sama

dalam setiap keputusan yang diambil koperasi.

Definisi koperasi menurut Arifinal Chaniago yakni koperasi sebagai suatu

perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang

memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja

sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan

jasmaniah para anggotanya.

Definisi koperasi menurut P.J.V. Dooren yakni There is no single definition (for

coopertive) which is generally accepted, but the common principle is that

cooperative union is an association of member, either personal or corporate,

which have voluntarily come together in pursuit of a common economic objective.

Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti ”Tidak ada definisi tunggal

(untuk coopertive) yang umumnya diterima, tetapi prinsip yang umum

menjelaskan bahwa serikat koperasi adalah sebuah asosiasi anggota, baik pribadi

atau perusahaan, yang telah secara sukarela datang bersama-sama dalam mengejar

tujuan ekonomi umum”.

Definisi koperasi menurut Muhammad Hatta yakni koperasi adalah usaha bersama

untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.

Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa

kepada kawan berdasarkan “seorang buat semua dan semua buat seorang”.

(9)

kegiataannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Dari beberapa pengertian diatas

sehingga dapat kami simpulkan, bahwa Koperasi adalah suatu perkumpulan orang

orang atau badan hukum yang tujuannya untuk kesejahteraan bersama dan

didalam perkumpulan tersebut mengandung azas kekeluargaan yang saling

bergotong royong dan tolong menolong diantara anggota koperasi.

Koperasi di Indonesia pada dasarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Koperasi adalah kumpulan orang dan bukan kumpulan modal artinya

koperasi mengabdi dan mensejahterakan anggotanya.

2. Semua kegiatan di dalam koperasi dilaksanakan dengan bekerja sama dan

bergotong royong berdasarkan persamaan derajat, hak, dan kewajiban

anggotanya yang berarti koperasi merupakan wadah ekonomi dan sosial.

3. Segala kegiatan di dalam koperasi didasarkan pada kesadaran para anggota,

bukan atas dasar ancaman, intimidasi, atau campur tangan pihak-pihak lain

yang tidak ada sangkut pautnya dengan koperasi.

4. Tujuan ideal koperasi adalah untuk kepentingan bersama para anggotanya.

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang

berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan

kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan dalam

mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka

koperasi harus mampu bekerja lebih efisien dan mengikuti prinsip-prinsip

koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2012 tentang

perkoperasian disebutkan pada Pasal 5 bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah

koperasi harus melaksanakan prinsip koperasi. Berikut ini beberapa prinsip

koperasi.

1) Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.

2) Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis.

3) Sisa hasil usaha (SHU) yang merupakan keuntungan dari usaha yang

dilakukan oleh koperasi dibagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing

anggota.

4) Modal diberi balas jasa secara terbatas.

5) Koperasi bersifat mandiri.

Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 4 UU No. 17 Tahun 2012, fungsi dan

peran koperasi di Indonesia sebagai berikut:

(10)

2) Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat selain diharapkan untuk dapat meningkatkan

kesejahteraan ekonomi para anggotanya, koperasi juga diharapkan dapat

memenuhi fungsinya sebagai wadah kerja sama ekonomi yang mampu

meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya.

Peningkatan kualitas kehidupan hanya bisa dicapai koperasi jika ia dapat

mengembangkan kemampuannya dalam membangun dan meningkatkan

kesejahteraan ekonomi anggota-anggotanya serta masyarakat disekitarnya.

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional koperasi adalah satu-satunya bentuk perusahaan yang

dikelola secara demokratis. Berdasarkan sifat seperti itu maka koperasi

diharapkan dapat memainkan peranannya dalam menggalang dan memperkokoh

perekonomian rakyat. Oleh karena itu koperasi harus berusaha sekuat tenaga agar

memiliki kinerja usaha yang tangguh dan efisien. Sebab hanya dengan cara itulah

koperasi dapat menjadikan perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional.

