• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Muhammadiyah Malang Jalan Raya Tlogo Mas 246, Malang 65144, Indonesia Telepon Penulis: Pos-el:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Muhammadiyah Malang Jalan Raya Tlogo Mas 246, Malang 65144, Indonesia Telepon Penulis: Pos-el:"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME PERTAHANAN DIRI DALAM NOVEL KAKI LANGIT TALUMAE KARYA WISHNU MAHENDRA: KAJIAN PSIKOLOGI

SASTRA*)

(Self-Defence Mechanism in the Novel Entitled Kaki Langit Talumae by Wishnu Mahendra: Literary Psychology Analysis)

Diki Febrianto1 dan Purwati Anggraini2 Universitas Muhammadiyah Malang

Jalan Raya Tlogo Mas 246, Malang 65144, Indonesia Telepon Penulis: +6285745407452

Pos-el: dikifebrianto45@gmail.com

*) Diterima: 6 Januari 2020, Disetujui: 3 Juni 2020 ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan mekanisme pertahanan diri tokoh dalam novel Kaki Langit Talumae karya Wishnu Mahendra ditinjau dari psikoanalisis. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yang memaparkan data melalui kalimat, frasa, klausa. Data dalam metode deskriptif berupa kata maupun kumpulan kata, bukan angka. Sumber data penelitian ini adalah novel Kaki Langt Talumae karya Wishnu Mahendra. Teknik pengumpulan data diawali dengan observasi melalui membaca dan mencatat data yang penting terkait penelitian. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan psikologi sastra Sigmund Freud (mekanisme pertahanan diri). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu, pertama, mengungkap mekanisme pertahanan diri tokoh pada novel Kaki Langit Talumae karya Wishnu Mahendra. Adapun hasil dari penelitian ini bentuk sistem pertahanan diri yaitu, represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, regresi, dan agresi.

Kata Kunci: mekanisme pertahanan diri, psikologi sastra ABSTRACT

The purpose of this research is to describe the self defense mechanism of the characters in the novel Langit Langit Talumae by Wishnu Mahendra in terms of psychoanalysis. The method in this study uses descriptive analysis method, which presents data through kaliamat, phrases, clauses. Data in descriptive methods are words and collections of words, not numbers. The data source of this research is the novel of Kaki Langt Talumae by Wishnu Mahendra. Data collection techniques begin with observation through reading and recording important data related to research. Data analysis techniques in this study used the literature psychology of Sigmund Freud (self defense mechanism). This research use desciptive qualitative approach. The results of this study are, first, to reveal the character's self defense mechanism in the novel Langit Langit Talumae by Wishnu Mahendra. The results of this research form self defense systems namely, repression, sublimation, projection, diversion, rationalization, regression, and aggression.

Keywords: self defense mechanism, psychology of literature PENDAHULUAN

(2)

256 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

PENDAHULUAN

Sastra adalah salah satu objek yang memiliki nilai lebih untuk dikaji. Sastra mengandung makna yang dapat diungkap melalui penjabaran isyarat yang di adaptasi dari kehidupan manusia yang kompleks (Martono, 2016: 87). Oleh karena itu, karya sastra memiliki relasi terhadap kehidupan yang terjadi pada suatu periode. Karya sastra merupakan bentuk perwakilan atau representasi kehidupan manusia di masyarakat, yang dihasilkan secara imajinasi oleh pengarang yang mengacu pada suatu kenyataan. Karya sastra hadir dari perasaan, renungan yang terjadi pada pengarang yang menurutnya menarik dan menjadi perhatian (Turmudzi, 2018: 16). Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri jika karya sastra dianggap sebagai cerminan dari kehidupan. Konteks dalam sebuah karya sastra tidak lepas dari objek yang berupa manusia, meski beberapa mengangkat tokoh hewan, hal ini tidak lepas dari makhluk hidup. Novel sebagai karya sastra dapat dinikmati melalui jalannya cerita, permasalahan, karakter antar tokoh, dan watak antar tokoh yang saling bertolak belakang, yang akan menjadikan jalannya cerita menjadi menarik untuk dinikmati. Hal ini memiliki relasi dengan penyataan Freud dalam (Bertens, 2006: 12) yang menyatakan bahwa psikis seseorang terbentuk dari adanya konflik.

Novel dengan judul Kaki Langit

Talumae karya Wisnu Mahendra

merupakan novel pemenang juara dua lomba novel Seberapa Indonesiakah Dirimu, yang diselenggarakan oleh penerbit Tiga Serangkai. Novel ini

menceritakan perjalanan seorang anak bernama Asdar yang hidup di sebuah desa yang tertinggal. Keinginannya yang besar untuk memajukan tempat tinggalnya, menjadikan Asdar sadar jika dirinya sebagai penerus, ia harus dapat memajukan desa tempat tinggalnya. Keinginannya inilah yang terbentuk dari watak yang dibawakan oleh tokoh Asdar. Dalam hal ini, akan melibatkan psikologi di dalamnya. Oleh karena itu, meski latar belakang pengarang bukanlah seorang psikolog atau dalam berpikir tidak secara psikologi, tetapi suatu karya sastra tetap dapat bernuansa kejiwaan di dalamnya (Endraswara, 2008: 87).

Novel Kaki Langit Talumae memiliki berbagai macam permasalahan yang dihadirkan pengarang di dalamnya. Dalam hal ini, karena karya sastra merupakan karya yang hadir dengan perasaan, pengetahuan, dan situasi yang telah terjadi terhadap pengarang (Piliang, 2018: 164). Permasalahan hadir dan terbentuk dari adanya tokoh yang memiliki watak berbeda di setiap ceritanya. Perilaku tokoh merupakan fenomena dalam sastra yang mengandung kejiwaan (Setyorini, 2017: 145).

