• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kajian Geologi Lingkungan Terhada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Kajian Geologi Lingkungan Terhada"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Geologi Lingkungan Terhadap Penetapan Calon Lokasi TPA Sampah Pitay – Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang

Provinsi Nusa Tenggara Timur

!

Adept Talan Titu Eki, ST

!

!

ABSTRACT

!

The determination of the Pitay Village, in the district of Sulamu – Kupang regency as a potential regional landfill site for the Kupang Regency and Kupang City’s municipal waste was the result of the spatial planning for the year 2010 - 2030 as well as the evaluation planning results based on SNI 03-3241-1994 by the Provincial Government. The need of knowing the feasibility of the landfill’s location locally in accordance with the geological aspects of the environment was done by considering the various issues that has arisen in the form of environmental degradation in landfill sites in various cities in Indonesia, especially in East Nusa Tenggara Province. The purpose of this study was to evaluate the parameters of environmental geology-based assessment on the determination of Pitay landfill’s site and to know the feasibility levels in the form of tabulations and prospective landfill zone maps in the scale of 1:20,000. The feasibility zones are obtained by the analysis of the geological environment which consists of regional analysis and criteria analysis. From the results it has been clarified to be 6 (six) zones that were eligible for the landfill waste to be placed. The zone with the highest score was to be the main chosen site whereas the other zones were just an alternative choice.

Keywords: Pitay landfill, environmental geology, Kupang Regency

!

!

ABSTRAK

!

Penetapan Desa Pitay, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang sebagai calon lokasi TPA Sampah regional Kota Kupang dan Kabupaten Kupang merupakan hasil dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kupang tahun 2010 – 2030 serta hasil evaluasi Perencanaan Penyiapan TPA Regional berdasarkan SNI 03-3241-1994 oleh Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk itu perlu diketahui kelayakan calon lokasi TPA sampah ini secara lokal sesuai dengan aspek-aspek geologi lingkungan dengan mempertimbangkan bahwa berbagai permasalahan berupa degradasi lingkungan telah timbul pada lokasi-lokasi TPA sampah di berbagai kota di Indonesia khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi parameter-parameter penilaian berbasis geologi lingkungan terhadap penetapan calon lokasi TPA Pitay, sehingga mengetahui tingkat kelayakannya dalam bentuk tabulasi perhitungan serta peta zona calon TPA dalam skala 1:20.000. Zona kelayakan ini didapatkan dari hasil analisis geologi lingkungan yakni analisis regional dan analisis kriteria penetapan. Dari hasil penelitian telah didapati 6 (enam) calon lokasi yang dinyatakan layak untuk ditempatkan TPA Sampah dengan perbedaan tingkat kelayakan masing-masing. Lokasi dengan nilai tertinggi pada zona layak tinggi merupakan lokasi yang menjadi pilihan utama serta lokasi lainnya merupakan lokasi pilihan alternatif.

!

(2)

P

enentuan lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah di daerah Nusa Tenggara Timur sering menuai masalah. Selain daripada masalah politik dan polemik kepemilikan lahan, rencana pembangunan TPA dinilai sangat merugikan kesehatan masyarakat dan lingkungan karena tidak berbasis geologi lingungan.

Contoh kasus yakni penempatan TPA Alak di Kecamatan Alak Kota Kupang yang sudah dioperasikan sejak tahun 1998 tidak berbasis geologi sebab basement atau litologi lokasi TPA tersebut merupakan batugamping. Parameter-parameter yang digunakan dalam menentukan cluster tata ruang ini tidak berbasis geologi, sehingga dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.

Pada tahun 2006, Ibukota Kabupaten Kupang dipindahkan ke Oelamasi, maka sehubungan dengan adanya sebuah area perkotaan yang baru, tentunya jumlah produksi sampah akan semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan TPA sampah di daerah Kabupaten Kupang yang hingga saat ini belum memiliki TPA sampah. Satu-satunya TPA Sampah yang sudah ada dan yang terdekat dengan wilayah Kabupaten Kupang adalah TPA Sampah Alak di Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang. Namun dengan semakin meningkatnya jumlah sampah yang masuk ke TPA Sampah Alak, maka dalam beberapa tahun ke depan TPA Sampah Alak tidak dapat lagi mampu menampung sampah Kota Kupang.

Pemerintahan Provinsi NTT telah menetapkan daerah Pitay – Kecamatan Sulamu sebagai daerah yang akan dijadikan sebagai lokasi TPA Sampah Regional baru. Penetapan lokasi ini merupakan hasil evaluasi berskala regional berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA yang ditetapkan oleh Departemen PU. Oleh karena itu, daerah Pitay inilah yang akan menjadi objek lokasi penelitian, yaitu untuk mengkaji

lokasi ini dengan skala lokal sesuai dengan aspek geologi lingkungan serta menyatakan kelayakan/ ketidaklayakan lokasinya sebagai Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah.

!

