1
KEUANGAN INTERNASIONAL
PENDAHULUAN
Perdagangan internasional dipermudah oleh pasar keuangan internasional yang menyebabkan perdagangn valas dan aliran modal berjalan lancar antarnagara. Pada era globalisasi seperti sekarang ini akses masuk ke pasar keuangan dalam konteks perdagangan intenasional menjadi teramat sangat mudah dengan berkembangnya teknologi informasi modern.
Di makalah ini kami akan mencoba menguraikan segala sesuatu mengenai pasar keuangan internasional yang telah berhasil kami dapatkan dari beberapa sumber. Dari mulai definisi tentang pasar keuangan secara umum hingga definisinya secara internasional.
Dalam makalah ini kami juga akan membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan pasar keuangan internasional seperti pengelompokan pasar modal dunia serta pengelompokan jenis-jenis pasar keuangan internasional dan lain sebagainya.
Makalah ini masih sangat jauh dari sempurna kerena keterbatasan referensi serta sumber yang kami dapatkan sehingga kami harap maklum akan hal tersebut. Tetapi kami berusaha untuk menyajikan hasil kerja terbaik kami yang tertuang dalam makalah ini.
PEMBAHASAN
A. PASAR KEUANGAN SECARA UMUM 1. Pengertian pasar keuangan
Pasar keuangan adalah merupakan mekanisme pasar yang memungkinkan bagi seorang atau koporasi untuk dengan mudah dapat melakukan transaksi penjualan dan pembelian dalam bentuk sekuritas keuangan (seperti saham dan obligasi), Dalam sekuritas komoditas dimungkinkan dapat melakukan pembelian dan penjualan awal atas produk-produk sumber alam seperti produk pertanian dan Pertambangan dan lain sebagainya.
2. Manfaat pasar keuangan
Tanpa adanya pasar keuangan ini maka peminjam uang (kreditur) akan mengalami kesulitan dalam menemukan debitur yang bersedia untuk memberikan pinjaman
kepadanya. Pengantara seperti bank membantu dalam melakukan proses ini, dimana bank menerima deposito dari nasabahnya yang memiliki uang untuk ditabung dan kemudian bank dapat meminjamkan uang ini kepada orang yang berniat untuk meminjam uang. Bank biasanya memberikan pinjaman uang dalam bentuk kredit dan kredit pemilikan rumah. 3. Penggolongan Pasar Keuangan
Terdapat berbagai cara untuk mengelompokkan pasar keuangan;
Cara Pertama untuk mengelompokkan pasar keuangan adalah melalui jenis klaim
2 disebut pasar hutang. Aktiva keuangan lainnya disebut instrument pasar ekuitas atau bursa saham. Saham preferen merupakan klaim ekuitas yang memberikan hak kepada investor untuk menerima pembayaran dalam jumlah tetap. Umumnya, instrument hutang dan saham preferen dikelompokkan sebagai bagian dari pasar penghasilantetap. Sektor bursa saham di luar saham preferen disebut pasar saham biasa.
Cara Kedua untuk mengelompokkan pasar keuangan adalah berdasarkan jatuh temponya. Sebagai contoh, terdapat pasar keuangan untuk instrument hutang jangka pendek disebut pasar uang (money market) dan untuk instrumen aktiva keuangan dengan jatuh tempo yang lebih panjang disebut pasar modal (capital market). Aktiva keuangan jangka pendek adalah instrument yang jatuh temponya kurang dari atau sama dengan satu tahun, sedangkan aaktiva keuangan jangka panjang memiliki masa jatuh tempo lebih dari satu tahun. Oleh karena itu, pasar hutang dapat digolongkan sebagai pasar uang ataupun pasar modal berdasarkan jangka waktu jatuh temponya. Instrumen ekuitas dikarenakan sifatnya yang umumnya perpetual/tidak memiliki tanggal maturitas, dikelompokkan sebagai bagian dari pasar modal.
Cara Ketiga untuk mengelompokkan pasar keuangan adalah berdasarkan penerbitannya, yaitu apakah instrumen tersebut baru diterbitkan untuk pertama kalinya atau telah
diterbitkan sebelumnya. Pada saat penerbit (issuer) menjual aktiva keuangan baru kepada masyarakat umum, maka issuer dianggap menerbitkan aktiva keuangan. Pasar bagi aktiva keuangan yang diterbitkan pertama kali disebut pasar primer. Setelah kurun waktu tertentu, aktiva keuangan dibeli dan dijual oleh sesama investor. Pasar dimana kegiatan perdagangan tersebut dilakukan disebut pasar sekunder.
4. Fungsi Pasar Keuangan
Pasar keuangan memiliki tiga fungsi ekonomi utama. Pertama, pasar menentukan harga aktiva yang diperdagangkan melalui interaksi antara penjual dan pembeli. Hal ini disebut proses penemuan harga (price discovery process). Kadua, pasar keuangan menyediakan suatu mekanisme bagi investor untuk menjual aktiva kewajibannya. Karenakegunaan tersebut, pasar keuangan dapat menawarkan suatu likuiditas, yaitu kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas. Ini merupakan hal yang menarik jika situasi yang ada dapat mendorong atau meotivasi investor untuk menjual. Tanpa adanya pasar sekunder, pemilik hutang akan dipaksa untuk menyimpan instrumen hutangnya hingga tanggal jatuh
temponya. Pemilik ekuitas harus menunggu hingga perusahaan, baik sukarela maupun terpaksa, dijual (dilikuidasi).
Fungsi ekonomi pasar keuangan yang ketiga adalah kemampuannya untuk menurunkan biaya transaksi. Dua biaya dihubungkan dengan usaha transksi: biaya pencarian dan biaya informasi.Biaya pencarian mengacu kepada biaya eksplisit, seperti biaya iklan dan biaya implicit seperti waktu yang dihabiskan untuk menemukan penjual/pembeli. Keberadaan pasar keuangan terorganisir menurunkan biaya pencarian.
Biaya informasi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam menilai hasil investasi aktiva keuangan.
3 1. Pengertian pasar keuangan internasional
Pasar keuangan internasional merupakan Pertemuan antara pembeli dan penjual yang subjeknya adalah antarnegara yang bersangkutan, untuk memperdagangkan produk keuangan dalam berbagai cara termasuk penggunaan bursa efek, secara langsung antara penjual dan pembeli (over-the-counter).
2. Globalisasi Pasar Keuangan
Globalisasi berarti perpaduan (integrasi) dari pasar keuangan di seluruh dunia ke dalam suatu pasar keuangan internasional. Karena globalisasi pasar keuangan, calon investor dan penerbit (issuer) tidak hanya melakukan transaksi dalam ruang lingkup domestic yang terbatas. Faktor-faktor yang mendorong terciptanya integrasi pasar keuangan adalah; a) Deregulasi atau liberalisasi pasar dan aktivitas peserta pasar pada pusat keuangan utama, b) Kemajuan teknologi yang meungkinkan pengawasan pasar dunia, pelaksanaan pesanan dan analisis peluang keuangan,
c) Peningkatan instutisionalisasi pasar keuangan.
3. Pengelompokkan Pasar Modal Dunia
Dari sudut pandang suatu negara, pasar keuangan dapat dikelompokkan sebagai: a) Pasar internal
Pasar internal disebut juga pasar nasional. Pasar ini dibedakan menjadi:
pasar domestik dan pasar asing. Pasar domestic merupakan pasar dimana perusahaan perusahaan penerbit sekuritas berdomisili di negara tersebut.
Pasar asing adalah pasar dimana dilakukan jual beli sekuritas dari perusahaan yang tidak berdomisili di negara tersebut. Sekuritas asing diatur oleh pihak berwenang di Negara dimana sekuritas tersebut beredar. Misalnya, sekuritas yang diterbitkan di AS oleh perusahaan non AS harus mengikuti hukum sekuritas AS. Perusahaan non-Jepang yang ingin menerbitkan saham di Jepang harus tunduk kepada peraturan yang dikeluarkan oleh departemen keuangan Jepang. Nama-nama panggilan telah diberikan terhadap berbagai pasar asing. Antara lain, pasar asing di AS disebut Yankee market, di Jepang disebut Samurai Market, di Inggris disebut Bulldog Market, di Belanda disebut Rembrandt Market dan di Spanyol dikenal dengan sebutan Matador Market.
b) Pasar eksternal
disebut juga pasar internasional, meliputi sekuritas dengan karakteristik sebagai beriut: (1) Pada saat ini diterbitkan, sekuritas ini ditawarkan secara terus-menerus kepada investor di berbagai Negara, dan
(2) Sekuritas tersebut dikeluarkan di luar yuridikasi satu negara. Pasar eksternal umumnya disebut offshore market, atau lebih popular dengan sebutan Euromarket (walaupun pasar ini tidak terbatas hanya di Eropa, hanya dimulai di Eropa).
