• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Perubahan. Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Perubahan. Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Modul ke:

Fakultas

Program Studi

Manajemen Perubahan

Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan

sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan

Dr. Aries Susanty, ST. MT EKONOMI DAN

BISNIS

(2)

Kesiapan, Reengenering dan

Fleksibilitas Perubahan

Abstract

(3)

Perspektif dalam Manajemen Perubahan

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Genus

(1998), dalam Soerjogoeritno (2004), dalam

menjelaskan perubahan organisasional dapat

dilakukan melalui perspektif manajemen perubahan.

Perspektif manajemen perubahan tersebut

didasarkan pada empat dimensi utama, yaitu: 1)

Berkaitan dengan konsep tentang proses perubahan,

2) Berkaitan dengan konteks dan ketidakpastian, 3)

Berkaitan dengan konsep tentang isi dan skala

perubahan yang akan dilakukan, dan 4) Berkaitan

dengan metode dan strategi yang dipilih dalam

mengelola perubahan.

(4)

Perspektif dalam Manajemen Perubahan (2)

Dimensi pertama yang muncul dalam

perspektif manajemen perubahan adalah

konsep tentang proses perubahan.

Konsep mengenai proses perubahan ini akan

memunculkan pertanyaan mendasar mengenai

“Kapan perubahan organisasi akan terjadi?”.

Pemahaman mengenai proses perubahan

dapat menjadikan dasar dalam menciptakan

kondisi sehingga memungkinkan terjadinya

perubahan

(5)

Perspektif dalam Manajemen Perubahan (3)

• Dimensi kedua, yaitu perubahan yang berkaitan dengan konteks dan ketidakpastian.

• Dimensi ini terkait dengan alasan mengenai mengapa harus berubah. Jika dikaitkan dengan fenomena lingkungan bisnis yang terus mengalami

perubahan dinamis maka pertanyaan seperti “Apakah kita harus berubah?” menjadi tidak relevan lagi untuk dikemukakan. Pertanyaan yang lebih

penting adalah “Darimana perubahan akan dimulai?”, “Apakah perubahan akan menjadikan hal yang lebih baik?”, “Kapan seharusnya perubahan dilakukan?”.

• Jawaban dari pertanyaan seperti itu akan menjadi dasar untuk membangun suatu konsep, suatu kegiatan bahkan landasan dalam mengelola perubahan.

• Landasan yang kuat akan menjadi urgen ketika kita memahami bahwa setiap perubahan akan memunculkan ketidakpastian

(6)

Perspektif dalam Manajemen Perubahan (4)

• Dimensi ketiga, yaitu menyangkut konsep tentang isi dan skala perubahan yang akan dilakukan.

• Dimensi ini mensyaratkan bahwa perubahan haruslah dipersepsikan sebagai sesuatu yang membumi dan dapat dijangkau oleh mind set dan pemikiran.

• Ketika arah perubahan dipersepsikan sebagai sesuatu yang tinggi atau utopis, maka yang tercipta adalah resistensi yang kuat dalam menolak perubahan.

• Arah perubahan yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan dan kepentingan anggota sangat memungkinkan akan memunculkan fenomena status quo. • Jika perubahan dipersepsikan sebagai sesuatu yang membuat anggota

organisasi tidak nyaman dengan posisi dan kondisi yang baru, maka tidak mengherankan jika antusiasme dan komitmen untuk melakukan perubahan akan sangat kecil.

(7)

Perspektif dalam Manajemen Perubahan (5)

Dimensi yang terakhir, yaitu menyangkut

metode atau strategi yang dipilih dalam

melakukan perubahan.

Dimensi ini memunculkan pertanyaan

”Tentang strategi apa yang akan digunakan?”.

Pemilihan metode dan strategi yang tepat

merupakan faktor penentu keberhasilan

organisasi dalam melakukan perubahan.

(8)

Perubahan Radikal dan Perubahan Incremental

Menurut Daft (2004), perubahan strategis adalah perubahan

yang cenderung “radikal”, dan perubahan operasional adalah

sebagai perubahan “incremental”.

Perubahan Incremental adalah perubahan secara kontinyu

dilakukan suatu organisasi untuk memelihara keseimbangan

umum organisasi.

– Biasanya dilakukan terbatas dalam satu bagian organisasi dan dampaknya dirasakan sendiri oleh bagian itu. Perubahan Radikal cenderung mengubah referensi, arah, dan kebijakan organisasi.