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi Sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem

perekonomian Indonesia, koperasi mempunyai tanggung jawab untuk

mengembangkan perekonomian nasional bersama-sama dengan pelaku-pelaku

ekonomi lainnya. Namun koperasi mempunyai sifat-sifat khusus yang berbeda

dari sifat bentuk perusahaan lainnya, maka koperasi menempati kedudukan

yang sangat penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Dengan demikian

koperasi harus mempunyai kesungguhan untuk memiliki usaha yang sehat dan

tangguh, sehingga dengan cara tersebut koperasi dapat mengemban amanat

dengan baik.

Tujuan utama koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil makmur material dan

spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam Pasal 3 Undang-undang RI

No. 17 Tahun 2012, menyatakan bahwa koperasi bertujuan untuk:

Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan

UUD 1945.

Prinsip-prinsip koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh

koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam praktik

Analisa dan Pembahasan

(11)

selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten residen Belanda. De Wolffvan Westerrode sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian.Selain pegawai negeri juga para petani perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon dan juga menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di samping itu pun mendirikan lumbung-lumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik dan berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank-bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan usaha Pemerintah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.

(12)

anggotanya,maka koperasi menghindari segala bentuk praktek penumpukanbarang, yang ditujukan semata-mata untuk meraih keuntungansebesar-besarnya, f) melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secaraefektif, menumbuhkan kebiasaan yang baik dalam pola konsumsi,membiasakan hidup hemat, dan mengembangkan jiwa membangunkesejahteraan umat bersama. Sebagaimana dikemukakan di dalam Pasal 4Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, fungsi dan peran koperasi Indonesia dalam garis besarnyaadalah sebagai berikut :1) membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuanekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnyauntuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya, 2) berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitaskehidupan manusia dan masyarakat, 3) memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan danketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya, 4) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomiannasional yang merupakan usaha berdasar atas asas kekeluargaandan demokrasi ekonomi. Partisipasi anggota sebagai pemilik lebih banyak dicerminkan dariketerlibatan anggota di dalam rapat anggota.Kualitas dariketerlibatan anggota di dalam anggota sangat munkin berbedabeda.Semakin merata keterlibatan anggota di dalam rapat anggotasemakin tinggi kualitas rapat anggotanya, mencerminkan pulasemakin tingginya kualitas sumber daya manusianya.Anggotasebagai pemilik koperasi memiliki kewajiban untuk :a) Merumuskan tujuan koperasi agar sesuai dengan yangdiinginkan oleh anggota, b) menetapkan program kerja koperasi sebagai wujud darilangkah-langkah yang harus ditempuh koperasi, sesuai dengantujuan yang telah dirumuskan, c) mMemodali dan membiayai koperasi agar program-progam yangtelah ditetapkan dapat dilaksanakan oleh menejemen koperasi, d) mengawasi jalannya koperasi agar selalu berada pada jalurnormal, nilai, prinsip, program kerja dan keputusan-keputusanrapat anggota. Program-program pelayanan koperasi diputuskan oleh anggota,dibiayai dan dimodali oleh anggota juga. Karena itu anggota harusmenggunakan jasa-jasa pelayanan koperasi untuk kepentinganekonominya.Anggota berhak memperoleh pelayanan dari koperasidan memperoleh dampak terhadap perbaikan kondisi ekonominya.Seandainya semua nggota atau sebagian anggota tidakmenggunakan hak memanfaatkan pelayanan koperasi, maka untuksiapa pelayanan-pelayanan tersebut diselenggarakan, yang justrusebagai wujud pelaksanaan program kerja yang telah diputuskanoleh anggota di dalam rapat anggota.Sedangkan partisispasi financial anggota berbentukpartisispasi modal dan membiayai organisasi koperasi. Partisispasianggota di dalam membiayai organisasi koperasi, berbentukpemberian margin harga kepada koperasi pada setiap saat anggotamemanfaatkan pelayanan koperasi.Terhadap input yang dibeli dari koperasi, anggotamembayar harga lebih sebesar margin harga yang diambil olehkoperasi.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian telah mengalami perubahan yang mendasar dan signifikan. Perubahan mendasar pada definisi tentang koperasi yang semula koperasi adalah badan usaha menjadi koperasi adalah badan hukum membawa implikasi kepada tatacara, syarat pendirian dan pengesahan kelembagaan koperasi sebagai badan hukum yang memiliki kesamaan perlakuan dengan bidang kelembagaan usaha lainnya seperti swasta dan badan usaha milik negara.