4 a) Pasar Eurocurency
Pasar Eurocurency memudahkan transfer dana internasional khususnya yang berjangka waktu pendek. Dalam pasar ini bank-bank komersial memakai perantara: menerima deposito berjangka pendek dalam berbagai mata uang kemudian memanfaatkan dana ini untuk disalurkan dalam kredit yang berjangka pendek juga. Biasanya transaksi dilakukan dalam kategori “perdagangan besar”, dengan nilai transaksi yang besar. Deposan dan peminjam utama dalam pasar ini adalah perusahaan besar dan lembaga pemerintah. Volume transaksi Eurocurency dalam suatu area tertentu biasanya tergantung pada besar kecilnya tingkat bisnis internasional dalam area tersebut.
Sejarah perkembangan pasar Eurocurency tidak dapat dilepaskan dengan munculnya pasar Eurodollar. Pasar Eurodollar diciptakan karena banyak perusahaan AS mendepositokan dollar AS di bank-bank Eropa. Bank yang berada di dataran Eropa tentu saja mau menerima deposito dalam dollar karena mereka kemudian dapat meminjamkan dollar tersebut kepada para nasabahnya di eropa karena dollar AS secara luas digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan internasional, berarti selalu ada kebutuhan akan dollar di Eropa. Deposito dalam dolar AS yang disimpan di bank-bank di Eropa tersebut terkenal dengan sebutan Eurodollars.
Pasar Eurocurrency secara luas termasuk bank-bank di Asia yang menerima deposito dan menyalurkan pinjaman dalam mata uang asing (terutama dollar). Pasar Eurocurrency di Asia (sering disebut Asian market) terkonsentrasi khususnya di Hongkong dan Singapura. Perbedaan antara Pasar Eurocurrency di asia dan Eropa hanya masalah lokasi. Pasar dolar Asia tumbuh untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang menggunakan dolar AS (dan mata uang “kertas” lainnya) sebagai alat tukar dalam perdagangan internasional. Para pengusaha yang melakukan bisnis di Asia tidak dapat hanya mengandalkan bank-bank di Eropa karena jarak dan perbedaan zona waktu. Apalagi pemerintah Singapura memberikan kemudahan- kemudahan pajak dalam wujud penghapusan 40% withholding tax atas bunga yang dibayar kepada orang asing pada tahun 1968 dan mengurangi pajak atas laba mereka khususnya Asian dollar offshore loan dari 40% menjadi 10% pada tahun 1973. keringanan dan penghapusan pajak seperti ini jelas amat berpengaruh terhadap pertumbuhan pasar dollar Asia.
b) Pasar Eurocredit
Pasar Eurocredit melayani unit ekonomi yang kekurangan dana, terutana dalam kredit jangka menengah. Syarat pinjaman jangka menengah biasanya lebih dari satu tahun dan masa jatuh tempo umumnya lima tahun. Perbedaan utama antara kredit di pasar Eurocredit dan Eurocurrency adalah pada jangka waktu kreditnya. Bank-bank komersial yang
berperan aktif dalam pasar Eurocurrency sebagai lembaga perantara juga dapat bermain di pasar Eurocredit. Perusahaan dan pemerintah pada umumnya meraup dana sebanyak-banyaknya dari pasar ini.
5 deposito yang harus dibayar cenderung meningkat. Untuk menghindari hal ini banyak Eurobank sekarang menggunakan suku bunga mengambang bila meminjam Eurocredit (floating-rate Eurocredit loan). Suku bunga mengambang ini sejalan dengan pergerakan suku bunga di beberapa pasar uang, seperti LIBOR (London inter bank offer rate), yaitu suku bunga yang umumnya dikenakan bagi keamanan antar bank di Eropa. Sebagai contoh, suatu pinjaman Eurocredit bias saja memiliki suku bunga yang disesuaikan setiap enam bulan sekali adan dipatok pada harga “LIBOR ditambah 1%”. Satu persen dalam contoh ini merupakan premi yang harus dibayar diatas LIBOR dan besar kecilnya tergantung dari resiko kredit si peminjam.
c) Pasar Eurobond
Pasar Eurobond memudahkan transfer dana jangka panjang dari pihak yang kelebihan dana kepada yang kekurangan dana. Dengan kata lain, Pasar Eurobondmengisi kekosongan penyediaan dana jangka panjang yang tidak dapat diberikan oleh pasar Eurocurrency dan Eueocredit. Beberapa bank komersial berpartisipasi dalam pasar ini dengan membeli Eurobond (obligasi) sebagai investasi. Tugas utama bank ini adalah melayani perusahaan besar dan pemerintah dalam memasarkan obligasi. Biasanya bank-bank ini menempatkan Eurobond bersama lembaga investor seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bond mutual funds.
Munculnya pasar Eurobond salah satunya diakibatkan oleh pajak persamaan bunga (interest Equalizer tax) yang ditetapkan oleh pemerintah AS pada tahun 1963 untuk
mencegah investor AS membeli surat berharga luar negeri. Akibatnya peminjam-peminjam dari luar AS yang tadinya menjual surat berharga kepada investor AS mulai menoleh ke pasar selain AS. Inilah awal menjamurnya pasar Eurobond.
d) Pasar modal internasional
Pasar modal internasional melayani transfer dana jangka panjang dalam wujud investasi ekuiti (equity investement). Pertumbuhan yang mengesankan dalam transaksi saham internasional sebagian besar diakibatkan oleh adanya international mutual funds. Yang terakhir ini, selain memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan-perusahaan asing, juga mempunyai akses yang lebih mudah ke pasar internasional dibandingkan investor individu. Dengan demikian, mereka dapat mengumpulkan dana dari investor individu untuk menciptakan suatu portofolio saham internasional.
e) Pasar currency swap, futures, options, dan forward
Transfer dana internasional dalam pasar keuangan internasional seringkali menempatkan para pelaku ekonomi dalam kondisi mudah menderita risiko valas, risiko suku bunga, ataupun risiko suku bunga. Risiko ini, dalam praktik, dapat diminalisasi melalui pasar currency swap, futures, options, dan forward. Para pelaku ekonomi menggunakan pasar-pasar ini untuk melakukan spekulasi dan berjaga-jaga (hedge). Bank-bank komersial dan perusahaan sekuritas merupakan perantara utama dalam pasar swap. Perusahaan sekuritas menangani transaksi future dan option.
5. Motif melakukan investasi internasional
6 internasional. Motif ini terbukti telah mendorong internasionalisasi pasar keuangan. a) Motif investor melakukan investasi di pasar internasional:
• Kondisi perekonomian: perusahaan-perusahaan di Negara tertentu biasanya mengharapkan kinerja lebih menguntungkan dengan beroprasi di negara lain.
• Harapan terhadap kurs valas: kebanyakan investor membeli surat-surat berharga dalam mata uang yang nilainya diharapkan mengalami apresiasi terhadap mata uang Negara si investor. Dari perspektif investor asing, kinerja investasi semacam ini amat tergantung dari pergerakan nilai mata uang.
• Diversifikasi internasional: investor besar kemungkinan memperoleh manfaat dari diversifikasi kekayaan portofolionya secara internasional. Bukti empiris menunjukkan bahwa pengurangan risiko dalam jumlah yang substansial dapat terjadi akibat diversivikasi internasional. Manfaat berupa pengurangan risiko dapat dijelaskan dengan perbedaan kondisi ekonomi antar Negara, sehingga seluruh portofolio seoran investor tidak hanya semata-mata tergantung pada kondisi perekonomian suatu Negara. Selain itu akses
terhadap pasar luar negeri juga memungkinkan investor untuk menanam modal pada lebih banyak kelompok industri yang mungkin tidak tersedia banyak di dalam negeri.
b) Motif kreditor menyediakan kredit di pasar internasional
• Tingginya tingkat suku bunga internasional: banyak Negara mengalani kekurangan dana yang dapat dipinjamkan, yang pada gilirannya menyebabkan suku bunga domestic relative tinggi. Kondisi semacam ini akan mendorong kreditor asing untuk berupaya
memanfaatkannya dengan menawarkan modal ke pasar Negara tersebut. Suku bunga domestic yang tinggi mencerminkan tingginya harapan inflasi dinegara tersebut. Karena inflasi dapat menyebabkan depresiasi mata uang local terhadap mata uang asing. Tingginya suku bunga di Negara tersebut mungkin saja ditutup dengan melemahnya mata uang local selama periode tertentu.
• Harapan terhadap kurs valas: kreditor biasanya mempertimbangkan untuk mensuplai modal kepada Negara-negara yang mata uangnya diharapkan mengalami appresiasi terhadap mata uang Negara si kreditor. Apapun bentuk transaksi yang dilakukan berupa obligasi atau pinjaman internasional, kreditorakan untung bila nilai mata uang yang mendominasi transaksinya menguat disbanding mata uang Negara si kreditor.