Psikologi sastra digunakan untuk mengkaji tokoh khususnya pada aspek perwatakan. Teori psikologi sastra dikembangkan oleh beberapa ilmuan, salah satunya adalah Freud. Freud memiliki pandangan jika manusia terlalu cenderung menggunakan alam bawah sadar. Psikoanalisis sebagai disiplin ilmu dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis memiliki relasi terhadap fungsi dan mental manusia. Teori Freud memiliki konsep

(3)

Mekanisme Pertahanan Diri dalam Novel... (Febrianto dan Anggraini) 257

mekanisme pertahanan diri yang terbagi menjadi sembilan macam bentuk, yaitu, sublimasi, proyeksi, pengalihan, represi, reaksi formasi, rasionalisasi, regresi, agresi, dan apatis (Halifah, 2015: 1—2). Kesembilan bentuk mekanisme pertahanan diri ini menjadi tolak ukur dalam meneliti permasalahan batin tokoh dalam sebuah novel. Selain itu Freud juga menjelaskan tentang naluri (insting) yang merupakan timbulnya rangsangan fisik yang ada pada seseorang sejak lahir (Suryabarata, 2001: 129). Menurut Freud terkait naluri merupakan perwakilan psikologi yang ada sejak bawaan dari eksitasi pada tubuh yang timbul karena kebutuhan untuk pemenuhan terhadap tubuh. Selain itu, naluri akan menghimpun energi psikis jika timbul kebutuhan dan pada saatnya naluri akan mendorong seseorang agar mengambil tindakan yang mengarah pada pemuasan kebutuhan dan dapat mengurangi tegangan yang ditimbulkan psikis (Koswara, 1991: 36).

Teori terkait kepribadian juga dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam (Suprati, 1987: 92). Abraham Maslow memiliki pandangan terkait psikologi sastra yang merupakan tingkatan kebutuhan yang diawali adanya kebutuhan yang mendasar sampai dengan kebutuhan yang utama. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan sosial, fisiologi, rasa aman, dicintai, mencintai, aktualisasi diri, dan harga diri. Wade dan Carole (2007) menjelaskan jika kepribadian yang sehat, mengacu kepada pernyataan Freud yang harus menyetarakan atau menyeimbangkan tiga sistem, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga sistem tersebut

berfungsi sebagai satu kesatuan dan bukan bagian yang terpisah (Hall, 1993: 68). Pada penelitian ini akan berfokus kepada mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri dapat terjadi melalui kondisi yang dihadapi baik secara sadar maupun tidak sadar. Seorang individu yang dikendalikan superego akan menjadi terlalu kaku dan berpedoman kepada moralitas. Hal ini akan berdampak kepada sikap yang memerintah terhadap orang lain maupun bawahanya. Seseorang dengan ego yang tidak baik, akan menjadikan dirinya lemah dan tidak dapat menyeimbangkan kebutuhan. Hal tersebut akan berdampak kepada tugas sosial dan keterbatasan realitas. Sedangkan orang yang didominasi id lebih menekankan implusif dan bersifat individual atau berdiri sendiri. Ketiga unsur yang meliputi id, ego, dan superego menjadi satu kesatuan dalam bekerja sama dengan tujuan membentuk perilaku yang kompleks (Suryabrata, 2002: 145).

Minderop (2013: 49) menjelaskan bahwa tingkah laku manusia ditentukan kecenderungan setiap individu dengan tujuan mencapai sesuatu yang diinginkan supaya hidupnya tercukupi dan sejahtera, sehingga dapat membahagiakan dan memuaskan dirinya. Dapat diartikan jika seorang individu menjadikan kebutuhanya sebagai keharusan, dalam hal ini kebutuhan dasar, dan setelah itu akan memenuhi kebutuhan lainya. Pada dasarnya sebuah upaya yang dilakukan seseorang adalah salah satu bentuk pemenuhan akan kebutuhanya. Oleh karena itu, dalam melancarkan hal tersebut akan dilakukan penyesuaian

(4)

258 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

terhadap lingkungan, baik alam maupun sesama manusia. Proses ini adalah penyesuaian yang dilakukan seseorang, terlepas dari suatu masalah. Tingkah laku dalam menyikapi masalah, memiliki penyelesaian yang berbeda-beda pada setiap individu. Upaya dalam menyikapi hal ini, terkadang akan mengalami kecemasan, tertekan, stres, dan sebuah konflik. Saat merasakan tertekan, cemas, stress, dan konflik, merupakan bagian dari seseorang individu dalam upaya melakukan mekanisme pertahanan diri baik sadar maupun tidak sadar. Oleh karena itu, dapat diketahui suatu mekanisme pertahanan diri yang dimiliki seseorang, berkaitan erat dengan proses penyesuaian yang dilakukan (Alwisol, 2012: 24).

Penelitian yang relevan yaitu oleh Anggraini, (2018) dengan judul

“Representasi Karakter Cinta

Indonesia dalam Novel Kaki Langit

Talumae dan Pengembangannya

sebagai Media Pembelajaran”.

Penelitian tersebut membahas karakter cinta Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh tokoh utama, sebagai bahan pengembangan bahan ajar apresiasi sastra. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu difokuskan kepada teori karakter tokoh utama dalam karya sastra, yang nantinya dapat digunakan untuk media dalam mengembangkan pembelajaran mata kuliah Apresiasi Sastra yang berkarakter. Pembagian subbab dalam penelitian ini meliputi karakter cinta tanah air, karakter kerja keras, karakter demokratis, karakter rasa ingin tahu, karakter menghargai prestasi, karakter tanggung jawab, karakter peduli

sosial, karakter religius dan metode karakterisasinya, karakter kreatif, karakter toleransi, karakter semangat kebangsaan dan karakterisasinya, karakter gemar membaca, karakter cinta damai, dan pengembangan media pembelajaran apresiasi sastra berkarakter yang dilakukan oleh tokoh utama.

Penelitian yang relevan selanjutnya oleh Safitri dan Anggraini, (2019) dengan judul “Dinamika Kesejahteraan Masyarakat dalam Novel Kaki Langit Talumae: Kajian Sosio-kultural”. Penelitian ini menjelaskan

perubahan sosial yang terjadi dan menimbulkan peningkatan maupun penghambatan taraf kesejahteraan masyarakat. Pembahasan difokuskan pada dinamika sosial yang memiliki relasi dengan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat pada umumnya dipengaruhi oleh pola relasi sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, serta kondisi sosial. Dampak dari perubahan sosial budaya masyarakat yaitu karena adanya gerakan yang diambil alih sehingga dapat mempengaruhi kesejahteraan. Hal ini dapat diketahui melalui jumlah penduduk yang tidak terlalu padat, kesehatan dan gizi, pendidikan, tenaga kerja, perumahan dan lingkungan yang baik, kemiskinan yang menurun, dan taraf konsumsi yang baik.

