• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kriptografi pada Citra Digital dengan Vernam Cipher dan Selective Bitplane

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kriptografi pada Citra Digital dengan Vernam Cipher dan Selective Bitplane"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Kriptografi pada Citra Digital dengan

Vernam Cipher

dan

Selective Bitplane

Artikel Ilmiah

Peneliti:

Erwin Kamajaya Yanuar (672014728) Magdalena A. Ineke Pakereng, M.Kom.

Alz Danny Wowor, S.Si. M.Cs.

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana

(2)

1

Kriptografi pada Citra Digital dengan

Vernam Cipher

dan

Selective Bitplane

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti :

Erwin Kamajaya Yanuar (672014728) Magdalena A. Ineke Pakereng, M.Kom.

Alz Danny Wowor, S.Si. M.Cs.

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

9

Kriptografi pada Citra Digital dengan

Vernam Cipher

dan

Selective Bitplane

1)

Erwin Kamajaya Y 2) M. A. Ineke Pakereng 3)Alz Danny Wowor

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1) [email protected] 2) [email protected]

3)

[email protected]

Abstract

Ease of communication raises new requirements, namely the security of information transmitted on the communication network from sender to receiver. One form of information that is sent is the image. Cryptography is a technique of encoding information, which can be used to meet this requirement. Selective Bitplane an image cryptography method that works by encrypting part of the information on the image with the aim of accelerating the process, but does not reduce the level of security (confidentiality). In the process of Vernam encryption algorithm used, which has a fast performance. In this study image encoding methods are implemented using selective methods Bitplane and Vernam. Produced an application that can encode 24-bit color image files (True Color Image).

Keywords: Selective Bitplane, Vernam, True Colour Image Encryption,

Abstrak

Kemudahan berkomunikasi menimbulkan kebutuhan baru, yaitu pengamanan informasi yang ditransmisikan pada jaringan komunikasi dari pengirim ke penerima. Salah satu bentuk informasi yang dikirimkan adalah gambar. Kriptografi merupakan suatu teknik penyandian informasi, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini. Selective Bitplane merupakan metode kriptografi gambar yang bekerja dengan cara menyandikan sebagian informasi pada gambar dengan tujuan mempercepat proses, namun tidak mengurangi tingkat keamanan (confidentiality). Pada proses penyandian digunakan algoritma Vernam cipher, yang memiliki performa yang cepat. Pada penelitian ini diimplementasikan metode penyandian gambar menggunakan metode Selective Bitplane dan Vernam, dan menghasilkan suatu aplikasi yang dapat menyandikan file

gambar 24 bit warna (True Colour Image).

Kata Kunci: Selective Bitplane, Vernam, Enkripsi Gambar

1)Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya

Wacana

2)

Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

3)

(11)

1

1. Pendahuluan

Kemudahan berkomunikasi menimbulkan kebutuhan baru, yaitu pengamanan informasi yang ditransmisikan pada jaringan komunikasi dari pengirim ke penerima. Salah satu bentuk informasi yang dikirimkan adalah gambar. Pengiriman sebuah data dalam bentuk gambar yang akan dikirim ke suatu tujuan yang bersifat privasi, kemungkinan besar dapat terlihat oleh pihak lain. Hal ini akan membuat orang tersebut mencari cara untuk menyembunyikannya sehingga pihak lain tidak tahu.

Semakin banyaknya penggunaan perangkat mobile dan kemajuan kecepatan koneksi Internet, meningkatkan jumlah data yang ditransmisikan dari satu pihak ke pihak lain. Data yang dikirimkan salah satunya adalah citra digital. Perangkat mobile saat pada umumnya memiliki daya komputasi yang lebih kecil dibandingkan komputer pribadi. Untuk menyediakan perangkat kriptografi pada

platform mobile, maka perlu dipertimbangkan kompleksitas komputasi,

mengingat terbatasnya daya komputasi pada perangkat mobile. Pada saat ini, sistem operasi untuk perangkat mobile didominasi oleh Android, sejumlah 78% dari keseluruhan sistem operasi mobile [1]. Ketersediaan perangkat pengembangan software (SDK) untuk Android [2], memungkinkan untuk dikembangkannya aplikasi yang secara khusus diperuntukkan bagi sistem operasi tersebut. Hal tersebut memberikan peluang untuk dibuatnya suatu aplikasi kriptografi pada platform mobile Android.

