• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infrastruktur merupakan roda penggerak p

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Infrastruktur merupakan roda penggerak p"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENATAGUNAAN TANAH TERHADAP

KEBERHASILAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN EKONOMI

Oleh: Abdul Haris 1 Pendahuluan

nf rast rukt ur merupakan roda penggerak pert umbuhan ekonomi. Dari al okasi

pembiayaan publik dan swast a, inf rast rukt ur dipandang sebagai lokomot if

pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ket ersediaan dari j asa

pelayanan inf rast rukt ur mempengaruhi marginal product ivit y of privat e capit al,

sedangkan dalam kont eks ekonomi mikro, ket ersediaan j asa pel ayanan inf rast rukt ur

berpengaruh t erhadap pengurangan biaya produksi (Kwik Kian Gie, 2002). Inf rast rukt ur

j uga berpengaruh pent ing bagi peningkat an kualit as hidup dan kesej aht eraan manusia,

ant ara lain dalam peningkat an nil ai konsumsi, peningkat an produkt ivit as t enaga kerj a

dan akses kepada l apangan kerj a, sert a peningkat an kemakmuran nyat a dan

t erwuj udnya st abilisasi makro ekonomi, yait u keberlanj ut an f iskal, berkembangnya

pasar kredit , dan pengaruhnya t erhadap pasar t enaga kerj a.

Begit u banyak dan besarnya peran inf rast rukt ur sehingga dalam sebuah st udi

yang dilakukan di Amerika Serikat (Aschauer, 1989 dan Munnel l, 1990) menunj ukkan

bahwa t ingkat pengembalian invest asi inf rast rukt ur t erhadap pert umbuhan ekonomi,

adalah sebesar 60% (Suyono Dikun, 2003). Bahkan st udi dari World Bank (1994)

disebut kan elast isit as PDB (Produk Domest ik Brut o) t erhadap inf rast rukt ur di suat u

negara adal ah ant ara 0, 07 sampai dengan 0, 44. Hal ini berart i dengan kenaikan 1

(sat u) persen saj a ket ersediaan inf rast rukt ur akan menyebabkan pert umbuhan PDB

sebesar 7% sampai dengan 44%, variasi angka yang cukup signif ikan. Secara empiris

j elas dapat dit arik kesimpulan bahwa pembangunan inf rast rukt ur berpengaruh besar

t erhadap pert umbuhan ekonomi (secara makro dan mikro) sert a perkembangan suat u

negara at au wilayah. Akan t et api, premis ini t idak mudah berlaku di Indonesia, apalagi

sej ak negara kit a t erkena krisis ekonomi pada pert engahan t ahun 1997 yang akhirnya

melebar menj adi krisis mult idimensi yang dampaknya masih bisa dirasakan sampai

sekarang.

1

(2)

Hambat an Pembebasan Tanah dan Pembangunan Infrst rukt ur

Ket erpurukan pembangunan inf rast rukt ur di Indonesia, baik sebelum maupun

set elah krisis ekonomi bukan hanya disebabkan oleh f akt or int ernal, sepert i minimnya

anggaran pemerint ah di sekt or pembangunan, namun j uga berasal dari f akt or-f akt or

ekst ernal. Seringkali kit a mendengar kasus pembangunan inf rast rukt ur yang t erancam

gagal karena t erganj al oleh pembebasan t anah. Kasus di Kot a Medan, misal nya dana

sebesar Rp 2, 14 t riliun yang dial okasikan unt uk pengembangan inf rast rukt ur hanya bisa

dimanf aat kan sekit ar 70%, karena sisanya t erbuang unt uk mengurus pembebasan t anah

masyarakat . Pembangunan j al an t ol JORR unt uk ruas Hankam - Cikunir j uga t erancam

t erhent i akibat masalah pembebasan t anah yang t idak kunj ung selesai. Dengan adanya

alokasi wakt u dan dana yang t erbat as, maka banyak proyek pembangunan inf rast rukt ur

yang t erbengkalai dan gagal akibat t erhambat proses pembebasan t anah, bahkan

unt uk inf rast rukt ur yang dibangun oleh pemerint ah dan dit uj ukan bagi kepent ingan

umum sekal ipun.

