• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH HARGA EMAS, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN PENDAPATAN PEGADAIAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT GADAI PT PEGADAIAN INDONESIA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH HARGA EMAS, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN PENDAPATAN PEGADAIAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT GADAI PT PEGADAIAN INDONESIA TAHUN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HARGA EMAS, INFLASI, SUKU BUNGA,

DAN PENDAPATAN PEGADAIAN TERHADAP

PENYALURAN KREDIT GADAI PT PEGADAIAN

INDONESIA TAHUN 2011-2020

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Widya Pertiwi

175020400111011

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

PENGARUH HARGA EMAS, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN

PENDAPATAN PEGADAIAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT

GADAI PT PEGADAIAN INDONESIA TAHUN 2011-2020

Widya Pertiwi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: widyapertiwi28@gmail.com

ABSTRAK

Pegadaian hadir sebagai salah satu institusi keuangan yang menawarkan jasa kredit pembiayaan bagi masyarakat yang memerlukan bantuan pendanaan dengan sistem gadai(berorientasi pada barang jaminan). Salah satu produk kredit pembiayaan utama pada Pegadaian adalah produk Kredit Cepat Aman (KCA). Dalam penyalurannya, kredit KCA dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi pergerakan suku bunga Pegadaian dan pendapatan Pegadaian. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi perekonomian, seperti harga emas pasar dan inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga emas, inflasi, suku bunga, dan pendapatan Pegadaian terhadap penyaluran kredit Pegadaian pada tahun 2011-2020. Data penelitian merupakan data sekunder terkait variabel-variabel penelitian yang diperoleh melalui publikasi BPS dan laporan keuangan Pegadaian. Metode analisis menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga emas dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Pegadaian, sedangkan variabel suku bunga dan pendapatan Pegadaian tidak berpengaruh signifikan parsial terhadap penyaluran kredit Pegadaian. Namun, secara simultan seluruh variabel berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Pegadaian.

Kata kunci: Pegadaian, Kredit, Harga emas, Inflasi, Suku bunga, Pendapatan

A. PENDAHULUAN

Pada saat bergejolaknya kebutuhan masyarakat dan kondisi perekonomian Indonesia, membuat masyarakat dan para pelaku usaha mulai mencari cara lain untuk mendapatkan dana modal usaha maupun konsumsi pribadi (Arumingtyas et al., 2020). Salah satu jalan yang biasa dilakukan masyarakat untuk mendapatkan tambahan dana adalah dengan menjual barang berharga atau melakukan pengajuan kredit pinjaman kepada bank maupun pinjaman dalam sistem gadai. Pegadaian hadir menjadi salah satu lembaga keuangan yang menawarkan jasa kredit pinjaman dengan berorientasi pada barang jaminan (Aziz, 2013).

Produk Kredit Cepat Aman (KCA) menjadi salah satu jenis produk pembiayaan yang paling banyak diakses nasabah. Dalam pengajuannya, jenis barang jaminan paling umum diserahkan nasabah adalah berupa emas (perhiasan), sebesar 97% dari total seluruh barang jaminan (Pegadaian, A.R, 2017:613). Sehingga, Pegadaian secara rutin melakukan monitoring ketat terhadap pergerakan harga emas pasar Indonesia, karena dapat berpengaruh pada jumlah taksiran barang jaminan gadai, jumlah kredit yang disalurkan, tingkat Non Performing Loan (NPL), hingga perilaku nasabah dalam bertransaksi menggunakan emas (Pegadaian, A.R, 2019:135).

Pada dasarnya ada beberapa faktor internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi penyaluran kredit Pegadaian. Dari sisi internal, Pendapatan yang diperoleh dari nasabah dapat menambah pemasukan bagi Pegadaian dan akan mempengaruhi pada sisi ketersediaan dana untuk disalurkan dalam bentuk pinjaman lebih banyak (M. B. E. Putra & Rivandi, 2018). Sedangkan sewa modal/bunga menjadi biaya yang dikenakan kepada nasabah kredit gadai sebagai biaya atas pinjaman yang diterimanya (Aziz, 2013).