• Diversifikasi internasional: para kreditor dapat memperoleh keuntungan dari diversifikasi internasional, yang mengurangi kemungkinan bangkrutnya peminjam pada saat yang bersamaan. Efektifitas dari strategi semacam ini tergantung dari korelasi kegiatan ekonomi antar Negara. Diversifikasi antar Negara akan kurang efektif bila Negara yang
bersangkutan cenderung mengalami siklus bisnis yang kurang lebih sama.
6. Motif berburu dana di pasar di pasar internasional
7 dapat dihilangkan dengan menguatnya suatu mata uang.
• Harapan kurs valas : peminjam yang mengharapkan suatu kurs mata uang asing akan mengalami depresiasi, kebanyakan mempertimbangkan untuk meminjam valas tersebut dan menkonversinya ke dalam mata uang local. Tentunya para peminjam itu juga
mengharapkan kurs valas ketika dikonversi ke dalam mata uang local melebihi kurs ketika membeli kembali valas tersebut untuk membayar pinjaman.
Manajemen Keuangan Mulfinasional
Tujuan utama dari manajemen keuangan multinasional adalah memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham, sebagaimana dapat diukur dari harga saham. Hal ini berarti membuat keputusan keuangan dan investasi, yang dapat menambah nilai sebanyak
mungkin pada perusahaan. Perusahaan juga harus mengelola aset secara efektif di bawah kendali mereka.
Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang resmi dan manajemen memiliki kewajiban untuk ber- tindak demi kepentingan yang terbaik. Walaupun pemegang peran yang lain dalam perusahaan juga memiliki hak, namun tidak sama dengan hak pemegang saham. Pemegang saham menyediakan modal berisiko yang menopang klaim-klaim dari pemegang peran yang lain.
Tujuan lain dari sistem keuangan multinasional men- cerminkan kemampuan untuk menghubungkan melalui
mekanisme transfer ke organisasi yang lebih besar. Je- nis transfer ini mencerminkan kebebasan untuk memilih beragam channel keuangan. Beberapa perusahaan
mul¬tinasional memiliki fleksibilitas waktu dalam aliran dana.
Pada manajemen keuangan multinasional ini, ke- mampuan untuk menghindari pajak nasional menjadi- kan suatu kontroversi.
• Fungsi Manajemen Keuangan
Secara tradisional, manajemen keuangan dibagi menjadi dua fungsi dasar, yaitu pencarian dana dan investasi dari dana tersebut. Fungsi pertama dikenal sebagai keputusan
pembiayaan, melibatkan kegiatan mengumpulkan dana dari sumber-sumber internal maupun sumber-sumber eksternal un¬tuk perusahaan dengan biaya jangka panjang yang serendah mungkin. Sedangkan keputusan investasi berkaitan dengan alokasi dana demi memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
Aliran dana perusahaan internal seperti pembayaran ulang pinjaman sering ditangani untuk mengakses dana yang telah dimiliki, atau secara teori oleh perusahaan multinasional itu sendiri. Aliran yang lain, seperti pembayaran dividen dilakukan untuk me- ngurangi pajak atau risiko mata uang. Struktur modal dan keputusan pembiayaan yang lain sering di- motivasi keinginan untuk mengurangi risiko investasi dan biaya pembiayaan. Pengelolaan risiko nilai tukar melibatkan keputusan pembiayaan dan keputusan investasi.
Faktor-faktor tambahan lain yang dihadapi oleh para eksekutif dari perusahaan
8 menggulingkan penguasa atau pemerintahannya ini akan berdampak pada perusahaan-perusahaan multinasional di negara tersebut.
Ketika perusahaan mempertimbangkan karakter- istik unik dari manajemen keuangan multinasional. Maka mereka akan menekankan pada risiko politik dan ekonomi tambahan yang harus dihadapi pada negara tersebut. Perspektif yang lebih luas dibutuhkan pada perusahaan unuk mengubah suatu perusahaan menjadi multinasional.
Kemampuan untuk menggerakkan manusia, uang dan material secara global, akan membuat suatu perusahaan multinasional lebih dari skedar gabungan dari bagian-bagiannya. Dengan memiliki operasinya di negara-negara yang berbeda, maka suatu perusahaan multinasional dapat mengakses pasar modal yang ter segmentasi demi menurunkan modal pembiayaannya secara keseluruhan. Hal itu dapat menggeser laba untuk menurunkan pajak dan mendapat keuntungan dari diversifikasi internasional dari pasar dan produksi, sehingga berguna untuk mengurangi risiko dari pendapatannya.
• Hubungan dengan Manajemen Keuangan Domesfik Pada beberapa tahun terakhir, begitu banyak pene- litian telah dilakukan dalam sektor keuangan perusahaan internasional. Pokok pikiran utama dari pe- kerjaan ini telah menerapkan metodologi dan logika ekonomi keuangan dalam pembelajaran kunci dari keputusan keuangan internasional. Beberapa per-masalahan yang kritis adalah pengelolaan risiko per- tukaran mata uang asing dan analisis investasi asing, hal tersebut dapat diatasi dengan melihat ekonomi keuangan, yang
menekankan penggunaan analisis ekonomi untuk memahami kerja dasar dari pasar keuangan.
Dengan fokus pada sifat-sifat pasar keuangan dan partisipannya dibandingkan bagaimana memecah- kan problem-problem tertentu. kita dapat memperoleh prinsip-prinsip valuasi fundamental dan mengembangkan pendekatan superior dari pengelolaan keuangan. Sama halnya dengan pemahaman yang lebih baik dari hukum-hukum dasar fisika yang dapat membuat rancangan yang lebih baik dan produk yang dapat berfungsi lebih baik. Kita dapat juga memperhitungkan dengan lebih baik validitas dari pendekatan-pendekatan keputusan keuangan yang ada dengan melihat asumsi-asumsi yang men- dasari konsisten, dengan pengetahuan pasar keuangan dan prinsip-prinsip valuasi.
Tiga konsep yang bangkit dari ekonomi keuangan telah terbukti menjadi hal yang penting dalam
mengembangkan dasar-dasar teori untuk keuangan perusahaan internasional, yaitu arbitrase, efisiensi pasar, dan menilai aset modal.
Arbitrase
Definisi arbitrase secara tradisional adalah pembeli- an suatu aset atau komoditi pada suatu pasar, untuk penjualan kembali secara cepat pada pasar yang lain demi memperoleh laba dari selisih harga. Arbitrase ini telah digunakan untuk menjelaskan beberapa ke- giatan lain yang lebih luas. Misalnya Arbitrase pajak yang melibatkan pergeseran dari keuntungan atau kerugian yuridiksi pajak terhadap yang lain, demi memperoleh laba dari selisih pajak. Dalam konteks yang lebih luas, arbitrase risiko spekulasi menjelas¬kan proses suatu persamaan imbal hasil dari penyesuaian risiko pada instrument sekuritas yang berbe- da, kecuali jika terjadi pasar tak sempurna.
9 berbagai hubungan antara pasar keuangan domestik dan in¬ternasional. Nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga, dan inflasi bergantung pada arbitrase untuk keberadaannya. Bahkan hal tersebut merupakan proses arbitrase yang menjamin efisiensi pasar.
Efisiensi Pasar
Suatu pasar yang efisien adalah keadaan dimana harga dari sekuritas yang diperdagangkan telah mencakup informasi baru. Sekuritas yang diperdagangkan dihargai secara benar dalam suatu aturan
perdagangan pada harga terdahulu atau informasi yang tersedia secara publik, namun tidak secara konsisten mengarah ke laba (setelah menyesuaikan biaya transaksi) dalam
kelebihannya demi semata-mata pengam- bilan risiko.
Daya dari pasar yang dapat diperkirakan, bertumpu pada kemampuannya mengumpulkan suatu kumpulan penilaian secara individual dari seluruh dunia pada satu tempat. Penilaian ini berdasarkan informasi seka- rang. Jika tren kebijakan masa depan berubah, maka masyarakat akan merevisi harapannya, sehingga harga akan berubah mengikuti informasi baru.