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil evaluasi

parameter-parameter penilaian berbasis geologi lingkungan terhadap penetapan calon lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Pitay.

2. U n t u k m e n g a n a l i s i s k e l a y a k a n / ketidaklayakan calon lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Pitay berdasarkan evaluasi parameter geologi lingkungan.

!

MATERI DAN METODE Materi

Geologi lingkungan pada hakekatnya merupakan ilmu geologi terapan yang ditujukan sebagai upaya memanfaatkan sumberdaya alam dan energi secara efisien dan e f e k t i f u n t u k m e m e n u h i k e b u t u h a n perikehidupan manusia masa kini dan masa mendatang dengan seminimal mungkin mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya (Noor, 2006).

!

Aplikasi Kajian Geologi Lingkungan

(3)

menggambarkan tingkat keleluasaan suatu wilayah untuk dikembangkan.

P e n y u s u n a n i n f o r m a s i G e o l o g i Lingkungan dilakukan dengan menggabungkan informasi dari peta tematik geologi maupun p e t a n o n - g e o l o g i . I n f o r m a s i g e o l o g i lingkungan dapat membantu mengatasi p e r m a s a l a h a n l i n g k u n g a n d a n u p a y a p e n g e l o l a a n n y a m e l a l u i r e k o m e n d a s i penggunaan lahan dan juga menyediakan alternatif pemecahan permasalahannya. Analisis geologi lingkungan menggunakan metode pembobotan/skoring secara kuantitatif dan penilaian para ahli ditumpang susun (overlay) dari peta-peta tematik secara manual maupun dengan Sistem Informasi Geografi (SIG).

!

Parameter-parameter penentuan lokasi TPA sampah

Penelitian mengenai penentuan lokasi TPA sampah diawali dengan penetapan kriteria pemilihan TPA sampah berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang Cara Pemilihan Lokasi Tempah Pembuangan Akhir Sampah serta disesuaikan dengan ruang lingkup geologi lingkungan. Tata cara ini menetapkan 14 kriteria pemilihan lokasi TPA sampah, yang dikelompokan dalam dua kategori kelayakan regional, yaitu (a) parameter kriteria penilaian, meliputi; batuan, muka air tanah, kemiringan lereng, dan curah hujan, (b) parameter kriteria penyisih, meliputi; jarak terhadap sesar, kerentanan terhadap gerakan tanah, kerentanan terhadap banjir, jarak terhadap sungai dan danau, jarak terhadap garis pantai, daerah lindung, jarak terhadap pemukiman, jarak terhadap jalan raya, jarak terhadap bandara, dan daerah potensi sumberdaya geologi.

!

1. Parameter Kriteria Penilaian Batuan

Jenis batuan sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi pencemaran air tanah dan air permukaan secara alami yang berasal dari leachate (air lindi). Tingkat peredaman sangat tergantung pada kemampuan peredaman dari batuan. Kemampuan peredaman mencakup

permeabilitas, daya filtrasi, pertukaran ion, absorbs, dan lain-lain. Material berbutir halus seperti batu lempung dan napal mempunyai daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batuan berbutir kasar seperti pasir-kerikilan. Batuan yang telah padu umumnya juga mempunyai daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batuan yang sifatnya masih lepas. Batu gamping dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah karena batuan ini umumnya berongga dan dapat larut oleh air.

!

Muka Air Tanah

Kedudukan muka air tanah merupakan parameter yang penting. Semakin dangkal muka air tanah, semakin mudah pencemaran terjadi. Daerah dengan kedalaman muka air tanah yang dangkal dengan produktifitas akuifer yang tinggi serta kelulusan yang tinggi dianggap tidak layak untuk dijadikan TPA sampah.

Kemiringan Lereng

P e n g e l o m p o k a n k e l a s l e r e n g s a n g a t berpengaruh terhadap peruntukan lahan untuk TPA sampah. Kemiringan lereng berkaitan erat dengan kemudahan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA sampah. Semakin terjal suatu daerah semakin sulit pekerjaan konstruksi dan pengoperasiannya. Daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 20% dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah.

Curah Hujan

Besarnya curah hujan berkaitan dengan tingkat kesulitan penyediaan sarana TPA sampah yaitu parit pembuangan air larian, kolam pengumpul leachate dan oksidasi. Semakin tinggi curah hujan semakin tinggi pula tingkat kesulitannya.

!

2. Parameter Kriteria Penyisih Jarak Terhadap Sesar

(4)

Kerentanan Terhadap Gerakan Tanah Daerah yang menempati kerentanan gerakan tanah tinggi hingga menengah dianggap tidak l a y a k m e n j a d i T PA s a m p a h , s e b a b dikhawatirkan pada lokasi sampah sebagai akibatnya bebannya akan memicu terjadinya longsoran dan dapat merusak daerah di bagian bawahnya.