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan juga dihadapi dengan persoalan yang berasal dari luar lingkup perusahaan. Faktor eksternal yang harus diperhatikan tersebut terkait kondisi perekonomian, seperti tingkat inflasi (Murtadho et al., 2016). Gejolak inflasi menjadikan

(3)

masyarakat membutuhkan lebih banyak dana guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan mulai memikirkan mencari sumber pendanaan lain, salah satunya dapat melalui pengajuan kredit pinjaman (Arumingtyas et al., 2020).

Sebagian besar penelitian sebelumnya yang ditemukan terkait topik ini, dilakukan pada lingkup pembiayaan syariah (Pegadaian Syariah), yaitu pembiayaan Rahn. Penelitian ini memfokuskan pada jenis Kredit Cepat Aman (KCA) di segmen konvensional. Adanya hasil temuan yang berbeda-beda pada penelitian sebelumnya, menjadikan penelitian ini dilakukan guna mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pergerakan harga emas, tingkat inflasi indonesia, tingkat bunga Pegadaian, serta jumlah pendapatan Pegadaian, dalam mempengaruhi jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh Pegadaian Indonesia selama kinerja 10 tahunnya, mulai tahun 2011 hingga 2020.

B. KERANGKA TEORI Teori Kredit

Kredit adalah meminjamkan uang dengan sistem menunda pembayaran, dalam artian pembayaran tidak dilakukan secara langsung saat itu juga (Dondo, 2013). Sebelum melakukan pemberian kredit, lembaga keuangan harus melaukan analisis terlebih dahulu. Pemberian kredit yang dilakukan tanpa adanya analisis terkait karakter nasabah (calon debitur) terlebih dahulu dapat membahayakan lembaga keuangan tersebut (Abdullah & Wahjusaputri, 2018:111). Perilaku risk

averse lembaga keuangan dan informasi pasar yang tidak sempurna dalam penyaluran kredit dapat

menimbulkan fenomena credit rationing atau pembatasan kredit (Muzayyinulhaq, 2019). Hal tersebut mengartikan bahwa keseimbangan yang dicapai pada pasar kredit saat masih terjadi kelebihan permintaan kredit di atas penawaran loanable funds. Dalam praktiknya, kesanggupan penyaluran kredit oleh institusi keuangan ditentukan oleh kemampuannya dalam memobilisasi dana simpanan atau investasi masyarakat.

Gadai

Gadai merupakan tindakan menjaminkan barang untuk tujuan memperoleh sejumlah dana dan mengembalikan sejumlah uang tersebut serta mendapatkan kembali barang jaminan pada jangka waktu tertentu (A. Putra & Saraswati, 2020). Penggadai (debitur) adalah pihak yang menyerahkan objek jaminan gadai sedangkan kreditur merupakan pihak yang menerima jaminan (Yunita et al., 2019). PT Pegadaian merupakan salah satu badan usaha di bidang jasa keuangan dengan sistem gadai. Pegadaian Kredit Cepat Aman (KCA) merupakan salah satu layanan pemberian kredit pinjaman oleh Pegadaian yang berlandaskan hukum gadai dengan pelayanan dan prosedur yang cepat serta mudah. Prosedur pengajuan pinjaman kredit gadai adalah cukup dengan mengisi formulir pengajuan kredit disertai dengan kartu identitas (KTP/SIM) dan barang agunan, kemudian barang jaminan akan ditaksir oleh pihak penaksir pegadaian, setelah itu nasabah akan diarahkan ke kasir untuk menerima sejumlah pinjaman dana yang sesuai dengan jumlah taksiran barang agunan. Teori Suku Bunga

Bunga adalah sejumlah biaya yang harus dibayarkan atas penggunaan dana untuk setiap unit waktu yang telah ditentukan (Kusumawati et al., 2018). Terdapat beberapa tipe atau jenis bunga dalam pasar keuangan yang dibedakan berdasarkan metode pembebanannya (OJK, 2016), seperti suku bunga merata (flat), bunga menurun, bunga anuitas, dan bunga mengambang. Dengan asumsi pendapatan dan faktor lainnya tetap, peningkatan pada tingkat bunga akan berdampak pada penurunan permintaan terhadap dana pinjaman. Berdasarkan teori klasik, bunga merupakan harga dari dana pinjaman (loanable funds) (Tandris et al., 2014). Suku bunga dapat menentukan keputusan seseorang dalam kegiatan berinvestasi maupun menabung. Sehingga tingkat bunga dengan permintaan akan loanable funds memiliki hubungan yang negatif. Dalam teori Keynes (Liquidity Preference Theory), yang dimaksud dengan liquidity preference adalah permintaan akan uang dengan tujuan berspekulasi yang menghubungkan permintaan akan uang dengan tingkat bunga (Sadono, 2004:5). Artinya ketika ekspektasi inflasi naik, kurva permintaan uang bergeser ke kanan, yang menyebabkan tingkat suku bunga naik.

