• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang kepada Copyright momentum.or.id SINCLAIR B. FERGUSON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yang kepada Copyright momentum.or.id SINCLAIR B. FERGUSON"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

H

H

A

A

T

T

I

I

yang

D

D

I

I

P

P

E

E

R

R

S

S

E

E

M

M

B

B

A

A

H

H

K

K

A

A

N

N

kepada

A

A

L

L

L

L

A

A

H

H

SINCLAIR B. FERGUSON

E

PENERBIT MOMENTUM

2002

(2)

Hati yang Dipersembahkan kepada Allah

(A Heart for God)

Oleh: Sinclair B. Ferguson

Penerjemah: Hendry Ongkowidjojo Tata Letak: Jeffry

Desain Sampul: Bing Fei Editor Umum: Solomon Yo

Copyright © 1987 by Sinclair B. Ferguson Originally published in English under the title,

A Heart for God

by The Banner Of Truth Trust,

3 Murrayfield Road, Edinburgh, EH12 6EL, Scotland. ISBN: 0 85151 502 9

All rights reserved

Hak cipta terbitan bahasa Indonesia pada

Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature)

Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia. Copyright © 2002

Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275 e-mail: [email protected]

Perpustakaan LRII: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Ferguson, Sinclair B.,

Hati yang dipersembahkan kepada Allah / Sinclair B. Ferguson, terj. oleh Hendry Ongkowidjojo

– cet.1 – Surabaya: Momentum, 2002. xiv + 157 hlm.; 14 cm.

ISBN 979-8131-29-0

1. Kehidupan Kristen - Praktis 2. Anugerah - Kekristenan

(3)

D a f t a r I s i

Prakata Penerbit ix

Prakata Penulis xi

Kata Pengantar xiii Bab 1 Bertumbuh dalam Pengenalan akan Allah 1

Bab 2 Allah Tritunggal 13

Bab 3 Pencipta Langit dan Bumi 27

Bab 4 Tuhan Perjanjian 41

Bab 5 Allah Yang Mahahadir 57

Bab 6 Sang Juruselamat 73

Bab 7 Hikmat Allah 87

Bab 8 Yang Mahakudus Allah Israel 101

Bab 9 Pemelihara yang Setia 117

Bab 10 Mari Kita Menyembah Allah 133

(4)

K A T A P E N G A N T A R

ejak saya kecil, tak ada yang lebih membuat saya terpesona da-ripada pengenalan akan Allah: Siapakah Allah itu? Dapatkah Allah diketahui? Jika Ia dapat diketahui, bagaimana kita dapat me-nemukan-Nya? Saat ini, setelah sekian tahun berlalu, saya sadar bahwa semua pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang kekanak-ka-nakan; itu semua adalah pertanyaan terpenting di alam semesta ini. Lebih dari itu, mereka terletak di jantung iman Kristen. Orang Kris-ten hari ini tidak selalu melihat sejelas yang seharusnya. Mungkin hal ini menjelaskan mengapa kita tidak menjadi yang seharusnya kita menjadi, baik di dalam penyembahan kita di gereja atau di dalam kesaksian kita di dunia. Saya berharap agar halaman demi halaman berikut ini dapat menolong Anda memiliki hidup yang lebih berpusat pada Allah.

S

S

Untuk Alasan ini, Hati yang Dipersembahkan kepada Allah, di-orientasikan ke arah penggalian Alkitab. Hanya jika kata-kata Kris-tus tinggal di dalam kita dan jika kita tetap tinggal di dalam Dia, baru kita dapat dilepaskan dari Kekristenan tanpa akar yang begitu mewarnai zaman kita. Saat kata-kata-Nya mempengaruhi kita, kita

(5)

H A T I Y A N G D I P E R S E M B A H K A N K E P A D A

xiv

A L L A H

Saat saya mengirimkan buku ini, saya merasa gelisah dan sekali-gus penuh harap. Saya merasa gelisah karena begitu luas dan mulia-nya apa yang saya bahas di sini, dan karena saya sangat sadar betapa saya tidak cukup layak untuk menulis tentang Allah yang kepada-Nya saya datang untuk mengasihi dan yang saya kenal sampai dera-jat tertentu. Saya juga penuh harap karena saya mencoba untuk menghadirkan pengajaran yang diberikan kepada kita di dalam Alki-tab, dan saya sungguh rindu agar Ia mau memakai buku saya ini untuk menolong Anda mengenal Dia. Saya berharap agar Anda membacanya dengan disertai doa, dan dengan hasrat yang semakin bertambah untuk bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah."