Selective Bitplane merupakan metode pemilihan beberapa bit pada byte,

yang dapat diterapkan pada citra digital. Selective Bitplane bekerja dengan cara mengambil sebagian bit dari tiap byte data. Selective bitplane dapat mengurangi daya komputasi pada pemrosesan citra digital [3].

SelectiveBitplane sendiri bukan merupakan metode kriptografi. Hasil dari

proses Selective Bitplane bukan merupakan cipher image, karena bit-bit yang terpilih (selected), masih merupakan representasi dari citra digital aslinya. Sehingga untuk menggunakan Selective Bitplane maka perlu dikombinasikan dengan algoritma kriptografi. Kombinasi antara Selective Bitplane dengan kriptografi memiliki tujuan untuk mempercepat proses (mengurasi komputasi), namun tidak mengurangi tingkat keamanan (confidentiality) [3].

Implementasi kriptografi citra digital mengharuskan tidak adanya perbedaan ukuran antara plaintext dengan ciphertext. Plaintext dan ciphertext

pada kriptografi citra digital adalah bit-bit pada piksel gambar. Hal tersebut dimaksudkan agar ukuran dimensi gambar tidak berubah. Sebagai contoh dimensi citra digital sebelum enkripsi adalah 40x40 piksel, maka total jumlah piksel adalah 1600 piksel. Setelah proses enkripsi, jika jumlah piksel menjadi tidak sama dengan 1600, maka dimensi gambar tidak akan sama dengan semula.

(12)

2

mengarah pada Stream Cipher, yang tidak menggunakan padding dalam memproses data. Salah satu StreamCipher yang mudah diimplementasikan adalah

Vernam Cipher. Vernam Cipher adalah algoritma sederhana yang terbukti aman

jika menggunakan kunci yang tidak diulang [4][5]. Untuk mencapai hal tersebut, salah satunya dapat digunakan proses pembangkitan bilangan semi acak sebagai kunci.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan aplikasi kriptografi pada data citra digital menggunakan metode Selective Bitplane, serta menggunakan algoritma enkripsi Vernam Cipher untuk menyandikan bit yang terpilih pada metode Selective Bitplane. Penelitian ini menghasilkan aplikasi yang dapat menyandikan citra digital 24 bit warna, dengan waktu proses yang cepat, dan tidak mengorbankan kerahasiaan informasi citra.

2. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian berjudul “Selective bitplane encryption for secure

transmission of image data in mobile environments”, dibahas tentang teknik enkripsi untuk menyediakan keamanan gambar untuk ditransmisikan lewat jaringan komputer. Pada penelitian ini ditekankan masalah bahwa pada mobile

environments diperlukan penyandian gambar secara realtime, yang berarti

memiliki performa yang cepat, sebagai contoh TV broadcasting. Solusi yang dipaparkan adalah selective atau partial encryption (SE) pada data visual, contohnya gambar. Proses penyandian dilakukan pada selected bitplane pada gambar, sehingga mempersingkat waktu proses. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut adalah 1 bit MSB tidaklah cukup, sehingga diperlukan minimal 2 bit MSB. Untuk tingkat confidentiality yang lebih tinggi, diperlukan 4

bit MSB [3].

Banerjee dan Nath [6] pada penelitiannya, melakukan modifikasi pada

Vernam Cipher. Masalah yang ditekankan adalah pada serangan yang umum

dilakukan pada Vernam Cipher, yaitu differential attack dan known plain attack. Benerjee dan Nath juga menyebutkan bahwa pada algoritma yang standar pada umumnya, akan gagal mengenkripsi file yang semua karakternya bernilai ASCII 0 atau semua bernilai 255. Metode yang diajukan adalah metode Vernam Cipher

pada bit level, kemudian pada byte level dengan menggunakan umpan balik

(feedback). Modifikasi yang dilakukan memberikan keuntungan yaitu pada

perbandingan dua data yang dienkripsi, sekalipun kedua data tersebut memiliki perbedaan yang kecil, hasil enkripsi (ciphertext) memiliki perbedaan yang besar. Metode yang diajukan oleh Nath, efektif digunakan untuk menyandikan pesan pendek, password, kunci rahasia, dan lain sebagainya.

Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait penerapan metode Selective Bitplane untuk penyandian citra digital, dan algoritma enkripsi

Vernam Cipher, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang dan

mengimplementasikan aplikasi kriptografi pada data citra digital menggunakan metode Selective Bitplane, serta menggunakan algoritma enkripsi Vernam Cipher

(13)

3

diimplementasikan dalam bentuk aplikasi mobile berbasis sistem operasi Android, dengan tujuan untuk menganalisis perbandingan enkripsi non-selective bitplane

dengan enkripsi SelectiveBitplane.

Penelitian ini membahas tentang penggunaan metode enkripsi Selective

Bitplane. Keunggulan dari algoritma Selective Bitplane adalah dapat mengurangi

waktu dan proses komputasi yang ada dalam penyandian citra [1]. Untuk menyandikan informasi yang terpilih (selected bits), digunakan algoritma kriptografi Vernam Cipher dengan modifikasi pada proses pembangkitan kunci.

Vernam Cipher diciptakan oleh Mayor J. Maugborne dan G. Vernam pada

tahun 1917. Metode tersebut juga dikenal dengan nama One Time Pad (OTP).

Vernam cipher merupakan algoritma berjenis kriptografi simetris. Pada proses

enkripsi, plaintext diubah ke dalam kode ASCII dan kemudian dikenakan operasi XOR terhadap kunci yang sudah diubah ke dalam kode ASCII. Pada proses dekripsi, ciphertext diubah ke dalam kode ASCII, kemudian dikenakan operasi XOR terhadap kunci yang sudah diubah ke dalam kode ASCII juga [7]. Contoh enkripsi Vernam Cipher, dengan pesan "HELLO", kunci "XMCKL" ditunjukkan pada Tabel 1.

Perlu diperhatikan, pada Tabel 1, hasil enkripsi dalam angka ASCII mewakili karakter yang tidak bisa dicetak/ditampilkan (non-printable character), sebagai contoh kode ASCII 8 mewakili karakter "Backspace" dan kode ASCII 7 mewakili perintah "Bell" [8].

Tabel 1 Contoh Enkripsi Vernam cipher [9]

Pesan Pesan enkripsi adalah operator Exclusive-OR (XOR). Exclusive-OR (XOR) adalah operasi logika pada dua nilai. Hasil operasi akan bernilai BENAR jika tepat salah satu dari kedua variabel bernilai BENAR. Jika tidak, akan memberikan hasil SALAH. Hal ini juga berarti bahwa hasil dari operasi 'XOR' akan bernilai BENAR hanya jika kedua variabel masukan memiliki nilai yang berbeda. Nilai yang sama akan menghasilkan nilai SALAH [4].

Pada penelitian ini, format file citra digital yang digunakan adalah PNG. PNG merupakan True Color image, yang berarti tiap piksel direpresentasikan dengan 3 byte, terbagi ke dalam red, green, dan blue masing-masing 1 byte. Hal ini sering disebut dengan warna RGB, atau True Color 24 bit. Selain 24 bit warna, file PNG juga mendukung 32 bit warna. True Color 32 bit sama dengan 24 bit, dengan perbedaan adalah adanya 1 byte tambahan yang disebut komponen alpha

(14)

4

Gambar 1True Color 24 bit dan 32 bit [10]

3. Metode dan Perancangan Sistem

Penelitian yang dilakukan, diselesaikan melalui tahapan penelitian yang terbagi dalam empat tahapan, yaitu, (1) Tahap Identifikasi Masalah dan Pengumpulan Data, (2) Perancangan Sistem, (3) Implementasi Sistem, (4) Pengujian Sistem, serta Analisis Hasil Pengujian.