Biaya bunga pada kredit Pegadaian, khususnya untuk produk gadai, dikenal dengan sebutan biaya sewa modal. Biaya bunga atas pinjaman pada Pegadaian pun bersifat tetap (flat). Besarnya pengenaan biaya sewa modal atas pinjaman untuk gadai KCA mulai dari 0,75% hingga 1,2% (dari

(4)

uang pinjaman) per 15 hari dengan jangka waktu kredit maksimal hingga 120 hari, dan dapat diperpanjang. Dalam penetapan suku bunga pinjaman (sewa modal), Pegadaian meyesuaikan terhadap Suran Keputusan Direksi. Peningkatan suku bunga akan menurunkan permintaan agregat, dan sebaliknya (Aziz, 2013). Dalam hal ini artinya, semakin rendah suku bunga akan mendorong keinginan masyarakat untuk meminjam uang guna memenuhi kebutuhannya.

Pendapatan Pegadaian

Menurut Kasmir dalam Setyawan (2020), menyatakan dalam pemberian kredit salah satu tujuan utama yang ingin dicapai adalah memperoleh keuntungan atau laba. Berdasarkan pengertian pada PSAK No. 23, pendapatan adalah arus masuk kotor (bruto) yang secara normal dihasilkan dari kegiatan perusahaan selama periode tertentu ketika arus masuk tersebut menghasilkan peningkatan ekuitas yang tidak dapat diatribusikan pada kontribusi modal. Menurut yang tertera pada Annual

Report Pegadaian (2016:201-203), pendapatan usaha Pegadaian yang telah dianggarkan diperoleh

dari aktivitas pos utama perusahaan, yaitu Pendapatan Sewa Modal, Pendapatan Administrasi, dan Pendapatan Usaha lainnya. Dari keseluruhan jumlah pendapatan usaha yang dapat diperoleh Pegadaian, pendapatan sewa modal dan administrasi mendominasi dan memberikan sumbangsih sebesar 97% (Pegadaian A.R, 2018:39). Hal tersebut dikarenakan pendapatan sewa modal merupakan pendapatan yang diterima oleh PT Pegadaian atas kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat (Setyawan, 2020). Pendapatan Pegadaian yang memiliki peran penting dalam kecukupan penyaluran dana pinjaman (kredit pembiayaan) (M. B. E. Putra & Rivandi, 2018). Teori Inflasi

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu (Septiatin et al., 2016). Terdapat dampak positif maupun negatif dari terjadinya inflasi, bergantung pada besar kecilnya skala inflasi tersebut. Inflasi berat dan tak terkendali (hiperinflasi) akan menyebabkan kekacauan ekonomi, sedangkan inflasi ringan justru akan mendorong kinerja ekonomi. Secara umum, terdapat beberapa pandangan ahli mengenai teori inflasi (Mishkin, 2008), diantaranya:

1. Teori Klasik

Inflasi akan terjadi apabila terjadi penambahan jumlah uang berdar di masyarakat yang tidak diimbangi dengan kemampuan menyerapnya (pendapatan nasional). Selain itu, perkiraan masyarakat akan adanya perubahan tingkat harga di masa mendatang membuat masyarakat akan membelanjakan uang yang dimilikinya dan meningkatkan permintaan akan barang-barang, yang akan berujung pada terjadinya inflasi.

2. Teori Keynesian

Menurut dasar pemikiran Keynesian model, inflasi terjadi disebabkan oleh keinginan masyarakat untuk hidup di luar batas kemampuan ekonominya, sehingga membuat permintaan agregat masyarakat terhadap barang-barang yang lebih banyak daripada ketersediaan barang-barang itu sendiri, sehingga menyebabkan inflationary gap (Atmadja, 1999).

