• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Inkuiri Berbantuan Media KIT IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 di SDN Dadapayam 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Inkuiri Berbantuan Media KIT IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 di SDN Dadapayam 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori merupakan dasar bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam landasan teori dimuat teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut merupakan penjabaran mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

2.1.1 Hakekat IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam )

Menurut Laksmi Prihantoro (1986: 1.3) llmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris “science” Kata “science” sendiri berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti saya tahu. “Science” terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science maka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa Indonesia berarti Ilmu Pengetahuan Alam dan disingkat dengan IPA.

Untuk mendefinisikan IPA dengan kata-kata atau kalimat yang singkat tidak mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian IPA sendiri . H.W Fowler (dalam Laksmi Prihantoro, 1986: 1.3) menyatakan bahwa Ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan Robert B. Sund (dalam Laksmi Prihantoro, 1986: 1.3) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya mengenai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan karena IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Hal ini sejalan dengan pemikiran Trianto (2014:151) yang memaparkan bahwa:

(2)

menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi.

Melalui pendidikan IPA, siswa dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta dapat menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi dalam menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya mengarahkan siswa untuk berbuat dan menemukan sendiri, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar

Merujuk pada pengertian IPA di atas, Trianto (2010:153) menyatakan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, teori, dan hukum; (2) proses:yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) aplikasi: merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari; (4) sikap: yang terwujud melalui rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru namun dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

Trianto (2010:138) secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003:2) adalah sebagai berikut

(1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

(3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi (4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(3)

mereka belajar mengenai alam itu sendiri. Melalui pembelajaran IPA juga diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah serta mempersiapkan diri terhadap perkembangan jaman yang semakin maju dan canggih. Oleh karena itu, IPA perlu dipelajari dan dihayati sehingga menjadi bekal hidup dalam kehidupan di masyarakat.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, maka pemikiran penulis mengenai tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki sikap ilmiah, menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta untuk meningkatkan keimanan dan mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan atas keindahan alam yang telah Tuhan berikan. Perlu dirancang metode pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – idenya dan menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, penggunaan metode dalam pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung pada siswa.

2.1.2 Metode Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah ialah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Sehingga Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah.

(4)

menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997).

Hamruni (2012:132) mendefinisikan tentang metode pembelajaran Inkuiri sebagai berikut:

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran Inkuiri: (1) Pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal

untuk mencari dan menemukan, artinya siswa jadikan subyek belajar.

(2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri ini menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar yang menjelaskan saja.

(3) Tujuan dari penerapan metode Inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.

Menurut Hosnan (2014:342) metode pembelajaran Inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, adalah sebagai berikut:

(1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari metode Inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Metode Inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, keberhaasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan Inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.

(2) Prinsip Interaksi

(5)

guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

(3) Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode Inkuiri adalah guru sebagai penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

(4) Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung menggunakan otak kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan.

(5) Prinsip Keterbukaan

Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

2.1.2.1 Langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri

(6)

mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.

(1) Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah orientasi dalam Pembelajaran Inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan orientasi tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

(2) Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah ialah langkah membawa siswa pada persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan permasalahan. Proses pencarian jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengmbangkan mental melalui proses berpikir.

(3) Mengajukan Hipotesis

Mengajukan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya dengan mengajukan berbagai pertanyan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

(4) Mengumpulkan Data

(7)

(5) Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

(6) Merumuskan Kesimpulan

Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat hendaknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Berdasarkan langkah – langkah pembelajaran metode Inkuiri yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan langkah – langkah metode Inkuiri dalam kegiatan pembelajaran IPA di kelas dengan acuan Standar Proses menurut Permendikbud 41 th.2007 yang disajikan dalam Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Implementasi Metode Inkuiri dengan Berbantuan Media KIT IPA dalam Standar Proses Menurut Permendikbud No.41 Th.2007

Langkah dalam

Standar Proses Langkah Inkuiri Kegiatan Guru

(8)

Langkah dalam

Standar Proses Langkah Inkuiri Kegiatan Guru Kegiatan Inti

1. Eksplorasi 4.Mengumpulkan Data

Siswa melakukan percobaan dengan bantuan media kit IPA ( gaya dan pesawat sederhana ) yang telah dibagikan masing – masing kelompok.

3. Konfirmasi Guru memberikan konfirmasi jawaban dari hasil percobaan dan pemecahan masalah untuk menguji hipotesis siswa

Kegiatan Akhir 6. Merumuskan Kesimpulan

Siswa dengan bimbingan guru

menyimpulkan dari materi yang baru saja dipelajari.

Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi berupa penanaman nilai moral.