Kerentanan Terhadap Banjir

Daerah yang rawan banjir dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena banjir dapat merusak konstruksi, sarana, dan prasarana TPA sampah serta dapat menyebabkan pencemaran. Daerah yang layak untuk TPA sampah harus terbebas dari banjir 25 tahunan.

!

!

No. Parameter Satuan Nilai Bobot Skor

Kriteria Penilaian

1. Litologi

Batu lempung bersisik Batu napal pasiran Aluvial

B a t u g a m p i n g k o r a l , batugamping oolitik

5 4 1 -

5

25 20 5 Tidak Layak

2. Muka air tanah

Air tanah langka

Air tanah menengah kedalam Air tanah dangkal

5 2

!

-4

20 8

!

Tidak Layak

3. Kemiringan lereng

1 – 2 % 3 – 5 % 6 – 10 % 11 – 20 %

> 20 %

5 4 3 2

-2

10 8 6 4 Tidak Layak

4. Curah Hujan

0 – 1000 mm 1000 – 2000 mm 2000 – 3000 mm > 3000 mm

5 4 3 2

1

5 4 3 2

Kriteria Penyisih

5. Jarak terhadap sesar < 100 meter - - Tidak Layak

6. Kerentanan Terhadap

Gerakan Tanah Sedang – tinggi - - Tidak Layak

7. Kerentanan Terhadap

Banjir < 25 tahunan - - Tidak Layak

8. Jarak Terhadap Sungai

dan Danau < 150 meter - - Tidak Layak

(5)

Sumber: SNI 03-3241-1994 dengan penyesuaian

!

Rentang zona kelayakan berdasarkan jumlah skor:

!

!

!

!

!

Jarak Terhadap Sungai dan Danau

Jarak TPA Sampah terhadap sungai dan danau ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagai sempadan untuk pengelolaan sungai. Sungai yang dimaksud merupakan sungai permanen. Jarak Terhadap Garis Pantai

Jarak TPA sampah terhadap garis pantai ditetapkan 500 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagai sempadan untuk pengelolaan pantai.

Daerah Lindung

Daerah lindung mencakup: hutan lindung, cagar alam, cagar budaya, kawasan lindung geologi dan sebagainya yang ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai daerah yang tidak layak untuk dijadikan TPA sampah.

Jarak Terhadap Pemukiman

Jarak terhadap pemukiman ditetapkan 300 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi untuk mencegah pencemaran air, gangguan bau, lalat, dan bising yang ditimbulkan kegiatan dari TPA sampah.

Jarak Terhadap Jalan Raya

Jarak TPA sampah terhadap jalan raya ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagai daerah penyangga terhadap estetika. Jalan yang diberi buffer adalah jalan utama.

Jarak Terhadap Bandara

Jarak TPA sampah terhadap bandara ditetapkan 3000 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagai pencegah gangguan asap, bau, dan estetika yang berasal dari TPA.

Daerah Potensi Sumberdaya Geologi

D a e r a h p o t e n s i s u m b e r d a y a g e o l o g i mencakup: sumberdaya air, sumberdaya mineral, sumberdaya energi, sumberdaya l a h a n , d a n s e b a g a i n y a , m e r u p a k a n sumberdaya yang sangat penting sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan modern saat ini. Oleh karena itu daerah yang memiliki potensi sumberdaya geologi dianggap tidak layak untuk dijadikan TPA sampah sebab daerah tersebut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan daerah dan masyarakat.

9. Jarak Terhadap Garis

Pantai < 500 meter - - Tidak Layak

10. Daerah Lindung Hutan lindung, suaka alam,

cagar alam, dan lain-lain - - Tidak Layak

11. J a r a k T e r h a d a p

Permukiman < 300 meter - - Tidak Layak

12. Jarak Terhadap Jalan

Raya < 150 meter - - Tidak Layak

13. Jarak Terhadap Bandara < 3000 meter - - Tidak Layak

14. D a e r a h P o t e n s i Sumberdaya Geologi

Sumberdaya air, mineral,

energi dan lahan - - Tidak Layak

19 33 47 60

(6)

Metode

Teknik Penentuan Skor

Penentuan skor dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Weighted Linear Combination (WLC) untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan dari beberapa alternatif lokasi. AHP digunakan untuk menentukan bobot dan nilai dari masing-masing kriteria penilaian, sedangkan WLC digunakan untuk operasi perhitungan nilai kesesuaian sebagai lokasi TPA. Pada penelitian ini, tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi TPA ditentukan dengan persamaan berikut:

!

!

!

!

!

!

!

Hasil penilaian tingkat kesesuaian lahan masing-masing lokasi dikelompokan dalam 4 (empat) tingkat kesesuaian, yaitu: zona tidak layak, zona layak rendah (19-33), zona layak sedang (33-47) dan zona layak tinggi (47-60).

!