3. Teori Strukturalis

Penyebab utama terjadinya inflasi pada negara berkembang dapat ditimbulkan oleh kegiatan ekspor yang berkembang secara lambat dan mengakibatkan naiknya harga barang-barang komoditi dalam negeri yang sangat lambat dalam jangka panjang. Hal tersebut menimbulkan kebijakan substitusi impor yang dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga harga-harga akan naik (inflasi). Penyebab inflasi lainnya adalah adanya pertumbuhan penduduk dan pendapatan yang tidak diimbangi dengan percepatan pertumbuhan produksi bahan pangan, yang berujung pada peningkata pada harga-harga terutama pda bahan pangan dan dapat menjalar pada harga-harga barang komoditas lainnya (inflasi).

Terjadinya kenaikan harga barang dan jasa, akan menyebabkan orang-orang menjadi enggan untuk menabung karena penurunan nilai mata uang. Bagi masyarakat berpendapatan tetap, inflasi dirasa sangat menyulitkan. Inflasi mempengaruhi jumlah penyaluran kredit melalui tingkat bunga. Ketika inflasi tinggi, tingkat bunga riil akan turun (Rosa et al., 2017). Sehingga kondisi ini dapat mendorong masyarakat untuk mengajukan kredit pinjaman guna memenuhi kebutuhan pendanaan mereka. Bagi orang yang meminjam uang, inflasi akan menguntungkan karena saat pembayaran utang tersebut nilai uang akan lebih rendah daripada saat meminjam (Ermon Muh. Nur, 2012). Harga Emas

(5)

Emas merupakan komoditas jenis logam mulia berharga yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar perhiasan maupun elektronik, standar keuangan suatu negara, dan juga cadangan devisa (Desriani & Rahayu, 2013). Pergerakan harga emas menunjukkan pertumbuhan yang bagus dan semakin meningkat setiap tahunnya. Selain itu biaya penyimpanan dan perawatan yang tergolong rendah serta tidak mudah tergerus dampak inflasi menjadikan emas sebagai salah satu alternatif investasi yang menguntungkan dan cenderung fleksibel (Hasibuan, 2020). Perhitungan taksiran emas menjadi salah satu prosedur penting sebelum pemberian kredit pinjaman pada nasabah Pegadaian. Sebesar 97% objek jaminan nasabah adalah berbentuk emas dan penetapan jumlah taksiran tergantung pada harga beli emas pada saat itu (Pegadaian A.R, 2017:613). Pergerakan harga emas akan mempengaruhi ekspektasi masyarakat terhadap jumlah pinjaman yang dapat diperolehnya. Nasabah sangat memperhatikan besar kecilnya niai taksiran emas jaminannya dengan analisis saat harga emas acuan meningkat akan meningkatkan nilai taksiran dan jumlah pinjaman yang dapat diperoleh (Rubiyanti, 2017). Sehingga, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit oleh Pegadaian.

Kerangka Pikir Penelitian

C. METODE PENELITIAN Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian kuantitatif. Jenis data penelitian ini adalah data sekunder time series. Dalam penelitian ini, digunakan data bulanan untuk setiap variabel yang digunakan, meliputi pinjaman yang disalurkan (Y) segmen bisnis gadai KCA, harga beli emas ANTAM (X1),

tingkat inflasi Indonesia(X2), tarif suku bunga gadai KCA (X3), dan jumllah pendapatan sewa

modal Pegadaian (X4). Penyelidikan dilakukan dengan langkah mengumpulkan data-data dari

berbagai sumber resmi, seperti publikasi Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id), Laporan Keuangan Pegadaian, serta www.antam.com. Alasan pemilihan tahun penelitian 2011-2020 dilakukan karena Pegadaian memiliki pertumbuhan yang pesat di tahun tersebut, keinginan peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian jangka panjang, serta adanya keterbatasan data. Metode Analisis Data

Metode analisis penelitian yang digunakan adalah analisis Regresi Linier Berganda (Multiple

Regression). Model persamaan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Penyaluran Kredit Gadai α = Konstanta β1, β2, β3, β4= Koefisien Regresi X1 = Harga Emas X2 = Inflasi X3 = Suku Bunga X4 = Pendapatan Pegadaian е = Eror Term

(6)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel independen dan 1 (satu) variabel dependen. Jumlah sampel data masing-masing data penelitian berjumlah 120, yang berasal dari data bulanan seluruh variabel yang diteliti. Data setiap variabel memiliki satuan yang berbeda sehingga memerlukan proses transformasi data ke dalam bentuk Logaritma Natural.