2.1.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri

Beberapa kelebihan metode inkuiri yang diungkapkan oleh Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000:143) (1) Siswa ikut berpatisipasi secara aktif dalam belajar, sebab metode inkuiri menekankan pada proses pengolahan informasi pada peserta didik (2) Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan rumus. Sebab siswa menemukan sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut (3) Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu para siswa (4) Menemukan sendiri siswa merasa sangat puas, dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsic siswa tepenuhi (5) Guru tetap memiliki kontak pribadi (6) Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit dilupakan.

Selain Metode Inkuiri memiliki beberapa keunggulan juga memiliki beberapa kelemahan menurut Hamruni (2012:144), di antaranya:

(1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

(9)

(3) Guru sulit menyesuaikan waktu yang sudah ditentukan karena dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang.

(4) Metode Inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh guru apabila kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran.

Untuk mengatasi beberapa kelemahan dalam metode Inkuiri ini terletak pada kemampuan guru sebagai fasilitator. Agar metode Inkuiri berhasil, guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik siswa untuk bersemangat mengadakan percobaan guna menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang sudah dibuat.

2.1.2.3 Keterkaitan mapel IPA dengan Metode Inkuiri

Pembelajaran berbasis Inkuiri adalah metode pembelajaran yang dikembangkan sejak tahun 1960. Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk menjawab kegagalan bentuk belajar mengajar tradisonal, di mana siswa dikehendaki untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan pengajaran. Metode Inkuiri merupakan suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana hasilnya dinilai dengan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan eksperimental dan analitik dari pada seberapa banyak pengetahuan yang mereka miliki.

Metode Inkuiri pada intinya mencakup keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan siswa. Pembelajaran menginginkan siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah daripada menerima pengajaran langsung dari guru. Guru dipandang sebagai fasilitator dalam pembelajaran daripada bejana bagi pengetahuan. Pekerjaan guru dalam lingkungan pembelajaran Inkuiri adalah bukan menawarkan pengetahuan melainkan membantu siswa selama proses mencari pengetahuan mereka sendiri.

(10)

harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah ini, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.

Penerapan metode Inkuiri telah berpengaruh besar dalam pendidikan sains, dan biasa disebut sains berbasis inkuiri. Para ilmuwan biasanya menggunakan proses Inkuiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dunia alam. Mereka menggunakan prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala yang terjadi di alam semesta. Ketika siswa sedang belajar dengan menggunakan proses Inkuiri, mereka menggunakan ide-ide yang sama seperti ilmuwan gunakan bila mereka melakukan penelitian. Siswa akan menjadi ilmuwan kecil.

Karakteristik dari metode Inkuiri ini adalah guru tidak mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru.

2.1.3 Media Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

(11)

Menurut teori Behaviorisme BF. Skinner dalam Aristo Rahadi (2003:9) diuraikan tentang manfaat penggunaan media pembelajaran yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.

Manfaat praktisnya antara lain adalah :

(1) Media dapat mengubah materi yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit.

(2) Materi yang membutuhkan penjelasan rumit dapat disederhanakan dengan

melalui penggunaan media.

(3) Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

(4) Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia, baik indera penglihat, pendengar, peraba, pencium dan pencecap.

(5) Media dapat membantu menjelaskan obyek yang bersifat berbahaya dengan melalui audio dan visual.

(6) Media juga dapat berupa bahan pengamatan benda sebenarnya untuk memperjelas suatu proses.

(7) Informasi pelajaran yang disajikan dengan menggunakan media yang tepat akan memberikan kesan yang mendalam bagi siswa dan penanaman konsep akan tertanam kuat.

2.1.3.1 Pengertian Media KIT IPA

(12)

bahan-bahan dari lingkungan yang diperlukan untuk percobaan tertentu. Media KIT IPA sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA karena dengan menggunakan alat peraga guru dapat terbantu dalam menjelaskan fenomena, fakta mengenai alam. Selain itu, KIT IPA dapat membantu siswa untuk berfikir logis dan sistematis sehingga mereka pada akhirnya mempunyai pola pikiran yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. KIT IPA dapat berfungsi membantu guru dalam :

(1) Memberikan penjelasan konsep

(2) Merumuskan dan membentuk konsep

(3) Melatih siswa dalam keterampilan memberi/percobaan

(4) Penguatan konsep pada siswa

(5) Melatih siswa dalam pemecahan masalah

(6) Mendorong siswa berfikir kritis

Sebagai langkah awal dalam menggunakan Media KIT IPA, guru harus meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui nama yang benar dari bagian - bagian peralatan yang berbeda. Siswa juga harus mengetahui cara merakit peralatan sesuai dengan petunjuk dari guru serta memperagakan cara merakit peralatan. Selain itu, siswa juga diminta untuk mengamati dengan teliti sehingga dapat menunjukkan bagaimana teknik yang digunakan dalam mengamati hasil dari suatu percobaan serta fokus perhatian. Dari hasil pengamatan tersebut, siswa menuliskan kedalam buku catatan atau lembar pengamatan yang telah disediakan. Sehingga siswa termotivasi dalam belajar menggunakan KIT IPA ini seoptimal mungkin.