Dengan mengatakan bahwa pasar efisien, bukan berarti pasar tak pernah blunder. Pada tahun 2008 contohnya, terjadi krisis ekonomi disebabkan oleh "Subprime Mortage", dimana pinjaman diberikan dengan jaminan berupa pinjaman juga. Antara krisis dan resolusi selalu ada daerah yang tak dapat dipetakan. Kepanikan mengumpani dirinya sendiri, kemudian menyebar dari satu negara ke negara lain, sehingga menyebabkan ketidakstabilan global dan resesi. Kondisi tersebut kemudian berangsur-angsur pulih pada tahun 2010. Dapat dikatakan bahwa pasar itu dapat mengkoreksi dirinya sendiri. Tidak seperti pemerintah, ketika investor me- nyadari ada masalah, mereka cenderung menarik dana, tidak menambahnya lagi. Pada saat yang sama, ketika fundamental dasar dari suatu negara terdengar, investor akan mengenalinya dan modal mereka pun akan kembali. Penghitungan Harga Aset Modal Perhitungan harga aset model mengacu pada cara menilai suatu sekuritas berkenaan dengan risiko dan imbal hasil yang dapat diantisipasi. Sebab risiko merupakan bagian terpadu dari keputusan keua¬ngan internasional. Terdapat
hubungan antara risiko (diukur oleh keragaman imbal hasil) dan imbal hasil dari aset yang dibutuhkan. Hal tersebut dapat diru- muskan dalam model penghitungan aset modal atau CAPM (Capital Asset Pricing Model) dan teori harga arbitrase atau APT (Arbitrage Price Theory) yang paling umum.
Baik CAPM maupun APT mengasumsikan bahwa jum- lah keragaman dari suatu imbal hasil aset dapat di- peroleh dari dua sumber, yaitu: pengaruh pasar luas yang berdampak pada keseluruhan aset hingga pada batas tertentu, seperti keadaan perekonomian; dan risiko lain yang khusus pada suatu perusahaan ter¬tentu, misalnya mogok kerja.
10 Memiliki keuangan yang stabil dan mumpuni adalah dambaan setiap orang. Sayangnya, tidak semua orang bisa mewujudkan keinginan ini. Memiliki kondisi keuangan yang baik sebenarnya mudah saja. Rahasianya terletak pada kemauan dan disiplin.
Pada dasarnya, merencanakan keuangan itu tergantung pada kebijakan kita dalam mengalokasikan anggaran yang ada. Membuat rincian keuangan dan taat pada “aturan main” yang telah kita tetapkan.
Perencanaan keuangan yang baik memiliki beragam manfaat menarik, diantaranya: 1. Semua tagihan wajib seperti cicilan rumah, tagihan kartu kredit, cicilan kendaraan, dll dapat dibayarkan dengan lancar dan tepat waktu.
2. Memungkinkan kita menabung dan mempersiapkan dana darurat dengan baik. Tabungan yang direncanakan dengan baik akan memungkinkan kita mencapai apa yang diinginkan dengan tepat waktu, contoh: liburan setiap tahun. Dana darurat yang dipersiapkan dengan baik bermanfaat untuk menopang keuangan pada kondisi yang tidak diinginkan, misalnya disaat sakit.
3. Mempersiapkan hari tua dengan lebih baik. Dengan merencanakan keuangan dan disiplin dalam menjalankannya, jumlah tabungan yang terkumpul untuk hari tua pun akan lebih banyak dan kita akan lebih siap dalam menjalaninya. Tentunya semua orang
mendambakan untuk menjalani hari tua yang nyaman dan bebas dari kekhawatiran finansial.
Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana caranya membuat anggaran keuangan yang baik? MYWealth akan memandu Anda melalui tips-tips sederhana berikut ini:
1. Sejak pertama kali menerima gaji, jangan tunda-tunda untuk membayarkan semua kewajiban, seperti cicilan rumah dan kendaraan pribadi.
2. Buatlah sebuah akun bank khusus untuk tabungan. Menabung sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali, bahkan tabungan sedikit akan membuat sebuah perubahan besar dalam hidup. Tentukan jumlah tabungan, idealnya sejumlah 5-10% dari gaji bersih. Semakin besar kemampuan untuk menabung tentunya akan semakin baik.
3. Pada saat akan pergi berbelanja keperluan bulanan, catat apa saja yang hendak dibeli. Bedakanlah kebutuhan dan keinginan.
4. Hindari transfer uang ke akun bank berbeda untuk menghindari biaya transfer.
5. Siasati hobi dengan sebuah trik yang dapat menghemat uang. Sebagai contoh, bila kita memiliki hobi membaca buku dan menonton film, kita dapat meminjam buku dari perpustakaan dan meminjam film dari DVD rental.
11 7. Usahakan untuk mengeluarkan uang lebih sedikit daripada apa yang direncanakan. Sebagai contoh, bila ingin membeli pakaian model terbaru, meski telah mengalokasikan uang sebesar Rp 1.00.000,00, kita dapat menyiasati dengan membeli baju tersebut dengan merk lain dan dengan harga yang lebih murah.
3 BEHAVIOUR FINANCE (PERILAKU HARGA)
Pada awalnya, investor dalam melakukan investasi tidak saja hanya menggunakan estimasi atas prospek instrumen investasi, tetapi faktor psikologi sudah ikut menentukan investasi tersebut. Bahkan, berbagai pihak menyatakan bahwa faktor psikologi investor ini
mempunyai peran yang paling besar dalam berinvestasi. Adanya faktor psikologi tersebut mempengaruhi berinvestasi dan hasil yang akan dicapai.
Oleh karenanya, analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan dikenal dengan tingkah laku atau perilaku keuangan (Behaviour Finance). Shefrin (2000) mendefinisikan behaviour finance adalah studi yang mempelajari
bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi tingkah laku keuangannya. Tingkah laku dari para para pemain saham tersebut dimana Shefrin (2000) menyatakan tingkat laku para praktisi. Nofsinger (2001) mendefinisikan perilaku keuangan yaitu mempelajari bagaimana manusia secara aktual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan (a financial setting). Khususnya, mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan. Kedua konsep yang diuraikan secara jelas menyatakan bahwa perilaku keuangan merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor psikologi.
Sewell (2008) mendefinisikan BF adalah "study of the influence of psichology on the bahaviour of financial practitioners and the subsequent effect on market". Dari definisi BF yang diberikan oleh Sewell ini, terdapat 2 hal yang menarik disikapi. Pertama, perilaku investor merupakan objek amatan. Secara individual, aspek psikologis investor dalam memandang risiko dan imbal hasil (return) tentulah beragam. Toleransi investor terhadap risiko (risk appetite) selalu berbeda. Amatan terhadap aspek psikologis ini secara individual diperlukan untuk menentukan sekuritas yang sesuai dengan keadaan psikologis investor yang dimiliki saat itu. Dan dalam pespektif lain, hasil amatan itu dapat digunakan sebagai bahan prediksi atas kemungkinan transaksi yang mesti dilakukannya. Kedua, perilaku investor itu menentukan pasar. Secara komunal dan bersama-sama, perilaku investor ini akan menentukan harga dan kapitalisasi saham. Sehingga trend pergerakan IHSG dapat diprediksi dengan analisa BF ini. Hal ini akan meminimalisasi potensi loss atau risiko yang ditanggung oleh investor.
Shefrin (2000) menyatakan ada tiga tema yang dibahas dalam Perilaku Keuangan, dimana tema tersebut dibuat dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1.Apakah Praktisi keuangan mengakui adanya kesalahan karena selalu berpatokan kepada aturan yang telah ditentukan (rules of thumb). Bagi penganut Perilaku Keuangan
12 menggunakan alat statistik secara tepat dan benar untuk mengolah data. Sementara penganut Perilaku Keuangan melaksanakan rules of thumb seperti “back-of-the-envelope calculations” dimana ini secara umum tidak sempurna. Akibatnya, praktisi memegang “biased beliefs”
yang mempengaruhi memenuhi janji terhadap kesalahan tersebut. Tema ini dikenal dengan Heuristic-driven bias.