– Biasanya perubahan ini mentrasnformasikan seluruh bagian institusi. Perubahan ini melibatkan lahirnya suatu terobosan berupa struktur yang benar-benar baru dengan proses bisnis yang berbeda

(9)

Gambar 1. Perbedaan antara Perubahan Incremental vs Perubahan Radikal

Sumber : Alan D. Meyer, James B. Goes dan Geoffrey R. Brooks, “Organization in Disequilibrium : Enviromental Jolts and Industry Revolution”, dalam George Huber dan William H. Glick, eds. Organizational Change and Redesign, hlm 66-111

Untuk Keseimbangan Umum Organisasi

Merubah Bagian Kecil Melalui Struktur & Proses Manajemen Biasa

Perbaikan/Penyempurnaan Teknologi Perbaikan Produk Merubah Paradigma Dan Mendasar Transformasi Seluruhnya

Melalui Penciptaan Struktur & Manajemen Baru

Terobosan (Breakthrough) Teknologi

Penemuan Produk Baru atau Pasar Baru

(10)

Perubahan Kasat Mata dan Perubahan Mosaik

Perubahan-perubahan yang terjadi secara kontras, bersifat

lokal, dan dapat dilaporkan oleh wartawan dari suatu kejadian

dapat kita kategorikan sebagai perubahan kasatmata.

Dalam kehidupan, ternyata juga ditemui

perubahan-perubahan lain yang tidak dapat dilihat secara kasatmata

begitu saja.

Sering kali untuk melihat perubahan ini Anda memerlukan

pihak ketiga yang bertindak untuk mengumpulkan mosaik yang

terpisah-pisah dan melakukan analisis terhadap

kecenderungan yang terjadi di tempat-tempat yang saling

terpisah satu sama lain dengan rentang waktu yang berjauhan.

Ini yang disebut dengan perubahan mosaik.

(11)

Perubahan Kasat Mata dan Perubahan Mosaik (2)

• Misalnya, pengamat politik, Samuel Huntington mengumpulkan mosaik melalui historical approach mengenai apa yang bakal terjadi setelah perang dingin berakhir. Setelah mosaik-mosaik itu ditata, menyimpulkan bahwa pasca berakhirnya perang dingin dunia akan dikejutkan oleh benturan 7-8 peradaban dunia (Barat, Islam, Kristen, Ortodoks, Confucius, Hindu, Latin Amerika, Afrika, dan Sinic).

• Seorang pengusaha yang melakukan kegiatan bisnis di Indonesia tidak dapat mengisolasi dirinya dari kejadian-kejadian ekonomi dan keputusan-keputusan penting yang diambil oleh bank-bank sentral di negara-negara lain, respons dunia usaha di mancanegara, serta teknologi yang sedang dikembangkan di berbagai negara.

• Pengusaha membutuhkan bantuan para analis untuk mengumpulkan serpihan-serpihan mosaik itu dan merangkumnya menjadi sebuah kajian utuh yang menggambarkan arah perubahan ekonomi dunia

(12)

Perubahan Antisipatif, Reaktif, dan Kritis

Selain jenis-jenis perubahan di atas Black &

Gregersen ( 2002 ) membagi strategi

perubahan dalam tiga kategori yaitu :

Perubahan Antisipatif (Anticipatory Change)

Perubahan Reaktif (Reactive Change)

(13)

Perubahan Antisipatif, Reaktif, dan Kritis (2)

PERUBAHAN ANTISIPATIF

– Mengantisipasi sebelum segala sesuatu terjadi, melakukan perubahan sebelum dituntut untuk berubah sehingga diperlukan penginderaan yang tajam (visi) bahkan pengendusan sebelum sebuah kejadian besar meledak di depan mata. – Hal ini dipelajari dari pergaulan yang intens dengan seluruh pelaku dalam

industri dan pasar, dan dengan membaca kajian-kajian yang dilakukan oleh para ahli.

– Jika anda berada ditengah-tengah para pelaku industri dan aktif menciptakan cara-cara baru maka anda mampu melakukan antisipasi maka Anda adalah seorang “cracker”

– istilah Rhenald Kasali untuk seorang “penggebrak”.Inilah perubahan yang dilakukan pemimpin pasar. Ia menciptakan standar-standar baru. Tentu saja tidak semua orang mampu melakukannya, bahkan tingkat kesulitannya relatif tinggi meski begitu, biayanya dalam jangka panjang relatif kecil. Semakin kuat posisi Anda di pasar dan semakin sering Anda mendikte pasar maka semakin besar kemungkinan keberhasilannya.