Gambar 2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian pada Gambar 2, dijelaskan sebagai berikut: Tahap

pertama: mengidentifikasi masalah dan pengumpulan data, adalah bagaimana

sistem kriptografi yang dibuat dapat mengenkripsi dan mendekripsi data gambar dengan metode enkripsi Selective Bitplane, serta bagaimana performa algoritma

Vernam Cipher dalam menyandikan suatu informasi.

Tahap kedua: merancang sistem yaitu proses enkripsi dan dekripsi

menggunakan algoritma Selective Bitplane dan Vernam Cipher, yang terjadi di dalam sistem, serta rancangan antarmuka aplikasi yang digunakan oleh user.

Tahap ketiga: yaitu mengimplementasikan hasil perancangan sistem.

Membangun sistem berdasarkan proses yang telah didefinisikan pada tahap perancangan. Yang dimaksud adalah mengimplementasikan suatu algoritma yang ada dan terbukti memiliki performa yang baik, untuk menjaga kerahasiaan data citra digital yang berformat BMP maupun PNG.

Tahap keempat: adalah melakukan pengujian sistem. Analisis dilakukan

pada hasil pengujian, sehingga dapat diperoleh kesimpulan

(15)

5

Gambar 3 Proses Enkripsi pada Gambar Menggunakan Metode Selective Bitplane dan Vernam

Gambar 3 merupakan proses enkripsi, yang dimulai dengan proses input

citra digital dan kunci enkripsi. Kemudian kunci digunakan untuk membangkitkan angka SEED. Pada citra digital dibaca piksel, dan didalam piksel diperoleh warna. Pada tiap warna dibaca nilai 4 bit MSB. Angka SEED digunakan untuk membangkitkan 4 bit acak, kemudian digunakan sebagai masukkan pada enkripsi

Vernam cipher. Proses ini berlangsung sampai pada warna terakhir pada piksel

terakhir pada citra digital.

Mulai Baca

Gambar 4 Proses Dekripsi pada Gambar Menggunakan Metode Selective Bitplane dan Vernam

Gambar 4 menunjukkan proses dekripsi yang secara keseluruhan memiliki langkah yang sama dengan proses enkripsi. Input yang diperlukan adalah citra digital yang terenkripsi, dan kunci. Pada kunci dilakukan operasi XOR satu karakter dengan karakter yang lain, sehingga menghasilkan 1 bilangan yang digunakan sebagai SEED untuk proses pembangkitan bilangan acak. Kemudian pada tiap warna di citra digital, dibaca 4 bit MSB. Proses ini disebut Selective

Bitplane. Kemudian 4 bit MSB terenkripsi tersebut di-XOR-kan dengan 4 bit

(16)

6

Gambar 5 Proses Enkripsi/Dekripsi Vernam Cipher dengan Kunci Semi Acak

Vernam cipher yang digunakan pada penelitian ini, memiliki proses yang

ditunjukkan pada Gambar 5. Vernam cipher pada dasarnya bekerja dengan cara melakukan operasi XOR antara byte plain dengan byte kunci. Kunci diperoleh dengan cara membangkitkan bilangan semi acak acak.

Selective Bitplane bekerja dengan cara memilih satu atau beberapa bit dari

keseluruhan bit. Sebagai contoh jika satu elemen warna bernilai 98 maka nilai

biner nya adalah 01100010 . Jika pada nilai biner tersebut dilakukan proses bit

selection 4 MSB, maka diperoleh 4 bit paling depan yaitu 0110. Jika dipilih 2 bit

LSB maka, diperoleh 10.

Spesifikasi kunci yang digunakan pada penelitian ini adalah minimal 12 karakter (96 bit kunci). Berdasarkan Georgia Tech Research Institute (GTRI), untuk mengalahkan Encryption Software Cracking saat ini, password yang paling aman digunakan minimal panjangnya adalah 12 karakter [12].