Sinclair B. Ferguson Westminster Theological Seminary Philadelphia, Pennsylvania.

(6)

S

S

a

a

t

t

u

u

BERTUMBUH DALAM

PENGENALAN AKAN ALLAH

pakah hal yang paling penting di dunia bagi setiap orang Kris-ten? Hal yang paling penting bagi orang Kristen selama berada di dalam dunia ialah bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.

Pengenalan akan Allah adalah pusat dari keselamatan kita dan dari semua pengalaman kerohanian kita yang benar. Kita diciptakan untuk mengenal Allah. Dalam Alkitab, pengenalan akan Allah ham-pir setara dengan keselamatan itu sendiri. Yesus sendiri berkata bah-wa hidup yang kekal atau keselamatan berarti pengenalan akan Allah, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kris-tus yang telah Engkau uKris-tus” (Yoh. 17:3). Menjadi seorang Kristen bukanlah pengalaman yang tanpa otak, tetapi mencakup pula hikmat dan pengertian. Menjadi seorang Kristen berarti sebuah hubungan yang begitu dekat dan intim dengan Allah Pencipta Langit dan Bumi.

Yang melatarbelakangi perkataan Yesus di atas ialah janji yang sudah diberikan oleh Allah beberapa abad sebelumnya. Hal ini dapat

A

A

(7)

H A T I Y A N G D I P E R S E M B A H K A N K E P A D A

A L L A H

2

nya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku” (Yer. 31:34). Nabi Yesaya juga berkata kepada kita bahwa pengenalan akan Allah akan menandai pemerintahan Sang Penebus yang dijanjikan, Yesus Kristus. “Sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya” (Yes. 11:9). Alangkah indahnya! Ini se-mua meringkaskan apa yang Alkitab mau katakan mengenai maksud kedatangan Yesus: Memungkinkan kita untuk mengenal Allah.

Pengenalan akan Allah merupakan pusat bagi semua pengertian yang benar dalam hidup Kekristenan kita. Seseorang mungkin dapat menjadi Kristen dan tetap tidak mengerti akan banyak hal di dunia ini. Tetapi adalah mustahil bagi seseorang untuk menjadi Kristen tanpa mengetahui apa-apa tentang Allah. Pada puncaknya, Amsal 9:10 mengatakan, “Mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” Meski hari ini kita telah berhasil membuat terobosan ilmu pengeta-huan, akan tetapi pengenalan kita akan Allah mungkin begitu sedikit hari ini. Itulah sebabnya masa kita ini begitu diwarnai oleh kelang-kaan pengertian, apresiasi, dan pengertian yang sangat sempit akan waktu.

Alkitab berulang kali mengajarkan bahwa pengenalan akan Allah merupakan pencegahan yang ampuh terhadap dosa. Yesaya memba-gikan hal ini ketika ia meratapi bangsa Israel dan pemberontakan-nya. Ia mengatakan, “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel ti-dak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya” (Yes. 1:3). Akar penyebab dari ke-merosotan rohaniah mereka ialah kurangnya pengenalan akan Allah. Ketika seseorang mengenal Allah dan bertumbuh dalam hubung-an yhubung-ang akrab denghubung-an-Nya, maka hidupnya akhubung-an dithubung-andai denghubung-an integritas dan ia akan dapat dipercaya. Apa yang ada di bibirnya akan sama dengan apa yang ada di hatinya. Singkatnya, hidupnya akan kudus. Tetapi zaman ini terlalu takut terhadap kekudusan. Bahkan gereja pun mulai takut terhadap kekudusan. Dan hal yang

(8)

Bertumbuh dalam Pengenalan akan Allah 3

sama juga terjadi dalam kehidupan kita. Mengapa? Karena “kadar” pengenalan kita akan-Nya begitu kurang dari yang semestinya. Bila kita sungguh mengenal Dia, maka itu akan secara otomatis tercer-min dalam kehidupan kita.