Kedua penelitian tersebut memiliki relasi pada objek kajian, yaitu novel Kaki Langit Talumae, karya Wishnu Mahendra. Penelitian pertama memfokuskan pada karakter tokoh utama sebagai media dalam pembelajaran. Penelitian yang kedua lebih berfokus

(5)

Mekanisme Pertahanan Diri dalam Novel... (Febrianto dan Anggraini) 259

pada sosio kultural masyarakat. Sehingga kedua penelitian tersebut memiliki perbedaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan mengangkat terkait mekanisme pertahanan diri. Hal ini dengan tujuan menambah khazanah pengetahuan.

Fokus penelitian ini yaitu menitikberatkan kepada tokoh dalam novel Kaki Langit Talumae kaitannya dengan mekanisme pertahanan diri Sigmund Freud. Penelitian ini akan mengungkap yaitu, pertama, mekanisme pertahanan diri yang dilakukan tokoh dalam novel Kaki Langit Talumae menurut prespektif Sigmud Freud. Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai pengembangan teori Sigmud Freud (mekanisme pertahanan diri), menjawab dari setiap rumusan masalah, serta sebagai penyempurnaan dan melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, dibutuhan metode penelitian yang dapat mempermudah proses penelitian.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yang memaparkan data melalui kaliamat, frasa, klausa. Data dalam metode deskriptif berupa kata maupun kumpulan kata, bukan angka (Moleong, 2012: 11). Data penelitian ini berupa kata, maupun kumpulan kata, dan paragraf. Sumber data penelitian ini adalah novel Kaki Langt

Talumare karya Wishnu Mahendra.

Pengumpulan data menggunakan teknik simak. Teknik simak bertujuan untuk meninjau, mempelajari, dan memeriksa data melalui observasi dan menulis data yang memiliki relasi dengan sembilan mekanisme

pertahanan diri Sigmund Freud. Teknik analisis data menggunakan psikologi sastra Sigmund Freud, dengan model analisis Miles dan Huberman.

Pada metode analisis ini terdiri dari empat tahap. Pertama,

pengumpulan data atau data collection yang memiliki relasi dengan mekanisme pertahanan diri Sigmund Freud. Kedua, reduksi data atau data

reduction yang dilakukan pada paragraf, kalimat atau kata yang tidak memiliki relasi dengan sistem mekanisme pertahanan diri. Ketiga, tahap penyajian data atau data display yang akan disesuaikan dengan sembilan mekanisme pertahanan diri yang meliputi represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi, dan apatis. Keempat, penarikan/verifikasi kesimpulan atau conclusion drawing, tahap ini sebagai upaya yang dilakukan agar data yang digunakan memiliki kebenaran dan kesesuaian dengan sembilan mekanisme pertahanan diri (Miles & Huberman, 2009).

Rumusan masalah pada kajian ini yaitu bagaimana bentuk mekanisme pertahanan diri tokoh dalam novel Kaki Langit Talumae karya Wishnu Mahendra? Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan mekanisme pertahanan diri (Sigmund Freud) pada tokoh, dalam novel Kaki

Langit Talumae karya Wishnu

Mahendra. Pendekatan dalam penelitian menggunakan deskriptif kualitatif.

(6)

260 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN Mekanisme pertahanan diri atau disebut sebagai defence mechanisms, terjadi karena adanya rangsangan atau dorongan perasaan untuk mencari pengganti objek. Upaya pertahanan diri untuk melindungi diri dari perasaan yang dapat menimbulkan atau memberi kesan menyakitkan (Freud, 1989: 150). Hal ini mirip dengan refleksi yang terjadi ketika stimulus dapat menimbulkan rasa sakit. Mekanisme pertahanan diri terjadi ataupun digunakan saat seseorang sedang dalam keadaan cemas, yang ditimbulkan oleh beberapa faktor dan latar tempat. Oleh karena itu, agar tidak memperbesar ataupun menyelesaikan suatu masalah melalui mekanisme pertahanan diri agar tidak terjadi kecemasan yang ditimbulkan oleh masalah. Minderop (2013: 29) menyatakan bahwa istilah mekanisme pertahanan diri dipilih Freud dengan mengacu pada alam bawa sadar yang mempertahanan terhadap kondisi yang tegang secara berlebihan. Oleh karena itu, mekanisme ini melindungi dari ancaman luar karena adanya implus yang timbul. Mekanisme pertahanan diri yang dikemukakan Freud meliputi represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi, dan apatis. Adapun data dalam penelitian terkait mekanisme pertahanan diri akan dijelaskan sebagai berikut.

Represi (Repression)

Minderop (2013: 33) menyatakan bahwa represi merupakan dorongan keluarnya implus id yang tak terima, dari alam sadar yang kembali ke bawa alam sadar. Represi adalah dasar dari sistem kerja mekanisme pertahanan ego. Tujuan sistem pertahanan diri pada ego yaitu sebagai cara untuk menekan suatu ancaman. Pemindahan atas sebuah ancaman dalam mencegah timbulnya kecemasan, maka perlu dilakukan penyembunyian yang berbentuk lambang yang sesuai atau dapat mewakilinya (Hall, 1993: 87). Dalam posisi ini, ego terancam oleh id, sehingga ego melindungi dirinya melalui represi. Data berikut akan menunjukan represi, yang akan dipaparkan sebagai berikut.

―Aku seharusnya belajar lebih keras agar bisa mendapatkan beasiswa kuliah di kota seperti Tenri. Namun,

apa yang kulakukan? Aku

menghabiskan waktu dengan biasa-biasa saja. Aku tak pernah mengikuti bimbingan yang diberikan guru di luar jam pelajaran sekolah. Aku lebih banyak bermain dan turun ke sawah, seharusnya aku berusaha agar bisa menemani Tenri menuntut ilmu di Kota Makasar.‖ (Mahendra, 2014: 17).