Hasil Analisis Deskriptif

Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif Variabel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KreditGadai 120 4818259.00 19327529.00 8632810.1583 2486239.87541 HargaEmas 120 465000.00 1035000.00 630833.3333 119313.30716

Inflasi 120 -.45 3.29 .3457 .49226 SukuBunga 120 1.34 2.08 1.9990 .22130 Pendapatan 120 483163.00 1945696.00 918982.2333 398088.25245

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Pada tabel 1, ditunjukkan data memiliki sampel (N) sebanyak 120, dengan nilai terkecil (Minimum), nilai terbesar (Maximum), nilai rata-rata (Mean), dan simpangan baku (Std. Deviation) untuk masing-masing variabel.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan guna memenuhi persayaratan dalam melakukan regresi linier berganda. Hasil uji asumsi klasik dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 25.0, sebagai berikut:

Uji Normalitas

Gambar 1. Hasil Uji Normalitas

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Pada gambar 1, terlihat pola penyebaran titik-titik data berada di sekitar dan mengikuti garis diagonal pada grafik. Hal tersebut menandakan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal. Uji Multikolinearitas

Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF HargaEmas (X1) .175 5.713 Inflasi (X2) .859 1.164 SukuBunga (X3) .891 1.123 Pendapatan (X4) .179 5.584

(7)

Pada tabel 2, terlihat bahwa seluruh variabel (X) memiliki nilai VIF kurang dari 10. Hal tersebut menandakan bahwa seluruh variabel independen pada penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Pada gambar 2, terlihat bahwa pola titik-titik menyebar di bawah dan di atas angka nol pada sumbu Y serta membentuk pola yang tidak beraturan. Hal tersebut menandakan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan hasil pada tabel 3, terlihat bahwa nilai Durbin-Watson (DW) adalah sebesar 0,271, yang mana nilai teresbut lebih kecil dari 2 dan lebih besar dari -2. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi.

Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan guna menjawab dugaan sementara terkait permasalahan yag menjadi objek penelitian. Hasil pengujian hipotesis sebagai berikut:

Uji Kelayakan Model (R2)

Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Pada tabel 4, terlihat hasil pengujian nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,894. Artinya, kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya sebesar 89% dan 11% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Uji T

Tabel 5. Hasil Uji Parsial Model Durbin-Watson 1 .271

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Inflasi, SukuBunga, HargaEmas b. Dependent Variable: KreditGadai

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square 1 .946a .894 .890

(8)

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Pada tabel 5 diketahui bahwa nilai signifikansi variabel harga emas dan inflasi adalah lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,1 atau 10%. Sedangkan variabel suku bunga dan pendapatan memiliki nilai signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi 0,1 atau 10%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dari seluruh variabel independen, hanya terdapat dua variabel yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit Pegadaian tahun 2011-2020, yakni harga emas dan tingkat inflasi.

Uji F

Tabel 6. Hasil Uji Simultan

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 6, didapatkan hasil uji simultan dengan niali signifikansi sebesar 0,000, yang mana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap jumlah penyaluran kredit Pegadaian tahun 2011-2020.

Pembahasan

Berdasarkan hasil regresi linier berganda, maka diperoleh model regresi dari variabel harga emas, inflasi, suku bunga, dan pendapatan pegadaian terhadap penyaluran kredit gadai adalah sebagai berikut:

Dari model persamaan tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa variabel harga emas (X1), inflasi (X2), pendapatan (X4) memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran kredit gadai (Y) dan variabel suku bunga (X3) memiliki pengaruh negatif terhadap penyaluran kredit gadai (Y). Pengaruh Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai

Perkembangan bisnis gadai secara langsung berkaitan dengan perubahan pada harga emas. Hal tersebut dikarenakan lebih dari 90% keseluruhan barang jaminan yang diagunkan nasabah Pegadaian adalah berupa emas (Pegadaian, A.R, 2017:165). Sehingga, Para penaksir pegadaian akan mengetahui karatase, kualitas, serta taksiran harga emas, perhiasan, dan berlian dengan mengacu pada nominal harga emas pada saat itu, dan menentukan jumlah pinjaman yang dapat diajukan oleh nasabah berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut (Pegadaian, A.R, 2017: 62).

