SIMULASI SISTEM KONTROL SIRKULASI PERGANTIAN AIR PADA KOLAM
PEMBENIHAN IKAN KERAPU BERDASARKAN SALINITAS DAN KEJERNIHAN
AIR
Yuko Kusdiantoro
Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH,[email protected]
Rozeff Pramana
Dosen Pembimbing I, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH, [email protected]
Deny Nusyirwan
Dosen Pembimbing II, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK
Wilayah kepulauan memiliki potensial yang cukup besar untuk melakukan kegiatan
pembudidayaan ikan laut salah satunya ikan kerapu. Air yang digunakan dalam proses
pembudidayaan ikan kerapu tidak sekedar air (H
2O), tetapi banyak kandungan zat – zat
lainnya. Penelitian Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) pada
tahun 2013, salinitas dan kejernihan air termasuk dalam beberapa parameter pokok pada
proses pembenihan ikan kerapu. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat merancang simulasi
sistem kontrol sirkulasi air berdasarkan salinitas dan kejernihan air pada kolam pembenihan
ikan kerapu. Sistem kontrol air pembenihan ikan kerapu memiliki 3 bagian seperti bagian
input, kontrol, dan output. Pengontrol air menggunakan Arduino Mega 2560 sebagai
mikrokontroller untuk pengontrol semua komponen yang digunakan seperti sensor salinitas,
sensor kejernihan, LCD, LED, Solenoid, Buzzer dan Relay . Hasil pembacaan sistem kontrol
akan ditampilkan di LCD. Sistem kontrol tidak akan berfungsi apabila nilai salinitas dibawah
3,2% dan air dalam keadaan keruh maka Buzzer akan aktif dan Solenoid tertutup maka mesin
air akan mati dan apabila salinitas bernilai 3,2 – 3,4 % dan air dalam keadaan jernih maka
Buzzer mati dan Solenoid akan terbuka dan mesin air akan hidup.
1
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Wilayah kepulauan memiliki potensial yang cukup besar untuk melakukan kegiatan pembudidayaan ikan laut. Salah satunya yaitu ikan kerapu yang memiliki nilai ekonomis tinggi dikarenakan harga jual yang cukup mahal. Kualitas dan kuantitas hasil produksi suatu industri pembudidayaan ikan dapat ditinjau berdasarkan proses pembenihan ikan yang dilakukan. Penerapan teknologi pembenihan ikan yang tepat dan terus dikembangkan akan memicu peningkatan pada kualitas dan kuantitas hasil produksi (Sugama et al., 2013).
Penerapan teknologi pada proses pembenihan ikan yaitu pengontrolan terhadap kualitas air yang digunakan. Kualitas air mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembenihan ikan. Air yang digunakan dalam proses pembenihan ikan tidak sekedar air (H2O), akan tetapi air memiliki banyak kandungan zat – zat lainnya. Kandungan zat – zat tersebut seperti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), tingkat keasaman (pH), kadar garam (salinitas), kejernihan air, kandungan amonia, kandungan zat besi, kandungan bahan organik dan kandungan zat – zat lainnya. Semua kandungan zat – zat tersebut akan menentukan kecocokan lingkungan air yang digunakan terhadap proses pembenihan ikan (Aditiajaya et al., 2009).
Setiap jenis ikan pada proses pembenihannya memiliki ketentuan nilai parameter kandungan air yang berbeda – beda. Pembenihan larva ikan kerapu memiliki toleransi skala yang kecil pada perubahan zat yang terkandung dalam air yang digunakan. Pembenihan larva ikan kerapu memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap perubahan kualitas air terutama pada tingkat kejernihan dan salinitas. Perubahan tingkat kejernihan dapat menyebabkan timbulnya serangan
penyakit baik penyakit infeksi maupun non infeksi terhadap larva ikan kerapu. Hal ini disebabkan terdapatnya kandungan virus, bakteri, jamur, protozoa dan parasit pada air dengan tingkat kejernihan yang rendah. Perubahan nilai salinitas dapat menggangu keseimbangan habitat pada larva ikan kerapu. Hal ini disebabkan karena ikan kerapu termasuk ikan air asin. Kadar garam menjadi hal penting dalam habitat ikan kerapu. Berdasarkan hal tersebut, pengontrolan spesifikasi zat – zat yang terkandung dalam air pada proses pembenihan ikan kerapu sangat penting untuk mencegah kegagalan budidaya (Jasmanindar, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) pada tahun 2013, salinitas dan kejernihan air termasuk dalam beberapa parameter pokok pada proses pembenihan ikan kerapu. Berdasarkan hal tersebut penulis mengambil judul penelitian mengenai “Simulasi Sistem Kontrol Sirkulasi Air pada Kolam Pembenihan Ikan Kerapu Berdasarkan Salinitas dan Kejernihan Air”.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana merancang perangkat simulasi sistem kontrol sirkulasi air berdasarkan salinitas dan kejernihan air ?
