• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURANGNYA TENAGA PENDIDIK YANG PROFESION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KURANGNYA TENAGA PENDIDIK YANG PROFESION"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KURANGNYA TENAGA PENDIDIK YANG PROFESIONAL SEBAGAI PEMACU PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI INDONESIA

Hilda Ayu Lavanda (201410080311110/1C)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dam Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang Abstrak:

Kualitas tenaga pendidik profesional di Indonesia terbilang masih minim. Hal tersebut mempengaruhi mutu pendidikan di Indonesia pula. Pada dasarnya suatu pendidikan membutuhkan pendidik yang kompeten dalam bidangnya yang telah teruji melalui prosedur-prosedur dan proses pelatihan. Saat ini banyak kita lihat dan kita dengar suatu profesi dapat dibeli tanpa harus mengikuti alur maupun tatacara yang seharusnya berlaku. Hal inilah yang membuat kita memiliki banyak tenaga pengajar, namun mayoritas pengajar tersebut belum bisa dikatakan profesional. Pemerintah masih mengabaikan pentingnya peranan pendidikan bagi anak-anak jalanan. Pemerintah memang sudah menyediakan dan membuka sekolah khusus bagi anak jalanan, namun tidak diikuti dengan memberikan tenaga pendidik yang kompeten dan hanya asal-asalan merekrut tenaga pendidik. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang: penyebab minimnya tenaga pendidik yang profesional, kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan anak jalanan, permasalahan pendidikan di Indonesia, dan solusi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Kurangnya tenaga pendidik profesional Indonesia disebabkan karena cara dan proses untuk mendapat suatu profesi sudah salah. Apabila permasalahan tersebut terus berjalan mau dibawa kemana pendidikan negara ini. Dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas seharusnya kita memiliki tenaga pendidik yang melimpah pula. Dengan tenaga pendidik profesional yang melimpah tentukan akan menguntungkan. Dengan demikian tidak hanya sekolah formal saja yang memiliki pengajar profesional namun lembaga pendidikan seperti halnya sekolah anak jalanan juga memiliki tenaga pengajar yang ahli yang tentunya bisa membuat mental dan cara pandang mereka terhadap pendidikan akan semakin meningkat.

Kata Kunci: Kualitas pengajar, kurangnya perhatian pendidikan anak jalanan, dan solusi permasalahan pendidikan anak jalanan di Indonesia

A.PENDAHULUAN

(2)

Didalam pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menunjukan cita-cita para pahlawan. Para pahlawan menginginkan semua warga negaranya mendapatkan pendidikan dan negara wajib mencerdaskan bangsanya. Dari sanalah sudah membuktikan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk meneruskan cita-cita dari para pahlawan kemerdekaan.

Pemerintah harus mampu memberikan pelayanan bagi seluruh rakyatnya. Tapi sayangnya pemerintah kurang maksimal dalam memberikan pelayanan bagi anak-anak yang kurang mampu dalam segi ekonomi terutama anak-anak jalanan. Pemerintah memang sudah membuka sekolah khusus anak-anak jalanan namun fasilitasnya sangat jauh dari yang diharapkan terutama kualitas pengajarnya yang kurang profesional. Seharusnya pemerintah harus lebih serius dalam mensosialisasikan pentingnya pendidikan pada anak-anak jalanan.

Dengan adanya sosialisasi dan didukung dengan pengajar-pengajar yang profesional di bidangnya itu dapat mengubah cara berpikir anak-anak jalanan yang kebanyakan menghiraukan pentingnya pendidikan dalam kehidupan mereka. Sangat percuma apabila membuka sekolah-sekolah untuk anak jalanan namun didalamnya tidak ada pengajar yang profesional. Namun akan berbeda apabila sekolah yang fasilitasnya tidak terlalu bagus namun memilik pengajar-pengajar yang kompeten didalamnya. Hasilnya pasti berbeda, para pengajar yang kopeten pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik anak didiknya menjadi maju tanpa melihat darimana mereka berasal.