Teknik Analisis Data

Tahapan pengolahan data yaitu dengan cara deskriptif kuantitatif yakni mengevaluasi parameter penilaian berbasis geologi lingkungan terhadap calon lokasi TPA sampah Pitay. Analisis data dibagi atas dua tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Regional

Pada tahapan ini ditetapkan 14 kriteria p e m i l i h a n l o k a s i T PA s a m p a h y a n g difokuskan pada evaluasi terhadap parameter-parameter geologi lingkungan berdasarkan SNI 03-3241-1994 (tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah) dan dikelompokan dalam dua parameter kriteria yakni 4 parameter kriteria penilaian dan 10 parameter kriteria penyisih.

!

2. Analisis Kriteria Penetapan

Pada tahapan ini setiap parameter ditampilkan dalam peta tematik digital kemudian digabungkan/di-overlay dengan menggunakan berbagai perangkat lunak/software Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa Arcgis 9.3, AutoCAD 2013, Global Mapper, Google Earth, BaseCamp dan Mapsource. Nilai skor kemudian dijumlahkan dan dari rentang jumlah skor kemudian ditentukan tingkat kelayakannya yaitu dibagi dalam zona-zona layak dan tidak layak yang dituangkan dalam suatu peta dasar berskala 1:20.000 (1 centimeter persegimewakili lahan seluas 200 meter persegi).

!

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentang Alam (Landscape) Calon Lokasi TPA Sampah Pitay

Berdasarkan Peta Rupa Bumi skala 1:50.000 Lembar 2306-212 yang diperoleh dari Bakosurtanal, bentang alam calon lokasi TPA sampah Pitay menempati perbukitan dari landai hingga terjal. Bentang alam di bagian selatan dan timur relatif landai dengan kemiringan kurang dari 5%, sedangkan bagian utara dan barat berlereng terjal lebih dari 10% dengan bentang alam yang bergelombang halus (Gambar 1 dan 2).

!

!

Gambar 1. Bentang alam dataran di bagian timur dan selatan Desa Pitay

Keterangan:

S : Tingkat kesesuaian lahan lokasi i untuk TPA wj : Bobot penilaian parameter j

xj : Nilai parameter j

(7)

!

Gambar 2. Bentang alam bergelombang di bagian barat dan utara Desa Pitay

!

Didapati juga dua perbukitan karst pada bagian timur laut Desa Pitay dengan nama Nuaf Fatuwehendak dan Nuaf Fatulemon. Punggungan bukit ini melandai dan miring ke arah selatan dan berada pada elevasi dari 350 hingga 475 meter diatas permukaan laut (Gambar 3).

!

!

Gambar 3. Nampak punggungan bukit karst pada bentang alam bagian timur laut Desa Pitay.

!

Analisis Regional 1. Parameter Kriteria a. Batuan

Berdasarkan pengamatan dilapangan dan mengacu pada Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor skala 1:250.000 (Rosidi, Tjokrosapoetro & Gafoer, 1996), batuan penyusun di daerah calon lokasi TPA sampah Pitay dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) satuan batuan, yaitu sebagai berikut:

Satuan Batugamping Oolitik

Satuan batuan ini termasuk dalam Satuan Otokton dan Parotokton dimana batuan p e n y u s u n n y a b e r u p a k a l s i l u t i t d a n batugamping oolitik, sedangkan bagian atas terdiri dari batugamping pejal, sebagian berupa batugamping koral, kalkarenit dan kalsirudit. Satuan ini secara regional dapat dibandingkan dengan Formasi Cablac (Tmc). Satuan batuan ini tersebar pada bagian utara P i t a y, t e p a t n y a p a d a G u n u n g N u a f Fatuwehendak yang memiliki potensi sumber daya geologi berupa batu marmer.

Satuan Batuan lempung bersisik

Satuan ini secara litologi terdiri dari lempung bersisik dan bongkahan asing yang berasal dari satuan batuan disekitarnya. Satuan ini secara regional dapat dibandingkan dengan Komplek Bobonaro (Tmb). Sebarannya merata di daerah Pitay dengan batuan yang bervariasi namun lebih dominan berupa batu lempung. Satuan ini umumnya berada pada bentang alam yang relatif landai. Bahan permukaan terdiri dari batu lanau dan lanau lepungan dengan tebal lapisan berkisar 0.8 – 1.5 meter. Lapisan dibawahnya merupakan l e m p u n g d a n b a t u l e m p u n g d e n g a n permeabilitas yang rendah.

Satuan Batuan napal pasiran

Satuan ini secara regional dapat dibandingkan dengan Formasi Noele (QTn). Satuan batuan ini berada pada bagian barat Pitay, dengan litologi berupa napal pasiran berselang seling dengan batupasir, konglomerat dan sedikit tufa dasit. Bahaya geologi yang perlu diperhatikan adalah gerakan tanah namun umumnya satuan ini terdapat pada bentang alam yang relatif landai.

Satuan Batugamping koral

(8)

b a g i a n s e l a t a n P i t a y d e k a t Ta n j u n g Pantaitamrin. Kedalaman muka air tanah dalam dan umumnya berada pada bentang alam yang relatih landai.