Mekanisme pembebasan t anah yang ada saat ini bisa dikel ompokkan ke dalam 2

(dua) kat egori j ika dit inj au dari aspek pemilik (proyek) pembangunan dan kepent ingan

pembangunannya, yait u pembebasan t anah unt uk kepent ingan umum yang

dilaksanakan oleh pemerint ah dan pembebasan t anah unt uk kepent ingan swast a yang

dilaksanakan oleh perorangan at au perusahaan. Perat uran yang mengat ur mekanisme

pembebasan t anah unt uk kepent ingan umum yang berlaku sampai dengan saat ini

adalah UU No. 20/ 1961 t ent ang Pencabut an Hak At as Tanah dan Benda-Benda yang Ada

di At asnya, Keppres No. 55/ 1993 t ent ang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan unt uk Kepent ingan Umum, dan Permeneg Agraria/ Kepala BPN No. 1

Tahun 1994 t ent ang Ket ent uan Pelaksanaan Keppres No. 55 Tahun 1993. Mekanisme

pembebasan t anah unt uk kepent ingan swast a diat ur ol eh Permeneg Agraria/ Kepala

BPN No. 2 Tahun 1999 t ent ang Izin Lokasi dan beberapa perat uran t eknis yang

dikeluarkan oleh Meneg Agraria/ Kepala BPN yang mendukung pelaksanaan izin lokasi.

Khusus unt uk pembebasan t anah unt uk kepent ingan umum yang dil aksanakan

oleh pemerint ah, dalam Keput usan Presiden RI No. 55 Tahun 1993 Tent ang Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Unt uk Kepent ingan Umum sudah j elas

disebut kan bahwa l ingkup pembangunan unt uk kepent ingan umum hanya dibat asi

unt uk kegiat an pembangunan yang dilakukan dan selanj ut nya dimiliki oleh Pemerint ah

sert a t idak digunakan unt uk mencari keunt ungan. Namun, sebagian persepsi

(3)

yang sebesar-besarnya dari kegiat an pembebasan t anah t ersebut dan akhirnya

t erkadang menimbul kan permasalahan dal am bent uk sengket a t anah.

Sengket a yang t imbul dalam pembebasan t anah milik masyarakat yang t erkena

proyek pembangunan inf rast rukt ur pada umumnya berawal dari konf lik, pert ent angan,

dan ket idaksepakat an mengenai besarnya gant i rugi yang diberikan pihak pelaku

pembebasan t anah. Terlebih l agi, j ika si pemilik t anah menget ahui sebelumnya, kal au

t anah mereka akan dij adikan proyek inf rast rukt ur, maka mereka dengan sert a mert a

akan menaikkan harga j ual t anahnya. Pembebasan t anah -t erkait dengan penguasaan

t anah- sel ain mahal j uga t idak mudah dil aksanakan dan memerlukan wakt u yang lama.

Persoal an gant i rugi t anah menj adi komponen yang paling sensit if dalam proses

pembebasan t anah. Pembahasan mengenai bent uk dan besarnya gant i kerugian

seringkali berakibat pada munculnya sengket a t anah. Hal ini j uga cukup banyak t erj adi

sebagai akibat dari adanya pembangunan f isik inf rast rukt ur. Berdasarkan kompilasi

masalah pert anahan CPIS, yang diambil dari berbagai media massa dengan wakt u

penerbit an sej ak t ahun 1970, t ernyat a dari 196 berit a yang ada, sebanyak 127 kasus

at au 65% dari t ot al berit a adalah menyangkut sengket a gant i rugi t anah, misalnya yang

t erj adi dal am kasus pembangunan waduk Kedung Ombo, pembebasan t anah

t ransmigrasi (yang dikenal dengan sebut an Proyek Sit iung), kasus t anah Cimacan,

Tapos dan proyek-proyek inf rast rukt ur lainnya. Fakt a yang lebih kont ras t erj adi di

Jawa Barat , dimana soal gant i rugi t anah memiliki porsi sebesar 34, 7% dari sel uruh

kasus pert anahan (Dj . A. Simart a, 1997).