2.Apakah bentuk termasuk inti persoalan (substance) mempengaruhi praktisi ? Penganut Perilaku Keuangan menyatakan bahwa persepsi praktisi terhadap risiko dan tingkat pengembalian sangat dipengaruhi oleh bagaimana “decision problem” dikerangkannya (framed). Sementara penganut Keuangan Tradisional memandang semua keputusan berdasarkan transparan dan objektif. Tema ini dikenal dengan frame dependence. 3.Apakah kesalahan dan kerangka mengambil keputusan mempengaruhi harga yang dibangun pada pasar ? Penganut Perilaku Keuangan menyatakan “heuristic-driven bias” dan pengaruh framing menyebabkan harga jauh dari nilai fundamentalnya sehingga pasar tidak efisien. Sementara penganut Keuangan Tradisional mengasumsikan pasar efisien seperti yang
diuraikan Fama (1970). Tema ini dikenal dengan pasar tidak efisien (inefficient market). Berbeda dengan teori keuangan modern yang mengatakan manusia itu adalah risk averse, behavioral finance menyatakan kalau manusia itu sebenarnya loss averse, dan bukan risk averse. Buktinya, saat harga sahamnya turun di bawah harga belinya, investor individual cenderung untuk menahannya dengan harapan harga sahamnya kembali naik dan kerugian berubah menjadi keuntungan. Berbagai studi yang telah dilakukan menunjukkan kalau manusia merasakan kerugian jauh lebih dalam dan lebih lama daripada efek keuntungan dengan jumlah uang yang sama (Kahneman dan Tversky, 1979). Siapa pun sepakat kalau kerugian selalu membawa kesedihan dan kekecewaan sementara keuntungan
mendatangkan kepuasan dan kesenangan. Namun, derajat kesedihan dan kesenangan yang ditimbulkan untuk nilai uang yang sama adalah berbeda. Dari sisi behavioral finance, fenomena di atas menunjukkan dua poin penting. Pertama, banyak investor di BEI percaya pada analisa teknikal dan momentum pasar. Bahwa saham yang harganya naik (turun) akan terus naik (turun). Ini sesuai dengan proposisi Bernard & Thomas (1989) dan Jegadeesh & Titman (1993) bahwa harga saham cenderung meneruskan kenaikan dan penurunannya dalam 6-12 bulan. Kedua, investor di BEI umumnya tidak
13 Shefrin (2007) membagi bias-bias yang dialami investor menjadi sepuluh, sedangkan Baker dan Nofsinger (2002) mengkategori bias menjadi dua bagian utama yaitu bagaimana investor berpikir dan bagaimana investor merasa. Behavioral finance micro yang menguji perilaku-perilaku atau bias-bias dari individual investor yang membedakannya dari perilaku rasional yang dikemukakan oleh teori ekonomi klasik. Sedangkan behavioral finance macro mendeteksi dan mendeskripsikan anomali-anomali dalam hipotesis pasar efisien yang mungkin dapat dijelaskan dengan model behavioral finance. Oleh karena itu dalam paper ini akan mencoba membahas bias-bias seperti excessive optimism,
overconfidence, representativeness bias, availability bias, cognitive dissonance, mental accounting dan regreat aversion.
Teori Struktur Mikro Pasar1
4.
Oleh: Prof. Dr. Adler Haymans Manurung2
Pada uraian sebelumnya telah dibahas mengenai efisiensi pasar, pengelolaan aset investasi investor dan tindakan investor berinvestasi menggunakan ilmu psikologi. Tetapi, pembentukan harga di pasar menjadi perhatian para akademisi, peneliti dan praktisi. Teori Struktur Mikro Pasar merupakan sebuah teori baru berkembang yang membahas pembentukan harga saham di pasar. Teori ini terus berkembang dan salah satu hadiah nobel diperoleh akademisi yang mengembangkan teori ini.
O’Hara (1995) menyatakan Struktur Mikro Pasar yaitu “The study of the process and outcomes of exchanging assets under explicit trading rules.” Konsep O’Hara ini secara jelas menyatakan bahwa studi ini membahas bagaimana harga aset terbentuk di pasar dengan aturan perdagangan yang ada. Harris (2004) menyatakan “Market Mikrostructure is the branch of financial economics that investigates trading and the organization of markets”. Pernyataan ini menjelaskan bahwa struktu mikro pasar merupakan sebuah cabang ilmu ekonomi finansial yang melakukan penyelidikan perdagangan saham dan organisasi pasar. Hasbrouck (2007) menyatakkan studi Struktur Mikro Pasar yaitu “The study of the trading mechanisms used for financial securities.” Pernyataan Hasbrouck lebih jelas dan terfokus dari O’hara dimana secara jelas disebutkan mempelahari mekanisme transaksi yang digunakan pada sekuritas keuangan. Fokus pembahasan dari studi ini memberikan uraian bagaimana sekuritas tersebut diperdagangkan oleh berbagai pihak.
Pembahasan yang paling banyak dilakukan mengenai likuiditas saham di Bursa dikarenakan data yang tersedia. Banyak pendekatan yang digunakan untuk menyatakan likuiditas, misalnya, volume transaksi saham, frekuensi transaksi saham dan sebagainya. Tetapi, Bid-Ask Spread yang banyak berkembang untuk menyatakan likuiditas saham dan penelitian ini banyak dilakukan oleh akademisi dan peneliti. Pada sisi lain, pembentukan harga juga bisa dilakukan oleh para dealer yang setiap hari menyampaikan order atas transaksi yang ingin dilakukan. Para dealer ini bisa juga menjadi monopoli dalam melakukan transaksi sehingga harga saham banyak ditentukannya.
14 Pfeiderer (1988); Glosten dan Harris (1988); Woodruff dan Senchack (1988); Stoll (1989); Hasbrouck (1991); Abhyankar dkk (1997); Huang dan Stoll (1997); Calamia (1999); Chung dkk (1999) Anderson dkk (2000); Purwanto (2001) Saragih (2002); Naes dkk (2006); Hasbrouck (2007); Darminto (2010) Easley dan O’Hara (2010); dan Tissaoui (2012).
Teori
1 Tulisan ini sedang dikembangkan menjadi sebuah buku tersendiri (forthcoming). 2
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa Teori Struktur Mikro Pasar (Market Microstructure Theory) membahas bagaimana terbentuknya harga saham di Indonesia. Uraian akademisi dan penelitian yang dilakukan tentang pembentukan harga saham di Bursa dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar. Adapun ketiga kelompok tersebut yaitu pendekatan model persediaan (Inventory Model Approach); pendekatan model berdasarkan informasi (Informasi Based Model Approach) dan Model Strategi pedagang (Strategic Trader Model Approach).
Demsetz (1968) menyatakan bahwa biaya transaksi atas saham akan berkurang dengan adanya kenaikan aktifitas transaksi. Argumentasi ini masih awal adanya volume transaksi dimana pembentukan harga dikarenakan volume transaksi yang juga dapat dikatakan pada model persediaan. Selanjutnya, pembahasan berlanjut pada volume perdagangan dan biaya transaksi di pasar. Kemudian, volume transaksi dikaitkan dengan tingkat pengembalian saham yang merupakan variabel penelitian untuk harga saham.
Karpoff (1986) mengembangkan sebuah teori volume perdagangan dengan asumsi bahwa agen pasar seringkali merevisi harga permintaannya dan secara acak menghadapi lawan transaksinya. Model yang dikembangkan dengan dua kejadian informasi yang mempengaruhi volume perdagangan. Salah satunya konsisten dengan konjejtur yang dibuat oleh peneliti empiris bahwa investor tidak setuju terhadap penambahan perdagangan. Tetapi, observasi terhadap abnormal volume perdagangan tidak secara penting memenuhi ketidaksetujuan investor dan volume dapat meningkat jika investor mengeinterpretasikan informasi secara identik, jika mereka juga memiliki divergen ekspektasi. Pengujian dengan simulasi mendukung model dan digunakan untuk membedakan lingkungan yang berpasangan secara acak dengan penyelesaian pasar biaya murah. Volume transaksi kecil pada pasar yang mempunyai biaya tinggi dan volume meningkat disebabkan oleh sebuah kejadian informasi setelah periode kejadian. James dan Edmister (1983) menyatakan bahwa size perusahaan dan aktifitas perdagangan sangat berhubungan. Perbedaan dalam aktifitas perdagangan tidaklah sebagai alasan untuk adanya anomali size perusahaan, tetapi hasil yang ditemukan perbedaan secara sistematis di dalam tingkat pengembalian yang telah disesuaikan dengan risiko pada size perusahaan yang berbeda. Smirlock dan Starks (1988) menemukan adanya hubungan sebab akibat antara tingkat pengembalian saham dengan volume transaksi dengan menggunakan Granger Causality pada level perusahaan terutama saat pengumuman pendapatan perusahaan. Sebenarnya, penggunaan volume perdagangan sebagai variabel penelitian untuk harga saham sangat lemah (Merton, 1973 dan Lucas, 1978).
Garman (1976) menguraikan dua jenis pasar stokastik yaitu Dealership dan lelang (auction). Pasar Dealership merupakan pihak yang melakukan market maker baik di pasar reguler dan OTC. Garman juga menyebutkan bahwa permintaan dan penawaran agregat sebagai variabel eksogen terhadap market maker yang bisa membuat reaksi terhadap order yang datang. Model Garman ini mempergunakan Ekuilibrium Walrasian, dimana harga terendah mendorong permintaan dan menekan permintaan ketika harga tinggi yang mengurangi permintaan dan meningkatkan penawaran. Adapun persediaan (tunai, c, dan saham, s,) diatur oleh persamaan berikut:
dan
dimana Ic(t) dan Is(t) merupakan persedian untuk masing-masing tunai dan saham dan NS(t)
dan NB(t) merupakan kumulatif jumlah pembelian dan penjualan yang dieksekusi pada
Adapun grafik yang dikemukakan Garman dalam modelnya seperti diperlihatkan pada Grafik
menyampaikan sebuah model yang merupakan simplikasi dari Garman Model dimana dealer membangun harga dari awal perdagangan dan tidak melakukan penyesuaian walaupun terjadi perubahan kondisi pasar. Sehingga, model harga beli dan jual dari AM tergantung pada persediaan saham dari dealer dimana dealer memiliki sebuah range penerimaan dan yang disukai atas size dari persediaan.. Dealer memaksimumkan profit perdagangann ya melalui memanipulasi harga beli dan jual ketika persedian jauh dari yang disukai. Modelnya berbentuk linier untuk permintaan dan penawaran. Pada Model AM ini, harga optimal beli dan jual menurun atau meningkat secara monoton ketikan persediaan bertumbuh atau jatuh sesuai size yang diinginkan. Hasilnya bahwa dealer harus memanipulasi spread bid/ask dan harga tengah untuk mengelola persediaan yang diinginkan.