Satuan Batuan Aluvium (Qa)

Terdiri dari pasir, kerikil, kerakal yang berasal dari bermacam-macam batuan, terdapat pada dataran banjir sungai-sungai besar. Jenis lempung pasiran dan lumpur hitam terdapat di daerah rawa-rawa dan dataran pantai. Tersebar pada bagian utara Pitay dengan endapan yang berumur Kuarter – Holosen. Bahaya geologi yang perlu diperhatikan adalah gerakan tanah/longsor.

!

b. Muka air tanah

Air tanah hanya terdapat pada satuan daratan alluvial dan perbukitan rendah. Air tanah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, dan akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran.

Air tanah dangkal

Kedudukan air tanah sangat beragam serta akuifer dengan produktivitas sedang. Umumnya berada dalam aluvium yang terdiri dari pasir, kerikil, kerakal, lempung, dan lumpur. Kelulusan sedang sampai tinggi pada material kasar, dan berkelulusan rendah pada material halus.

Air tanah menengah kedalam

Umumnya berada pada satuan batugamping koral, setempat terkarstkan. Kelulusannya b e r a g a m , t e r g a n t u n g p a d a d e r a j a t p e m b e n t u k a n k a r s t . A k u i f e r d e n g a n produktivitas sedang dan aliran air tanah terbatas pada zona celahan, rekahan, dan saluran pelarutan; muka air tanah umumnya dalam; debit sumur dan mataair beragam dalam kisaran yang besar, mataair umumnya jarang.

!

c. Kemiringan lereng

Kemiringan lereng di daerah kajian terbagi atas 4 (bagian) yaitu sebagai berikut:

Kemiringan lereng 1 – 2 %

Satuan ini memiliki bentuk morfologi yang hampir datar, dengan kemiringan berkisar 1 –

2 %. Ketinggiannya bervariasi, berkisar 12 – 62 meter diatas permukaan laut. Sebarannya tidak merata dengan arah penyebaran meluas ke arah selatan menuju Tanjung Pantaitamrim. Satuan ini mencakup sekitar ± 35% dari wilayah kajian.

Kemiringan lereng 3 – 5 %

Satuan ini memiliki bentuk morfologi yang bergelombang halus, dengan kemiringan berkisar 3 – 5 %. Ketinggiannya bervariasi, berkisar 62 – 87 meter diatas permukaan laut. Sebarannya tidak merata dengan arah penyebaran meluas ke arah utara menuju Bukit Nuaf Fatulemon. Satuan ini mencakup sekitar ± 42% dari wilayah kajian.

Kemiringan lereng 6 – 10 %

Satuan ini memiliki bentuk morfologi yang bergelombang sedang, dengan kemiringan berkisar 6 – 10 %. Ketinggiannya bervariasi, berkisar 87 – 150 meter diatas permukaan laut. Sebarannya tidak merata dan tersebar pada hampir setiap wilayah pada daerah kajian. Satuan ini mencakup sekitar ± 15% dari wilayah kajian.

Kemiringan lereng 11 – 20 %

Satuan ini memiliki bentuk morfologi yang b e r g e l o m b a n g a g a k k a s a r, d e n g a n k e m i r i n g a n b e r k i s a r 1 5 0 – 1 8 0 % . Ketinggiannya bervariasi, berkisar 150 – 180 meter diatas permukaan laut bahkan lebih. Sebarannya tidak merata dan tersebar pada hampir setiap wilayah pada daerah kajian. Satuan ini mencakup sekitar ± 18% dari wilayah kajian. Kemiringan lereng yang melebihi satuan ini dianggap tidak layak untuk dijadikan lokasi TPA Sampah.

!

d. Curah hujan

Curah hujan rata-rata per tahun Kabupaten Kupang berdasarkan catatan Stasiun Klimatologi Lasiana-Kupang adalah 189 mm. Nilai curah hujan pada beberapa tahun yang lalu juga berkisar demikian, sehingga nilai curah hujan di Kabupaten Kupang kurang dari 1000 mm. Berdasarkan tabel kriteria penilaian, maka skor curah hujan bagi daerah kajian adalah 5 (lima).

(9)

e. Jarak terhadap sesar

Struktur utama yang terdapat di daerah Sulamu merupakan sesar (fault) yang terbentuk di bagian selatan Sulamu mendekati garis pantai. Struktur geologi yang b e r k a i t a n l a n g s u n g d e n g a n l o k a s i pembuangan sampah adalah struktur geologi patahan. Patahan merupakan zona lemah sehingga jika terdapat rambatan gelombang kegempaan zona ini akan mengalami kehacuran yang lebih besar di bandingkan daerah yang berjauhan dengan zona patahan. Daerah dengan jarak 100 meter dari bidang patahan merupakan daerah yang tidak layak untuk TPA sampah.