Dorongan implus id yang tidak diterima tokoh Aku ditunjukan pada keinginannya yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di Kota Makasar. Realitanya semasa menjelang kelulusan dan persiapan masuk perguruan tinggi, tokoh aku banyak menghabiskan waktunya untuk pergi ke sawah dan setiap ada jam pelajaran tambahan di luar kegiatan belajar mengajar tak pernah ia ikuti.

(7)

Mekanisme Pertahanan Diri dalam Novel... (Febrianto dan Anggraini) 261

Dalam tahap ini mengacu pada prinsip id sebagai energi psikis dan dorongan hati yang menekankan alam bawah sadar yang tidak sesuai dengan realita.

―Atau mungkin aku akan meminta bapak agar mmenyekolahkanku di Kota Makasar? Rasanya tidak mungkin, karena untuk biaya sehari-hari dengan pengobatan bapak saja sudah berat. Lagi pula siapa yang kelak akan menjaga bapak jika aku pergi? Aku dan bapak hanya hidup berdua. Ibu telah wafat sejak aku masih duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. Semua pernyataan batin yang aku lontarkan seakan terjawab oleh hati kecilku sendiri. Faktanya toh aku harus bersikap rasional.‖ (Mahendra, 2014: 17).

Data di atas menunjukkan psikis dan naluri tokoh Aku menekankan akan kebutuhan pendidikan yang ingin digapainya. Tetapi, ego melalui prinsip kenyataan, mampu menggantikan kesenangan id yang diwakili pernyataan batin sehingga ego mempertimbangkan apakah ego dapat memuaskan diri.

―Aku bisa memahami apa yang dirasakan Reza, memendam impian karena keadaan. Mirip denganku, namun bedanya ia tak dapat

mewujudkan mimpinya karena

desakan orang tua, sedangkan aku

karena keterbatasan biaya.‖

(Mahendra, 2014: 73).

Melihat represi melalui data di atas menunjukan mekanisme pertahanan ego yang dikendalikan oleh fakta atau reality

principle. Faktanya keadaan menjadi

keterbatasan dan sebagai penghalang

bagi tokoh Aku dan Reza untuk mewujudkan mimpinya. Jika Reza memiliki keterbatasan pada orang tuanya, sedangkan tokoh Aku keterbatasan pada biaya. Hal ini disadari oleh keduanya dan terjadi karena implus id yang tidak diterima.

―Mimpiku adalah bisa menjadi seperti Haji Haeruddin, yang menjadi pengusaha sukses, memiliki kios yang banyak untuk berdagang, memiliki supermarket, hotel, dan restoran mewah. (Mahendra, 2014: 22).

Id pada tokoh Aku terdapat pada alam bawah sadar. Hal ini karena alam bawah sadar tidak memiliki hubungan dengan kenyataan atau realita. Alam bawah sadar tokoh Aku dengan segala mimpi-mimpinya yang ingin seperti Haji Haeruddin. Tetapi melihat kenyataannya, jauh dari kondisi Haji Haeruddin yang serba berkecukupan. Hal ini terjadi karena ancaman ego oleh id, sehingga ego melindungi dirinya melalui represi yang diungkap melalui mimpi-mimpi tokoh Aku.

Sublimasi

Sublimasi merupakan bentuk pengalihan (Minderop, 2013: 34). Terjadinya sublimasi karena adanya tindakan yang memberi manfaat secara sosial yang menggantikan rasa nyaman. Mekanisme ini dapat diterima oleh individu maupun kelompok sosial. Kaitannya dengan represi adalah cara mengganti ke suatu hal yang dapat diterima, baik secara sosial maupun kultural.

(8)

262 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

―Malam ini aku memilih

menghabiskan waktu di gubuk kayu tepi sawah. Hujan telah usai, berganti orkestra binatang malam. Nyanyian katak dan siulan jangkrik memecah heningnya malam. Angin berhembus pelan menghantam tubuhku. Aku terkulai lemas dalam gubuk kayu. pandanganku membelah langit hitam, memikirkan bagaimana kepergian Tenri. Bagaimana agar aku tak merasa sangat kehilangannya? Apa aku pun harus berjuang agar bisa ikut mengenyam pendidikan di Kota Makassar? Jika bicara perjuangan, seharusnya telah aku lakukan sejak masih sekolah.‖ (Mahendra, 2014: 1617).

Mekanisme pertahanan diri sublimasi menujukan pengalihan terhadap sesuatu yang membuat tokoh Aku menjadi sedih. Kepergian kedua temanya menjadi pukulan bagi tokoh Aku. Oleh karena itu, kesedihan yang melanda tokoh Aku membuat ia menghabiskan waktu di gubuk tepi sawah. Hal tersebut bertujuan menciptakan rasa nyaman.

―Aku punya kehidupan sendiri, aku juga punya mimpi besar yang harus aku perjuangkan meski hamparan realitas menari di hadapanku. Mimpi akan menjadi semakin sulit jika aku terus berkutat pada perasaan yang aku pun tak tahu apakah akan berakhir indah atau justru sebaliknya, akan menjadi kesedihan tanpa akhir. Aku memiliki seorang bapak yang harus aku perjuangkan kesehatannya, aku harus bekerja keras di sawah membantu bapak demi semangkuk nasi dan lauk pauk. Aku harus menabung sedikit demi sedikit agar mendapatkan modal untuk membuat

usaha. Hanya dengan memiliki usaha, kehidupanku dengan bapak akan sedikit membaik. Apa itu perasaan? Hanya membuatku lemah, hanya membuatku terbuai dalam indahnya imajinasi semu.‖ (Mahendra, 2014: 4344).

Pengalihan situasi yang menjadikan tokoh Aku tertekan dengan keadaan percintaannya dilakukan dengan mengalihkan segala perasan sedih itu kepada kondisi orang tua salah satunya, yaitu bapaknya. Kesedihannya dialihkan kepada bagaimana ia akan menyongsong kehidupan yang akan datang, bagaimana ia akan merawat bapaknya yang tengah sakit, bagaimana ia harus mendapatkan modal untuk mengubah perekonomian keluarganya. Tindakan yang dilakukan tokoh Aku mengarah pada tindakan yang bermanfaat dan secara sosial menguatkan dan menimbulkan rasa nyaman. Dalam hal ini dapat diterima secara kultural maupun sosial.