Faktor-fakt or Penentu Harga Tanah

Salah sat u penyebab meningkat nya harga t anah secara t iba-t iba adal ah sit uasi

pasar t anah yang t idak t ransparan. Hal ini yang kemudian mengakibat kan persaingan

yang t erj adi dal am pembebasan t anah menj adi t idak sempurna yang mungkin

disebabkan oleh inf ormasi yang kurang t epat sehingga menj adi spekulasi. Bisa saj a

ket ika ada “ kabar burung” mengenai suat u proyek pembangunan inf rast rukt ur di l okasi

t ert ent u dit anggapi oleh para cal o dan spekul an t anah dengan segera membeli t anah

yang menj adi lokasi pembangunan at au disekit arnya. Taksiran harga t anah berdasarkan

Nilai Jual Obyek Paj ak (NJOP) sebagai ukuran normat if t anah t idak bisa lagi digunakan

dan j ust ru harga pasar yang dihasilkan dari persaingan t idak sempurna t ersebut yang

berlaku. Kej adian sepert i ini banyak t erj adi sehingga t aksiran harga t anah bisa

melonj ak j auh dari yang semula direncanakan oleh pemil ik proyek, yait u pemerint ah,

(4)

Dalam t eori ekonomi, sepert i halnya dengan barang-barang yang lain,

sebenarnya yang menj adi f akt or-f akt or penent u suat u barang menj adi barang ekonomi

j uga berlaku pada t anah. Suat u barang digolongkan sebagai barang ekonomis, j ika

memiliki syarat -syarat (Dj . A. Simart a, 1997), sebagai berikut :

1. barang t ersebut harus mempunyai nilai guna bagi manusia (ut il it y);

2. barang t ersebut relat if langka (ket ersediaannya) dibandingkan penggunaannya

(scarcit y);

3. barang t ersebut mempunyai hak-hak kepemilikan (propert y right s).

Sesuai dengan syarat pert ama, maka t anah yang t idak berguna sama sekali bagi

manusia t idak menj adi obyek ekonomi, sepert i misalnya t anah yang ada di dasar

laut an, danau, gunung es dan sebagainya. Kecenderungan yang ada j elas bahwa

semakin t inggi kegunaan sebuah t anah, maka semakin t inggi harga t anah t ersebut .

Unt uk syarat yang kedua t ernyat a memiliki banyak konsekuensi karena kelangkaan

t anah. Sebagaimana diket ahui bersama, bahwa ket ersediaan t anah adalah t et ap dan

t erbat as, sedangkan manusia dan makhluk hidup lainnya selalu bert ambah j uml ahnya.

Akibat kelangkaan inilah yang menyebabkan t anah menj adi semakin t inggi dari wakt u

ke wakt u, apalagi ket ika memiliki posisi yang st rat egis dan t idak mudah dit emukan di

lokasi-lokasi yang l ain.

Peningkat an kebut uhan penduduk akan ruang sebagai akibat peningkat an

kualit as hidup j uga bisa menyebabkan meningkat nya kebut uhan akan t anah (Rusmadi

Murad, 1997). Hal ini t erj adi baik di kawasan perkot aan maupun kawasan perdesaan.

Kawasan perkot aan yang mempunyai delineasi wilayah t ert ent u seringkali t anah yang

ada didalamnya menj adi rebut an dan akibat nya dengan t idak seimbangnya j umlah

pengguna dan ket ersediaannya, maka menj adikan t anah t ersebut menj adi semakin

mahal. Fenomena t ingginya harga t anah di kawasan perkot aan t ernyat a sesuai dengan

t eori von Thunen yang menj elaskan bahwa lokasi sat u persil t anah dalam ruang

memiliki konsekuensi t erhadap harganya.

Menurut von Thunen, kedekat an t anah dengan daerah pemasaran, sepert i

halnya kawasan perkot aan yang memiliki j uml ah penduduk yang relat if banyak akan

menyebabkan nilai margin keunt ungan penj ualan t anah menj adi lebih t inggi

dbandingkan lokasi lain yang j auh dari daerah pemasaran, sepert i kawasan perdesaan

t erut ama di pusat bisnis (Cent ral Business Dist rict at au CBD) . Di lain pihak,

(5)

dan ef ek “ saling ket ergant ungan” dengan harga t anah. Dengan adanya inf rast rukt ur

menyebabkan harga t anah menj adi lebih t inggi dan sebaliknya proyek inf rast rukt ur

j uga urung dilaksanakan j ika harga t anah yang menj adi “ calon” lokasi harganya mahal.