(13)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian : a) substansi Definisi:Koperasi merupakanBadan hukum yang didirikan orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi, b) subtansi Pembentukan: Pembentukan koperasi menggunakan akta notaris, c) subtansi Organisasi: Pengawas mengawasi Pengurus dan dapat mengusulkan Calon Pengurus, d) Jenis Modal Pada Koperasi: Permodalan Koperasi bersumber pada:1) Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai modal awal, 2) Modal Lainya berasal dari Hibah; Modal Penyertaan; Modal Pinjaman dari: Anggota; Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya; bank dan lembaga keuangan lainnya; penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;dan/atau Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan/atau 3) Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; e) konsekwensi Simpanan dan Setoran Pokok Anggota:Setoran Pokok tidak dapat dikembalikan; f) Sertifikat Modal Koperasi:Sertifikat Modal Koperasi dengan nilai nominal per lembar maksimum sama dengan nilai Setoran Pokok; g) Sisa Hasil Usaha/ Selisih Hasil Usaha:Selisih hasil usaha dikenal dengan Surplus Hasil Usaha, Surplus Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk Dana Cadangan (minimum 20 %) dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:1) anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh masing-masing Anggota dengan Koperasi; 2) anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi yang dimiliki;3) pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan karyawan Koperasi; 4) pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan Koperasi dan kewajiban lainnya; dan/atau 5) penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar; 6) defisit Hasil Usaha menggunakan dana cadangan. Perubahan mendasar pada definisi tentang substansi dan permodalan. Implikasi dari perubahan ini memunculkan peluang atau prospek pengembangan koperasi karena pendirian koperasi, khususnya aspek permodalan tidak lagi berdasarkan atas kesanggupan calon anggota, tetapi didasarkan atas kebutuhan riil ekonomis modal usaha koperasi sesuai dengan tujuan pendiriannya. Hal ini akan meminimalisasikan munculnya koperasi-koperasi yang didirikan bukan atas dasar alasan-alasan ekonomis sebagaimana banyak muncul pada dekade-dekade sebelumnya, namun berdasarkan kepentingan bisnis calon anggota atau anggota koperasi. Disamping itu sebagai wujud dari mengedepankan aspek pelayanan masyarakat dibandingkan dengan aspek Profit-Oriented. Adapun mengenai permodalan perbedaannya terletak pada ketentuan mengenai setoran pokok dan mekanisme dalam mengakumulasikan modal dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Setiap anggota yang akan menjadi anggota koperasi harus membayar setoran pokok, yang tidak dapat diambil kembali. Sedangkan jika koperasi ingin mengumpulkan modal yang lebih banyak dapat mengakumulasikan modal secara tidak terbatas melalui penerbitan sertifikat modal koperasi. Tidak ada pembatasan kepemilikan bagi seorang anggota untuk membeli sertifikat tersebut.Penerbitan sertifikat tersebut memungkinkan anggota memiliki kepemilikan mayoritas dalam koperasi.Hal ini menunjukkan kemiripan dengan “saham” pada Perseroan Terbatas.Perbedaannya terletak dalam kewenangan anggota dalam menentukan kebijakan umum koperasi dan kewenangan lainnya. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 35 (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasianbahwa:“Dalam pemungutan suara setiap Anggota mempunyai satu hak suara.”

