SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 549
Analisis Kemampuan Proses Pemintalan Benang Sutera
Berdasarkan Perbedaan Waktu Kerja
Dengan Pendekatan Statistical Process Control (SPC)
Ir. Hardi , MT
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan perbedaan waktu kerja operator terhadap kejadian putusnya serat sutera dan kapabilitas proses pemintalan. Dalam penelitian yang diamati aktivitas proses penggulungan serat sutera ke kincir kecil dengan mengambil sampel secara acak sebanyak 5 kali proses penggulungan perhari. Sedangkan pengumpulan data diambil selama 10 hari dengan menggunakan tenaga operator yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan frekwensi kejadian putus serat benang saat proses penggulungan menuju kincir kecil dengan rotasi jam kerja operator, diperoleh nilai rata-rata jumlah putus pada jam 08.00 – 11.00 dan jam 13.00 – 15.00 masing masing sebesar 1.9 kali dan 2.2 kali. Sedangkan kemampuan kerja pada proses penggulungan sebesar 62 % dengan persentase kejadian putus sebesar 38 % (jam 08.00 – 11.00) serta 56 % dengan persentase putus sebesar 44 % (jam 13.00-15.00)
Kata Kunci: Proses Reeling, Waktu Kerja, Frekwensi Putus, Kapabilitas Proses
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship of the time difference on the incidence of rupture of the operator and the silk fiber spinning process capability. In a study that observed activity rolling mill to a small silk fiber by taking a random sample of rolling 5 times per day. While the data collection was taken for 10 days with the use of the same operator.
The results showed are correlation frequency of occurrence of fiber breaking the current thread rolling toward a small windmill with a rotation operator working hours, the value of the average number of drop out in hours 08:00 to 11:00 and the hours of 13:00 to 15:00, respectively by 1.9 times and 2.2 times. While the ability to work on a rolling process by 62% with the percentage of dropping by 38% (hours 8:00 to 11:00), and 56% with the percentage of drop by 44% (13:00 to 15:00 hours)
Keywords: Reeling Process, Working Time, Frequency End, Process Capability Pendahuluan
Proses pemintalan benang sutera merupakan suatu sistim input – out put, dari industri kecil dan menengah yang memiliki pengaruh strategis dalam perekonomian dan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan yang produktif. Dalam aktivitas prosesnya menggunakan input berupa kokon dari ulat jenis bombyx mory melalui proses transformasi nilai tambah dengan menggunakan sumber daya (alat reeling, tenaga kerja/operator, metode kerja, bahan baku) pada suatu lingkungan kerja untuk menghasilkan produk benang sutera. Jenis alat pemintal atau alat reeling adalah jenis teknologi manual sistim, dimana alat digerakkan oleh manusia.
Produk benang sutera merupakan produk yang dibutuhkan oleh industri hilir (industri penenunan kain sutera). Sudarsono (2005) menyatakan bahwa kebutuhan benang sutera di
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 550 Indonesia adalah sebesar 200 ton/tahun dan Anonim (2007) sementara kebutuhan benang sutera dunia ± 92,742 ton/tahun. Dalam proses pemintalan menggunakan alat penggulung yang biasa disebut dengan proses reeling. Atmosoedarjo, dkk (2000 : 184) reeling sutera adalah proses penyatuan beberapa filamen untuk dipintal menjadi benang sutera. Direktorat Industri Sandang, (2008 : 22 dalam Hamali, 2010) reeling adalah proses penarikan filamen dari beberapa kokon dan menyatukan menjadi benang dengan tujuan mengurai filamen dari kokon dan menggulung pada kincir kecil (haspel) dengan ukuran keliling 65 cm dan lebar 8 cm.
Berdasarkan survey dan wawancara, terhadap tenaga kerja pada industri pemintalan yang berperan sebagai operator alat pemintal di daerah penelitian, didapatkan informasi masih rendahnya produktivitas dan tingginya waktu terbuang saat kegiatan proses pemintalan serat sutera, seperti sering terjadi putusnya serat sutera saat dilakukan penggulungan serat sutera dengan alat reeling. Selain itu masih didapatkan masih rendahnya kedisiplinan terhadap waktu kerja dalam melakukan aktivitas kerja sehingga mengakibatkan pada produktivitas output yang dihasilkan setiap kali proses dilaksanakan pada industri ini. Lee (1999) menyatakan semakin banyak jumlah putus benang yang terjadi selama proses reeling, diakibatkan oleh proses perebusan yang terlalu lama dan terlampau cepat berarti semakin rendah prestasi daya gulung filamen, dan panjang filamen yang terbentuk akan semakin pendek.