Proyeksi

Proyeksi yaitu pemindahan sifat-sifat yang tidak diinginkan atau disenanginya kepada orang lain dengan mengurangi ketegangan dan alasan-alasan yang sebenarnya pura-pura mempertahankan diri agar dalam posisi aman, misalnya pada sikap kasar terhadap orang lain. Kita sadar bahwa sikap itu tidak pantas untuk dilakukan, tetapi sikap tersebut diberi alasan sehingga seseorang yang mendapatkan sikap kasar tersebut memang pantas memperolehnya.

(9)

Mekanisme Pertahanan Diri dalam Novel... (Febrianto dan Anggraini) 263 ―Perlahan aku membuka mata.

Samar-samar kulihat seorang pria tambun dengan kemeja berwarna oranye telah berdiri dihadapanku. Aku mencoba mengenali wajah pria tersebut. "Maaf Pak Jarot, sejak turun dari kapal dia memang tampak kurang sehat," kudengar Anto berujar pelan. Ah gak ada alasan! pekerjaannya belum selesai, jika besok masih sakit lebih baik pulangkan saja ke kampungnya!" Pak Jarot membentak. Aku mencoba sekuat tenaga untuk bangkit begitu mendengar suara tersebut. Ternyata suara tersebut adalah suara Pak Jarot. (Mahendra, 2014: 189).

Sifat yang ditunjukkan oleh tokoh Pak Jarot menunjukkan sikap yang tidak disenangi, melihat tokoh Aku dengan kondisi sakitnya yang menghambat pekerjaan di tempat Pak Jarot bekerja. Sikap Pak Jarot tersebut memang tidak pantas untuk dilakukan karena tidak sesuai dengan kondisi yang saat itu terjadi, yaitu tokoh Aku baru saja sampai di tempat kerja Pak Jarot. Sikap seperti ini dilakukan Pak Jarot terhadap karyawannya, hal ini dibuktikan melalui data sebagai berikut.

Sesampainya di ruangan Pak Jarot, aku pun tertunduk dan tidak berani berkata-kata. "Kamu ini bagaimana? Bisa kerja tidak! Kamu ingin kerja atau main-main! Kalau main-main, pulang saja sana ke kampung!" bentak Pak Jarot dengan suara yang menggelegar. "Maaf Pak, tadi saya membantu Anto mengambil pupuk," aku menjawab sebisa mungkin. "Pekerjaan saja belum beres malah keluyuran! Kamu masih baru di sini, saya bisa memecatmu jika terus melakukan kesalahan. Jangan

macam-macam dengan saya!" (Mahendra, 2014: 195).

Sifat yang terkesan antagonis dilakukan oleh Pak Jarot terhadap tokoh Aku. Alasan yang menjadikan Pak Jarot nyaman ketika karyawannya bekerja yang sesuai dengan apa yang ia inginkan. Hal itu terjadi ketika tokoh Aku membantu salah satu temannya. Meski ia mengelak, tetapi penyataan Pak Jarot benar, karena tujuan tokoh Aku untuk bekerja di kebun karet yang dipimpin Pak Jarot. Tetapi sifat tersebut seharusnya dilakukan dengan cara yang baik, tanpa adanya bentakan yang menjadikan kesan kurang baik dalam bertutur.

Salah seorang pekerja memeriksa luka Pak Arfan dan meneteskan obat luka serta membalutnya dengan perban. "Dia ini bekerja kurang ajar pak, dia duluan yang menyerang saya!" jelas Pak Jarot pada petugas kepolisian. "Dia yang kurang ajar pak, upaha saya di potong lagi tanpa sebab. Selama ini saya sudah cukup sabar. Tapi dia semakin kurang ajar! Bayangkan saja Pak! Upah saya dipotong sampai 60 persen. Gimana nanti anak istri saya Pak!" balas Pak Arman. (Mahendra, 2014: 204).

Pemindahan sifat yang tidak diinginkan dilakukan oleh Pak Arfan kepada Pak Jarot. Hal ini terjadi ketika pemotongan gaji Pak Arfan yang dilakukan Pak Jarot secara terus menerus hingga mencapai 60 persen. Sikap perlawanan yang dilakukan Pak Arfan dengan tujuan mengurangi ketegangan agar gajinya tidak dipotong tanpa alasan. Sikap itu pantas dilakukan Pak Arfan, melihat

(10)

264 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

perlakuan yang tidak menyenangkan Pak Jarot yang dilakukan secara terus menerus. Sehingga sikap kasar seperti ini memang pantas diterima Pak Jarot sebagai konsekuensi dari perbuatannya selama ini.

Pengalihan (Displacement)

Pengalihan merupakan perpindahan terhadap perasaan tidak senang terhadap suatu objek ke pada objek lainya yang memiliki peluang (Minderop, 2013: 35). Implus agresif yang dapat digantikan sebagai sesuatu yang negatif, terhadap suatu objek. Meski objek itu bukan salah satu penyebab frustasi, namun lebih sesuai untuk dijadikan objek.

Aku memiliki seorang bapak yang harus aku perjuangkan kesehatannya, aku harus bekerja keras di sawah membantu bapak demi semangkuk nasi dan lauk pauk. Aku harus menabung sedikit demi sedikit agar mendapatkan modal untuk membuat usaha. Hanya dengan memiliki usaha, kehidupanku dengan bapak akan sedikit membaik. Apa itu perasaan? Hanya membuatku lemah, hanya membuatku terbuai dalam indahnya imajinasi semu.‖ (Mahendra, 2014: 44).

Perpindahan terhadap apa yang tidak menyenangkan pada perasaan sedih yang menimpa tokoh Aku. Keadaan tersebut menjadikan implus agresif digantikan pada sebuah objek. Objek yang terdapat pada data di atas yaitu pada keluarga. Perasaannya sedih yang tidak menyenangkan tokoh utama digantikan objeknya yaitu keluarga.

Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi pada intinya memiliki tujuan yaitu. Pertama, agar dapat mengurangi rasa kecewa yang berlebihan ketika gagal dalam mencapai sesuatu.

Kedua, memberikan pola yang sesuai

atau dapat diterima dan kepentingan sebagai alasan (Minderop, 2013: 35). Rasionalisasi terjadi akibat pola nyata dari perilaku seseorang tidak sesuai atau tidak dapat diterima oleh ego. Pola nyata tersebut berubah dan digantikan oleh pola pengganti dengan tujuan sebagai pembenaran.