(14)

diambil kembali akan menyebabkan besaran setoran pokok ditentukan seminimal mungkin : a) ketentuan setiap anggota memiliki satu hak suara tanpa mempertimbangkan pemilikan sertifikat modal koperasi, akan menyebabkan kegamangan anggota terkait dengan kebijakan dan pengelolaan koperasi yang akan membawa konsekwensi terhadap “keamanan” modal yang disetorkannya pada koperasi.Selanjutnya peneliti menganalisis bahwa sebuah kebijakan yang dikeluarkan akan selalu mengandung sejumlah titik-titik kritis baik secara struktural, substansial maupun prosedural. Titik-titik perbadingan ini menjadi tantangan yang akan dihadapi manakala Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 diimplementasikan setelah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Secara subtantif perbedaan antara Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yaitu: a). penegasan koperasi dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian sebagai badan hukum mensejajarkan koperasi dengan bentuk badan hukum lainnya seperti Perseroan Terbatas. Hal ini akan memperjelas kedudukan koperasi dalam hubungan transaksi dan perikatan-perikatan. b). Ketentuan pendirian sebagaimana tercantum dalampasal 7 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dengan konsekuensi pengesahan pada Menteri seperti Pendirian Perseroan Terbatas di Kementerian Hukum dan HAM yang menggunakan sistem administrasi badan hukum yang secara elektronis yang diproses melalui akta notaris. Biaya pembuatan akta otentik tentu saja membutuhkan biaya yang mahal. Mahalnya biaya ini akan menjadi beban yang berat khususnya bagi koperasi yang baru merintis dan dididirikan oleh kalangan menengah ke bawah. Dengan kata lain, koperasi hanya bisa didirikan oleh sekumpulan orang yang serius dan memiliki modal biaya pendirian koperasi. Persoalannya, jika orang akan berbisnis dengan serius, mungkin preferensinya akan memilih bentuk lain ketimbang koperasi. Karena dengan koperasi akan lebih “birokratis”.

Pembatasan pelayanan pada koperasi simpan pinjam dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian hanya untuk anggota. Dengan keterbatasan kemampuan dan jumlah anggota, maka akumulasi modal koperasi dalam jumlah yang memadai sesuai dengan kebutuhan sulit dicapai dalam waktu singkat. Tujuan pembatasan ini sebetulnya memang baik, yaitu menghindarkan kemungkinan penyalahgunaan nama Koperasi Simpan Pinjam untuk tujuan akumulasi modal atau uang dengan model

(15)

lain yang terkait, 3) mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja Koperasi dari Pengurus, 4) memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pengurus dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar, 5) memberhentikan Pengurus untuk sementara waktu. Kewenangan Pengawas ini jika dilihat secara kritis mirip dengan kekuasaan Komisaris pada Perseroan Terbatas. Kondisi ini menjadi tantangan untuk merubah “pola pikir” yang selama ini sudah terbangun bahwa kekuasaan tertinggi pada Rapat Anggota, sementara pada Undang-Undang baru dikenal dengan sistem “dual layer”. Koperasi menurut P.J.V. Dooren yakni ”Tidak ada definisi tunggal (untuk coopertive) yang umumnya diterima, tetapi prinsip yang umum menjelaskan bahwa serikat koperasi adalah sebuah asosiasi anggota, baik pribadi atau perusahaan, yang telah secara sukarela datang bersama-sama dalam mengejar tujuan ekonomi umum”.

Sedangkan dampak positif yang didapat bahwaUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2012tentang Perkoperasian mengarah kepada pengembangan jenis dan identitas koperasi. Hal ini sesuai dengan 3 (tiga basis utama) pengembangan koperasi yaitu basis usaha produksi, basis usaha konsumsi dan basis usaha jasa.Sebetulnya dari ketiga basis tersebut dapat dibuat derivasi (turunan) lebih lanjut sesuai dengan bidang atau sector usaha.Untuk koperasi produksi misalnya dapat dibuat turunannya dalam bentuk koperasi pertanian atau sesuai dengan komoditi yang dihasilkan misalnya Koperasi Susu. Untuk Koperasi Jasa misalnya dalam bentuk Koperasi Pemasaran, Koperasi Konsultan. Sedangkan untuk Koperasi Konsumen yang dimaksudkan adalah konsumen akhir, bukan konsumen industri.Hal ini karena konsumen industri pada dasarnya adalah Koperasi Produksi atau Produsen.Penegasan jenis koperasi akan memperjelas posisi, segmen dan target market