Dari uraian diatas, mengingat propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang dijadikan sentra pengembangan agroindustri pesuteraan alam yang ditetapkan pemerintah, maka penelitian ini difokuskan salah satu faktor yang memberikan pengaruh pada produktivitas hasil proses ini, dimana gambaran dari model sederhana berkaitan dengan aktivitas proses pemintalan serat sutera untuk dijadikan produk benang sutera yang terjadi pada industri pemintalan benang sutera di kecamatan Anggeraja kabupaten Enrekang ini, digambarkan dalam bentuk sistim input – proses – output sederhana seperti gambar dibawah ini :
Gambar 1. Model Sederhana Input –Proses-Output Pemintalan Benang Sutera
Dari uraian diatas, maka permasalahannya adalah berulangnya kejadian putusnya serat sutera (filamen) pada waktu proses pemintalan serat sutera yang digulung ke kincir kecil (haspel). Sedangkan tujuan penelitian adalah mengetahui kapabilitas proses berdasarkan perbedaan waktu kerja operator pada proses pemintalan.
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2014, yaitu pada kelurahan Aggeraja kecamatan Alla, kabupaten Enrekang. Sedangkan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan salah satu daerah sentra kegiatan dari industri pemintalan benang sutera di propinsi Sulawesi Selatan.
Input
Umpan Balik untuk Pengendalian input, Proses
dan Informasi Proses Reeling
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 551
Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini:
1. Survey lapangan yaitu melakukan pengambilan data primer dengan menggunakan pengukuran langsung pada aktivitas kerja pemintalan di sentra industri pemintalan benang sebagai obyek.
2. Wawancara dilakukan pada para pekerja secara individu, dengan harapan untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan kegiatan dan kejadian pada saat proses pemintalan berlangsung.
3. Studi literature dilakukan dengan mengambil teori atau informasi yang bersumber dari buku, jurnal dan lain-lain.
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pengamatan dalam penelitian berdasarkan simple random sampling pada sentra industri pemintalan terhadap pekerja yang telah berpengalaman selama ± 5 tahun pada proses pemintalan yang menggunakan alat reeling manual. Sedangkan variabel yang diukur adalah jumlah kejadian putusnya filamen (serat sutera) saat proses pemintalan dengan indikator waktu kerja antara jam 08.00 – 11.00 dan jam 13.00 – 15.00.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang berupa data atribut, di analisis dengan pendekatan statistical process control dengan peta kontrol P. Adapun langkah-langkahnya yang digunakan untuk penyelesaian masalah, digunakan seperti diagram dibawah ini:
Gambar 2. Diagram Alir Penggunaan Statistical Process Kontrol (SPC)
Pengumpulan Data Proses
Menghitung Nilai Proposi : Total Penyimpangan P bar = --- Total Pemeriksaan
Tidak
Apakah proses dalam pengendalian statistikal
Tentukan Kapabilitas Proses : Cp = (1 – p-bar)
Membuat peta kontrol dengan memplot data proporsi penyimpangan
Menghitung Batas Kontrol : CL = p-bar
UCL = p-bar + 3 (Sp) LCL = p-bar – 3 (Sp)
Menghitung Nilai Simpangan Baku :
Sp =
√
{ p-bar (1 – p-bar} / nYa
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 552 Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran terhadap perbedaan waktu kerja yang diterapkan pada proses pemintalan (proses reeling) diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil perhitungan proporsi putus dan persentase putus yang terjadi dengan sampel
(n = 5 x penggulungan) Waktu Kerja (Jam) Pengamatan (Hari) Jumlah Putus Saat Di Gulung (kali) Proporsi Putus (p) Persentase Putus ( p , %) 08.00 - 11.00 1 2 0.40 40.0 2 3 0.60 60.0 3 1 0.20 20.0 4 3 0.60 60.0 5 2 0.40 40.0 6 2 0.40 40.0 7 1 0.20 20.0 8 2 0.40 40.0 9 1 0.20 20.0 10 2 0.40 40.0 Jumlah 19 3.80 380.0 Rata - rata 1.9 (p-bar) 0.38 (p-bar, %) 38.0 13.00 - 16.00 1 2 0.40 40.0 2 1 0.20 20.0 3 3 0.60 60.0 4 2 0.40 40.0 5 3 0.60 60.0 6 2 0.40 40.0 7 3 0.60 60.0 8 1 0.20 20.0 9 2 0.40 40.0 10 3 0.60 60.0 Jumlah 22 4.40 440.0 Rata - rata 2.2 0.44 44 (p-bar) (p-bar, %)