b. Bagaimana mendapatkan nilai selisih dari perangkat perancangan yang dibandingkan dengan perangkat ukur yang standar.
C.Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah sebagai berikut :
a. Perancangan perangkat yang dilakukan hanya berupa simulasi sistem kontrol tidak mencakup monitoring dan penyimpanan datalogger. b. Parameter sistem kontrol sirkulasi air yang
2
kerapu yaitu berdasarkan salinitas dan kejernihan air.
c. Tidak ada tindakan penyesuaian parameter kandungan zat dalam air pada sistem kontrol jika terdeteksi spesifikasi air di luar nilai parameter.
D.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : a. Dapat merancang simulasi sistem kontrol
sirkulasi air berdasarkan salinitas dan kejernihan air pada kolam pembenihan ikan kerapu.
b. Mendapatkan nilai selisih dari perangkat yang dirancang dibanding dengan perangkat ukur yang standar.
.
E.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan antara lain:
a. Spesifikasi air yang digunakan dalam kolam pembenihan dapat terkontrol.
b. Menghindari serangan penyakit pada ikan kerapu yang dapat menyebabkan kematian. c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
produksi pembenihan ikan kerapu.
II. DASAR TEORI
Bagian ini akan menjelaskan secara rinci mengenai kajian terdahulu yang menjadi dasar pada perancangan sistem penelitian yang akan dilakukan. Teori – teori pendukung lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini juga akan dijelaskan secara rinci. Penjelasan tersebut tentunya berdasarkan sumber referensi yang diperoleh.
A. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu berikut akan menjadi dasar dari penelitian yang akan dilakukan mengenai salinitas dan kejernihan air. Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Alfiannur pada tahun 2011. Penelitian yang dilakukan membahas tentang pengaturan kadar garam pada habitat ikan laut dengan menggunakan kontrol on-off. Konsep dasar yang diterapkan pada penelitian tersebut adalah pengontrolan kadar garam pada akuarium sebagai tempat simulasi habitat ikan laut menggunakan metode on-off controller. Kontrol on-off berfungsi sebagai pengatur proses penambah dan pengurang kadar garam yang berasal dari air tawar dan air laut untuk mencapai proses kestabilan sistem. Sensor kadar garam yang digunakan yaitu menggunakan dua batang logam tembaga (Cu) dengan menggunakan sumber tegangan DC dan prinsip kerjanya menggunakan teori electrical conductivity. Mikrokontroller yang digunakan yaitu Atmel AT89C51.
Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nur Muzaqi Pambudiarto pada tahun 2011. Penelitian yang dilakukan membahas mengenai rancang bangun alat pengukur kadar garam (salinitas) berbasisi mikrokontroller AT89S51. Konsep dasar dari penelitian tersebut yaitu merancang alat ukur kadar garam (salinitas) menggunakan sensor konduktivitas dengan hasil pembacaan pengukuran ditampilkan pada LCD dalam satuan %. Sensor konduktivitas yang digunakan terdiri dari 2 elektroda yang dialiri arus DC. Sensor tersebut akan menghasilkan sinyal analog dan kemudian diproses pada mikrokontroller AT89S51. Hasil akhir dari penelitian tersebut hanya berupa informasi nilai kadar garam (salinitas) pada tampilan LCD.
Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Akroma Ardi pada tahun 2013.