Roll (1984) menyatakan bahwa biaya transaksi saham mempunyai hubungan negatif dengan harganya. Adapun efektif BAS dapat diukur dengan rumusan sebagai berikut:
dimana
Spread = 2 cov(Pt , Pt 1) (3)
cov merupakan turunan pertama kovarian series perubahan harga. BAS dapat diturunkan secara formal dan secara empiris merupakan hubungannya dengan size yang memiliki hubungan negatif. Roll model mempunyai asumsi sebagai berikut:
a. Information in homogeneous
b. Orders are executed either at the best or at the best bid price;
c. There is no rounding of transaction prices; this assumes that prices c an be quoted on an infinitelu fine grid and there is no rounding to the nearest ‘tick’;
d. The trading process has no impact on the equilibrium price M; e. The probabilities of buying and selling are equal, specifically:
Pr(Qt 1t 1)
Pr(Qt
1
t 1) 1 t
f. The probability of continuation is equal to that of reversal
Glosten dan Harris (1988) melakukan estimasi sebuah model informasi asimetris untuk Bid-Ask Spread dimana modelnya dapat dipisahkan menjadi komponen transtory dan komponen Adverse Selection. Adapun model yang dikemukan sebagai berikut:
mt mt 1 et Qt Z t
Pt0 = harga diobservasi dari transaksi t
Vt = jumlah saham diobservasi yang diperdagangkan pada transaksikan t
Tt = waktu observasi antara transaksi t-1 dan t
Pt = harga diobservasi yang telah diobservasi jika tidak ada pembulatan sampai diskrit nilai
1/8.
Qt = indikator yang diobsevasi untuk klasifikasi Bid-ask dari Pt0= + 1 jika transaksi t
diinisasikan oleh pembeli (ask) dan bernilai -1 jika oleh penjual (bid)
Mt = harga sebenarnya diobservasi yang merefleksikan seluruh informasi publik yang
tersedia secepatnya pada transaksi t
et = inovasi diobservasi pada harga sebenarnya antara transaksi t-1 dan t tergantung kepada
sampainya informasi publik
Zt = komponen spread seleksi adverse diobservasi pada transaksi t
Ct = komponen spread transitory observasi pada transksi t.
Salah satu pembahasan dalam teori struktur mikor pasar yaitu mengenai likuiditas saham. Adapun pendekatan yang selalu dipergunakan dalam membahas likuiditas saham ini yaitu bid-ask spread. Benston dan Hagerman (1974) yang pertama kali membahas Bid-Ask spread terutama untuk pasar Over-the-Counter (OTC). Penelitian Benston dan Hagerman ini merupakan kelanjutan dari penelitian Demsetz. Penelitian ini memberikan hasil bahwa spread per saham mempunyai hubungan dengan harga per saham, jumlah pemegang saham (sebagai proxy untuk skala transaksi); jumlah dealer; risiko tidak sistematik. Hubungan tersebut bukanlah hubungan yang linier, dimana awalnya digunakan hubungan linier tetapi tidak tepat.
waktu tertentu dipilih secara acak serta hanya bisa melakukan perdagangan satu unit sekuritas. Risk Neutral Trader menentukan harga beli dan jual untuk memperdagangkan satu unit sekuritas dengan trader yang memiliki informasi (insider) dan trader yang tidak memiliki informasi (liquidity) dan satu transaksi pada satu waktu tertentu. Glosten-Milgrom membuat sebuah kasus sederhana dengan nilai perusahaan V dan untuk perusahaan yang berni lai tinggi V = VT dengan probabilitas(1-α) yang merefleksikan berita bagus atau
perusahaan yang berkualitas rendah V = VR ( merefleksikan berita buruk) dengan probabilitas
α. Trader yang memiliki informasi dan tidak memiliki informasi melakukan perdaganga n dengan masing- masing probabilitas δ dan 1-δ. Trader yang memiliki informasi membeli saham dengan berita bagus dan menjualnya pada berita jelek, sementara trader yang tidak memiliki informasi melakukan transaksi dengan probabilitas sama (0,5) dimana proses perdagangannya ditunjukkan oleh Grafik berikut dibawah ini.
Good News
Model GM ini juga mengasumsikan bahwa trader diharapkan tidak membuat keuntungan dan terjadi zero sum game dimana keuntungan trader yang memiliki informasi sama dengan kerugian trader yang tidak memiliki informasi. Dealer menentukan harga dalam posisi regret-free dimana harga tersebut merupakan harga ekspektasi delarer didasarkan signal perdagangan yang diterima. Bila kejadian jual (J) dan beli (B) dan dealer menentukan harga beli (bid, b) dan jual (asked, a) sebagai berikut:
a E
VPr( B) Pr(V VR ) Pr( B V VR ) Pr(V VT ) Pr( B V VT )
Berdasarkan persamaan (15) maka spread meningkat dengan pertumbuhan trader yang memiliki informasi yang diilustrasikan oleh pengaruh efek seleksi adverse. Nilai spread memiliki nilai yang sederhana ketika berita bagus dan jelek sampai dengan probabilitas (α=0.5) yaitu
s = δ*(VT – VR) (16)
Akhirnya disimpulkan bahwa spread bertumbuh secara linier dengan jumlah trader yang memiliki informasi.
GM model ini menawarkan deskripsi biaya seleksi adverse yang relatif sederhana dimana dealer harus berhubungan ke spread dalam rangka menghindari kerugian. Model ini juga mempunyai implikasi khususnya harga dinamis mengikuti sebuah martigale dimana harga
pt+1 pada waktu t+1 didasarkan seluruh informasi yang tersedia It pada waktu t adalah pt
sebagai berikut:
E ( pt 1 I t )
pt
(17)
Persamaan (17) menyatakan bahwa harga merupakan efisiensi semi-strong sesuai dengan informasi yang tersedia kepada dealer. Hasilnya bahwa tingkat pengembalian pada GM tidak berkorelasi, tetapi hasil yang terjadi sangat kontradiktif.
Empiris
Seperti diuraikan sebelumnya, volume transaksi dan harga saham merupakan awal penelitian struktur mikro pasar, maka Gallant, Rossi dan Tauchen (1992) melakukan penelitian dengan menggunakan data harian pada tahun 1928 sampai dengan tahun 1987 untuk pasar saham New York. Penelitian ini menemukan empat kejadian sebagai berikut: (a) positive correlation between conditional volatility and volume, (b) large price movements are followed by high volume; (c) conditioning on lagged volume substantially attenuates the “leverage” effect; dan (d) ater conditioning on lagged volume, there is a positive risk -return relation.
Wang (1994) melakukan penelitian dalam rangka membuat model volume perdagangan saham yang cukup bersaing. Model yang dikembangkan menyatakan bahwa investor mempunyai heterogen dalam informasi dan kesempatan investasi secara privat serta melakukan perdagangan secara rasional baik memiliki motif informasi dan non-informasi. Hasilnya bahwa volume berkorelasi positif dengan nilai absolut perubahan harga dan dividen. Model juga menunjukkan bahwa perdagangan secara informasi dan non-informsi mempunyai hubungan dinamis antara volume perdagangan dan tingkat pengembalian saham.
Ahn dkk (1996) melakukan penelitian mengenai Tick Size, spread dan volume transaksi di American Stock Exchange, terutama adanya pengurangan tick size dari $1/8 menjadi $1/16 untuk harga saham antara $1 sampai dengan $5, terjadi pada September 3, 1992. Penelitian ini menemukan pengaruhnya pada pengurangan variasi harga minimum uutnuk biaya transaksi dan aktifitas perdagangan. Tetapi, peraturan tersebut mempengaruhi volume transaksi atau besarnya pasar (depth market). Disamping itu, ditemukan juga pengurangan yang subtansial pada kuotasi harga dan spread yang effektif.
