• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - PEMANFAATAN BUKU AJAR AL-QUR’AN HADITS SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN 1 TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - PEMANFAATAN BUKU AJAR AL-QUR’AN HADITS SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN 1 TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

16

A. Deskripsi Teori

1. Buku Ajar

Salah satu bahan ajar yang sering digunakan dalam dunia pendidikan adalah buku. Buku ajar yang ditulis oleh seorang penulis atau guru tentulah harus berisikan buah pikirnya. Akan tetapi buku tersebut haruslah diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya.1

Buku ajar adalah jenis dari buku yang diperuntukkan untuk siswa sebagai bekal pengetahuan dasar dan digunakan sebagai sarana belajar serta dipakai untuk menyertai pembelajaran. Buku ajar juga menyampaikan bahwa alih bahasa buku teks menjadi textbook cocok untuk memenuhi jenis buku semacam ini, sebab seluruh buku untuk dibaca isinya adalah teks. Oleh karena itu, istilah buku ajar dipakai padanan atas istilah textbook.2

Rusyana juga mengistilahkan buku teks dengan buku ajar, yakni buku yang merupakan pegangan pembelajaran yang digunakan di sekolah untuk menyajikan pengalaman tak langsung dalam suatu jumlah yang

1Imas Kurniasih dan Belin Sani, Buku Teks Pelajaran, (Surabaya: Kata Pena, 2014), hal. 60 2Khaerudin Kurnbiawan, “Handout mata kuliah menulis buku ajar/Ilmiah (IN309)”, dalam

(2)

banyak dan untuk menunjang program pengajaran.3 Kep. Mendiknas No.36/D/O/2001, pasal 5 ayat 9 mengatakan bahwa buku ajar adalah “buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh

pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebar-luaskan.”4 Selain itu Kemendikbud memaparkan bahwa buku ajar adalah “alat bantu atau media pembelajaran cetak yang digunakan untuk memudahkan pendidik Pendidikan Non Formal (PNF) dalam meningkatkan kompetensinya.”5 Sehingga dapat disimpulkan bahwa buku ajar adalah buku tentang suatu bidang studi tertentu yang sengaja ditulis untuk memudahkan pencapaian tujuan pada proses pembelajaran.

Buku ajar sangat penting karena memiliki kekhasan yang membedakan dengan diktat, modul, monograf atau buku referensi. Buku teks pelajaran atau buku ajar hingga saat ini merupakan bahan ajar yang sering digunakan karena mudah mendapatkannya serta memiliki fungsi yang banyak. Materi naskah buku ajar dewasa ini dapat berisikan hasil penelitian laboratorium, gagasan konseptual berkaitan dengan kritik atau perbaikan, serta kajian dan aplikasi suatu teori yang bertalian dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh dosen. Fungsi dan tujuan buku teks pelajaran yaitu:

3Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), hal. 41

4Universitas Negeri Makassar, dalam “Keputusan Menteri Pendidikan Nasional,

https://www.unm.ac.id/files/surat/Kepmen36-D-O-2001PenilaianKredit.pdfdiakses 01 April 2018 5Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Penulisan Buku Ajar Peningkatan

(3)

a. Fungsi buku teks pelajaran

1.) Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik. 2.) Sebagai bahan evaluasi.

3.) Sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum.

4.) Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik.

5.) Sebagai sarana untuk peningkatan karier dan jabatan. b. Tujuan buku teks pelajaran

1.) Memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. 2.) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi

pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.

3.) Menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. 4.) Indikator penggunaan buku ajar, terdapat beberapa karakteristik

indikator penggunaan buku ajar diantaranya secara formal, buku teks pelajaran diterbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN, memiliki dua misi utama tentang pengetahuan, buku ajar dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku dengan mengacu pada apa yang sedang diprogramkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, serta buku teks pelajaran memiliki keuntungan atau fungsi.6

(4)

Greene dan Petty merumuskan fungi buku ajar sebagai berikut :

a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pembelajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pembelajaran yang disajikan

b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.

c. Menyesuaikan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi.

d. Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pembelajaran untuk memotivasi para siswa.

e. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. f. Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat

guna.7

Untuk menyusun buku ajar terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu: memperhatikan kurikulum dengan cara menganalisisnya, menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan standar kompetensi yang akan dikembangkan, merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi, mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang

7Umi Hanifah, "Pentingnya buku ajar yang berkualitas dalam meningkatkan efektivitas

(5)

disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya, mengevaluasi hasil tulisan dengan membaca ulang, memperbaiki tulisan menjadi menonjol, serta memberikan ilustrasi gambar, tabel, diagram dan sejenisnya secara proporsional.8 Adapun kriteria buku ajar yang baik adalah ditulis dengan memperhatikan kaidah ilmiah isi dan gaya bahasa sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok sasaran (mahasiswa, masyarakat umum, dan lain-lain), mempunyai arti sehingga pembaca merasakan manfaat yang diperoleh, mampu meningkatkan tingkat pemahaman pembaca, mampu memotivasi pembaca untuk mengetahui dan belajar lebih dari yang tertulis dalam buku tersebut, didaktikal, tidak bertentangan dengan norma dan etika yang berlaku, memuat tujuan yang hendak dicapai dalam setiap babnya, dan menunjukkan hubungan dengan bidang atau mata kuliah lain.9