Syarat yang ket iga berhubungan erat dengan sist em hukum pert anahan di suat u

negara. Di Indonesia saat ini UUPA masi h menj adi perat uran perundangan t ent ang

pert anahan. Dalam hal kepemilikan t anah, UUPA lebih banyak menekankan pada aspek

kepemilikan t anah individual. Hal ini pent ing unt uk menj adikan st at us penguasaan

t anah j elas ket ika t erj adi pemindahan hak at as t anah. Pembebasan t anah dalam

kont eks pembangunan inf rast rukt ur yang dibangun oleh pemerint ah dan dit uj ukan bagi

kepent ingan umum sering dikonot asikan dengan pengambilalihan t anah. Konot asi ini

yang kemudian cenderung ke arah konot asi yang negat if . Penyebabnya adalah asal dari

kat a pengambilalihan t ersebut , yait u dari kat a ambil. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, art i kat a t ersebut ant ara lain memiliki at au merebut . Dengan begit u j elas

memberikan gambaran bahwa f rase pengambil alihan t anah dapat saj a diart ikan upaya

(dalam hal ini pemerint ah) unt uk merebut t anah milik masyarakat at au t anah yang

sudah ada pemilik at au pemegang haknya (Arie S. Hut agalung).

Berdasarkan t eori ekonomi di at as sert a berbagai kondisi nyat a yang ada, maka

secara umum f akt or-f akt or penent u harga t anah bisa dikelompokkan ke dal am f akt or

int ernal dan f akt or ekst ernal. Fakt or int ernal t anah dat ang dari berbagai ciri alamiah

t anah it u sendiri, misalnya kondisi geograf is, t opograf is, daya dukung t anah sert a

kondisi f isik t anah lainnya. Tanah berpasir akan memiliki harga yang berbeda dengan

t anah berawa at au t anah bergambut . Sedangkan f akt or ekst ernal lebih banyak t erkait

dengan berbagai t indakan manusia, sepert i penat agunaan t anah. Dengan adanya

kegiat an penat agunaan t anah akan menent ukan pembangunan berbagai prasarana dan

sarana (inf rast rukt ur) buat an manusia yang diperlukan oleh pengguna t anah t ersebut ,

sepert i j aringan j alan, list rik, air bersih, sist em drainase, j aringan t elepon, sarana

perumahan, perdagangan, pendidikan dan sebagainya.

Penat agunaan Tanah Sebagai Kunci Keberhasilan Infrast rukt ur

Permasalahan dalam pembangunan inf rast rukt ur bukan saj a dat ang dari f akt or

pembebasan t anah, namun secara keseluruhan t et ap saj a t erf okus pada kompleksit as

pert anahan, baik dari aspek perizinan maupun penggunaan dan pemanf aat an t anah.

Sebagai cont ohnya, inf rast rukt ur yang berupa j aringan t ransmisi list rik t egangan t inggi

(6)

penduduknya, sehingga akhirnya memerlukan biaya yang besar unt uk relokasi sekaligus

penyediaan t anah penggant i.

Kompleksit as pert anahan j uga sej al an dengan pembangunan inf rast rukt ur yang

j uga memiliki dimensi ruang yang cukup luas. Dal am Keput usan Presiden RI No. 81

Tahun 2001 Tent ang Komit e Kebij akan Percepat an Pembangunan Inf rast rukt ur,

disebut kan dalam Pasal 2, bahwa pembangunan inf rast rukt ur mencakup :

1.

prasarana dan sarana perhubungan : j al an, j embat an, j al an keret a api, dermaga,

pelabuhan l aut , pelabuhan udara, penyeberangan sungai dan danau;

2.

prasarana dan sarana pengairan: bendungan, j aringan pengairan, bangunan

pengendalian banj ir, pengamanan pant ai, dan bangunan pembangkit l ist rik t enaga

air;

3.

prasarana dan sarana permukiman, indust ri dan perdagangan: bangunan gedung,

kawasan indust ri dan perdagangan, kawasan perumahan skal a besar, reklamasi

lahan, j aringan dan inst alasi air bersih, j aringan dan pengolahan air l imbah,

pengelolaan sampah, dan sist em drainase;

4.

bangunan dan j aringan ut ilit as umum: gas, list rik, dan t elekomunikasi.