Berikut adalah contoh proses mengolah kunci menjadi SEED. Untuk menyederhanakan contoh, kunci yang digunakan memiliki panjang 8 karakter, yaitu “fti@uksw”. Langkah-langkah prosesnya adalah (1) mengubah tiap karakter menjadi nilai ASCII; (2) mengakumulasi nilai ASCII tersebut menjadi satu bilangan dengan operator XOR. Langkah proses tersebut ditunjukkan pada tabel 2. Kunci yang dimasukkan oleh user, diubah ke nilai ASCII yaitu 102, 116, 105, 64, 117, 107, 115, 119. Langkahnya adalah sebagai berikut:

(17)

7

59 XOR 117 = 78 37 XOR 107 = 37 37 XOR 115 = 86

86 XOR 119 = 33 -> nilai seed

Tabel 2 Contoh Proses Mengolah Kunci Menjadi SEED

Kunci f t i @ u k s w

Ascii 102 116 105 64 117 107 115 119

Hasil XOR 33

Berikut adalah contoh proses enkripsi. Jika diketahui bahwa suatu gambar memiliki komponen warna 98, 12, 133, 119, 81, 228, 199, 120, 100. Maka setelah proses enkripsi, warna tersebut menjadi 146, 124, 85, 231, 65, 132, 119, 136, 84. Langkah proses enkripsi ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Contoh Proses Enkripsi

(18)

8

Berikut ditunjukkan contoh proses dekripsi. Berdasarkan proses enkripsi pada Tabel 3, maka proses dekripsi ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Contoh Proses Dekripsi

Langkah R G B R G B R G B

Gambar 6 Analisis Perbedaan Nilai Plain dan Cipher

Berdasarkan contoh enkripsi, dilakukan analisis berbedaan antara nilai warna sebelum dan setelah enkripsi. Hasil analisis ditunjukkan pada Gambar 6. Garis biru menunjukkan nilai byte plain, garis merah byte cipher, dan garis hijau selisih keduanya. Berdasarkan grafik tersebut tidak ditemukan pola antara nilai

plain dan nilai cipher. Perbedaan pada byte plain pertama (98) dan byte cipher

Analisis Perbedaan Nilai Warna Plain dan Cipher

Plain

Cipher

(19)

9

pertama (146), adalah 48. Pada byte plain kedua (12), dan byte cipher kedua (124) memiliki selisih 112. Angka-angka perbedaan ini tidak membentuk pola, sehingga pada grafik tidak ditunjukkan garis liner (tidak berbanding lurus).

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil implementasi sistem berdasarkan perancangan yang telah dibuat, dijelaskan sebagai berikut. Sistem dikembangkan untuk perangkat mobile dengan sistem operasi Android 4.x keatas. Alat pengembangan yang digunakan adalah Eclipse dengan dukungan ADT (Android Development Toolkit) versi 19.

Gambar 7 menampilkan form yang digunakan untuk melakukan enkripsi gambar. Pada form ini, disediakan fasilitas untuk memilih file gambar, memasukkan kunci enkripsi, dan memilih bitplane. Cipher image akan ditampilkan bersebelahan dengan plain image. Gambar 8 menampilkan form yang digunakan untuk melakukan dekripsi gambar, dengan susunan dan aturan yang sama dengan form enkripsi.

Gambar 7 Form Enkripsi Gambar Gambar 8 Form Dekripsi Gambar

Pengujian Pengaruh Pemilihan Bitplane terhadap hasil enkripsi (Pengujian 1), dilakukan untuk melihat pengaruh pemilihan bitplane, terhadap besarnya perbedaan piksel antara plain image dan cipher image. Hasil pengujian 1 ditunjukkan pada Tabel 5 kolom Pengujian 1. Pada kolom bitplane, yang dimaksud dengan angka 1 s/d 8 adalah posisi bitplane, 1 berarti MSB, 8 berarti LSB. Berdasarkan hasil pengujian 1, disimpulkan bahwa pemilihan posisi dan jumlah bitplane mempengaruhi hasil enkripsi. Bitplane pada posisi MSB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan piksel antara plain

(20)

10

LSB. Jumlah bitplane juga memberi pengaruh besarnya perbedaan yang dihasilkan. Semakin banyak bitplane MSB yang dipilih, maka semakin besar perbedaan piksel yang ditemukan.