Setiap buku memiliki bagian atau unsur yang menjadi penyusunnya. Unsur-unsur tersebut saling melengkapi dan saling terkait membentuk satu makna sebagai tujuan penyusunan buku. Pada umumnya, tidak ada perbedaan dengan buku-buku yang umumnya kita temui di toko-toko buku, akan tetapi untuk pembuatan buku ajar ada beberapa hal yang harus disertakan, dan secara umum buku ajar harus terdiri dari tiga bagian yang mencakup:

a. Bagian awal yang berisi:

8Andi Prastowo, Panduan Kreatif ..., hal. 176

9Heru Susanto, "Teknik Penyusunan Buku Ajar”, dalam

(6)

1.) Halaman cover, berisi tentang judul, pengarang, gambar sampul, nama departemen, dan tahun terbit.

2.) Halaman judul, berisi judul, pengarang atau penulis, gambar sampul, tahun terbit, nama departemen.

3.) Daftar isi, yang memuat judul bab, sub bab, dan nomor halaman. 4.) Daftar lain seperti daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran. b. Bagian isi

Bagian ini adalah materi atau konten utama dan isi dari buku, berisikan bab-bab, dan setiap bab terdiri dari sub bab-sub bab dan pokok-pokok bahasan yang menjadi inti naskah buku. Memuat uraian penjelasan, proses operasional atau langkah kerja dari setiap bab maupun sub bab. Setiap paragraf yang ada merupakan unit terkecil suatu pokok bahasan dan harus saling mendukung dan menjadi suatu kesatuan yang koheren. Akan lebih baik buku-buku tertentu dilengkapi dengan tabel, bagan, gambar, ilustrasi dan lain sebagainya.

c. Bagian akhir

Pada bagian akhir dari suatu buku biasanya berisi antara lain: 1.) Lampiran, bila lampiran lebih dari satu lembar harus diberi nomor

urut.

2.) Glosarium (jika ada), kata atau istilah yang berhubungan dengan uraian buku sehingga memudahkan pemahaman pembaca.

(7)

ketentuan hendaknya digunakan buku acuan yang relevan dengan bahan kajian yang akan ditulis, tidak ketinggalan perkembangan teknologi dan sesuai dengan disiplin ilmu, dan kepustakaan disusun berdasarkan urutan abjad alfabetis.10

Buku teks yang mengacu pada kurikulum K13 mengajak siswa berpikir sebagai proses mengonstruksi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang harus dipahaminya dan menemukan makna serta keterkaitannya dengan kehidupan mereka secara individual, masyarakat, dan negara. Dalam hal ini, pendidik sebagai mentor harus mampu membimbing peserta didik untuk mempelajarinya. Ketika memilih buku hendaknya diperhatikan beberapa syarat kelayakan dan kualitas buku, yaitu penyajiannya harus menarik, menantang, materinya harus bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajarinya. Semakin berkualitas suatu buku, semakin sempurna mata pelajaran yang ditunjangnya. Buku yang baik tidak hanya memuat konsep yang benar secara keilmuan dan penampilan yang menarik, tetapi yang terpenting mampu mempelajarkan siswa.

Ada sebelas aspek untuk menentukan kualitas buku ajar, yaitu memiliki landasan prinsip dan sudut pandang yang berdasarkan teori linguistik, ilmu jiwa perkembangan, dan teori bahan pembelajaran, kejelasan konsep, relevan dengan kurikulum yang berlaku, sesuai dengan minat siswa, menumbuhkan motivasi belajar, merangsang, menantang, dan

(8)

menggairahkan aktivitas siswa, ilustrasi tepat dan menarik, mudah dipahami siswa, yaitu bahasa yang digunakan memiliki karakter yang sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa, kalimat-kalimatnya efektif, terhindar dari makna ganda, sederhana, sopan dan menarik, dapat menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, kemampuan, bakat, minat, ekonomi, sosial dan budaya, serta memantapkan nilai-nilai budi pekerti yang berlaku di masyarakat.11

2. Sumber Belajar

Pada sistem pengajaran yang tradisional, penggunaan sumber pembelajaran masih terbatas pada informasi yang disampaikan oleh guru dan ditambah sedikit dari buku. Sedangkan sumber lainnya belum mendapat perhatian, sehingga aktivitas belajar siswa sangat kurang berkembang. Siswa hanya mendengarkan apa yang diucapkan guru, kemudian mencatat dan menghafal. Sesungguhnya sumber belajar jumlahnya banyak sekali, terdapat di mana-mana (di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya). Pemanfaatan sumber-sumber pembelajaran tergantung pada kreatifitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan lainnya.

Sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.12 Dapat diartikan pula sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara

11Umi, Hanifah, "Pentingnya buku..., hal. 99-121.

(9)

fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar.13 Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian atau keseluruhan.14 Selain itu, sumber belajar juga merupakan institusi penunjang dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan mutu pendidikan, serta membantu guru, tenaga kependidikan lainya dan para siswa dalam rangka meningkatkan mutu proses belajar mengajar.15 Dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu, baik yang sengaja dirancang maupun secara alamiah dapat dipergunakan untuk memberikan kemudahan aktifitas belajar, sehingga menghasilkan proses pembelajaran secara optimal.

AECT (Association For Education Communication and Technology) 1979 mengklasifikasikan jenis sumber belajar menjadi 6 yaitu:

a. Pesan (message), yaitu informasi yang ditransmisikan (diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Termasuk ke dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi, materi pokok atau mata kuliah yang harus diberikan pelayanan kepada para pengguna Pusat Sumber Belajar.

b. Orang (people), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Dalam kelompok ini jika dilihat dari sisi internal dimasukan para staff Pusat Sumber Belajar itu sendiri yang

13Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pemebelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008), hal. 228

14Nana Sudjana, Tehnologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hal. 76

(10)

ada pada struktur organisasi PSB, yaitu Kepala Sekolah, Koordinator PSB, Tenaga Administrasi, Ketua unit pengembangan sistem pembelajaran, Ketua unit pelayanan, dan Ketua unit pengembangan media. Selain para staff PSB itu sendiri, siswa/mahasiswa, guru/dosen/instruktur dan tenaga kependidikan juga termasuk kedalam sumber belajar itu.

c. Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori bahan terdiri dari 2 kriteria, yaitu material sederhana dan material mutakhir, misalnya transparansi, slide, film, audio, video, modul, majalah, dan lain-lain.

d. Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya, proyektor slide, overhead, video tape, dan pesawat televisi.

e. Teknik (techniques), yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Contohnya pembelajaran terprogram, belajar sendiri, demonstrasi, ceramah, dan lain-lain.

f. Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan disampaikan. Lingkungan bisa bersifat fisik (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, studio, dan sebagainya) maupun lingkungan non fisik (suasana belajar dan lain-lain).16

(11)

Dilihat dari segi tempat asal-usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : sumber belajar yang dirancang (learning resource by design) dan sumber belajar yang tersedia atau bisa dikatakan tinggal memanfaatkan (learning resource by utilization):

a. Sumber belajar yang dirancang (learning resource by design) dan sumber belajar yang memang sengaja dimuat tujuan instruksional. Oleh karena itu, dasar rancangannya adalah isi, tujuan kurikulum dan karakteristik siswa tertentu, sumber jenis ini sering disebut sebagai bahan instruksional (instructional materials). Contohnya bahan pengajaran yang terprogram, modul, transparansi untuk sajian tertentu, film topik ajaran tertentu, video topik khusus, radio intruksional khusus dan sebagainya.

b. Sumber belajar yang tersedia, sehingga tinggal memanfaatkan (learning resource by utilization) yaitu sumber belajar yang telah ada untuk maksud non intruksional, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan sumber belajar jenis by design. Contoh lingkungan sekitar, museum, kebun binatang dan sebagainya.17

Secara garis besar, sumber belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan alam proses

(12)

belajar mengajar, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai secara maksimal.

b. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.

c. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk maupun isi, tidak mempunyai tujuan instruksional yang eksplisit, dan hanya dipergunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu atau secara insidental. Dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan instruksional.

d. Sumber belajar yang dirancang (resources by designed), mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.18

Berbagai faktor yang mempengaruhi sumber belajar tentu perlu diketahui untuk memahami karakteristiknya agar pemanfaatannya dalam kegiatan pengajaran bisa optimal dan sesuai, faktor tersebut antara lain: a. Perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi yang amat cepat dewasa ini amat berpengaruh terhadap sumber belajar yang dipergunakan. Pada masa lampau jenis sumber belajar yang tidak dirancang banyak dipergunakan oleh guru, tetapi sekarang justru sumber belajar yang dirancang lebih

(13)

banyak dimanfaatkan. Pengaruh teknologi bukan hanya terhadap bentuk dan jenis-jenis sumber belajar, melainkan juga terhadap komponen-komponen sumber belajar.

b. Nilai-nilai budaya setempat

Sering ditemukan bahan yang diperlukan sebagai sumber belajar dipengaruhi oleh faktor budaya setempat, antara lain nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Faktor tersebut berpengaruh terutama pada jenis sumber belajar yang tidak dirancang. c. Keadaan ekonomi pada umumnya