Abhynkar dkk (1997) melakukan penelitian tentang Bid-Ask Spread, volume perdagangan dan volatilitas dalam rangka menguji intraday di LSE. Data yang dipergunakan untuk periode Januari 1991 sampai dengan Maret 1991 dengan jumlah saham sebanyak 8,235 saham. Hasil yang diperoleh bahwa yaitu intraday spread paling tinggi ketika pasar buka dan kosntan sepanjang hari dan makin besar pada waktu dekat penutupan pasar. Volatilitas tidak mengikuti pola intraday dan spread memiliki kurva U didukung penelitian ini.
Anderson dkk (2000) melakukan penelitian tentang intraday dan volatilitas di Pasar Jepang. Data yang dipergunakan untuk periode 1994 sampai dengan 1997. Hasil yang diperoleh bahwa volatilitas intradaily mengikuti kurva U untuk perdagangan pada sesi pembukuaan dan juga mendekati penutupan pasar. Penelitian ini jugamendukung hasil yang diperoleh mengenai data intraday yang frekuensi tinggi terutama untuk karakteristik volatilitas jangka panjang dari tingkat pengembalian aset.
Naik dan Yadav (2003) melakukan penelitian mengenai “apakah perusahaan dealer melakukan perdagangan saham dan keputusan harga dikelola berdasarkan persediaan sahamnya atau berdasarkan portofolio. Dalam melakukan penelitian ini dipergunakan 65 hari perdagangan dari 1 Agustus 1994 sampai dengan 31 Oktober 1994 di Pasar UK dan Irlandia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa “ordinary inventories best explain dealer firms’ quote placement strategy. Temuan ini konsisten dengan adanya sifat desentralisasi dari market-making dimana dealer individual memfokuskan pada posisi risiko saham yang dikelolanya dan bukan pada posisi risiko saham yang dikelola oleh pihak dealer lain pada perusahaan yang sama.
2008 sampai Juni 2009. Metode yang dipergunakan dalam menganalisis tujuan yaitu temporal analysis dengan pendekatan Vo (2007) dan metode analisis spektrum yang digunakan oleh Fourier Transform Fast (FT). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa volume perdagangan, volatilitas tingkat pengembalian dan likuiditas mengikuti huruf U. Semua variabel yang diidentifikasi menolak hipotesis penelitian.
Penelitian teori struktur mikro pasar sudah dimulai di pasar yang sedang berkembang termasuk di Indonesia terutama pada disertasi yang dilakukan oleh mahasiswa Doktoral untuk bidang keuangan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penelitian teori struktur mikro pasar ini dimulai Purwanto (2001) dilanjutkan Saragih (2002) dan Yohanes (2009) serta darminto (2010) serta seterusnya.
Purwanto (2001) melakukan penelitian pada konteks struktur mikro pasar yang menekankan pengembangan model dan analisis proses trading dengan data frekuensi tinggi dan juga pengembangan teori Markov’s absorbing barrier untuk memberikan alternatif penjelasan teoritis. Penelitian ini menggunakan data1 Desember 2000 sampai dengan 31 Januari 2001 dengan sampel data 4 saham yaitu GGRM. TLM, ISAT dan SMCB. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa Markov’s Absorbing Barrier digunakan untuk menjelaskan keputusan investor (traders) dimana faktornya reservation value, instanteneous drift rate dan volatilitas. Model Odered Logit sebagai model yang lebih baik dari model yang selama ini digunakan Model Ordered Probit.
Saragih (2002) melakukan penelitian di Bursa Efek Indonesia (pada saat penelitian masih Bursa Efek Jakarta) tentang pergerakan otokorelasi imbal hasil observasi saham-saham individu sebagai fungsi dari probablitias nontrading. Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini periode Januari 1993 sampai dengan Desember 1996. Kesimpulan yang diberikan penelitian tersebut yaitu otokorelasi serial negatif imbal hasil saham -saham individu (baik AR(1) maupun AR(2) cenderung eksis pada interval probabilitas nontrading harian. Pada penelitian ini disebutkan juga bahwa terdapat pola hubungan yang sistematis antara imbal hasil rata-rata, varians dengan otokorelasi resial negatif dan probabilitas nontrading di hampir semua sampel yang diteliti.
Ekaputra (2003) melakukan penelitian dinamikan intrahari saham di Bursa Efek Indonesia (sebelumnya Bursa Efek Jakarta). Data yang dipergunakan mulai Mei 2001 sampai dengan Oktober 2001, dimana tidak disebutkan mengapa menggunakan data tersebut. Penelitian ini masih bersifat mendokumentasikan dan mempelajari rata-rata tingkat pengembalian, volatilitas dan spread yang belum pernah dilakukan di Indonesia dan di pasar lain sudah banyak didokumentasikan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa pada akhir hari return saham cenderung meningkat dan mencapai nilai tertinggi; return nega tif ditemukan pada transaksi awal hari Senin. Penelitian ini menggunakan model Hermanto(2002) di pasar uang yang sangat berbeda karakteristiknya pada pasar saham dengan hasil bahwa tingkat pengembalian intrahari dipengaruhi return interval sebelumnya, tingkat pengembalian pasar dan interaksi antara tingkat pengembalian pasar dan volume transaksi.
penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa masing-masing agen mempunyai strategi dalam melakukan transaksi dimana fundamental menggunakan pendekatan opportunity cost kepemilikan saham dan analisa teknis menggunakan pendekatan analisa teknikal. Pola interaksi agen dengan herding behaviour terjadi kategorisasi agen dimana prosesnya terjadi secara asimetrik yang menyatakan bahwa perubahan populasi fundamentalis dan chasrtist tidak sama besar dalam satu periode transaksi perdagangan. Penelitian ini juga menyatakan bahwa terbentukan pengelompokkan volatilitas pada suatu perdagangan disebabkan adanya probabilitas transisi yang tinggi menyatakan besarnya peluang migrasi antara fundamentalis ke chartist atau sebaliknya.
Darminto (2010) melakukan penelitian struktur mikro pasar mengenai pengukuran tingkat intesitas kejadian tertentu pada data order dan transaksi persdagangan saham secara real time. Data transaksi saham BEI yang dipergunakan pada periode Bulan Januari 2008 dengan sampel 5 perusahaan. Hasil penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa model multivariate point process cocok dipakai untuk memodelkan data transaksi keuangan secara real time terutama memodelkan events yang terjadi sepanjang waktu perdagangan saham. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa liquidity shock adalah sebagai kondisi perdagangan suatu saham dimana posisi order book saham tersebut menunjukkan terjadinya market spread yang besarnya lebih dari 1 (satu) tick.
5,. Perbankan Sebagai Lembaga Intermediasi Keuangan
Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan yang memiliki peran langsung dalam aktivitas perekonomian. Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan
dibandingkan aset nonfinansial atau aset riil.11 Lembaga keuangan berfungsi menghimpun dana dari masyarakat lalu kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada nasabah dan menanamkan dananya dalam surat-surat berharga. Lembaga keuangan berdasarkan kemampuannya menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dapat dikelompokkan lembaga keuangan depositori (depository financial institution) dan lembaga keuangan non depositori (non
depository financial institution). 12 Perbankan dalam hal ini termasuk kedalam kelompok lembaga keuangan depositori (depository financial institution) karena menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (deposit) seperti giro, tabungan dan deposito berjangka yang diterima dari
fungsi dasar, yaitu:14
11 Dahlan Siamat. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi ketiga. Lembaga Penerbit FE-UI,
Jakarta. Hal. 5.
12 Ibid. Hal. 6.
13 Ibid
14 Ross Levine. 1996. Financial Development and Economic Growth : Views and Agenda. Policy
1. memobilisasi tabungan;
2. mengalokasikan pendanaan ke tempat yang produktif; 3. memfasilitasi perdagangan barang dan jasa;
4. memfasilitasi perdagangan (trading), perlindungan terhadap nilai mata uang (hedging), diversifikasi dan mengumpulkan resiko, dan
5. mengawasi penggunaan dana yang disalurkan.