―Aku tersentak mendengar ucapan Irdan, memang jika perasaan ini bisa saja sudah sewajarnya aku bersikap seperti Irdan. Sewajarnya aku merasa senang dengan kepergian Tenri untuk menuntut ilmu di Kota Makassar, tak pantas jika harus bersedih. Aku mengalihkan pembicaraan, sedikit ada perasaan takut jika Irdan menemukan penyebab dari makna `bersedih` yang aku lontarkan tadi.‖ (Mahendra, 2014: 48).

Data di atas menunjukkan usaha tokoh aku dalam mengurangi rasa kecewanya terhadap kepergian Tenri. Hal ini didukung oleh pernyataan Irdan yang merasa senang jika kepergian Tenri untuk menuntut ilmu. Kegagalan ditunjukkan tokoh Aku karena tidak dapat menemani Tenri untuk melanjutkan studinya di Kota Makasar.

―Aku mencoba sekuat tenaga untuk bangkit begitu mendengar suara tersebut. Ternyata suara tersebut adalah suara Pak Jarot. Aku

(11)

Mekanisme Pertahanan Diri dalam Novel... (Febrianto dan Anggraini) 265 memegang sisi bangsal, berusaha

untuk bangun sekuat tenaga. Namun tubuhku sangat lemas, aku pun tak mampu mengeluarkan kata-kata. Bahkan untuk mengucap kata maaf pun aku tak bisa. Perempuan tua

menahan bahuku, Ia seperti

memintaku untuk tetap berbaring.‖ (Mahendra, 2014: 189).

Dalam mengurangi rasa kecewa akibat kondisinya yang lemah, tokoh Aku berusaha bangkit dari tidurnya dan ingin meminta maaf. Hal ini membentuk pola yang diterima Pak Jarot dengan pernyataan jika besok tidak membaik, lebih baik kembali ke kampung. Perilaku tokoh utama pada dasarnya tidak dapat diterima oleh ego, karena posisinya sedang bekerja. Tetapi kondisinya memang tidak membaik dan menuntut untuk istirahat.

―Dia ini pekerja kurang ajar pak, dia duluan yang menyerang saya. Jelas

pak jarot kepada petugas

kepolisian. Dia yang kurang ajar pak, upah saya dipotong lagi tanpa sebab. Selama ini saya sudah cukup sabar. Tapi dia semakin kurang ajar! Bayangkan saja Pak! Upah saya dipotong sampai 60 persen. Gimana anak istri saya Pak! Balas Pak Arfan.‖ (Mahendra, 2014: 204).

Dalam mengurangi rasa kecewanya, Pak Arfan melakukan pertentangan kepada Pak Jarot. Hal ini dilakukan karena Pak Arfan gagal mendapatkan gaji yang utuh, karena Pak Jarot kepala di tempat Pak Arfan bekerja telah memotong gajinya. Hal ini membentuk pola yang sesuai dan memang harus dilakukan Pak Arfan

karena perlakuan Pak Jarot yang tidak menyenangkan. Perilaku seperti ini tidak dapat diterima oleh ego, dan pola tersebut digantikan yang berupa perlawanan dengan tujuan kebenaran.

“Anto yang Berdiri di sampingku mengacungkan jarinya. Secara

refleks aku pun ikut

mengacungkan jari, beberapa pekerja pun kemudian secara

bersamaan menyatakan siap

menjadi saksi. Pak Jarot

memandangi kami satu persatu dengan wajah geram. Terbayang dalam benak ku Pak Jarot akan memarahi kami bahkan mungkin

memecat kami karena

memberikan kesaksian, tetapi toh jika jumlah kami banyak tentu ia tak berani memecat. Inilah kesempatanku untuk membuka semua perbuatan buruk Pak Jarot, aku akan beberkan semua di kantor polisi. (Mahendra, 2014: 205).

Rasionalisasi yang ditunjukkan data di atas yaitu upaya dalam mengurangi rasa kecewa yang dilakukan tokoh Anto, Asdar, dan karyawan, terhadap Pak Jarot. Hal ini membentuk pola nyata yang terbentuk dari perilaku seorang Pak Jarot yang tidak dapat diterima oleh ego tokoh Anto, Asdar, dan karyawan, karena mendapatkan perilaku atau perlakuan yang kurang baik dari Pak Jarot.

Regresi

Terdapat dua jenis mengenai regresi.

Pertama, regresi atau retrogressive behavior, merupakan suatu perilaku yang

(12)

266 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

kecil, seperti menangis, manja, dan meminta perhatian orang lain. Hal ini dilakukan agar mendapat rasa nyaman.

Kedua, regresi atau dengan istilah primitivation, atau diartikan sebagai

tingkah laku yang tidak berbudaya, yang dilakukan oleh orang dewasa. Tindakan orang dalam hal ini akan mengacu pada tingkah laku yang kehilangan kontrol, sehingga akan menjadikan perkelahian tanpa mempertimbangkan segala sesuatunya terlebih dahulu (Minderop, 2013: 38).

―Sesampainya di kantor, kami

mendapati dua orang sedang

berkumpul dan mengeluarkan kata-kata kasar. Pak Jarot dan Pak Arfan saling beradu kekuatan dalam

gelapnya malam, meskipun

sebenarnya pertarungan tersebut sangatlah tidak seimbang karena tubuh Pak Arfan jauh lebih kecil dibandingkan Pak Jarot. Aku memilih menarik tubuh Pak Arfan, sedangkan

pekerja lainnya mengamankan

amukan Pak Jarot. Saat menyentuh tubuh Pak Arfan, aku merasakan ada darah segar memenuhi telapak tanganku, Pak Arfan terluka. Meski begitu Ia tetap meronta-ronta penuh emosi, mulutnya tak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata kasar.‖ (Mahendra, 2014: 203).