3
Penelitian tersebut membahas tentang rancang bangun penguras dan pengisi tempat minum ternak pada peternakan bebek. Sistem kontrol yang digunakan yaitu berdasarkan tingkat kejernihan dan ketinggian air pada tempat minum ternak. Konsep dasar dari sistem kontrol tersebut yaitu ketika air minum ternak mencapai tingkat kekeruhan maka air minum tersebut akan diganti secara otomatis dengan ketinggian air yang telah ditentukan. Sensor yang digunakan untuk kejernihan air yaitu laser dioda sebagai transmitter dan LDR sebagai receiver, sedangkan mikrokontroler yang digunakan yaitu ATmega328P jenis AVR.
Penelitian yang keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Septian Habiansyah pada tahun 2014. Penelitian yang dilakukan membahas tentang alat pendeteksi kekeruhan air pada toren dengan sensor LDR dan Buzzer berbasis ATmega 8535. Konsep dasar yang digunakan yaitu ketika air yang berada pada toren atau penampungan air memiliki ampas atau kotoran sehingga air dalam keadaan keruh maka Buzzer akan aktif sebagai tanda air dalam keadaan keruh. Sensor yang digunakan yaitu LED sebagai transmitter dan LDR sebagai receiver. Sensor akan memberikan sinyal analog ke mikrokontroller yang bebasis ATmega 8535 jenis AVR.
1. Parameter Air Budidaya Ikan Kerapu Gelombang Laut
Parameter yang akan diterapkan pada penelitian ini yaitu parameter kandungan air terhadap kadar garam dan tingkat kejernihan air. Proses pembenihan larva ikan kerapu memiliki nilai – nilai parameter yang telah ditentukan sebelumnya.
1.
Parameter Salinitas AirSalinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut didalam air, dapat disebut juga jumlah garam yang terlarut untuk setiap liter larutan. Salinitas dinyatakan dalam
satuan 0/00 (parts per thounsand / ppt). Air laut yang memiliki berat 1000 gram mengandung 35 gram senyawa – senyawa terlarut dengan salinitas 350/00. Nilai salinitas pada ketiga jenis tersebut dapat dilihat pada tabel 1 (Muzaqi, 2010).
Tabel 1. Klasifikasi Salinitas Air
No.
Jenis
Salinitas (ppt)
1.
Air
Tawar
< 0.5
0.5 – 3.0
2.
Air
Payau
3.0 – 16.0
16.0 – 30.0
3.
Air Laut
30.0 – 40.0
Sumber : Muzaqi, 2010Nilai parameter pembenihan larva ikan kerapu yang direkomendasikan tercantum pada tabel 2. Penting untuk secara teratur menjaga kualitas air pada kolam pembenihan. Jika kualitas air menurun atau diluar dari nilai parameter yang telah ditentukan, dapat memungkinkan kegagalan dalam pembenihan (ACIAR, 2013).
Tabel 2.Parameter Pembenihan Larva Ikan Kerapu
No.
Parameter
Value
1.
Suhu
28 – 30 °C
2.
Salinitas
32 – 34 ppt
3.
Cahaya
500 – 700 lux
4.
Amonia (NH
3-N)
<0.1 ppm
5.
Oksigen terlarut
80 – 100 %
saturasi
6.
Nitrir (NO
2-N)
<1.0 ppm
Sumber: ACIAR, 2013 2. Parameter Kejernihan AirKejernihan air merupakan sifat optik yang terjadi akibat hamburan cahaya oleh partikel yang menyebar di dalam air. Partikel – partikel yang menyebar tersebut dapat berupa zat – zat organik yang terurai secara halus, jasad – jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat koloid. Partikel – partikel tersebut dapat menyebab timbulnya virus atau bakteri seperti bakteri typhsum, colerae, vibrio dan hystolotica (Septian, 2014). Larva ikan kerapu sangat mudah terserang penyakit sehingga
4
parameter kejernihan air yang digunakan dalam pembudidayaan berkategori jernih. Berdasarkan peraturan MENKES tahun 2010, air dikategorikan jernih memiliki nilai minimun sebesar 5 NTU (Nephelometric Turbidity Unit).
B. Teori Pendukung
Penelitian yang akan dilakukan tidak hanya didasari oleh penelitian – penelitian terdahulu saja, tetapi juga didasari dengan teori – teori pendukung lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian.