Dalam aktivitas ekonomi sehari-hari , metode transfer dana tidak semua dana dari unit surplus (fund provider) dapat langsung disalurkan kepada unit
defisit (deposit taker) akibat adanya berbagai perbedaan kepentingan.15 Maka perbedaan kepentingan kedua belah pihak tersebut dijembatani oleh perbankan, sehingga perbankan disebut sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediaries institution). Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Indirect Finance
Lembaga Intermediasi (Perbankan)
Unit Deposit (deposit taker) Perusahaan Pemerintah Rumah tangga
Pasar Uang
Unit Surplus (fund provider) Perusahaan Pemerintah Rumah tangga
Sumber : Siamat Dahlan, 2001 Direct finance Gambar 2.1. Proses Intermediasi Perbankan
Perbankan menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk simpanan (deposit). Dana yang terakumulasi tersebut disalurkan perbankan kepada sektor riil dan masyarakat dalam bentuk investasi, modal kerja dan pembiayaan lainnya. Maka fungsi intermediasi perbankan memiliki efek strategis bagi perekonomian yaitu berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan yang mengalokasikan dana secara efektif dan efisien ke sumber-sumber yang produktif. Sehingga hal tersebut dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Selain itu, Frederick S. Miskhin menyebutkan betapa pentingnya perbankan , “ Banks are what make financial markets work. Without them, financial markets would not be able to move funds from people who save to
people who have productive investment opportunities. They thus also have
important effect on the performance of the economy as a whole”. 16
2.2. Definisi dan Konsep Perbankan
Adanya perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan dapat membantu masyarakat dalam aktivitas ekonomi. Adapun definisi bank menurut Dendawijaya, yaitu:
Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial iintermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund/surplus unit) kepada pihak
16
Frederick S. Miskhin. 1997. The Economics of Money, banking and Financial Markets. Fifth
yang membutuhkan dana (deficit unit) dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.17
Berdasarkan pasal 5 Undang-undang No.10 Tahun 1998, bank di Indonesia menurut jenisnya dikelompokan menjadi Bank Umum dan Bank
Perkreditan rakyat. 18 Namun dalam penelitian ini, lebih difokuskan pada Bank Umum, bukan Bank Perkreditan Rakyat. Adapun definisi dari Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.19 Kelompok Bank yang termasuk Bank Umum di indonesia adalah Bank BUMN, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN), Bank Pembangunan
Daerah (BPD), Bank asing dan Bank Campuran. 20
Sedangkan kegiatan usaha Bank Umum menurut pasal 6 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 diantaranya adalah :21
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan utang;
d. membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: surat-surat wesel, surat
17 Lukman Dendawijaya. 2001. Manajemen perbankan. Cetakan ke-1. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hal. 25.
18 Ibid. Hal. 18.
19 Ibid. Hal. 17.
20 Dahlan Siamat. Op. Cit. H. 22.
pengakuan utang, kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah, sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi, surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun, surat berharga lain berjangka waktu sampai satu tahun;
e. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;
j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
k. (dihapus)
l. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kredit dan kegiatan wali amanat; m. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
n. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan melihat berbagai kegiatan usaha bank tersebut, maka bagi sebuah bank, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berfungsi sama sekali. Menurut Sinungan (1992), dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank
bersumber dari dana-dana sebagai berikut :22 1. Dana pihak kesatu
Merupakan dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham. Adapun dana modal sendiri ini terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan dan laba ditahan.
2. Dana pihak kedua
Merupakan dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana : call money, pinjaman biasa antarbank, pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan pinjaman dari bank sentral (BI). 3. Dana pihak ketiga
Merupakan dana yang berupa simpanan dari masyarakat, terdiri dari beberapa jenis yaitu giro (Demand deposit), deposito (Time deposit), dan tabungan (Saving).
2.3. Definisi dan konsep Kredit Perbankan
Kata kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan.
Kepercayaan yang dimaksud adalah antara si pemberi dan si penerima kredit. 23 Kredit juga dapat didefinisikan sebagai pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu
mendatang.24
Sedangkan menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perbankan, definisi kredit yaitu: 25
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
Namun dalam arti luas, kredit didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan, risiko dan pertukaran ekonomi di masa mendatang. Menurut Simomangkir, kredit perbankan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan
perekonomian dan perdagangan diantaranya adalah :26
1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang.
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. 4. Kredit merupakan salah satu alat stabilisasi ekonomi.
5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.
23 O.P Simomangkir. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Cetakan ke-2.
Ghalia Indonesia, Bogor. Hal. 100.
24 Ibid.
25 Ibid
6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
7. Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Mengingat banyaknya fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan, maka kredit pun dikelompokkan berdasarkan maksud dan
tujuannya. Secara garis besar, kredit dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :27 1. Kredit modal kerja
Kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitor) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitor.
2. Kredit investasi
Kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitor) untuk membiayai pembelian barang modal (investasi).
3. Kredit konsumsi
Kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitor) untuk keperluan pembelian barang-barang konsumsi yang diperlukan debitor.
2.4. Mekanisme Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi mempunyai peran penting dalam perekonomian suatu negara. Peran tersebut dapat dilihat dari kemampuannya dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga dan perluasan kesempatan kerja. Hal-hal tersebut sering dijadikan sasaran akhir dari suatu kebijakan moneter. Untuk mencapai sasaran akhir tersebut, harus terdapat suatu jalur yang dilalui yaitu mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme
transmisi kebijakan moneter merupakan penggunaan instrumen moneter yang dimiliki Bank Sentral yang akan mempengaruhi sasaran antara untuk mencapai sasaran akhir berupa stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.
Suatu kebijakan moneter bisa memiliki sasaran akhir tunggal ataupun sasaran akhir ragam. Pada umumnya, kebijakan moneter dengan sasaran akhir tunggal menggunakan pendekatan harga (price-based structure), sementara kebijakan moneter dengan sasaran akhir ragam pada umumnya menggunakan
pendekatan kuantitas (quantity-based structure).28 Pada Gambar 2.2 dan 2.3 disajikan kerangka secara umum dari kedua pendekatan tersebut.
Instrumen Sasaran
Operasional SasaranAntara SasaranAkhir
- Langsung - Uang Primer (M0) - M1, M2 - Stabilitas Harga - Tidak Langsung - Reserve Bank - Kredit - Pertumbuhan Ek
-Suku Bunga - Kesempatan kerja Sumber : Ascarya, 2002
Gambar 2.2. Transmisi Kebijakan Moneter dengan Pendekatan Kuantitas
Instrumen Sasaran
Operasional Variabel- variabel informasi
Sasaran Akhir
- Langsung Suku Bunga Stabilitas Harga - Tidak langsung
Sumber : Ascarya, 2002
Gambar 2.3. Transmisi Kebijakan Moneter dengan Pendekatan Harga
28
Ascarya. 2002. Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter. Seri Kebanksentralan No. 3. Pusat
Pendekatan kuantitas menyatakan bahwa pengendalian besaran-besaran
moneter dapat secara efektif mengendalikan stabilitas perekonomian.29 Sedangkan pendekatan harga menyatakan bahwa pengendalian tingkat hargalah yang secara
efektif dapat mengendalikan stabilitas perekonomian.30 Dari Gambar 2.2 dan 2.3 dapat dilihat bahwa untuk mencapai sasaran akhir yang diinginkan, baik ragam maupun tunggal, kerangka kebijakan moneter pada umumnya terdiri dari beberapa bagian. Bagian tersebut yaitu instrumen dan sasaran operasional untuk pendekatan harga, sedangkan untuk pendekatan kuantitas yaitu instrumen, sasaran operasional dan sasaran antara.
Dalam pendekatan kuantitas, untuk mencapai sasaran akhir yang diinginkan terdapat lag antara pelaksanaan kebijakan dengan tercapai atau
tidaknya sasaran akhir itu.31 Sehingga diperlukan sasaran antara untuk mengetahui dengan segera indikasi kebijakan yang dilakukan. Sasaran antara dipilih yang memiliki keterkaitan stabil dengan sasaran akhir, cakupannya luas, dapat dikendalikan otoritas moneter, tersedia relatif cepat, akurat dan tidak sering
direvisi.32 Sasaran antara yang dapat digunakan yaitu M1, M2, kredit perbankan dan suku bunga. Sementara itu, untuk mencapai sasaran antara, diperlukan sasaran yang bersifat operasional agar proses transmisi dapat berjalan sesuai dengan
29 Ibid.
30 Ibid.
31Ibid.
rencana.33 Beberapa pilihan sasaran opersional diantaranya uang primer (M0), reserve bank dan suku bunga (jangka pendek). Selanjutnya untuk mencapai sasaran operasional bank sentral memerlukan alat-alat yang dapat secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi sasaran operasional.34 Alat-alat tersebut biasa disebut sebagai instrumen.
Bentuk instrumen langsung yang banyak digunakan adalah pengendalian suku bunga (interest rate ceilings), pagu kredit dan kredit program bank sentral. Sementara itu, secara umum bentuk instrumen tidak langsung yang banyak digunakan yaitu Operasi Pasar Terbuka (OPT), Giro Wajib Minimum (GWM),
dan fasilitas diskonto.35
2.5. Jalur Kredit (Credit Channel) sebagai Salah Satu Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia terdiri dari lima jalur yaitu jalur nilai tukar, jalur kredit, jalur suku bunga, jalur ekspektasi dan jalur
harga aset.36 Salah satu jalur yang melihat pengaruh kebijakan moneter terhadap kredit yaitu jalur kredit (Credit Channel).
33 Ibid.
34 Ibid
35 Ibid. Hal. 6.
36 Perry W. dan Solikin. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. Seri Kebanksentralan No. 6. Pusat