(3)

B.PEMBAHASAN 1. Pengertian Guru

Menurut Rusman (2011: 19), guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.

1.1 Profesionalitas Guru

Menurut Rusman (2011 : 17), profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan kaidah-kaidah guru yang profesional (Rusman, 2011: 19).

Guru sebagai pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau tauladan masyarakat sekelilingnya (Soetjipto & Kosasi, 2011: 42).

Berdasarkan hal ini seseorang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendapatkan pekerjaan yang dicita-citakan seperti halnya suatu pekerjaan yang disebut profesi. Dimana profesi sendiri adalah pekerjaan yang memiliki lembaga yang di dalamnya terdapat kode etik dan telah diakui dan diterima keberadaannya oleh masyarakat. Dalam profesi terdapat aturan-aturan yang dibuat suatu lembaga yang menaungi profesi tersebut dan para anggotanya wajib untuk mentaati dan menjalankan peraturan-peraturan tersebut.

(4)

suri tauladan yang baik bagi peserta didik dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

Menurut Mudyahardjo (2012: 37), mendidik yang baik adalah yang berhasil membantu individu dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup. Hal ini terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang tepat. Selain itu juga terdapat kekeliruan-kekeliruan mendidik yaitu bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar atau cara pencapaiannya tidak tepat. Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi nilai-nilai hidup yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dan martabat manusia sebagai pribadi, warga, dan hamba Allah. Sedangkan suatu cara mendidik dikatakan tidak tepat apabila cara yang dipergunakan tidak dapat di mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

1.2 Kinerja Guru Profesional

Menurut Rusman (2011 : 50), kualitas kinerja guru meliputi beberapa hal pokok yang berkenanan dengan (1) pengertian kinerja; (2) kualitas kinerja guru; dan (3) ukuran kualitas kinerja guru.

Kinerja dalah perfomance atau untuk kerja. Kinerja dapat pula di artikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja untuk hasil unjuk kerja. Kinerja merupakan suatu wujud perilaku seorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ability, capacity, held, incentive, environment, dan validity (Noto Atmojo,1992).

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar.

(5)

1.2.1 Kriteria Kualitas Kerja Guru

Menurut Rusman (2011 : 53), kualitas kinerja guru dinyatakan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standart kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa standar utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

1.2.2 Ukuran Kualitas Kinerja Guru

Menurut Rusman (2011: 53), T.R Mitchel (1978) mengatakan, salah satu ukuran standar kinerja adalah quality of work, hal ini diperjelas Ivancevich bahwa ukuran kualitas kinerja guru dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah dicapai menyangkut output siswa yang dihasilkan. Paul Mali (1978) mendefinisikan produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien.

Hubungan produktivitas dengan kinerja sesorang dipaparkan Sutermeister (1976), bahwa (1) produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% bergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan; (2) prestasi kerja itu sendiri untuk 80 - 90% bergantung pada motivasinya untuk bekerja, 10 -20 % bergantung pada kemampuannya; dan (3) motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 405 bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-kondisi fisik.

Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja guru akan memiliki pengaruh terhadap produktivitas pendidikan. Besarnya pengaruh pada tingkat efektivitasnya baik secara internal maupun secara eksternal diungkapkan oleh Depdiknas sebagai berikut.

(6)

yang bersifat moneter misalnya, penjurusan program pendidikan tertentu berpengaruh terhadap tingkat penghasilan lulusan yang telah bekerja.

2. Pentingnya Pendidikan Bagi Anak Jalanan

Menurut Ahmadi (2014: 38), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan hak yang harus didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal tersebut tidak lepas dari cita-cita para pahlawan bangsa ini yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kegiatan ini anak-anak yang kurang beruntung dan anak-anak jalanan juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak karena mereka juga termasuk bagian dari negara ini.