!

f. Kerentanan terhadap gerakan tanah G e r a k a n t a n a h a t a u l o n g s o r a d a l a h pergerakan massa batuan/tanah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Gerakan tanah mudah terjadi pada wilayah yang relatif terjal dengan formasi batuan yang telah mengalami pelapukan dan erosi tinggi, dan juga sebagai pemicu adalah keberadaan patahan. Dalam menentukan kelas kelayakan TPA sampah, wilayah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah menengah sampai tinggi merupakan parameter penyisih mutlak sebagai zona tidak layak. Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan gerakan tanah menengah dapat terjadi gerakan tanah berdimensi kecil dan besar terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, peralihan litologi atau tebing jalan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali terutama disebabkan oleh media air hujan. Gerakan tanah tinggi terjadi pada bagian lembah antar bukit yang disusun oleh material bahan rombakan. Material yang sifatnya lepas ini bila jenuh air akan mudah longsor dan biasanya daerah ini subur, air t a n a h d a n g k a l d a n d i m i n a t i u n t u k pemukiman.

!

g. Kerentanan terhadap banjir

Karakteristik banjir di Desa Pitay berupa banjir bandang dengan periode genangan

singkat yakni air yang tergenang berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah akibat hujan yang turun terus menerus. Genangan ini terdapat pada beberapa titik di bagian tengah Pitay serta bagian selatan Pitay dekat garis pantai, yakni aliran air dari hulu menuju hilir sungai Noel Oetufi, Noel Netatekok, dan Noel Lutufat dan bermuara pada garis pantai dekat Tanjung Pantaitamrin

!

h. Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai permanen seperti Sungai Tanisa, Netatetok, Lutufatu dan Sungai Oetufi serta sungai musiman lainnya yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Jarak yang ditetapkan terhadap sempadan sungai adalah 150 meter.

!

i. Kawasan Pesisir Pantai

Kawasan pesisir pantai adalah kawasan dimana terjadi interaksi antara daratan dan lautan. Kawasan yang berada sepanjang pesisir pantai ini mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai, yakni daratan sepanjang tepi pantai yang memiliki lebar yang proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, sekurang-kurangnya 500 meter diukur dari garis pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan pesisir pantai ini diterapkan di sepanjang pesisir pantai Desa Pitay Kecamatan Sulamu

!

j. Daerah lindung

Desa Pitay bebas dari daerah lindung seperti: hutan lindung, suaka alam, cagar alam, dan lain-lain. Tutupan lahan daerah kajian ini berupa semak/belukar yang menutupi hampir seluruh lahan desa dengan presentase berkisar 80% sedangkan daerah bagian barat terdiri atas tanah terbuka yang menutupi lahan daerah kajian sebesar 20%. Kedua jenis tutupan lahan tersebut dianggap sama-sama layak untuk dijadikan lokasi TPA Sampah.

!

(10)

k. Kawasan pemukiman

Kawasan permukiman yang ada di daerah kajian memiliki pola linier yaitu mengikuti jaringan jalan yang ada. Kawasan pemukiman berada pada bagian selatan Desa Pitay dimana terdapat jaringan jalan berupa jalan lokal primer.

!

l. Jarak terhadap bandara

Bandara yang terdekat dari daerah kajian Desa Pitay adalah Bandara El-Tari Penfui – Kupang dimana bandara ini jaraknya terhadap daerah kajian melebihi 3000 meter yaitu sesuai nilai standar yang sudah ditetapkan. Hal ini menunjukan bahwa pengoperasian di lokasi TPA tidak akan memengaruhi aktivitas di bandara.

!

m. Jarak terhadap jalan raya

Jalan raya yang melintasi Desa Pitay merupakan jaringan jalan kabupaten berupa Jalan Lokal Primer yang berada pada bagian selatan daerah kajian. Lokasi TPA Sampah harus berjarak 150 meter atau lebih dari jalan utama tersebut.

!

n. Daerah potensi sumberdaya geologi Potensi yang terdapat pada daerah kajian Desa Pitay berupa sumberdaya mineral dalam hal ini batuan marmer yang terletak di daerah Nuaf Fatuwehendak dan Nuaf Fatulemon. Penyebaran batuan ini membentuk bukit ke arah Timur dan Barat dengan cadangan yang ditaksir sebesar 8.766.000 m3 (Sumber: Hasil

pemetaan dan Inventarisasi Bahan Galian G o l o n g a n C – D i n a s P e r t a m b a n g a n Kabupaten Kupang Tahun 2001). Terdapat juga potensi sumber daya geologi berupa mineral logam mangan yang tersebar secara tidak merata di Pitay. Karena belum adanya data pemerintahan akan sebaran potensi mineral logam di daerah ini, maka penulis melakukan peninjauan lapangan untuk mengetahui potensi mineral logam yang berada disekitar tapak calon TPA Sampah. Berdasarkan peninjauan tersebut, didapati beberapa lokasi bekas penambangan rakyat dengan skala kecil pada tepi sungai Noel

Tanisa pada bagian barat Pitay. Daerah berpotensi seperti ini tidak layak untuk ditempatkan TPA Sampah sebab akan menghalangi kegiatan penambangan jika akan dikembangkan dikemudian hari.

