PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Kasus Lembaga Keuangan Bank BRI
Disusun Oleh:
NAMA
: IIN MARLENA
NIM
: 14310008
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
Kasus bank BRI merupakan contoh konkrit yang amat penting untuk diketahui agar kemudian dapat menjadi suatu acuan bagi kita untuk bisa memahami dan mendalami pengetahuan mengenai kondisi kesehatan suatu bank.
Pada hakikatnya bank dikatakan sehat apablila mampu melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi segala kewajibannya dengan baik dengan cara – cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku.
Bank dikatakan sehat apabila bisa bisa melakukan dengan baik kegiatan operasional perbankannya meliputi :
1. Kemampuan menghimpun dana baik dari masyarakat, lembaga lain, maupun dari modal sendiri
2. Kemampuan mengolah dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku
6. Apabila ada dari kegiatan operasional di atas tidak dapat dilaksanakan oleh bank, maka dengan demikian suatu bank bisa dikatakan “ sakit (tidak sehat) “.Menurut Kasmir Sendiri kesehatan suatu bank dapat dianalisis dengan menilai aspek CAMELS ( capital,assets, management, earning, liquidity, dan sensitivity.
Aspek permodalan ( Capital ) Dalam hal ini yang dinilai adalah permodalan yang di dasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Aspek kualitas Aset (assets )Yaitu menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank.
Aspek kualitas menejemen (Management ) Kualitas manajemen dapat di lihat dari kualitas manusianya dalam bekerja
Aspek likuiditas (liquidity) Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya.
Aspek Sensitivitas ( sensitivity ) Perbankan harus sensitive terhadap resiko, ini penting untuk tujuan memperoleh laba dan pada akhirnya kesehatan bank dapat terjamin.
Kasus Emas Palsu, BRI Ajukan Banding
Kamis, 3 Oktober 2013 | 17:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dihukum membayar ganti rugi kepada salah satu nasabahnya, Ratna Dewi sebesar Rp 37 miliar.
banding BRI. "Kami akan sampaikan kontra memori banding," katanya.Meski demikian, Partahi menilai upaya banding ini tidak lain langkah BRI untuk menunda-nunda putusan. Padahal, BRI sudah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum. "Sudah jangan lama-lama, walaupun putusan ini di tingkat pertama," jelasnya. Selain itu, putusan perdata ini memperkuat proses pidana yang menyeret beberapa pimpinan BRI sehubungan perubahan fisik emas milik Ratna Dewi. "Ini berhubungan nama baik BRI. Emasnya berubah menjadi emas palsu," katanya. Sebelumnya, nasabah Ratna Dewi mengajukan gugatan perdata terhadap BRI ke PN Jakarta Selatan dengan Nomor Perkara : 187/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Sel. Pihaknya menyeret kantor pusat BRI selaku tergugat I dan BRI Wilayah II Jakarta selaku tergugat 2.
Awalnya Ratna Dewi yang menginvestasikan logam mulia seberat 59 kilogram senilai Rp32 miliar dalam bentuk "safety box" sebagai jaminan gadai pinjaman pada BRI. Ratna Dewi berencana memindahkan kreditnya ke bank lain, namun pimpinan BRI Wilayah 2 Jakarta mempertahankan dan menyuruh mengajukan permohonan kredit tambahan. BRI menyetujui permohonan kredit tambahan yang diajukan Ratna Dewi dengan syarat menambah jaminan logam mulia.Awalnya, pemeriksaan penambahan jaminan logam mulia tidak bermasalah. Selanjutnya, BRI memeriksa kembali emas milik Ratna Dewi saat status jaminannya menjadi gadai atau logam mulia itu dalam penguasaan BRI.
Wilayah BRI Jakarta Selatan berinisial ALR, Wakil Pimpinan Wilayah BRI Jakarta Selatan, ADU dan mantan pejabat lainnya, BRO. (Yudho Winarto)
Para tersangka dikenakan Pasal 374 KUHP tentang penggelapan dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentag Perbankan dengan ancaman hukuman penjara maksimal 10 tahun.
Sumber : Kontan
PENYELESAIAN
PRODUK-PRODUK PERBANKAN
Produk bank secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Funding (penghimpunan dana) yang terdiri dari:
a) Giro atau Rekening Koran (demand deposit) Yaitu simpanan yang setiap saat dapat diminta kembali atau dipergunakan untuk melakukan pembayaran dengan mempergunakan cek/giro (perintah membayar). b) Deposit Yaitu simpanan yang dititipkan ke bank untuk jangka waktu
tertentu, dan yang masih dibedakan antara deposito Berjangka (dari 1,3,6, dan 12 bulan),
c) Tabungan Yaitu simpanan yang setiap saat bias diambil dan juga mendapatkan bunga dari tabungan itu.