Pengenalan akan Allah penting pula bagi pertumbuhan kita. Di bagian pembukaan suratnya yang kedua, Rasul Petrus membicara-kan hal yang sangat menentumembicara-kan ini. Dia mendesak remembicara-kan-remembicara-kannya supaya bertumbuh secara rohani dan berharap agar mereka dilim-pahi kasih karunia dan damai sejahtera “melalui pengenalan akan Allah.” Dia berkata kepada mereka bahwa kuasa Allah telah menga-nugerahkan kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini sebagai orang Kristen, yaitu melalui pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mu-lia dan ajaib (2Ptr. 1:2-3). Rasul Paulus juga mengemukakan hal yang sama ketika ia menulis surat kepada jemaat Kolose. Bertum-buh, mempunyai kaitan khusus dengan “bertumbuh dalam pengeta-huan yang benar tentang Allah” (Kol. 1:10).

Kesalahan kita ialah kita sering menetapkan aturan main sendiri tentang bagaimana seharusnya kehidupan Kristen itu. Betapa berani-nya kita! Padahal Allah sudah berkata bahwa jika kita mau buh sebagai orang Kristen, maka pertama-tama kita harus bertum-buh dalam pengenalan akan Allah.

* * *

Pengenalan akan Allah merupakan hak istimewa kita yang terbesar. Coba dengarkan lagi apa yang Yeremia katakan, “Beginilah firman TUHAN: ‘Janganlah orang bijaksana bermegah karena

(9)

kebijaksana-H A T I Y A N G D I P E R S E M B A kebijaksana-H K A N K E P A D A

A L L A H

4

muanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN’” (Yer. 9:23-24). Pernyataan ini keluar dari orang yang sama yang sebelumnya berka-ta, “Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air ma-ta …” (Yer. 9:1). Yeremia bukanlah teolog ama-tau penulis menara ga-ding! Di sini kita melihat seorang yang begitu berduka oleh karena pemberontakan bangsanya, yang melihat segala sesuatu melalui ma-ta seorang yang terasing dari segala macam pergaulan, kecuali da-lam pergaulan dengan Allah. Ia tidak berhenti di permukaan, tetapi terus menuju pada pokok permasalahannya. Tak ada gunanya kita memiliki segala bijaksana dunia, atau keperkasaan seorang pria, atau kekayaan, atau ketenaran atau apa pun juga, jika semua itu tidak di-sertai dengan pengenalan akan Allah. Dengan tegas Yeremia menu-runkan segala hal yang oleh kebanyakan kita “diimpikan siang-ma-lam” itu, pada posisi yang seharusnya (pada tempat yang benar-be-nar bawah). Hidup hanya bebenar-be-nar-bebenar-be-nar layak untuk dibanggakan jika pusatnya adalah pengenalan akan Allah, yang mengontrol segenap aspirasi kita. Inilah hal yang layak untuk dimegahkan.

Apakah yang Anda dan saya bangga-banggakan? Apakah yang selalu menjadi topik pembicaraan kita dan yang memenuhi hati dan pikiran. Pernahkah kita sadar bahwa pengenalan akan Allah merupa-kan harta terpendam yang paling berharga dan merupamerupa-kan hak is-timewa terbesar yang bisa kita miliki? Jika belum, maka kita begitu picik dalam hal rohani. Kita telah menjual hak asasi kita sebagai orang Kristen demi “semangkuk sup kacang merah,” dan pengalam-an sejati ypengalam-ang seharusnya kita nikmati sebagai orpengalam-ang Kristen akpengalam-an menjadi begitu dangkal, “aneh-aneh” dan keluar dari “rel” yang te-lah ditetapkan bagi kita.

Malangnya, banyak aspek dari kehidupan Kristen kita benar-be-nar sudah terjangkit “rabun” rohani yang kronis. Hal ini tampak je-las dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam hubungan kita dengan sesama, dalam begitu minimnya dampak yang dapat kita berikan pa-da dunia, pa-dan mungkin yang paling nyata; pa-dalam penyembahan kita.

Referensi

Dokumen terkait