(16)

dalam mewujudkan pembangunan koperasi yang berbasis pelayanan masyarakat.1) mempertegas legalitas koperasi sebagai badan hukummelalui pendirian koperasi dengan akta otentik, 2) permodalan koperasi yang terdiri setoran pokok dan sertifikat modal koperasi sebagai modal awal, 3) ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) mencakup pengelolaan maupun penjaminannya.KSP hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman kepada anggota, memnungkinkan terhindar dari penyalahgunaan penyaluran maupun penyalahgunaan badan hukum koperasi untuk berbisnis “pemutaran uang” yang menawarkan bunga tinggi yang sering terjadi selama ini, 4) amanat pembentukan Lembaga Pengawas Koperasi Simpan Pinjam (LP-KSP)menjadikan Pengawasan dan pemeriksaan terhadap koperasi khususunya koperasi koperasi simpan pinjam, akan menjadi lebih baik. Akan menghilangkan keraguan anggota tidak ragu ntuk menyimpan uang seperti layaknya di bank, 5) mendorong gerakan koperasi membentuk dengan memberdayakan Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) di pusat maupun di daerah, 6) kepengurusan Koperasi yang bisa merekrut dari non-anggota memungkinkan untuk mengangkat pengurus yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pengelolaan usaha/bisnis, sehingga pengelolaan koperasi menjadi lebih professional.

Di dalam Negara hukum dan demokrasi, setiap pembentukan maupun pelaksanaan hukum harus senantiasa melibatkan partisipasi masyarakat.Melalui partisipasi masyarakat untuk mendorong masyarakat untuk memobilisasi solidaritas sosial sehingga melahirkan hukum yang legitim. Menurut Friedrich Karl von Savigny yang menyatakan bahwa: “Hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat (Law is and expression of the common consciousness or spirit of people)”. Konsep ini dipengaruhi oleh agama (supranatural), seperti halnya yang berlaku di Indonesia (pengaruh mazhab sejarah) dengan berlakunya hukum yang ditentukan oleh keseimbangan. Hukum tidak dibuat, tetapi ia tumbuh dan berkembang bersama masyarakat (das rechts wird nicht gemacht, es ist und wird mit dem volke). Menurut von Savigny (volkgeist), hukum itu lahir dari jiwa masyarakat yang mengakomodasi masyarakat. Von Savigny dengan mazhab sejarahnya terdapat relasi antara hukum dengan watak bangsa yang merupakan cerminan dari volkgeist atau jiwa bangsa. Maka hukum adat yang tumbuh dan berkembang dalam volkgeist harus dipandang sebagai hukum kehidupan yang sejati. Persoalan utama dalam hukum adalah menemukan asas dan doktrin dalam nilai-nilai hukum yang hidup dan berkembang mengikuti evolusi volkgeist. Koperasi secara legal formal mendapatkan landasan yang sangat kuat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.”Untuk menganalisis bentuk dan arah kebijakan pengembangan koperasi sebagaimana diimplementasikan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012. Pemerintah dalam melakukan memberikan kepastian hukum terhadap lembaga koperasi menggunakan instrumen yuridis seperti peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya.Pemerintah merupakan lembaga terpenting dalam melaksanakan kontrol sosial.Kontrol sosial diperlukan untuk melestarikan peradaban karena fungsi utamanya adalah mengendalikan aspek lingkungan masyarakat. Dalam hal ini dengan adanya fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat, dapat pula diartikan, bahwa hukum digunakan sebagai alat oleh agent of change yang merupakan pelopor perubahan yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dari satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.Law as a tool of social engineering dapat pula diartikan sebagai sarana yang ditujukan untuk mengubah perilaku warga masyarakat, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Teori

(17)

terhadap hukum itu, sama seperti apa yang dikatakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, hukum adalah keseluruhan azas-azas dan kaedah-kaedah yang mengatur masyarakat, termasuk di dalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan hukum itu ke dalam kenyataan. Kedua ahli hukum ini memiliki pandangan yang sama terhadap hukum. Dengan adanya perubahan peraturan tentang perkoperasian di Indonesia sudah sepatutnya diharapkan akan lahir kondisi koperasi merupakan sarana bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat baik ditingkat bawah, menengah bahkan atas. Selain korepasi sebagai salah satu ciri perekonomian bangsa, korepasi juga dipandang sebagai sarana yang paling mudah dan murah yang dapat digunakan oleh masyarakat, ketimbang melalui sarana perbankan yang harus menempuh prosedur rumit dan berorientasi tidak berpihak pada golongan masyarakat bawah dan cenderung meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.