!

2. Analisis kriteria penetapan

Hasil overlay dari peta satuan batuan dengan peta hidrogeologi Desa Pitay menghasilkan dua daerah yang merupakan zona potensi kelayakan. Dua daerah tersebut memiliki nilai yang berbeda berdasarkan tingkat kelayakannya, dimana pada daerah yang diarsir berwarna coklat memiliki nilai tertinggi (50) sebab berada pada daerah satuan batuan Bobonaro Clay dan berada pada

Pada tahap ini terjadi pengurangan daerah yang besar pada bagian utara dan selatan sebab daerah tersebut berada pada satuan Batugamping Koral dan Batugamping Oolitik, dan juga berada pada daerah muka air tanah sedang-dangkal sehingga berdasarkan kriteria penilaian yang ditentukan maka daerah tersebut dianggap tidak layak untuk dijadikan sebagai calon lokasi TPA Sampah.

!

!

Tabel 1. Tabulasi perhitungan skoroverlay peta geologi dengan MAT

!!

Hasil overlay peta satuan batuan, hidrogeologi serta kemiringan lereng menghasilkan berbagai zona tingkat kelayakan. Didapati satu zona kelayakan dengan nilai tertinggi yaitu pada daerah yang diarsir berwarna magenta dengan total nilai 60 (enampuluh).

Zona

A1 5 25 20 50 Batuan lempung, MAT langka

(11)

Gambar 3. Hasil overlay peta geologi dengan MAT

!

Tabel 2. Tabulasi perhitungan skoroverlay peta geologi, MAT dengan lereng

!

Pada tahap akhir, dilakukan overlay berbagai peta-peta tematik yang sesuai dengan kriteria penyisih untuk mengeliminasi beberapa daerah yang dianggap tidak layak TPA. Zona tidak layak TPA merupakan lahan yang akan atau sudah dipergunakan sebagai pemukiman; lahan dengan potensi tinggi akan bencana alam seperti longsor dan banjir; berada dekat pada patahan atau zona lemah sehingga akan berdampak buruk jika terjadi gempa; daerah yang dekat dengan jalan raya sehingga mengganggu estetika; daerah yang dekat

dengan sungai dan garis pantai sehingga akan mengganggu pengelolaannya; serta berada pada daerah potensi sumberdaya geologi seperti mangan dan marmer.

!

Gambar 4. Hasil overlay peta geologi, MAT dengan kelas lereng

!

Hasil Analisis Kelayakan Calon Lokasi TPA Sampah Pitay

Hasil analisis zona kelayakan TPA sampah telah menghasilkan 6 (enam) calon lokasi TPA sampah yang dinilai layak. Enam calon lokasi ini dibagi lagi berdasarkan tingkat kelayakannya yang dinilai berdasarkan jumlah skor calon lokasi TPA sampah dan juga berdasarkan parameter penyisih pada analisis regional.

!

Tabel 3. Tabulasi perhitungan tahap akhir calon lokasi TPA sampah Pitay

(12)

Zona 1

Zona ini terletak pada satuan batuan lempung bobonaro serta jauh dari daerah rawan bencana. Zona ini terletak jauh dari jalan raya maupun sungai dan tidak berada pada jalur patahan. Sedangkan Kemiringan lereng berada pada rentang 1 – 2 %. Total nilai kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan adalah 60.

Zona 2

Zona ini berada pada satuan batuan lempung bobonaro serta terletak jauh dari daerah rawan bencana dan berada jauh dari aliran sungai. Kemiringan lereng daerah ini berada pada rentang 3 – 5 %. Total nilai kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan adalah 58.

Zona 3

Zona ini berada pada satuan batuan lempung bobonaro serta terletak jauh dari daerah rawan bencana. Zona ini terletak jauh dari jalan raya maupun sungai dan tidak berada pada jalur patahan. Kemiringan lereng daerah ini berada pada rentang 3 – 5 %. Total nilai kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan adalah 58. Zona 4

Zona ini berada pada satuan batuan lempung bobonaro serta terletak jauh dari daerah rawan bencana Zona ini terletak jauh dari jalan raya maupun sungai dan tidak berada pada jalur patahan, namun berada dekat pada perbatasan antara Desa Pitay dengan Desa Pantai Beringin. Total nilai kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan adalah 58.

Zona 5

Zona ini berada pada satuan batuan lempung bobonaro serta terletak jauh dari daerah rawan bencana. Zona ini terletak jauh dari jalan raya maupun sungai dan tidak berada pada jalur patahan, namun terletak tidak terlalu jauh dari sub-segment daerah aliran sungai (DAS). Total nilai kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan adalah 58.

Zona 6

Zona ini terletak pada satuan batuan napal pasiran, serta jauh dari daerah rawan bencana. Zona ini terletak jauh dari jalan raya maupun sungai dan tidak berada pada jalur patahan. Sedangkan Kemiringan lereng daerah ini

berada pada rentang 1 – 2 %. Total nilai kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan adalah 55.