Tabel 5 Hasil Pengujian 1 dan Pengujian 2

No. Plain Image

Bit plane (posisi bit yang terpilih)

Dimensi

(piksel) Cipher Image

Pengujian 1 Perbedaan

Warna

Pengujian 2 Waktu Proses (detik)

1. 1 128 x

128 24335 0.462026

2. 2 128 x

128 24653 0.459026

3. 3 128 x

128 24572 0.479027

4. 4 128 x

128 24711 0.469027

5. 5 128 x

128 24501 0.451026

6. 6 128 x

(21)

11

7. 7 128 x

128 24459 0.456026

8. 8 128 x

128 24438 0.466027

9. 1,2 128 x

128 37224 0.850049

10. 1,2,3 128 x

128 43071 1.22907

11. 7,8 128 x

128 36915 0.844048

12. 6,7,8 128 x

128 43032 1.258072

13.

1,2,3,4, 5,6,7,8 (semua bit)

128 x

128 48951 3.2021831

(22)

12

lama waktu proses enkripsi/dekripsi. Hasil pengujian 2 ditunjukkan pada Tabel 5 kolom Pengujian 2. Berdasarkan hasil pengujian 2, disimpulkan bahwa pemilihan jumlah bitplane mempengaruhi kecepatan proses enkripsi, seperti ditunjukkan dengan lama waktu proses pada nomor uji 1, nomor uji 9, dan nomor uji 10. Hal ini dikarenakan ketika jumlah bitplane yang dipilih semakin banyak, maka semakin banyak pula bit yang harus diproses, dan semakin banyak pula waktu yang diperlukan oleh proses.

Pengujian Visual untuk Gambar Homogen, Heterogen Berpola dan Gambar Natural (Pengujian 3), dilakukan untuk melihat perbedaan yang dihasilkan antara gambar homogen (satu warna) dan heterogen (banyak warna, berpola) dan natural (foto). Pengujian dilakukan dengan cara menunjukkan plain

image dan cipher image terhadap 30 responden, dan menanyakan apakah kedua

gambar tersebut menunjukkan kesamaan pola. Gambar yang digunakan adalah mono.png sebagai gambar homogen, pola.png sebagai gambar heterogen berpola, dan lena.png sebagai gambar foto. Hasil pengujian 3 ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Pengujian 3

No Gambar Bitplane Cipher Image Respon

1. 1 87.472% beda

12.528% sama

2. 1,2 100% beda

(23)

13

4. 1,2,3,4 100% berbeda

5. 1 88.816 % beda

11.184% sama

6. 1,2 98.752%

berbeda 1.248% sama

7. 1,2,3 100% berbeda

(24)

14

9. 1 87.561%

berbeda.

12.439% sama

10. 1,2 98.669%

berbeda 1.331% sama

11. 1,2,3 99.865%

berbeda

0.135% sama

12. 1,2,3,4 99.969%

berbeda

0.031% sama

Berdasarkan hasil pengujian 3, gambar homogen (nomor uji 1-4), penyandian 1 bit MSB sudah dapat memberikan perbedaan secara visual, untuk gambar heterogen berpola (nomor uji 4-8), diperlukan 4 bit MSB untuk dapat menyembunyikan makna gambar, dan untuk gambar natural (nomor uji 9-12), penyandian 2 bitplane MSB dapat menyandikan secara visual. Untuk gambar homogen, disimpulkan bahwa panjang kunci memberi pengaruh yaitu: semakin banyak perbedaan yang dihasilkan dan semakin lama waktu proses.