Sumber belajar juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, baik secara makro maupun secara mikro. Keadaan ekonomi tersebut mempengaruhi sumber belajar dalam hal upaya pengadaannya, jenis atau macamnya, dan upaya menyebarkannya kepada pemakai.

d. Keadaan pemakai

Pemakai sumber belajar jelas memegang peranan penting karena pemakailah yang memanfaatkannya sehingga dengan demikian, sifat pemakai perlu diketahui. Keadaan dan sifat pemakai akan turut mempengaruhi sumber belajar yang dimanfaatkan.19

Kaitannya dengan belajar individual, sumber belajar memegang peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal ini untuk memperbaiki mutu pengajaran yang mana harus didukung oleh berbagai fasilitas, sumber, dan tenaga pembantu. Titik berat proses

(14)

belajar mengajar terletak pada interaksi siswa dengan sumber-sumber balajar yang ada. Sedangkan guru dalam hal ini hanya sebagai penunjang atau stimulator belajar siswa. Ada enam jenis fungsi dalam pengembangan sumber belajar, yaitu:

a. Fungsi riset dan teori

Tujuan fungsi riset dan teori ialah menghasilkan dan mengetes pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber belajar, pelajar, dan fungsi tugas. Tujuan ini bisa diperoleh dengan merencanakan riset, melakukan riset, meninjau kembali (review) literatur riset, dan mempraktekkan informasi ke dalam belajar.

b. Fungsi desain

(15)

c. Fungsi produksi dan penempatan

Tujuan fungsi ini ialah menjabarkan secara khusus sumber-sumber ke dalam sumber-sumber-sumber-sumber konkret. Output dari fungsi produksi dan penempatan ialah produk konkret dalam bentuk prototipe atau bahan-bahan produk untuk sumber belajar.

d. Fungsi evaluasi dan seleksi

Tujuan fungsi ini ialah untuk menentukan atau menilai penerimaan (atau sejenis kriteria) sumber-sumber belajar oleh fungsi yang lain. Hal ini bisa dilakukan oleh metode eksperimental yang praktis dan objektif.

Tujuan penilaian itu menyangkut keefektifan sumber dalam mencapai tujuan, kemampuan sumber-sumber dalam mencapai standar produksi, kemampuan sumber-sumber untuk dipahami (organization supply), dan kemampuan sumber-sumber dalam memenuhi kebutuhan khusus (utilization).

Setelah evaluasi dilaksanakan, kemudian dilakukan seleksi. e. Fungsi organisasi dan pelayanan

(16)

berupa sistem katalog di perpustakaan, sistem distribusi, sistem operasi, dan sebagainya.20

Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreatifitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Digunakannya sumber belajar dalam kegiatan belajar dapat memberikan manfaat yaitu: a. Dapat memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai

sumber belajar.

b. Dapat memberikan pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.

c. Dapat mengganti fasilitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif yang didorong oleh minat dan keterlibatan diri didalamnya.

d. Meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran.

e. Memberikan kesempatan pada murid untuk belajar menurut kecepatan dan kesanggupanya.

f. Lebih fleksibel dalam menggunakan waktu dan ruang belajar.

(17)

g. Mengembangkan kepercayaan diri dalam hal belajar yang memungkinkan untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.21 Sumber belajar juga memiliki beberapa manfaat lain diantaranya:

a. Sumber belajar dapat memberikan perjalanan belajar yang konkret dan langsung kepada pelajarnya. Seperti kegiatan darmawisata ke pabrik, pusat tenaga listrik, pelabuhan dan sebagainya.

b. Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan atau dikunjungi dan dilihat secara langsung oleh siswa. Contohnya seperti penggunaan peta, denah, foto dan sebagainya.

c. Sumber belajar dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas, misalnya buku, foto-foto dan narasumber. d. Sumber belajar dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru,

misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sumber informasi. e. Sumber belajar dapat memecahkan masalah pendidikan atau

pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.

f. Sumber belajar dapat memberikan motivasi yang positif, lebih-lebih jika diatur dan direncanakan pemanfaatannya dengan tepat.

g. Sumber belajar dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.

Berdasarkan ke tujuh poin di atas maka dapat terlihat besarnya manfaat sumber belajar dalam proses pembelajaran, dan menggunakan sistem pendekatannya berorientasi pada siswa sehingga betul-betul

(18)

menekankan pada perkembangan pola pikir siswa.22 Sehingga adanya sumber belajar di sekolah harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Pemanfaatan sumber belajar adalah perubahan tingkah laku siswa yang relatif mantap dan efisien berkat latihan-latihan dan kreatifitasnya, kegiatan belajar merupakan upaya kegiatan menciptakan situasi yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi dirinya melalui kegiatan belajar. Proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha guru dan siswa menggunakan sumber belajar tersebut keberhasilan proses belajar mengajar makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu.23