(13)

Dengan tersedianya peralatan KIT Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar serta pedoman penggunaannya untuk guru dan siswa ini diharapkan dapat memacu peningkatan proses dan hasil belajar siswa dengan kondisi yang dinamis, kreatif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Ditjen Dikdasmen pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang baik memang tidak cukup hanya bersumber pada buku. Pengajaran itu harus dilengkapi dengan alat praktik serta dihubungkan dengan lingkungan alam, sehingga dapat mendorong anak untuk mengembangkan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap.

KIT Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar yang dilengkapi dengan pedoman penggunaannya untuk guru ini akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar serta dapat dijadikan media atau alat bantu dalam mencapai tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam sesuai dengan kurikulum. Pemakaian atau penggunaan alat peraga Komponen Instrumen Terpadu Ilmu Pengetahuan Alam tersebut disesuaikan dengan jenis percobaan yang akan diajarkan guru di Sekolah. Agar dalam menggunakan alat-alat pengajaran dalam suatu pengajaran dapat mencapai keberhasilan dan daya guna yang tinggi maka guru harus dapat memilih alat-alat pengajaran yang tepat.

Ciri-ciri keberhasilan siswa dalam penggunaan KIT IPA adalah siswa menyadari arah yang dituju dalam proses belajar mengajar, siswa merasa mendapat tanggung jawab pada beban yang diberikan, siswa merasa tidak bosan, mengantuk, dan berkonsentrasi terhadap materi yang diberikan guru, motivasi siswa banyak tumbuh dari dalam diri siswa, dan kreatifitas siswa berkembang dengan baik.

2.1.3.2Sintak Metode Inkuiri Berbantuan Media KIT IPA

(14)

Tabel 3

Tahapan pembelajaran menggunakan Metode Inkuiri dengan Media KIT IPA Tahap Pembelajaran

Inkuiri Fase Perilaku Guru

1. Orientasi Guru menyajikan sebuah permasalahan

yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.

2. Merumuskan Masalah Guru merangsang dan mengajak siswa

berfikir memecahkan masalah.

3. Mengajukan Hipotesis Guru merangsang siswa untuk

mengajukan jawaban sementara dari permasalahan yang sedang di bahas.

4. Mengumpulkan Data Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan dengan bantuan media KIT IPA.

5. Menguji hipotesis Guru memberikan kesempatan pada tiap

kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul dan memberikan konfirmasi atas jawaban siswa.

6. Membuat kesimpulan Guru bersama dengan siswa dalam

membuat kesimpulan.

2.1.4 Hasil Belajar 2.1.4.1 Pengertian Belajar

Menurut Heri Rahyubi (2012:3) menjelaskan pengertian belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Menurut Mayer dalam Heri Rahyubi (2012:3) bahwa belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam penampilan atau potensi perilaku yang disebabkan latihan atau pengalaman masa lalu dalam suatu situasi tertentu.

(15)

diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana dalam Rusman, 2012:1).

Menurut Gagne 1989 dalam bukunya Ahmad Susanto (2013:1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut Burton dalam bukunya Ahmad Susanto (2013:1) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Dari pengertian belajar menurut beberapa ahli diatas menurut pemikiran penulis bahwa belajar adalah suatu proses (melihat, mengamati, memahami sesuatu) yang berlangsung di dalam diri seseorang untuk mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.4.2 Hasil Belajar IPA

(16)

Djamarah (2011:12), menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitar.

Menurut Prastowo (2013:410), sasaran yang dilihat dalam hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. “Penilaian hasil belajar adalah upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dikuasai siswa pada setiap akhir pembelajaran”. Pengertian hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka menurut pemikiran penulis bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar biasanya diberikan dalam bentuk nilai atau angka. Untuk mendapatkan hasil belajar bisa dilakukan dengan cara tes maupun non tes, bisa melalui ulangan, tugas dan sebagainya. Penelitian ini dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar ranah kognitif merupakan salah satu hasil belajar dimana mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran dalam hal berpikir seperti pengetahuannya bertambah, pemahamannya meningkat, dan sebagainya. Mengacu pada penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah kemampuan kognitif yang diperoleh seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar.