(25)

15

Tabel 7 Hasil Pengujian 4

No. Gambar Dimensi Perbedaan

Piksel

1. lena1.png 128x128 0

2. lena2.png 256x256 0

3. chess1.png 250x300 0

4. chess2.png 250x300 0

5. chess3.png 250x300 0

(26)

16

7. blondie.png 512x512 0

8. jet.png 512x512 0

9. tank.png 512x512 0

10. vegetables.png 512x512 0

11. red.png 250x300 0

12. wgr.png 250x300 0

Berdasarkan hasil pengujian 4, disimpulkan bahwa proses enkripsi dan dekripsi tidak mengubah informasi piksel pada gambar, karena jumlah perbedaan piksel antara gambar sebelum enkripsi dan gambar setelah dekripsi, adalah 0 (tidak ada perbedaan).

(27)

17

pengujian ditunjukkan pada Tabel 8. Berdasarkan hasil blackbox testing, disimpulkan bahwa aplikasi telah berfungsi dan melakukan validasi masukkan pengguna, dengan baik

Tabel 8 Hasil Blackbox Testing

No Proses Hasil yang

Berdasarkan penelitian, pengujian dan analisis terhadap sistem, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Kombinasi Selective Bitplane dan

vernam cipher menghasilkan metode enkripsi/dekripsi yang cepat, untuk citra

(28)

18

arti dari gambar sesungguhnya; (4) Untuk gambar natural (foto), 2 bit MSB sudah dapat menyamarkan arti gambar sesungguhnya. Saran pengembangan yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut adalah sebagai berikut: (1) Pengamanan citra digital pada lingkungan Android, memiliki keterbatasan pada sumber daya perangkat keras. Selain algoritma enkripsi, algoritma shuffle dapat digunakan untuk mengacak bit yang terpilih setelah proses pemilihan (bitplane selection). Untuk mencapai nilai keamanan yang lebih baik, maka dapat digunakan jenis algoritma genetika, yang bekerja dengan cara membangkitkan beberapa kemungkinan solusi penyandian, kemudian dipilih solusi yang memberikan perbedaan nilai paling tinggi antara piksel awal dengan piksel akhir.

6. Daftar Pustaka

[1]. International Data Corporation 2015. Smartphone OS Market Share, Q1 2015. http://www.idc.com/prodserv/smartphone-os-market-share.jsp. Diakses pada Juli 2015.

[2]. Android Open Source Project 2011. What is android? http://developer. android. com/guide/basics/what-is-android. html, 2. Diakses tanggal 27 Oktober 2013

[3]. Podesser, M., Schmidt, H.-P. & Uhl, A. 2012. Selective bitplane encryption

for secure transmission of image data in mobile environments. Proceedings

of the 5th IEEE Nordic Signal Processing Symposium (NORSIG’02). [4]. Sholeh, M. & Hamokwarong, J. V 2011. Aplikasi Kriptografi dengan

Metode Vernam Cipher dan Metode Permutasi Biner. Momentum 7, 8–13.

[5]. Alvarez, R. & Zamora, A. 2014. A Matrix PRNG with S-Box Output

Filtering. Journal of Applied Mathematics 2014.

[6]. Banerjee, P. & Nath, A. 2013. Bit and Byte Level Generalized Modified

Vernam Cipher Method with Feedback. International Journal of Computer

Applications 64, 9–15.

[10]. Willamette.edu In press. Image File Formats.

[11]. Boutell, T. 1997. PNG (Portable Network Graphics) Specification Version 1.0.

Gambar

gambar 24 bit warna (True Colour Image).
Tabel 1 Contoh Enkripsi Vernam cipher [9]
Gambar 2 Tahapan Penelitian
Gambar 3 Proses Enkripsi pada Gambar Menggunakan Metode Selective Bitplane dan Vernam
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Alhamdulillahirobbil’ alamin, Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

By assuming that the adsorption rate of vapor in zeolite is faster than that of desorption of water from corn, the water transport for mixed adsorption

Moreover, by preserving what looks like a literary metadiscourse within narrative as a vestige of the postmodernist metahistorical romance, Genna creates the opportunity to

Ulf Mehlig do Centre for Marine Ecology (ZMT), Universidade de Bremen, para leitura crítica, melhorias no código para plotar a média e o desvio padrão, e permissão para usar

[r]

p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321 Melihat kenyataan seperti demikian peneliti berkeyakinan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik dapat membuat siswa

[r]