3.Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Secara etimologi Al-qur’an berasal dari kata “qara’a, yaqra’u,

qira’atan, atau qur’anan” yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian lain secara teratur.24 Secara terminologi Al-qur’an adalah firman Allah SWT. yang merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat Jibril yang tertulis di dalam mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawattir yang

22Novrianti,Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar”, dalam

https://sweetyhome.wordpress.com/2008/06/20/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar/ diakses 01 April 2018

23Ahyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya: Lembaga Kajian Agama dan Filsafat (eLKAF), 2005), hal. 45

(19)

diperintahkan membacanya, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan di tutup dengan surat An-Nas.25 Walaupun Al-qur’an menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW., tapi fungsi utamanya adalah menjadi petunjuk untuk seluruh umat manusia.26 Tidak hanya mengandung macam-macam hukum, Al-qur’an juga mempunyai tujuan pokok yaitu:

a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.

b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.

c. Petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.27

Sedangkan pengertian hadits menurut bahasa adalah lawan dari kata qadim (sesuatu yang dahulu) dan di pakai juga dengan arti khabar (berita). Pengertian hadits menurut istilah yaitu segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi SAW., baik ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat diri atau sifat pribadi, atau yang dinisbahkan kepada sahabat atau tabi’in.28 Hadits

merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-qur’an. Sehingga hadits berfungsi sebagai penjelas dan penegas ayat-ayat Al-qur’an yang masih

25Aminuddin dkk., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005 ), hal. 46

26M. Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Quran: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009), hal. 37 27Ibid, hal. 57

(20)

bersifat umum. Bahkan hadits kadang juga memuat hukum yang tidak terdapat di dalam Al-qur’an. Di samping itu, hadits juga berfungsi sebagai penegas bagi Al-qur’an. Jadi fungsi hadits hanya memperkuat hukum yang telah ada. Fungsi lain dari hadits adalah sebagai pembuat hukum bagi ketentuan hukum yang tidak ada dalam Al-qur’an.29

Terkait dengan pengertian mata pelajaran Qur’an hadits, pada dasarnya Mata pelajaran Qur’an hadits di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Qur’an hadits yang di pelajari di MTs/SMP. Peningkatan tersebut

dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Al-qur’an dan Al-hadits terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya dimuka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam persperktif Al-qur’an dan Al- hadist sebagai persiapan untuk bermasyarakat.

Secara substansial, mata pelajaran Al-qur’an hadits memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-qur’an hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.30

29Irham Kumaidi, Ilmu Hadist Untuk Pemula, (Jakarta: CV Artha Rivera, 2008), hal. 17 30Kemenag, “Lampiran Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 Tahun

(21)

Mata pelajaran Qur’an hadits adalah tahapan dari pada MI, MTs, Aliyah yang saling berhubungan maka cara yang perlu dilakukan adalah mempelajari, memperdalam, serta memperkaya kajian Al-qur’an dan Al -hadits terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Qur’an hadits sebagai berikut:

a.Masalah dasar-dasar ilmu Al-qur'an dan Al-hadits, meliputi pengertian Al-qur'an menurut para ahli, pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi, bukti keotentikan Al-qur'an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya, isi pokok ajaran Al-qur'an dan pemahaman kandungan ayat-ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran Al-qur'an, fungsi Al-qur'an dalam kehidupan, fungsi hadits terhadap Al-qur'an, pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat dan ayat dalam Al-qur'an, dan pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya.

b.Tema-tema yang ditinjau dari perspektif Al-qur'an dan Al-hadits, yaitu manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi, demokrasi, keikhlasan dalam beribadah, nikmat Allah dan cara mensyukurinya, perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup, pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhu’afa, berkompetisi dalam kebaikan, amar ma ‘ruf nahi munkar, ujian dan cobaan manusia, tanggung jawab

(22)

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengajaran Al-qur’an hadits khususnya adalah tercapainya efisiensi didalam proses belajar mengajar Al-qur’an hadits. Efisiensi di sini dimaksudkan sebagai suatu prinsip di dalam pendidikan dan pengajaran di mana diharapkan hanya terdapat pengorbanan yang sedikit mungkin, tetapi dapat mencapai hasil yang seoptimal mungkin. Pengorbanan yang dimaksud meliputi faktor tenaga, waktu, alat dan biayanya. Sedangkan mata pelajaran Al-qur’an hadits di Madrasah Aliyah bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-qur’an dan hadits. b. Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam

Al-qur’an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan mengnhadapi kehidupan.

c. Meningkatkan pengalaman dan pemahaman isi kandungan Al-qur’an dan hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang Al-qur’an dan hadits.