1. Sensor Salinitas
Sensor salinitas merupakan sensor yang terdiri 2 logam elektroda stainless steel yaitu anoda dan katoda. Prinsip kerja dari sensor salinitas yang digunakan yaitu menerapkan proses elektrolisis. Peristiwa elektrolisis terjadi ketika arus listrik dialirkan melalui senyawa ionik dan senyawa tersebut mengalami reaksi kimia. Kandungan garam yang ada didalam air memiliki ion – ion yang dapat bergerak. Ion – ion garam yang terlarut dalam air akan menghantarkan arus listrik yang terdapat batang stainless steel.
Gambar 1. Sensor salinitas
(Sumber : https://produkinovatif.wordpress.com) 2. Sensor Kejernihan Air
Sensor kejernihan air merupakan sensor terdiri dari LED sebagai transmitter dan photodioda sebagai receiver. Prinsip kerja dari sensor kejernihan air adalah pemanfaatan sifat yang dimiliki photodioda. Photodioda merupakan piranti semikonduktor dengan struktur sambungan positif – negatif yang dirancang untuk beroperasi bila dibiaskan dalam keadaan terbalik untuk mendeteksi cahaya.
Gambar 2. Sensor kejernihan air (Sumber : https://produkinovatif.wordpress.com) 3. Arduino Mega 2560
Arduino Mega 2560 merupakan modul mikrokontroler jenis ATmega 2560 dengan kapasitas RAM sebesar 8 KB, EEPROM sebesar 4 KB dan flash memory sebesar 256 KB.
Gambar 3. Arduino Mega 2560 (Sumber: http://Arduino.cc, 2016)
Software yang digunakan untuk penulisan dan meng-compile program menjadi kode biner dan meng-upload ke dalam mikrokontroler yaitu IDE (Integred Development Environment). Software tersebut juga dapat menyimpan script dalam file sketch. Bahasa program yang digunakan yaitu pengembangan dari bahasa C++ sehingga mempermudah dalam penulisan program. Penjelasan mengenai bagian – bagian modul Arduino Mega 2560 dapat dilihat pada gambar 3 (http://Arduino.cc
, 2016).
4. Liquid Crystal Display (LCD)
Liquid Crystal Display (LCD) merupakan suatu jenis media tampilan yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD sudah digunakan diberbagai bidang seperti alat – alat elektronik televisi dan kalkulator (Falintino, 2015). LCD yang akan digunakan memiliki karakter 4x20.
Gambar 4. Skematik LCD 4x20 (Sumber : datasheet LCD 4x20)
5
5. Solenoid ValveGambar 5. Kran Solenoid Valve (sumber : Astari et al., 2014)
Prinsip kerja dari Solenoid valve yaitu katub listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet, sehingga menggerakkan piston pada bagian dalam selenoid ketika piston berpindah posisi maka pada lubang keluaran dari solenoid akan mengeluarkan air.
5. Relay
Komponen Relay akan digunakan sebagai driver motor AC dengan sumber daya kontrol arus DC. Relay terdiri coil dan kontak, coil merupakan gulungan kawat yang mendapat arus listrik DC sedangkan kontak sejenis saklar yang pergerakannya tergantng dari ada tidaknya arus listrik di coil.
Gambar 7. Relay HRS4 (Sumber : Datasheet Relay HRS4, 2016) III. METODOLOGI PERANCANGAN A. Tempat dan Lama Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pengujan Kabupaten Bintan, penelitian ini memerlukan waktu sekitar 3 bulan. Desa Pengujan merupakan tempat pembenihan ikan yang dibangun oleh pemerintah daerah yang dapat membantu masyarakat setempat.
Gambar 10. Lokasi Penelitian (sumber : googlemaps.com) B. Metode Pengumpulan Data
Ada 2 metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Metode observasi lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati objek atau perangkat secara langsung untuk mendapatkan data-data dari objek atau perangkat yang sedang diteliti.
2. Metode studi pustaka
Metode ini dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan beberapa teori, baik yang berada dalam sebuah buku, jurnal, maupun situs internet yang berhubungan dengan perangkat yang sedang dikembangkan oleh peneliti, sehingga dapat diketahui peralatan apa saja yang telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti lain dan kekurangan apa saja yang harus diperbaiki.