Sedangkan hasil perhitungan standar penyimpangan dan batas kontrol dari masalah yang diteliti dari aktivitas proses pemintalan (reeling) benang sutera yang terjadi pada kedua waktu kerja yang ditetapkan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Hasil Perhitungan Simpangan Baku dan Batas Kontrol Waktu Kerja
Operator
Simpangan Baku Batas Kontrol
Jam 08.00 – 11.00 Sp = √ p-bar (1-p-bar) / n = √ 0.38 (1 - 0.38) / 5 = 0. 22 CL = p-bar = 0.38 UCL = p-bar + 3(Sp) = 0.38 + 3 (0.22) = 1.04 LCL = p-bar – 3 (Sp) = 0.38 – 3 (0.22) = - 0.28 Jam 13.00 – 15.00 Sp = √ p-bar (1-p-bar) / n
= √ 0.44 (1 - 0.44) / 5 = 0. 22 CL = p-bar = 0.44 UCL = p-bar + 3(Sp) = 0.44 + 3 (0.22) = 1.10 LCL = p-bar – 3 (Sp) = 0.44 – 3 (0.22) = - 0.22
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 553 Dari gambar distribusi terjadinya putus saat pengulungan (pemintalan), dengan 3 jam kerja pertama (08.00-11.00) diperoleh rata – rata putus saat proses sebesar = 1.9 kali, sedangkan untuk 3 jam kedua (13.00-16.00) diperoleh rata-rata putus saat proses sebanyak = 2.2 kali. Hal ini menunjukkan bahwa daya gulung filamen relatif baik, karena daya gulung sangat tergantung dari jumlah kali putus filamen selama diurai, maka persen daya gulung ditentukan oleh putus filamen. Apabila terjadi putus serat sutera (filamen) sebanyak 3 kali, maka persentase daya gulung = 25 %, 2 kali putus maka persentase daya gulung = 33 % dan 1 kali putus persentase daya gulung = 50 % dan bila tidak terjadi putus, maka persentase daya gulung = 100 %. (Atmosoedarjo, 2000 : 106).
Sedangkan berdasarkan hasil analisa data menggunakan peta kontrol p (proporsi), bila dilihat dari kapabilitas proses penggulungan (pemintalan) saat bekerja pada jam kerja pertama (08 . 00-11.00) adalah sebesar 1 – p bar = 1 – 0.38 = 0.62 atau 62 %, berarti kemampuan proses dalam menggulung benang sutera hanya menghasilkan penyimpangan (putusnya filamen) sebesar 38 %, sedang pada jam kerja kedua (13.00 - 16.00), kapabilitas proses adalah sebesar 1 – p bar = 1 – 0.44 = 0.56 atau 56 %, berarti kemampuan proses dalam menggulung benang sutera yang menghasilkan penyimpangan (putusnya filamen) hanya sebesar 44 %. Hal ini terdapat perbedaan kapabilitas proses sebesar 12 %.
Gambar 4 a. Distribusi Frekwensi Putus Jam Kerja 13.00 – 16.00 Gambar 3 a. Distribusi Frekwensi Putus
Jam Kerja 08.00 – 11.00 Gambar 3 b. Peta Kontrol Proporsi Putus Saat Proses Reeling Jam Kerja 08.00 – 11.00
Gambar 4 b. Peta Kontrol Proporsi Putus Saat Proses Reeling Jam Kerja 13.00 – 16.00
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 554 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam makalah ini, yang berhubungan dengan proses pemintalan (penggulungan) benang sutera yang dilakukan oleh tenaga kerja dengan perbedaan waktu kerja, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Pemanfaatan teknologi pemintal yang sederhana, ternyata masih mampu memberikan efek terhadap hasil proses (daya gulung) filamen yang relatif cukup baik. Perbedaan waktu kerja operator pada proses pemintalan, memberikan proporsi frekwensi putusnya dan kapabilitas proses yang berbeda, hal ini akan memberikan pengaruh pada efisiensi dan output yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
1. Anonim (2007); Budi Daya Ulat Sutera dan Produksi. http ://www.bi.go.id
2. Atmosoedirja, J. Katsubrata, M. Kaomini, W.Saleh, dan W.Moerdoko (2000) ; Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
3. Departemen Perindustrian direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah , Direktorat Industri Sandang (2008). Acuan Standar Benang Sutera Mentah.
4. Hamali, (2010). Pengaruh Sistim Perebusan Kokon Ulat Sutera Kode C.301 Terhadap Rendemen Pemintalan dan Daya Gulung Serat Sutera. Jember.
5. Lee, Y. (1999). Silk Reeling and Testing Manual. Bul FAO Agroculture Service: 136. 6. Sudarsono. R.P (2005) ; Ada Keinginan Menuju Swasembada Sutera. http: //www.kompas.
com.
7. Sugiyono . (2013). Statistika Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta Bandung.
8. Vincent Gaspersz (1998). Statistical Process Control. Penerapan Teknik-Teknik Statistikal Dalam Manajemen Bisnis Total. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.