Peranan pemerintah dalam mensosialisasikan pentingnya akan pendidikan merupakan hal yang wajib dilaksanakan. Karena dengan mensosialisasikan pendidikan, itu bisa diharapkan merubah pola pikir dan pandangan mereka yang cenderung tidak menghiraukan akan pentingnya pendidikan.

Dari sanalah diharapkan akan tumbuh minat belajar dari anak-anak yang tadinya tidak menghiraukan pentingnya suatu pendidikan menjadi anak-anak yang haus akan ilmu dan berusaha untuk maju menjadi lebih baik. Apabila hal tersebut dapat dilakukan tentunya kita dapat berharap banyak akan muncul ide-ide kreatifitas yang telah mereka dapatkan yang tentunya akan berguna bagi kemajuan negara Indonesia. Selain itu pendidikan dapat menjauhkan anak-anak jalanan dari hal-hal yang berbau negatif yang bisa mengganggu suasana kondusif di negara kita.

(7)

Dengan menghasilkan uang yang diperoleh dari jerih payah berupa menciptakan hasil karya seni itu dapat mengangkat martabat mereka yang sebelumnya seorang pengamen atau pengemis dan juga bisa mengangkat mental mereka untuk menjadi manusia yang lebih baik.

3. Permasalahan Pendidikan

Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2012: 225), pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah baru dan masalah-masalah yang dihadapi demikian luas. Masalah yang dimaksud yaitu : masalah-masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, masalah relevansi pendidikan.

3.1 Masalah Pemerataan Pendidikan

Persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada Sekolah Dasar, maka merekamemiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen.

3.2 Masalah Mutu Pendidikan

(8)

lembaga penghasil sebagai produsen terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya.

3.3 Masalah Efisiensi Pendidikan

Masalah ini mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinya berarti rendah. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting yaitu (a) bagaimana tenaga kependidikan difungsikan; (b) bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan; (c) bagaimana pendidikan diselenggarakan; dan (d) masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.

3.4 Masalah Relevansi Pendidikan

mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.

Pada dasarnya pembangunan di bidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu khususnya bagi anak yang kurang mampu dan anak-anak jalanan, tetapi pada saat upaya pemerataan pendidikan sedang dilancarkan, maka pada saat yang sama mutu pendidikan belum dapat diwujudkan, malah sering terlantarkan.

4. Pihak-Pihak yang Bertanggung Jawab

(9)

5. Pihak-Pihak yang Dirugikan

Dalam setiap permasalahan pastinya ada pihak yang dirugikan tidak terkecuali dalam permasalahan ini. Dimana pihak yang dirugikan adalah anak-anak yang kurang beruntung dalam segi ekonomi dan anak-anak-anak-anak jalanan. Mereka seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah bukan malah jadi korban ketidakadilan dari sebuah pemerintahan maupun oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dari sanalah akan timbul banyak kerugian yang tentunya sangat memprihatinkan dan memilukan bagi bangsa Indonesia. Kerugian yang dihasilkan tidak hanya dalam bentuk material namun juga psikologis.

Dalam bentuk material adalah keuangan negara akan terbuang secara sia-sia karena tujuan yang akan dicapai tidak berjalan dan jauh dari harapan. Sedangkan dari segi psikologislah yang paling berbahaya, karena itu dapat merusak mental generasi muda dan bisa juga menghilangkan karakter mereka sebagai pemuda Pancasila. Untuk mengantisipasi hal-hal yang seperti itu ketegasan pemerintah dalam menjujung keadilan hukum sangat diperlukan untuk membuat jera para pelakunya tanpa pandang bulu.

6. Keuntungan Apabila Pendidikan Merata di Indonesia

Apabila pendidikan di negara ini merata tentunya akan banyak keuntungan yang akan didapat dari keadaan tersebut. Baik keuntungan yang baru bisa dirasakan dalam waktu yang relatif lama maupun yang bisa dirasakan langsung saat pemerataan pendidikan berjalan sepenuhnya. Keuntungan yang bisa langsung didapatkan adalah suasana kondusif di negara kita akan terjaga, dan berkurangnya pemandangan yang memprihatinkan di setiap sudut jalan karena sudah berkurangnya anak-anak jalanan yang meminta-minta di usia yang relatif muda.