Data di atas menunjukkan jenis regresi yang kedua atau primitivation. Regresi ini diartikan sebagai tingkah laku yang bukan bagian dari budaya atau kebiasaan, yang dilakukan orang dewasa. Tingkah laku yang tidak berbudaya tersebut dilakukan oleh tokoh Pak Jarot dan Pak Arfan yang sedang beradu. Keduanya termasuk orang dewasa,

karena telah bekerja dan sudah berumur. Perilaku keduanya adalah akibat dari kehilangan kontrol diri, sehingga mengakibatkan pertengkaran antara keduanya, tanpa mempertimbangan dampak yang akan terjadi dari adanya perkelahian tersebut.

Agresi

Agresi merupakan bentuk perasaan marah yang memiliki kaitan yang erat dengan kegelisahan dan ketegangan, yang mengacu pada penyerangan dan pemberontakan (Hilgard dalam Minderop, 2013: 39—39). Agresi dapat dibedakan menjadi. Pertama, agresi langsung (direct aggression), merupakan agresi yang ditunjukkan secara langsung terhadap segala sesuatu yang sebagai sumber dari kekecewaan. Pada orang dewasa bentuk agresi diluapkan dengan menggunakan verba, tidak dengan fisikal. Kedua, agresi pengalihan (dislaced aggression), yang merupakan bentuk kekecewaan yang dialami seseorang, dan tidak dapat diluapkan secara keseluruhan terhadap sumber kekecewaan tersebut. Hal ini terjadi karena sumber kekecewaan tersebut tidak jelas. Seseorang yang mengalami kekecewaan, tidak tahu kemana ia harus meluapkan rasa kecewanya.

"Lepaskan saya! Saya mau buat perhitungan dengannya! Lepaskan sayaaa!" Pak Arfan berteriak-teriak menakutkan. Sangat kontras dengan

postur tubuhnya yang kecil.

"Sabar... sabarrr Pak Arfan." Aku terus mencoba menenangkan Pak

(13)

Mekanisme Pertahanan Diri dalam Novel... (Febrianto dan Anggraini) 267 Arfan yang semakin tak terkendali.

(Mahendra, 2014: 204).

Perasaan marah yang dilakukan Pak Arfan merupakan bentuk meluapkan perasaan marah terhadap Pak Jarot. Adanya permasalahan, menjadikan timbulnya ketegangan di antara kedua tokoh. Jenis agresi data di atas termasuk agresi langsung (direct

aggression) yang dilakukan secara

langsung oleh Pak Arfan terhadap sumber kekecewaannya yaitu Pak Jarot.

―Anto yang Berdiri di sampingku mengacungkan jarinya. Secara

refleks aku pun ikut

mengacungkan jari, beberapa pekerja pun kemudian secara

bersamaan menyatakan siap

menjadi saksi. Pak Jarot

memandangi kami satu persatu dengan wajah geram. Terbayang dalam benak ku Pak Jarot akan memarahi kami bahkan mungkin

memecat kami karena

memberikan kesaksian, tetapi toh jika jumlah kami banyak tentu ia tak berani memecat. Inilah kesempatanku untuk membuka semua perbuatan buruk Pak Jarot, aku akan beberkan semua di kantor polisi. (Mahendra, 2014: 205).

Kesaksian Anto, Asdar, dan karyawan lainya menimbulkan kegelisahan terhadap tokoh Pak Jarot. Perasaan marah ditunjukkan melalui ekspresi Pak Jarot yang menatap orang-orang yang akan memberikan kesaksiannya di kantor polisi. Agresi data di atas termasuk dalam agresi langsung atau

direct aggression, karena kegelisahan

dan perasaan marah ditunjukkan secara langsung terhadap sumber kekecewaan. Kegelisahan dapat dilihat dari Pak Jarot sehingga menjadikannya kecewa terhadap sumber kekecewaannya, yaitu pernyataan karyawannya.

―Sesampainya di kantor polisi, kami pun memberikan kesaksian satu persatu. Kami merasa yakin bahwa kali ini kami akhirnya dapat menegakkan kembali kebenaran dan keadilan sosial yang telah lama kami idam-idamkan. "Upah saya sering di potong Pak, padahal saya tidak membolos atau berbuat salah," jelasku mantap saat berada di kantor polisi. "Kami juga Pak!"

seru para pekerja hampir

bersamaan. Suasana yang semula

tenang pun mulai gaduh.‖

(Mahendra, 2014: 206).

Agresi ditunjukkan dengan kesaksian setiap karyawan yang memiliki masalah terhadap Pak Jarot ketika di kantor polisi. Hal ini menjadikan kesempatan untuk meluapkan kegelisahan yang selama ini dirasakan oleh karyawan. Agresi pada data di atas termasuk dalam agresi yang dilakukan secara langsung atau direct

aggression.

"Waahh, Bapak melanggar peraturan pemerintah kalau begitu. Bapak bisa terkena pasal pelanggaran UU ketenagakerjaan." Kata pak polisi dengan santai. Tampaknya polisi tersebut berpangkat tinggi. Pak Jarot hanya terdiam, sesekali ia tertunduk kalah. Selama berada di ruang

(14)

268 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020 interogasi, Pak Jarot hanya membisu

seperti patung. Beberapa saat

kemudian kami pun diminta

meninggalkan kantor polisi dan datang kembali keesokan harinya dengan membawa bukti perihal upah pekerja yang sering dipotong Pak Jarot." (Mahendra, 2014: 206).

Sumber kekecewaan Pak Jarot menurut data di atas karena penyataan polisi yang menyatakan bahwa Pak Jarot telah melanggar UU ketenagakerjaan. Perasaan marah dan kesal terlihat melalui ekspresi Pak Jarot, setelah mendengarkan kesaksian karyawannya kepada polisi. Agresi ini adalah agresi yang dilakukan secara langsung.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di dalam penelitian ini, bentuk mekanisme pertahanan diri yang terdapat di dalam novel Kaki Langit

Talumae karya Wishnu Mahendra

yaitu represi (repression), sublimasi, proyeksi, pengalihan (displacement), rasionalisasi, regresi, dan agresi.

Adapun tokoh yang melakukan pertahanan dirinya yaitu. 1) Mekanisme pertahanan diri secara represi ditunjukan oleh tokoh utama yaitu Asdar yang memiliki harapan atau keinginan yang terbatas oleh realita kehidupannya. 2) Sublimasi dibawakan oleh tokoh Asdar yang mengalihkan suatu kondisi yang tidak menyenangkan atau kondisi yang membuatnya merasakan kesedihan. Pengalihan rasa keadaan percintaannya karena ditinggal Tenri.