Simpulan

Berdasarkan uraian analisis penelitian yang telah disampaikan diatas dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian di Indonesia ditinjau dari substansinyayaitu meliputi prispil dalam definisi, pembentukan, organisasi dan permodalan koperasi. Dalam definisi jelas, koperasi adalah badan hukum tersendiri. Sedangkan dalam pembentukan dibuat dengan akta notaris. Salah satu perbedaan prinsip lainnya dalam organisasi adalah kewenangan Pengawas yang lebih tinggi dan luas dibanding dengan pengurus. Adapun mengenai permodalan perbedaannya terletak pada ketentuan mengenai setoran pokok dan mekanisme dalam mengakumulasikan modal dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Secara kelembagaan posisi pengawas lebih kuat.

Adapun dampak positif Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yaitu Perkoperasianmengarah kepada pengembangan jenis dan identitas koperasi. Hal ini sesuai dengan 3 (tiga basis utama) pengembangan koperasi yaitu basis usaha produksi, basis usaha konsumsi dan basis usaha jasa.Kesejajaran posisi dengan bentuk badan hukum lainnya (diharapkan) perlakuan yang sama terhadap koperasi dalam transaksi, perjanjian, perikatan bisnis dan perolehan kesempatan yang sama dalam memanfaatkan kesempatan yang disediakan oleh pemerintah seperti melaksanakan proyek-proyek pemerintah melalui tender dengan perlakuan yang sama. Dampak positif Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian juga lebih mempertegas legalitas koperasi sebagai badan hukum melalui pendirian koperasi dengan akta otentik, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman kepada anggota, hal ini memnungkinkan terhindar dari penyalahgunaan penyaluran maupun penyalahgunaan badan hukum koperasi untuk berbisnis “pemutaran uang” yang menawarkan bunga tinggi,Amanat pembentukan Lembaga Pengawas Koperasi Simpan Pinjam (LP-KSP) menjadikan Pengawasan dan pemeriksaan terhadap koperasi khususunya koperasi koperasi simpan pinjam, akan menjadi lebih baik hal ini akan menghilangkan keraguan anggota tidak ragu ntuk menyimpan uang seperti layaknya di bank.

(18)

jenis koperasi menjadi lebih spesifik untuk menjangkau berbagai peluang yang lebih luas, diluar jenis yang masih generik yang sudah disebutkan tersebut, selain itu secara subtantif penjenisan derivatif tersebut memungkinkan penggunaan nomenklatur lain namun dalam masih dalam rumpun, sebagai bahan masukan bagi pembuatan akta otentik.

Daftar Pustaka

Edi, S. 2013. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, UI Press Jakarta. Hatta, M. 2011. Cita-Cita Koperasi dalam UUD 1945. Sinar Grafika. Jakarta.

Raharja, S.J. 2009. Identifikasi Identitas Perusahaan Koperasi Studi pada Koperasi-Koperasi Primer. Pustaka. Bandung.

UNDANG-UNDANGDANPERATURAN LAIN

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi Nepotisme.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

802 Sukaraja Gedong Tataan mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2012, seperti tersebut dibawah ini:. NO NAMA PAKET PEKERJAAN

[r]

Kontrak Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan (jika ada) Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima

Seluruh asli dokumen penawaran Saudara yang telah diunggah melalui LPSE

Kesimpulan Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan Penetapan Pemenang

Apabila dalam waktu tersebut perusahaan Saudara tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka perusahaan

Make sure that the products or services that you will be offering are desired, do not just decide to open up a store with out doing any market research is like playing craps,