C. Perancangan Sistem dan Cara Kerja perangkat
1. Perancangan sistem
Perangkat simulasi sistem kontrol sirkulasi air pada kolam pembenihan ikan kerapu berdasarkan salinitas dan kejernihan air yang akan dirancang terdiri dari input, kontrol dan output. Berikut ini adalah blog diagram sistem tersebut:
6
2. Cara Kerja Perangkat
Diagram diatas terbagi atas bagian input, kontrol dan output. Bagian input terdiri dari sensor kejernihan dan sensor salinitas yang menjadi input utama yang menentukan nilai kualitas air yang akan dialiri ke kolam pembenihan. Kedua sensor tersebut akan dikontrol menggunakan Arduino Mega 2560. kualitas air berdasarkan tingkat kejernihan dan salinitas. Kedua sensor tersebut juga akan terus memberikan sinyal input ke modul mikrokontroler.
Sinyal yang masuk ke Arduino diolah dan diproses sehingga dapat diketahui nilai kualitas air yang mengalir pada kolam. Kualitas air yang terdeteksi diluar parameter yang telah ditentukan, maka mikrokontroler akan memproses sinyal tersebut dan memberikan instruksi ke sistem monitoring.
Bagian output terdiri dari indikator (LED), LCD dan Buzzer. Ketiga komponen ini akan memberikan indikasi, informasi dan alarm mengenai kualitas air yang telah diinspeksi oleh sensor. LED yang bertindak sebagai indikator akan memberikan 3 indikasi yaitu hijau, merah dan kuning. Indikasi hijau menyatakan kualitas yang dimiliki air masih dalam ketentuan parameter sedangkan indikasi merah menyatakan kualitas air diluar nilai parameter. Indikasi kuning menyatakan tidak ada air yang masuk ke kolam pembenihan. LCD digunakan sebagai media yang menampilkan informasi mengenai nilai – nilai salinitas, tingkat kejernihan dan status pada air yang disalurkan ke kolam pembenihan. Buzzer digunakan sebagai alarm peringatan bahwa kualitas air berada diluar parameter yang telah ditentukan.
Bagian kontrol terdiri dari komponen – komponen yang berfungsi sebagai eksekutor. Komponen – komponen tersebut yaitu Relay dan Solenoid. Jika kualitas air berada diluar parameter yang telah ditentukan maka Relay akan secara
otomatis mematikan mesin pompa air yang menyalurkan air ke kolam pembenihan. Solenoid juga secara otomatis akan menutup saluran air yang masuk dan keluar dari kolam pembenihan. Hal tersebut dapat mencegah kualitas air pada kolam pembenihan menjadi menurun atau tercemar. Ketika sumber air yang digunakan telah sesuai dengan parameter yang ditentukan sebelumnya, perangkat akan mengalirkan air pada kolam pembenihan.
D. Perancangan Perangkat 1. Perancangan Sensor Salinitas
Sensor salinitas merupakan sensor rakitan yang terdiri 2 logam elektroda stainless steel yaitu anoda dan katoda. Prinsip kerja dari sensor salinitas yang digunakan yaitu menerapkan proses elektrolisis. Peristiwa elektrolisis terjadi ketika arus listrik dialirkan melalui senyawa ionik dan senyawa tersebut mengalami reaksi kimia.
Gambar 13. Rangkaian Sensor Salinitas
2. Perancangan Sensor Kejernihan
Sensor kejernihan air yang digunakan juga merupakan sensor rakitan yang terdiri dari LED sebagai transmitter dan photodioda sebagai receiver. Prinsip kerja dari sensor kejernihan air yang digunakan adalah pemanfaatan sifat yang dimiliki photodioda.
7
3. Rangkaian Power Supply
Rangkaian Power Supply ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan daya pada setiap rangkaian yang terdiri dari rangkaian sensor salinitas, sensor kekeruhan, Arduino dan rangkaian kontroler. Berikut adalah rangkaian yang digunakan pada perangkat peneliti:
Gambar 15. Rangkaian Power Supply
Rangkaian ini terdapat satu buah diode bridge 5A yang berfungsi sebagai penyearah, 1 dioda bridge memiliki persamaan prinsip kerja 4 dioda jenis IN 400X. Trafo yang digunakan adalah Trafo CT (central tab) step down yang memiliki dua pin keluaran 12 V, dua pin keluaran 9 V dan satu buah pin keluaran CT. Kapasitor yang digunakan berfungsi sebagai pengurang tegangan ripple yang dikeluarkan oleh diode bridge. IC LM 7808 digunakan sebagai regulator tegangan 8 V yang akan men-supply daya ke Arduino dan IC LM 7808 digunakan sebagai regulator tegangan 8 V yang akan men-supplay daya ke LCD. Pada rangkaian ini juga dipasang resistor dan LED yang berfungsi sebagai indicator keluaran dari power supply tersebut. .