Dia mengalihkan kepada keluarganya agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi. 3) Proyeksi, didominasi dilakukan oleh tokoh Pak Jarot dan Asdar. Proyeksi yang dilakukan Pak Jarot adalah salah satu bentuk proyeksi yang tidak diinginkan. Hal ini berbanding terbalik dengan proyeksi yang dilakukan tokoh Asdar. 4) Pengalihan, terjadi pada tokoh Asdar terhadap apa yang tidak menyenangkan atau perasaan sedih yang menimpa tokoh. Oleh karena itu, dalam hal ini dijadikan implus agresif yang digantikan pada suatu objek yang membuat dirinya menjadi senang. 5) Rasionalisasi yang terjadi pada Asdar yaitu dengan mengurangi rasa kecewa terhadap kepergian Tenri. Hal ini didorong atas hadirnya tokoh Irdan yang memotivasi Asdar. Pada tokoh Pak Arfan yang mengurangi rasa kecewanya terhadap Pak Jarot dengan cara memberontak. 6) Regresi, mekanisme pertahanan diri dengan regresi menunjukan jenis kedua, yaitu regresi primitivation yang merupakan bentuk dari perilaku yang tidak berbudaya. Hal ini dilakukan tokoh Pak Jarot. 7) Agresi atau bentuk sikap marah yang dilakukan Pak Arfan terhadap Pak Jarot. Peristiwa ini terjadi karena adanya permasalahan antara atasan dan bawahan, sehingga menimbulkan ketegangan di antara kedua tokoh.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2012). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM

Press.

(15)

Mekanisme Pertahanan Diri dalam Novel... (Febrianto dan Anggraini) 269

Karakter Cinta Indonesia dalam Novel Kaki Langit Talumae dan Pengembangannya sebagai Media Pembelajaran. Jurnal Bahasa,

Sastra dan Pembelajarannya,

Volume 8, Nomor 1: 1–14, Tahun 2018.

Bertens, K. (2006). Psikoanalisis

Sigmund Freud. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, S. (2008). Metode

Penelitian Psikologi Sastra:

Teori, Langkah, dan

Penerapanya. Yogyakarta: Med

Press.

Freud, S. (1989). The Psychopathology of Everyday Life. New York: WW Norton &

Company.

Halifah, N. (2015). Mekanisme Pertahanan dan Konflik dalam Novel Lentera Mustika Karya Nisah Haron. Jurnal Bahasantodea, Volume 3, Nomor

1: 1–11, Tahun 2015.

Hall, C. S. dan G. L. (1993). Psikologi

Kepribadian 1 Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Kanisius.

Koswara, A. (1991). Teori-Teori

Kepribadian. Bandung: Eresco.

Mahendra Wishnu. (2014). Kaki

Langit Talumae. Solo: Metamind

Solo.

Martono, Ningrum, Helvy Tiana Rosa, dan G. G. A. (2016). Mekanisme Pertahanan Ego pada Tokoh Transgender dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Suatu Kajian Psikologi Sastra.

Arkhais, Volume 7, Nomor 2:

87–92, Tahun 2016.

Miles dan Huberman. (2009). Analisis

data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Minderop, A. (2013). Psikologi Sastra

Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI Jakarta.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja.

Piliang, W. S. H. (2018). Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh Sentral dalam Antologi Cerpen ―Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek‖ Karya Djenar Maesa Ayu (Kajian Psikologi Sastra).

PeKA: Jurnal Pendidikan

Ekonomi Akutansi FKIP UIR,

Volume 6, Nomor 2: 164–170, Tahun 2018.

Safitri, V. N. dan Anggraini, P. (2019). Dinamika Kesejahteraan Masyarakat dalam Novel Kaki Langit Talumae: Kajian Sosio-Kultural. Jurnal Kata: Penelitian

Tentang Ilmu Bahasa Dan Sastra,

Volume 3, Nomor 2: 178–193,

Tahun 2019.

https://doi.org/10.22216/jk.v3i2.4 498

Setyorini, R. (2017). Analisis Kepribadian Tokoh Marni Kajian Psikologi Sigmund Freud dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari. Kajian Lingistik Dan

Sastra, Volume 2, Nomor 1: 12–

24, Tahun 2017.

Suprati, A. (1987). Psikologi Humanistik Abraham Maslow.

Yogyakarta: Percetakan Kanisius Yogyakarta.

(16)

270 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020 Kepribadian. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

____________. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo

Perkasa Rajawali.

Turmudzi, M. I. (2018). Kajian Psikoanalisis Cerpen ―Aku Kesepian Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian‖ Karya Seno Gumira Ajidarma.

Alayasastra, Volume 14, Nomor

1: 15–27, Tahun 2018. https://doi.org/10.36567/aly.v14i 1.158

Wade, Carole, and C. T. (2007).

Psikologi (Jilid 2). Jakarta:

Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah model prediksi kebangkrutan, leverage, opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

Alasan pemilihan judul “Fotografi Desain” tidak lain adalah upaya fleksibilitas konten dalam memberikan gambaran bahwa karya fotografi di sini merupakan karya

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.Aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kualitas pelayanan cuci mobil hidrolik Jitas Thoro (2) kepercayaan konsumen cuci mobil hidrolik Jitas Thoro (3) pengaruh kualitas

Secara khusus, objektif kajian ini adalah mengaplikasikan Mapinfo dalam menentukan sempadan tadahan Sungai Sembrong dan membangunkan pangkalan data fizikal tadahan Sungai

Hal ini didukung oleh Tabel 1 dan 2, yaitu pertum- buhan vegetatif tanaman yang merupakan komponen bobot brangkasan berbeda tidak nyata, demikian juga Tabel 3 yang menam-

1. Sebagian besar petani responden Desa Citarik berumur produktif, tamat SD, sedikitnya pernah mendapatkan pelatihan pertanian setiap tahunnya, cukup berpengalaman

Untuk menyelesaikan permasalahan optimasi mengenai manajemen alokasi gas injeksi pada sumur gas lift, diperlukan hubungan antara laju injeksi gas terhadap laju produksi minyak