(14)

Perubahan Antisipatif, Reaktif, dan Kritis (2)

PERUBAHAN REAKTIF

– Anda bereaksi terhadap setiap kejadian dan merespons setiap hal yang baru terjadi.

– Perubahan reaktif, seperti dari bunyi katanya “ reaktif “ memang berkonotasi negatif. Orang sering membandingkannya dengan perubahan “ proaktif “ yang artinya anticipatory.

– Manusia tentu saja sebisa mungkin mengantisipasi perubahan dengan menyiapkan segala upaya sebelum perubahan itu terjadi.

– Tetapi, adakalanya manusia tidak sempat mengambil langkah-langkah tepat dengan cepat terhadap sesuatu yang signalnya tidak jelas betul. Maka menjadi aneh bila sesuatu telah terjadi dan Anda tidak bereaksi sama sekali. Untuk itulah Reactive Change selalu dibutuhkan.

(15)

Perubahan Antisipatif, Reaktif, dan Kritis (3)

PERUBAHAN KRISIS

– Pada saat terjadi krisis, biasanya sesuatu yang rutin menjadi kacau. Informasi dan tindakan-tindakan bergerak secara liar.

– Orang saling curiga dan kepercayaan menjadi ujian. Pada saat krisis, mayoritas orang cenderung bertindak dengan penuh keragu-raguan dan kacau.

– Namun, orang-orang yang jernih dan penuh keberanian akan tampil mengambil kesempatan, memimpin, dan mengembalikan krisis pada keteraturan.

– Persoalannya adalah perubahan dalam krisis akan menyedot demikian banyak biaya dan sering kali membutuhkan energi yang sangat besar. Persoalan lainnya adalah masyarakat kuarang memberikan tempat pada pemimpin yang tegas melainkan lebih memberikan ruang pada pemimpin populis. Yaitu yang lebih banyak memberikan ketenangan, kenyamanan, dan janji-janji semu ketimbang tindakan-tindakan yang mungkin menyakitkan kalau dilakukan.

(16)

Kapan Perubahan Terjadi dan Dilakukan ?

• Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah pengorbanan yang dikeluarkan akan sebanding

dengan hasil yang didapat jika perubahan dilakukan?. Jika hasil melebihi pengorbanan maka proses perubahan akan lebih mudah dilakukan. Namun

sebaliknya, jika keuntungan tidak sebanding pengorbanan, maka perubahan akan menemui

hambatan. Gambar berikut menjelaskan kapan perubahan akan terjadi.

(17)

Membangun Kesiapan Menghadapi Perubahan

CREATING SHARE NEED: Membangun Kesiapan

Menghadapi Perubahan

– Menurut Michael Beer (1987) memberikan saran mengenai kondisi yang

dihadapi harus juga diperhatikan dalam mempersiapkan perubahan organisasi. – Kondisi tersebut meliputi adanya dissatisfaction mengenai status quo anggota

yang harus mengubah perilaku mereka.

– Membangun kesiapan untuk berubah, tergantung pada rasa membutuhkan adanya perubahan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat dan

menumbuhkan rasa tidak puas dengan adanya status quo dan memotivasi

mereka untuk mencoba sesuatu yang baru. Membangkitkan perasaan bersalah dan tertinggal, dengan menyadarkan bahwa kinerja saat ini masih jauh dari harapan. dan memberi gambaran yang lebih luas mengenai kinerja yang seharusnya dapat dicapai pada masa yang akan datang. Proses dalam membangun motivasi dan kesiapan ini dinamai Kurt Lewin sebagai proses unfreezing.

(18)

Membangun Kesiapan Menghadapi Perubahan (2)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Berr

(1987) survey yang dilakukan secara berturut-turut

dapat membantu mengembangkan rasa tidak

nyaman dengan adanya status quo.

Survey yang dilakukan untuk menilai sikap bawahan

terhadap manajer mereka dapat meningkatkan

dissatisfaction pada gaya kepemimpinan manajer.

Beer juga menyimpulkan bahwa data feedback dan

diskusi merupakan kunci sukses dalam

mengembangkan kesiapan organisasi dalam

menghadapi perubahan.

(19)

Membangun Kesiapan Menghadapi Perubahan (3)

Shaping a Vision: sebagai upaya mengurangi

penolakan dan hambatan terhadap

perubahan organisasi

Mobilizing commitment and change system

and structure: sebagai upaya memfasilitasi

lingkungan dan infrastruktu yang mendukung

perubahan

Gambar

Gambar 1.  Perbedaan antara Perubahan Incremental vs Perubahan Radikal

Referensi

Dokumen terkait