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI, bahwasannya standar kompetensi lulusan untuk Mata pelajaran Qur’an hadits harus memahami

(23)

demokrasi, serta memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al-qur’an dan hadits tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.31

4. Hasil Belajar

Sebuah proses yang menyertai pembelajaran adalah berfikir. Seseorang dikatakan berfikir bila orang itu melakukan kegiatan mental. Dalam kegiatan mental itu orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan- hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari, dan inilah yang merupakan hasil belajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar dapat diketahui melalui beragam cara, hingga melalui cara-cara yang khusus tersebut seseorang dapat mengetahui tingkat keberhasilan belajarnya.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah pemerolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan perubahan bahan (raw materials) menjadi barang (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen,

(24)

hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar.32 Sedangkan belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.33 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.34 Hasil belajar juga merupakan prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.35 Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang diperoleh sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan.

Belajar dikatakan memiliki hasil jika telah terjadi perubahan baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam diri peserta didik, ketiga aspek inilah yang akan dinilai sebagai indikator dalam proses pembelajaran. Namun tidak semua perubahan perilaku itu hasil belajar, demikian pula tidak semua pengalaman individu merupakan proses belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri perubahan yang disadari, perubahan yang bersifat kontinu dan fungsional, perubahan yang bersifat positif dan aktif, perubahan yang bersifat relatif

32Purwanto, Evaluasi Hasil..., hal. 44

33Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal. 59

34Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), hal. 22

(25)

permanen dan bukan bersifat temporer serta bukan karena proses kematangan, pertumbuhan atau perkembangan, hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek pribadi, belajar merupakan proses yang disengaja, belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang ingin dicapai, serta belajar merupakan suatu bentuk pengalaman yang dibentuk secara sengaja, sistematis, dan terarah.36

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu:

a. Faktor internal

1).Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga, serta cukup tidur.

2).Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah

(26)

kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelligence. Intelligence atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

b. Faktor eksternal

1).Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

2).Faktor lingkungan sekolah

(27)

3).Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain sebagainya.37

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut Abu Ahmadi antara lain :

a. Faktor raw input (yakni faktor murid/anak itu sendiri) di mana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:

1).Kondisi fisiologis. 2).Kondisi psikologis.

b. Faktor environmental input (yaitu faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial.

c. Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari: 1).Kurikulum.

2).Program/bahan pengajaran. 3).Sarana dan fasilitas.

37Indra Munawar, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar” dalam

(28)

4).Guru (tenaga pengajar).38

Hasil belajar harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Sistem pendidikan nasional merumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom yang secara garis besar membaginya jadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran.39

Hakikat proses belajar mengajar adalah merupakan proses kegiatan interaksi antara dua manusia dalam pendidikan yakni, siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Dari kedua unsur manusia tersebut terdapat hubungan yang saling mempengaruhi, bukan

38Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (SBM), (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), hal. 103

(29)

guru saja yang mempengaruhi siswa akan tetapi siswa juga bisa mempengaruhi guru. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, baik guru maupun siswa harus bekerjasama mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu atau kajian pustaka pada dasarnya digunakan untuk memperoleh suatu informasi tentang teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian dan digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Dalam kajian pustaka ini peneliti menelaah beberapa karya ilmiah antara lain: 1. Ali Mahtum, Maman Rachman, dan Siskandar, Keefektifan

(30)

TPS tanpa bantuan CD interaktif. Adapun perbedaan nilai kognitif sebesar 9.40

2. Joko Susanto, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study dengan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar IPA di SD, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik perangkat pembelajaran berbasis lesson study dengan kooperatif tipe Numbered Heads Together, menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis lesson study dengan NHT, mengetahui kevalidan, keefektifan dan kepraktisan perangkat hasil pengembangan. Simpulan hasil penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar, lembar kegiatan peserta didik dan lembar evaluasi, perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai valid oleh validator dengan nilai 4,24 dari nilai maksimal 5 sehingga perangkat pembelajaran dapat digunakan dalam pembelajaran. Penilaian validator disimpulkan bahwa pembelajaran dengan perangkat yang dikembangkan efektif yang ditandai keberhasilan meningkatkan pencapaian aktivitas belajar peserta didik dengan hasil peningkatan (gain score) 0,33 pada uji produk dan 0,58 pada uji pemakaian serta ditandai peningkatkan hasil belajar peserta didik dengan hasil gain score 0,34 pada uji produk dan 0,39 pada uji pemakaian. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis digunakan yang ditandai oleh rata-rata tanggapan peserta didik

40Ali Mahtum dan Maman Rachman. "Keefektifan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Melalui

(31)

sebesar 95 pada uji produk dan 96,52 pada uji pemakaian memberikan tanggapan positif.41

3. Sulihin B. Sjukur, Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara siswa yang diajarkan pembelajaran blended learning dibanding siswa yang diajarkan pembelajaran konvensional dan mengetahui peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa akibat penerapan pembelajaran blended learning. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang diajarkan pembelajaran blended learning dibandingkan siswa yang diajarkan pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan pembelajaran blended learning dibandingkan siswa yang diajarkan pembelajaran konvensional, ada peningkatan motivasi belajar siswa akibat penerapan pembelajaran blended learning dan ada peningkatan hasil belajar siswa akibat penerapan pembelajaran blended learning.42