2.2 Hubungan Metode Inkuiri terhadap hasil belajar IPA

(17)

Proses pembelajaran IPA yang tepat diharapkan dapat membentuk keterampilan maupun kemampuan berpikir dalam menemukan pemecahan secara kritis dan rasional berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari. Hal tersebut menuntut pendidik (guru) untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, menguasai dan memiliki konsep sendiri dengan tepat berdasarkan permasalahan yang dialami siswa dalam kehidupan yang dialaminya. Dengan menemukan sendiri, diharapkan siswa dapat memahami konsep secara mendalam. Dalam teori konstruktivisme, siswa dapat mengonstruksi ( membangun ) pengetahuannya sendiri. Untuk itu guru sebagai fasilitator harus sedia meyiapkan pembelajaran yang cocok, seperti metode Inkuiri. Metode Inkuiri dimaksudkan untuk membantu pelajar secara ilmiah, terampil mengumpulkan fakta, menyusun konsep, menyusun generalisasi secara mandiri.

2.3 Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan telaah yang dilakukan berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Menurut Anjar Wikaningrum ( 2009 ) yang berjudul “ upaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dengan materi

pokok pesawat sederhana di SD N 3 Kaloran tahun ajaran 2009 / 2010 “. Hasil

penelitian menunjukkan, nilai rata - rata hasil belajar kognitif pada siklus 1 diperoleh 70,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77.69. Nilai rata - rata hasil belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 80,10 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,83. Nilai rata - rata hasil belajar afektif sikap pada siklus 1 diperoleh 80,35 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,15. Nilai rata - rata hasil belajar afektif nilai pada siklus 1 diperoleh 82,45 dan siklus 2 meningkat menjadi 88,10. Nilai rata - rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 85,50 meningkat menjadi 93,00 pada siklus 2.

(18)

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA untuk kelas IV dengan menggunakan metode inkuiri di SDN Tulusrejo Malang “. Menurut penelitiannya secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode inkuiri memperoleh kemajuan yang lebih baik dibandingkan sebelum menerapkan metode inkuiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode inkuiri sangat efektif .

2.4 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh kerangka pikir bahwa kondisi awal pembelajaran IPA kelas 5 SDN Dadapayam 02 semester II tahun pelajaran 2014 / 2015 lebih banyak berpusat pada guru, guru lebih banyak berceramah yang cenderung terpusat pada buku. Siswa hanya sebagai pendengar, kondisi seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan enggan belajar IPA. Akibatnya hasil belajar IPA siswa tidak maksimal. Disetiap pembelajaran masih belum adannya pengembangan penggunaan metode yang cenderung menekankan pada aktivitas guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sedangkan siswa hanya pasif dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang disajikan guru. Ini terbukti dengan nilai ulangan harian IPA siswa yang menunjukkan bahwa beberapa siswa mendapatkan nilai di bawah KKM ≥ 60.

(19)

mediator ataupun fasilitator yang bertugas untuk menyediakan, membimbing dan memenuhi kebutuhan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut : (1) Penerapan Metode Inkuiri berbantuan media KIT IPA diduga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 di SDN Dadapayam 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

(2) Penerapan Metode Inkuiri berbantuan media KIT IPA untuk meningkatkan

Gambar

Tabel 2 Implementasi Metode Inkuiri dengan Berbantuan Media KIT IPA dalam Standar
Tabel 3 Tahapan pembelajaran menggunakan Metode Inkuiri dengan Media KIT IPA

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Sudut antara Garis

Pada bagian ini akan ditampilkan citra beberapa hasil proses pemayaran sebagai bukti bahwa sistem yang dibuat sudah memenuhi tujuan awal dari penelitian yaitu

Jika banyaknya kamar hotel 46 kamar dan daya tampung keseluruhan i+8 orang, model matematika dari permasalahan tersebut adalah

Mohamed Ismail bin Mohamed Shariff, “ Salient Features of Islamic Banking Act 1983 and Banking and Financial Institutions Act 1989”, working paper presented during

Mohamed Ismail bin Mohamed Shariff, “ Salient Features of Islamic Banking Act 1983 and Banking and Financial Institutions Act 1989”, working paper presented during

Sebelum proses klasifikasi dapat dilakukan, sistem akan melewati proses ekstraksi ciri citra dataset (3 jenis kendaraan) menggunakan fitur local binary pattern

Para pelajar akan didedahkan dengan perlaksanaan prinsip kehakiman dan guaman syarie dalam fiqh Islam dan juga amalan yang dipraktikkan di Malaysia.. Subjek ini amat penting

Telah berhasil dibuat implementasi sistem pentautan citra udara menggunakan algoritme SURF dan metode reduksi data dengan melakukan pengujian terhadap variasi