Selain memiliki dimensi ruang yang luas, pembangunan inf rast rukt ur j uga

menghadapi t iga dimensi permasal ahan. Pert ama, membut uhkan invet asi yang cukup

besar, wakt u pengembalian modal yang panj ang, pemanf aat an t eknologi t inggi,

perencanaan dan impl ement asi perlu wakt u panj ang unt uk mencapai skala ekonomi

yang t ert ent u. Kedua, pembangunan menj adi prasyarat bagi berkembangnya

kesempat an dan peluang baru di berbagai bidang kehidupan. Ket iga, adanya

persaingan global dan sekaligus memenuhi permint aan invest or baik dari dalam

maupun luar negeri. Dit ambah lagi dengan adanya 2 (dua) mat ra yang harus dimiliki

dalam penyediaan inf rast rukt ur, yait u mat ra f isik dan mat ra pel ayanan. Inf rast rukt ur

t idak selesai dibangun secara f isik saj a, namun menunt ut adanya operasional dengan

mengedepankan kual it as pelayanan j asa dan ef ekt ivit as pengelolaan inf rast rukt ur.

Melihat begit u banyaknya peran maupun dimensi permasal ahan sert a t ant angan

dalam pembangunan inf rast rukt ur, maka perlu diupayakan pencegahan guna

meminimalisir muncul nya permasal ahan. Adanya gant i rugi kepada masyarakat karena

pembebasan t anah t ernyat a menghadapi banyak kendala. Selain membut uhkan wakt u

yang l ama karena sul it mencapai kesepakat an harga dengan pemil ik t anah, t ernyat a

(7)

Pemerint ah yang dalam hal ini sebagai pemilik pembangunan inf rast rukt ur j uga

harus menghit ung dan memikirkan gant i kerugian non f isik sepert i pemulihan kondisi

sosial ekonomi masyarakat yang t erkena proyek pembangunan. Selain it u, j uga upaya

pemindahan (relokasi) masyarakat ke l okasi yang baru. Pemindahan ini j uga harus

memperhat ikan kesiapan masyarakat yang akan menerima pendat ang baru di at as

t anah demi mencegah t erj adinya konf lik sosial ant ara penduduk lokal dan para

pendat ang. Permasalahan lain dalam gant i rugi t anah adal ah menent ukan pihak-pihak

yang akan diberi gant i rugi karena ada pihak yang t erkena langsung dan t idak lansung.

Di samping it u, adanya pihak ket iga (t ermasuk calo dan spekulan t anah) yang sudah

membeli t anah dari pemilik asal , sehingga akhirnya menambah kesulit an bagi Panit ia

Pembebasan Tanah.

Upaya pencegahan yang dimaksud di at as hanya bisa dilakukan dengan

perencanaan t at a guna t anah yang bisa mengant isipasi kepent ingan pemerint ah, baik

pusat maupun daerah (propinsi dan kabupat en/ kot a) ket ika ingin melaksanakan

pembangunan inf rast rukt ur. Sebagaimana t ercant um dal am Perat uran Pemerint ah (PP)

No. 16 Tahun 2004 Tent ang Penat agunaan Tanah, bahwa penat agunaan t anah adalah

sama dengan pola pengelolaan t at a guna t anah yang meliput i penguasaan, penggunaan

dan pemanf aat an t anah yang berwuj ud konsolidasi pemanf aat an t anah melalui

pengat uran kelembagaan yang t erkait dengan pemanf aat an t anah sebagai sat u

kesat uan sist em unt uk kepent ingan masyarakat secara adil.

Dalam perat uran ini, Pasal 13 disebut kan bahwa penat agunaan t anah salah

sat unya bert uj uan unt uk mengat ur penguasaan, penggunaan dan pemanf aat an t anah

bagi berbagai kebut uhan kegiat an pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tat a

Ruang Wil ayah (RTRW) dan mewuj udkan penguasaan, penggunaan dan pemanf aat an

t anah agar sesuai dengan arahan f ungsi kawasan dalam RTRW. Dengan demikian

penat agunaan t anah pent ing unt uk dilakukan karena bisa mensinergiskan ant ara

kegiat an pembangunan (t ermasuk inf rast rukt ur) dengan rencana t at a ruang yang ada

sert a pembangunan t ersebut j uga sesuai dengan arahan f ungsi kawasannya yang salah

sat unya t erdapat arahan unt uk pembangunan inf rast rukt ur, baik di kawasan perkot aan

maupun kawasan perdesaan.