IV.PENGUJIANSISTEM DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Mikrokontroller Arduino Mega
2560
Gambar 16. Pengujian Arduino Mega 2560 Menggunakan LED dan Multimeter
Tabel 6. Hasil Pengujian Pin Arduino Mega 2560
B. Pengujian Sensor Salinitas dan Kejernihan 1. Kalibrasi Sensor Salinitas
Proses kalibrasi pada sensor salinitas dilakukan menggunakan air laut dan air mineral yang dilarutkan dengan kandungan garam. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan mendapatkan data kalibrasi yang akurat.
Tabel 7. Hasil Kalibrasi Sensor Salinitas No Arduino (V) Salinitas (%) 1 3,40 2,00 2 3,43 2,90 3 3,45 3,20 4 3,47 3,24 5 3,50 3,30 6 3,52 3,34 7 3,55 3,40 8 3,58 3,46 9 3,60 3,50
a. Pengujian Sensor Salinitas
pengujian sensor salinitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sensor dapat bekerja dengan baik atau tidak.
Gambar 19. (a) Pengujian sensor salinitas, (b) Alat Ukur salinitas Luftron
8
Tabel 8. Hasil Pengujian Sensor Salinitas
Perangkat Alat Salinitas Ukur No Yang Salinitas Dirancang Luftron (%) (%) 1 1,42 1,29 2 2,34 2,23 3 2,70 2,82 4 3,20 3,12 5 3,31 3,20 6 3,47 3,36
2.
Kategori Air Pada Sensor Kejernihan Mencari kategori pada sensor kejernihan air dengan menggunakan 6 sampel air yang berbeda. Proses mengkategorikan jenis air dilakukan dengan cara membandingkan tegangan output dari sensor terhadap jenis air yang digunakan. Data dari tegangan output sensor tersebut akan dimasukan ke program mikrokontroller sebagai data pembacaan sensorTabel 9. Hasil Kategori Jenis air Pada Sensor Kejernihan
a. Pengujian Sensor Kejernihan
Pada pengujian sensor kejernihan air, sempel pengujian diambil dari air yang memiliki tingkat kekeruhan berbeda – beda, sehingga dapat mengetahui tingkat sensitivitas sensor terhadap kekeruhan air.
Gambar 21. (a) Hasil Pengujian Sensor kejernihan, (b) Air Pengujian Sensor Kejernihan
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa sensor dapat bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan oleh peneliti.
F. Pengujian Perangkat Secara Keseluruhan Setelah perancangan keseluruhan selesai, maka perlu dilakukan pengujian secara keseluruhan komponen yang telah terangkai sehingga peneliti dapat mengetahui apakah perangkat dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan dan sesuai dengan parameter yang telah ditentukan.
Gambar 26. Pengujian Perangkat Secara Keseluruhan
Pengujian keseluruhan ini menghasilkan sistem kerja yang sesuai dengan rancangan peneliti. Solenoid dan mesin air akan aktif jika parameter kejernihan dan salinitas sesuai dengan standar yang ditentukan. Air yang keruh dan salinitas yang rendah tidak dapat terlewati pada sistem, sehingga air dalam kolam pembenihan ikan akan selalu terjaga.