(10)

pelaksanaanya agar negara ini bisa terus berkembang dan menjadi negara maju yang kembali disegani oleh negara-negara lain.

Pemerintah tidak akan rugi apabila memberi anggaran dalam dunia pendidikan. Karena hasil yang akan diterima dari keseriusan pemerintah dalam memajukan pendidikan tentunya akan lebih besar dan berguna bagi pembangunan dalam memajukan negara Indonesia. Dapat kita bayangkan apabila kita memiliki sumber daya manusia yang bermutu dan berjiwa pancasila tentunya negara ini bisa mengelola sumber daya alamnya yang begitu melimpah tanpa harus membutuhkan campur tangan pihak asing dan yang pastinya itu akan semakin menunjukan betapa hebatnya negara Indonesia dimata dunia.

7. Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia

Setiap permasalahan tentu ada solusi cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Begitupun dengan masalah pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Solusi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilakukan seperti penjabaran berikut ini.

7.1 Meningkatkan Sosialisasi Pentingnya Pendidikan

(11)

7.2 Pemerataan Pendidikan di Daerah Terpencil

Pemerataan Pendidikan Masyarakat Miskin dan Terpencil di Indonesia era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan hingga ke pelosok negeri dan bagi masyarakat menengah kebawah.

Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah masyarakat miskin di tempat-tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan konvensional atau tatap muka ini perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan potensi dan kemajuan teknologi baru (Eka. 2007).

C. Penutup 1. Kesimpulan

Dalam usaha membangun pendidikan di Indonesia sudah sepatutnya kita semua ikut berpartisipasi dan aktif mengawasi prosesnya agar ruang gerak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menjadi sempit dan tidak leluasa. Selain itu keseriusan pemerintah dalam memajukan pendidikan harus ditingkatkan dan harus tegas pula dalam memberikan hukuman pada pihak-pihak yang terbukti menyalahgunakan anggaran pendidikan. Dengan cara seperti itu maka akan membuat jera para pelakunya.

(12)

menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi di era modern seperti saat ini.

2. Saran

Terdapat beberapa saran dalam tulisan ini seperti pemaparan berikut ini. Pertama, Pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang bertujuan untuk membantu proses menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan kompeten. Kedua, pemerintah harus terus memantau aliran anggaran negara untuk kepentingan dunia pendidikan agar anggaran tersebut dapat digunakan secara maksimal dalam upaya peningkatan mutu pendidikan negeri ini.

D. DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja,Umar dan S.L La Sulo. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Soetjipto & Kosasi, Raflis. 2011. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variasi temperatur cetakan (100 0 C, 120 0 C dan 140 0 C)

Jika terdapat kekurangan cairan dalam darah atau volume darah yang menurun dengan cepat, maka air dan elektrolit akan ditarik dari komponen interstitial ke dalam

Pemakaian warna kuning digunakan agar media dapat memeberikan kesan ceria terhadap pembaca, karena pada media buku untuk anak lebih baik jika memberikan

Tambahan ilmu bagi penulis dalam memahami tentang yayasan sebagai badan hukum yang bersifat nirlaba dan tidak bersifat komersil atau tidak mencari keuntungan dan

Pengaruh Budaya Kerja, lklim Organisasi Dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan Kota Sima..

h) efektivitas pelaksanaan tugas dan pelayanan unit kerja. 2) Pimpinan unit kerja perlu memperhatikan sasaran kinerja dan target kerja pegawai dalam menjalankan

(Included Entertainment / Solo Organd ) - Aula HutanCpcty 150

Pada mata kuliah rekayasa ekologi akan membahas tentang interaksi serangga dan tanaman, konsep dan desain agroekosistem yang sehat, definisi rekayasa ekologi, konsep