Penat agunaan t anah j uga perlu mengingat hak at as t anah t idak dapat

dipisahkan sat u dengan yang lain. Hak at as t anah it u sendiri pada hakikat nya adalah

suat u kewenangan yang diberikan oleh pemerint ah kepada seseorang at au badan

hukum unt uk menggunakan t anah t ersebut dalam bat as-bat as menurut ket ent uan

(8)

mewuj udkan t ert ib pert anahan yang meliput i penguasaan, penggunaan dan

pemanf aat an t anah t ermasuk pemeliharaan t anah sert a pengendalian pemanf aat an

t anah. Hal ini berart i bahwa pembangunan inf rast rukt ur hanya dapat berj alan ket ika

penguasaan at as t anah dimana l okasi pembangunan t ersebut berada, dikuasai secara

legal oleh pemilik pembangunan, baik pemerint ah maupun swast a. Oleh karena it u,

diperlukan adanya j aminan kepast ian hukum di bidang pert anahan yang berkait an

dengan pembangunan, t erut ama yang dilakukan unt uk kepet ingan umum.

Melalui penat agunaan t anah akan dilaksanakan kegiat an invent arisasi

penguasaan, penggunaan dan pemanf aat an t anah, sehingga sal ah sat unya menghasilkan

pet a kepemilikan t anah masyarakat . Dengan pet a ini, ket ika pemerint ah akan

membangun inf rast rukt ur bisa cepat menget ahui pihak-pihak yang akan dibebaskan

t anahnya besert a t aksiran harga t anahnya. Disamping it u, dalam penat agunaan t anah

j uga akan diket ahui perimbangan ant ara ket ersediaan dan kebut uhan penguasaan,

penggunaan dan pemanf aat an t anah menurut f ungsi kawasannya. Hal ini j uga

memberikan inf ormasi pent ing bagi pemerint ah unt uk menyusun rencana pembangunan

inf rast rukt ur di suat u kawasan, sehingga inf rast rukt ur yang akan dibangun bisa

(9)

Daft ar Pust aka

Dikun, Suyono. 2003. Inf rast rukt ur Indonesia : Sebelum, Selama, dan Pasca Krisis.

Jakart a : Kement erian Negara PPN/ BAPPENAS.

Hut agalung, Arie S. 2003. Tinj auan Krit is Hukum Dalam Prakt ek Pengambil al ihan

Tanah. Makalah disampaikan pada Semiloka Kaj ian dan Evaluasi Kebij akan dan

Perat uran Perundang-undangan Pert anahan di Era Desent ralisasi, Fokus

Kebij akan Mengenai Pengambilal ihan Tanah, BAPPENAS, Desember 2003.

Murad, Rusmadi. 1997. Administ rasi Pert anahan. Bandung : Mandar Maj u.

Republik Indonesia. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tent ang Perat uran Dasar

Pokok-pokok Agraria.

Republik Indonesia. Perat uran Pemerint ah (PP) No. 16 Tahun 2004 Tent ang

Penat agunaan Tanah.

Republik Indonesia. Keput usan Presiden RI No. 55 Tahun 1993 Tent ang Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Unt uk Kepent ingan Umum.

Republik Indonesia. Keput usan Presiden RI No. 81 Tahun 2001 Tent ang Komit e

Kebij akan Percepat an Pembangunan Inf rast rukt ur.

Simart a, Dj . A. 1997. Ekonomi Pert anahan dan Propert i di Indonesia : Konsep, Fakt a

Referensi

Dokumen terkait

Jika dikemudian har i ditemui bahw a data/ dokumen yang saya sampaikan tidak benar dan ada pemalsuan, maka saya dan badan usaha yang saya w akili ber sedia dikenakan

Yang hadir pada kalrifikasi dan pembuktian kualifikasi harus Direktur Perusahaan atau Kuasa Direktur yang namanya tercantum dalam akte perusahaan dengan

In this paper, we establish some new sufficient conditions which guaran- tee the boundedness and the uniform boundedness of solutions of certain nonlinear and nonautonomous

KELOMPOK KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN (POKJA ULP) KOTA SAMARINDA. PEMERINTAH

kami Panitia Barang dan Jasa Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Banten telah melaksanakan evaluasi kualifikasi, berkenaan dengan hal

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pembuktian kualifikasi adalah membawa kelengkapan-kelengkapan dokumen kualifikasi sesuai isian kualifikasi perusahaan

Berdasarkan Penetapan Pemenang oleh Kelompok Kerja (Pokja) Jasa Konstruksi pada Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Sabu Raijua Tahun

Demikian pengumuman ini untuk diketahui, atas perhatiannya diucapkan