Dana dari pihak ketiga lainnya, seperti:
a) Obligasi: surat pengakuan utang atas pinjaman ung dari masyarakat yang dapat diperjualbelikan di pasar uang.
b) Pasar Uang antar bank: berupa pinajman dana dari bank lain, yang dilakuakn oleh bagian Treasury
c) Penerimaan Dana dari Luar Negeri Reksadana
2. Lending (pinjaman) yang terdiri dari :
a) Commerial credit: kredit untuk keperluan usaha, seperti kredit ekspor – impor, kredit investasi, bank garansi, dan lain-lain.
b) Consumer credit: kredit untuk keperluan konsumsi, seperti KPR, Kredit kendaraan bermotor, dan lain-lain.
c) Services, terdiri dari kliring, inkaso, transfer, auto debet, pembayaran pajak, automatic fund transfer, safe deposit box, dan lain-lain.
d) RTGS (Real time Gross Settlement = pengiriman uang dalam negeri secara on line)
e) ATM (Anjunagn Tunai Mandiri)
f) E-Banking: Pelayanan perbankan dengan menggunakan internet
Menyewa Safety Deposit Box
Cara terbaik untuk menyimpan sejumlah barang berharga yaitu dengan cara menyewa SDB (safety deposit box). Hampir setiap bank memiliki fasilitas ini bagi nasabah untuk menyimpan barang-barang berharga, termasuk emas dan surat wasiat.
Bank umumnya memiliki fasilitas keamanan superketat untuk jasa penyewaan SDB. Untuk membuka brankas, bank memberlakukan syarat berlapis. Berikut ini prosedur-prosedur pengamanan standar yang diberikan bank terhadap safety deposit box:
Ketika akan membuka safety deposit box, pemilik brankas harus mampu menunjukkan identitas lengkap sebagai bukti pemilik.
a) Ruang tempat menyimpan kotak-kotak itu dilengkapi kamera closed-circuit (CCTV) yang selalu mengintai gerak-gerik pengunjung maupun petugas jaga. b) Bank hanya menyediakan dua kunci. Kunci master dipegang bank, dan satu
kunci dipegang nasabah. Kotak hanya bisa dibuka kalau kedua kunci itu dimasukkan bersama-sama ke lubang kunci. Kotak tidak akan terbuka jika hanya menggunakan satu kunci.
c) Setelah brankas dibuka, petugas bank akan langsung meninggalkan nasabah sendirian.
d) Brankas yang disediakan bank tersebut tahan congkelan dan tahan api, sehingga aman dari mating dan kebakaran.
SDB adalah cara penyimpanan yang paling aman. Terkadang ada beberapa kasus di mana nasabah mengaku kebobolan benda-benda berharga yang telah disimpan di SDB. Kemungkinan itu selalu saja terjadi. Sistem keamanan seketat apa pun pasti akan jebol kalau si maling bekerjasama dengan orang dalam.
Ø Membaca dengan seksama syarat dan ketentuan yang berlaku terhadap SDB yang kita sewa. Hal ini untuk mempersiapkan mental jikalau hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Ø Mengamati kunci yang diberikan, jika memungkinkan mintalah kunci SDB yang (nampak) baru untuk lebih meminimalisasi resiko kemungkinan kunci telah mengalami penggandaan.
Ø Jika memungkinkan lagi, pilihlah SDB pada posisi tengah, sejajar dengan badan kita. Hal ini selain memudahkan kita menggapainya, tidak perlu jongkok ataupun jinjit/menggunakan tangga, juga untuk meminimalisasi resiko semisal terjadi bencana kebakaran.
SOLUSI
Pilihlah bank yang reputasinya bagus. Pilihlah bank yang tidak memiliki track record kebobolan. Untuk pengamanan berlapis, gunakanlah jasa asuransi. Sehingga kalau terjadi apa-apa, kita tidak kehilangan seluruh aset yang ada di dalam kotak penyimpanan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/03/1710370/Kasus.Emas. Palsu.BRI.Ajukan.Banding
2. http://www.harianterbit.com/2013/01/09/6-tersangka-pembobol-bank-bri-cab-jkt-ke-penuntutan/
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Kotak_simpanan
4. http://emasbatangan99.wordpress.com/tag/safety-deposit-box/