Zona Tidak Layak

Zona ini tersebar luas hampir di seluruh Desa Pitay. Faktor utama yang menyebabkan zona ini tidak layak adalah karena memiliki satu atau lebih parameter penilaian dan parameter penyisih aspek geologi maupun aspek non-geologi. Aspek penilaian yang paling dominan adalah satuan batuan, sedangkan aspek penyisih yang paling dominan adalah jarak terhadap sungai.

!

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi parameter-parameter penilaian berbasis geologi lingkungan terhadap penetapan calon lokasi TPA sampah Pitay maka didapati 6 (enam) calon lokasi yang dinyatakan layak dengan perbedaan tingkat kelayakan masing-masing. Lokasi dengan nilai tertinggi pada zona layak tinggi merupakan lokasi yang menjadi pilihan utama serta lokasi lainnya merupakan lokasi pilihan alternatif.

Lokasi terpilih terletak pada bagian barat Desa Pitay dengan satuan batuan lempung bobonaro serta jauh dari daerah rawan bencana seperti longsor dan banjir. Jenis batuan ini memiliki kelulusan air yang rendah hingga sangat rendah, praktis kedap air, sehingga merupakan daerah dengan potensi air tanah langka. Zona ini terletak jauh dari jalan raya maupun sungai dan tidak berada pada jalur patahan. Sedangkan kemiringan lereng berdasarkan skala regional, maka daerah ini berada pada rentang 1 – 2 %. Ketinggian daerah ini adalah berkisar 90 – 100 meter diatas permukaan laut. Total nilai kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan adalah 60, oleh karena itu calon lokasi TPA Sampah Pitay ini dinyatakan layak berdasarkan evaluasi parameter geologi lingkungan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Kupang, 2010, Laporan Pendahuluan Penyususnan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kupang Tahun 2010-2030, PT. Wahana Adya Konsultan, Kupang.

!

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang, 2013, Kabupaten Kupang Dalam Angka 2013, BPS Kabupaten Kupang, Kupang.

!

Dinas Pertambangan Kabupaten Kupang, 2 0 0 1 , H a s i l P e m e t a a n D a n Inventarisasi Bahan Galian Golongan C “ P r o y e k P e n i n g k a t a n S a r a n a Penunjang dan Pemetaan Sumber Daya Wilayah Pertambangan Kabupaten Kupang T.A. 2001”, Dinas Pertambangan Kabupaten Kupang, Kupang.

!

Montgomery, C.W., 2003, Environmental Geology, McGraw-Hill, New York.

!

Noor, Djauhari., 2011, Geologi untuk Perencanaan, Graha Ilmu, Yoyakarta.

!

Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2008, ”Laporan Final” Perencanaan Penyiapan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, Pemprov NTT, Kupang.

!

Rosidi, H.M.D; K. Suwitodirdjo dan S. Tjokrosapoetro., 1996, Peta Geologi Lembar Kupang – Atambua, Timor, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung.

!

SNI 03-3241-1994., 1994, Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah

!

Gambar

Tabel 1. Kriteria satuan kelas parameter dan pembobotan
Gambar 1. Bentang alam dataran di bagian timur dan selatan Desa Pitay
Gambar 2. Bentang alam bergelombang di bagian barat dan utara Desa Pitay �
Tabel 1. ��Tabulasi perhitungan skor overlay peta geologi dengan MAT
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut di atas, sebagai dasar hukum pelaksanaan Pelayanan Jemaah Haji di Daerah dan untuk melaksanakan amanat Undang-Undang dan Peraturan

• Peserta didik diberi kesempatan menganalisa struktur teks dan unsur kebahasaan sesuai penjelasan yang diberikan oleh guru sebelumnya dengan meminta

Dalam  melakukan  pengukuran  kinerja  dengan  menggunakan  OMAX  dan  Traffic Light Systems ditemukan kinerja yang berada pada level baik, cukup dan jelek. KPI 1.7, 

Bahan tanaman yang digunakan adalah varietas Ciherang (rentan terhadap tungro). Persemaian dilakukan se- cara terbuka dan terpisah dari lahan percobaan. Herbisida

Bertitiktolak dari hasil survei ini maka disimpulkan bahwa perlu dilakukan evaluasi mengenai penyebab keluhan yang muncul terhadap pembelian sepatu casual pria

penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan gedung diperkenankan apabila masih memenuhi batas ketinggian yang ditetapkan dalam RTRW, dengan ketentuan tidak melebihi

Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan yaitu sebagai regulator dan pengawasan di sektor perbankan, pasar modal, peransuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga

Vektordaya Mekatrika dengan penambahan transaksi 117 Gambar 3.18 Model data konseptual lokal dengan semua atribut 119 Gambar 3.19 Menghilangkan atribut multi-valued pada