Berikut merupakan tabel hasil pengukuran menggunakan 3 jenis air yang berbeda kadar salinitasnya: No. Jenis Air Perangkat Salinitas Yang Dirancang (%) Alat Ukur Salinitas Luftron (%) 1. Air laut 3,20 3,31 2. Air payau 1,29 1,42 3. Air sumur 0,00 0,00
a
0
b
0
9
Hasil pengujian membuktikan bahwa menggunakan air laut salt meter luftron memiliki nilai output 3,31% sedangkan perangkat yang dirancang memiliki nilai output 3,20%, Solenoid dan mesin air aktif untuk mengalirkan air bersih. Menggunakan air payau salt meter luftron memiliki nilai output 1,42 sedangkan perangkat yang dirancang memiliki nilai output 1,29, Solenoid tertutup dan mesin air mati sehingga air dengan kadar salinitas yang rendah tidak dapat teraliri pada aquarium. Kesimpulan dari pengujian ini bahwa perangkat yang dirancang memiliki selisih 0,11 hingga 0,13 terhadap salt meter luftron.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan setelah melakukan tahapan – tahapan pengujian terhadap perangkat secara keseluruhan :
1. Simulasi sistem kontrol sirkulasi air dapat dirancang menggunakan Arduino, sensor salinitas, sensor kejernihan dan beberapa komponen tambahan lain seperti mesin pompa air, dan hasil dari pengukuran sensor salinitas dan kejernihann ditampilkan melalui LCD. 2. Sensor salinitas memiliki range pembacaan
2,90 % sampai 3,50 % dan sensor kejernihan akan membaca kualitas air yang melewati sensor.
3. Sistem tidak akan berfungsi apabila air yang melewati sensor salinitas dan sensor kejenihan di luar spesifikasi yang telah di tentukan B.Saran
Pada penelitian ini masih memerlukan pengembangan di masa yang akan datang agar perangkat dapat bekerja dengan optimal dan lebih baik lagi. Berdasarkan hasil pengujian secara keseluruhan peneliti menyarankan beberapa hal yang harus dikembangkan oleh peneliti selanjutnya 1. Simulasi sistem kontrol sirkulasi air dapat dikontrol secara otomatis ataupun manual yang dapat diakses secara online.
2. Menambahkan beberapa sensor yang sesuai dengan parameter kelayakan air budidaya . 3. Penggunaan perangkat tidak hanya digunakan
pada kolam pembibitan saja tetapi dapat diaplikasikan secara luas.
4. Diperlukan penghitungan tingkat akurasi yang tinggi dalam pemilihan sensor yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditiajaya, dan Lestari, A.S. 2009. Monitoring
Kualitas Air oleh Masyarakat,
Environmental Services Program, Jakarta, Indonesia.
Akroma, A. 2013. Rancang Bangun Penguras dan Pengisi Tempat Minum Ternak pada Peternakan Bebek, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang. Alfiannur, M. 2011. Pengatur Kadar Garam pada
Habitat Ikan Laut dengan Menggunakan Kontrol ON-OFF, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro, Semarang. Astari, S. 2014. Kran Air Wudhu’ Otomatis
Berbasis Arduino ATMEGA328, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Ferdinandus, W. 2015. Sistem Pengendali PH pada Pembuatan Air Alkali, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Falentino, B.P., 2015. Perancangan Sistem Akses Keamanan Rumah Berbasis RFID dan Mikrokontroller ATMEGA328P, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Habiansyah, S. 2014. Alat Pendetaksi Kekeruhan Air pada Toren dengan Sensor LDR dan Buzzer Berbasis ATMEGA8535, Fakultas Teknik Informatika, STMIK LPKIA, Bandung.
https://produkinovatif.wordpress.com/2014/07/11/j ual-sensor-konduktivitas-tds-cairan/ (diakses pada jam 10.45 WIB Selasa, 17 November 2015).
http://produkinovatif.wordpress.com/?s=sensor+kej ernihan (diakses pada jam 10.45 WIB selasa, 17 November 2015)
10
http://Arduino.cc/ en/Main/ArduinoBoarMega2560 (diakses pada jam 20.30 WIB Senin, 8 Februari 2016). Arduino
Jasmanindar, Y. 2011. Prevalensi Parasit dan
Penyakit Ikan Air Tawar yang
Dibudidayakan di Kota Kupang, Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Krisdianto, 2015. Perancangan Prototipe Sensor
Radiasi Matahari Menggunakan
Photodiode, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Muzaqi, N.P. 2010. Rancang Bangun Alat
Pengukur Kadar Garam Berbasis
Mikrokontroller AT89S51, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Semarang, Semarang.
Sugama, K. 2013. Pengolahan Pembenihan Kerapu Macam, Kementrian Kelautan dan Perikanan, ACIAR, Jakarta, Indonesia.