4. Ratna Widyaningrum, Sarwanto, dan Puguh Karyanto, Pengembangan Modul Berorientasi POE (Predict, Observ, Explain) Berwawasan Lingkungan pada Materi Pencemaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur

41Joko Susanto, "Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis lesson study dengan

kooperatif tipe numbered heads together untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA di SD." Journal of Primary Education, 1.2 (2012), hal. 71-77

42Sulihin B. Sjukur, "Pengaruh blended learning terhadap motivasi belajar dan hasil belajar

(32)

pengembangan modul berorientasi POE berwawasan lingkungan pada materi pencemaran, kelayakan modul, efektifitas modul, dan perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan modul. Hasil penelitian ini adalah pengembangan modul berorientasi POE berwawasan lingkungan pada materi pencemaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan Research and Development (R&D) model Borg dan Gall termodifikasi melalui tahapan-tahapan research and informationcollecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main field testing,dan operational product revision. Kelayakan modul pembelajaran ini mendapatkan nilai 3,3 setelah dilakukan uji coba lapangan dan berkategori “Baik”, pencapaian hasil belajar peserta didik setelah diterapkan modul ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam kategori “Sedang”, dan setelah dilakukan uji secara statistik

diperoleh adanya perbedaan hasil belajar siswa, sebelum dan setelah diterapkan modul POE berwawasan lingkungan.43

5. Diah Ayu Apriliani, Kemampuan Tutor dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Program Pelatihan Tata Rias di SKB Gunungkidul, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan tutor dalam memanfaatkan media pembelajaran program pelatihan tata rias di SKB

43Ratna Widyaningrum, Sarwanto Sarwanto, dan Puguh Karyanto, "Pengembangan Modul

(33)

Gunungkidul, dan hambatan tutor dalam penggunaan media pembelajaran program pelatihan tata rias di SKB Gunungkidul. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kemampuan tutor dalam memanfaatkan media pembelajaran program pelatihan tata rias di SKB Gunungkidul yaitu meliputi kemampuan penggunaan media gambar sebagai tahap awal pembelajaran sebelum akhirnya merias langsung di wajah, faktor penghambat dalam penggunaan media pembelajaran program pelatihan tata rias di SKB Gunungkidul yaitu terbatasnya ruangan dan terbatasnya media, ada juga hambatan terbatasnya media yaitu media yang berupa alat make up yang diberikan dari SKB tidak lengkap. 44

6. Imam Suyitno, Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan belajar dari Penutur Asing (BIPA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelajar asing yang belajar bahasa Indonesia memiliki latar belakang bahasa dan budaya berbeda-beda, tujuan belajar dan tingkat kemampuan yang beragam, dan bidang keahlian yang beragam. Materi ajar yang dibutuhkan oleh pelajar BIPA sangat bergantung pada tujuan belajar atau kebutuhan belajar pelajar asing. Pada umumnya, pendekatan yang diminati dan sesuai untuk pembelajaran BIPA adalah pendekatan

44Diah Ayu Apriliani, "Kemampuan Tutor dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran

(34)

komunikatif. Evaluasi dalam pembelajaran BIPA dilaksanakan dengan teknik tes dan non tes.45

7. BP. Sitepu, Memilih Buku Pelajaran, tujuan penelitian ini adalah menentukan kualifikasi sebelum memilih buku ajar. Hasil dari penelitian ini adalah untuk dapat melakukan penilaian dan pemilihan secara objektif, diperlukan keahlian di masing-masing aspek tersebut. Dalam pelaksanaannya, penilaian dan pemilihan buku pelajaran di sekolah dikerjakan oleh tim yang anggotanya melibatkan guru bidang studi dan wakil dari komite sekolah. Buku pelajaran mengandung bahan ajar yang seharusnya disusun secara tepat dan benar dilihat dari disiplin ilmu, metode belajar dan pembelajaran, bahasa, ilustrasi dan grafikanya. Faktor harga memang penting dan ikut menentukan, tetapi hendaknya tidak mendahului kepentingan belajar dan membelajarkan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa buku pelajaran yang baik memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar.46 8. Nunu Mahnun, Media Pembelajaran (Kajian terhadap Langkah-langkah

Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran), tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media dalam pembelajaran, pertimbangan guru dalam memilih media pembelajaran beserta alasannya dari faktor guru. Hasil penelitian ini adalah keberhasilan media dalam meningkatkan kualias belajar siswa ditentukan

45Imam Suyitno, "Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

(BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar." Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, 9.1 (2014), hal. 62-78

46B.P. Sitepu, "Memilih buku pelajaran." Jurnal pendidikan penabur 4.4 (2005), hal.

(35)

pada bagaimana kemampuan guru dalam memilih media yang akan digunakan. Ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan oleh guru untuk memilih media yaitu pertimbangan siswa, pertimbangan tujuan pembelajaran, pertimbangan strategi pembelajaran, pertimbangan kemampuan dalam merancang dan menggunakan media, pertimbangan biaya, pertimbangan sarana dan prasarana, dan pertimbangan efesiensi dan efektifitas. Implementasi pemilihan media secara teoritis mengikuti langkah-langkah sebagaimana tersebut di atas dalam pembelajaran, belum dilakukan oleh sebahagian tenaga pendidik, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kurangnya sikap inovatif dan kemampuan dalam pemilihan dan pengembangan media yang dimiliki oleh tenaga pendidik. Kecenderungan lain sebahagian guru memiliki sikap statis dan menggunakan cara-cara konvensional dalam melakukan proses pembelajaran.47

9. L. Yuliati, Efektifitas Bahan Ajar IPA Terpadu terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektifitas bahan ajar IPA Terpadu untuk SMP, khususnya tema air limbah rumah tangga. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa SMP yang menggunakan bahan ajar IPA Terpadu dengan siswa SMP yang menggunakan bahan ajar IPA SMP dalam buku sekolah elektronik. Perbedaan tersebut ditunjukkan pada setiap tema bahan ajar IPA terpadu.

47Nunu Mahnun, "Media Pembelajaran (Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan

(36)

Kemampuan berpikir siswa yang menggunakan bahan ajar IPA Terpadu lebih baik dari kemampuan berpikir siswa yang menggunakan buku sekolah elektronik. Dengan demikian, bahan ajar IPA terpadu efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir siswa yang menggunakan bahan ajar IPA terpadu lebih baik dibanding kemampuan berpikir siswa yang menggunakan bahan ajar IPA yang parsial.48

10. Achmad Habibullah, Kompetensi Pedagogik Guru, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kompetensi pedagogik guru, dilihat dari aspek kemampuan pengetahuan pembelajaran, menyusun rancangan pembelajaran (RPP) dan pembelajaran di kelas. Hasil penelitian ini adalah diketahui aspek kemampuan pengetahuan pembelajaran pada guru PNS rekrutmen tenaga honorer dalam kategori “kurang”, aspek kemampuan menyusun RPP guru PNS rekrutmen

tenaga honorer dalam kategori “cukup”, dan kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran guru PNS rekrutmen tenaga honorer dalam kategori “cukup”, serta diantara aspek pelaksanaan pembelajaran tersebut

masih terdapat titik lemah guru, yakni pada aspek pemanfaatan sumber belajar dan media pembelajaran, serta aspek refleksi dan tindak lanjut. Umumnya guru masih sangat mengandalkan buku teks sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.49

48Lia Yuliati, "Efektivitas bahan ajar IPA terpadu terhadap kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa SMP." Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9.1 (2013), hal. 53-57

49Achmad Habibullah, "Kompetensi Pedagogik Guru." EDUKASI: Jurnal Penelitian

(37)

No. Nama/Judul

Penelitian Tujuan/Fokus Penelitian Hasil Penelitian

1. Ali Mahtum, Maman oleh validator dengan nilai 4,24 dari nilai maksimal 5 hasil belajar peserta didik

(38)

peserta didik sebesar 95

peningkatan motivasi dan

belajar siswa akibat

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

guru dan siswa. Faktor

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dari beberapa penelitian diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu meneliti upaya yang dilakukan untuk mengembangkan sumber belajar buku ajar dalam meningkatkan pembelajaran. Akan tetapi terdapat perbedaan yang jelas yaitu dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar berupa buku ajar pada mata pelajaran Al-qur’an hadits guna meningkatkan proses belajar mengajar di MAN 1 Trenggalek.

C. Paradigma Penelitian

(44)
(45)

Peppppoij

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian Pemanfaatan

buku ajar Al-qur’an Hadits

Guru

Perencanaan

Penerapan dalam pembelajaran

Siswa

Pemilihan

Penerapan

Pembelajaran Al-qur’an

hadits

Hasil belajar

siswa Hambatan dan dukungan

dari guru

Gambar

gambar sebagai
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat Pembelajaran Lengkap (misal: Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Media Pembelajaran, Portofolio Tugas Tertruktur Peserta

Hasil penelitian ini yaitu perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan

Hal ini sesuai dengan perencanaan proses pembelajaran menurut Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Amri yang meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dengan adanya perangkat pembelajaran tematik yang dikembangkan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan peserta didik (LKPD) ini dapat

2) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan, baik kemampuan awal peserta didik, minat,

Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif ini sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa metode ini menafsirkan fenomena-fenomena secara

Setelah menyusun RPP kemudian dicarilah buku-buku yang memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa, sehingga tidak hanya buku wajib dari

M1 Menjelaskan pengertian dan bagian standar nasional pendidikan serta membuat perangkat pembelajaran (Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, Buku