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Beta t Sig. B Std. Error 1 (Constant) -2.186 .861 -2.539 .013 HargaEmas 1.303 .117 .906 11.177 .000 Inflasi .015 .008 .071 1.940 .055 SukuBunga -.048 .064 -.027 -.746 .457 Pendapatan .058 .065 .072 .899 .371

a. Dependent Variable: KreditGadai

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 4.421 4 1.105 194.513 .000b

Residual .523 92 .006 Total 4.944 96

a. Dependent Variable: KreditGadai

(9)

Seluruh pinjaman yang disalurkan dijamin oleh barang jaminan bergerak (>90% barang jaminan emas/likuid) yang ditaksir berdasarkan nilai wajar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Murtadho et al., 2016), yang menyatakan bahwa harga emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit gadai pada Pegadaian Indonesia tahun 2009-2016. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh pola pikir nasabah yang beranggapan bahwa ketika harga emas mengalami kenaikan, maka nilai kredit pinjaman yang dapat diterima juga akan semakin besar.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh (M. B. E. Putra & Rivandi, 2018), juga menyatakan bahwa harga emas memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit di PT Pegadaian Cabang Padang. Hal tersebut dikarenakan pergerakan harga emas yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, menjadikan kredit gadai sebagai alternatif bagi masyarakat untuk memperoleh tambahan dana dibandingkan dengan jalan menjual perhiasan emas yang mereka miliki.

Pergerakan harga emas menjadi salah satu indikator yang diperhatikan oleh nasabah sebelum mengajukan kredit pinjaman gadai. Sehingga masyarakat yang melakukan pinjaman gadai saat harga emas mengalami kenaikan dengan harapan bahwa nilai taksiran terhadap barang jaminan yang diajukan akan besar, turut mempengaruhi kenaikan jumlah dana pinjaman kredit gadai yang disalurkan. Sehingga, berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel harga emas berpengaruh secara positif dan signifikan secara parsial dan simultan terhadap penyaluran kredit gadai PT Pegadaian Indonesia tahun 2011-2020 dan Hipotesis1 diterima.

Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai

Inflasi merupakan fenomena ekonomi dimana terjadinya kenaikan tingkat harga-harga secara umum mulai dari barang komoditas dan biaya jasa selama suatu periode tertentu (Septiatin et al., 2016). Secara teori, inflasi dapat melemahkan semangat masyarakat untuk menabung dan cenderung mengalihkan pada pengeluaran seperti berbelanja dan investasi (Rifai et al., 2017).

Tingkat inflasi menjadi salah satu faktor pertimbangan nasabah dalam melakukan kredit gadai dan penyaluran pinjaman oleh PT Pegadaian (Persero). Terbukti pada saat tingkat inflasi Indonesia mencapai nominal 8% (yoy) pada tahun 2013-2014, jumlah nasabah Pegadaian mengalami penambahan dari 6,07 juta akun menjadi 6,15 juta akun nasabah. Adanya penambahan jumlah nasabah ini tentu berdampak adanya penambahan jumlah penyaluran kredit KCA pada tahun tersebut sebesar seratus juta rupiah (Pegadaian A.R, 2014). Selain itu, peningkatan inflasi akan dirasa menguntungkan bagi para peminjam, karena nilai uang akan menurun pada saat pembayaran utang (Ermon Muh. Nur, 2012).

Hasil ini sejalan dengan hasil analisis pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Sugianti et al., 2014), yang mengatakan bahwa kenaikan inflasi yang terjadi juga semakin meningkatkan permintaan akan Kredit Cepat Aman (KCA) pada Pegadaian, khusunya pada Cabang Mengwi Badung. Kenaikan permintaan kredit tersebut akan berdampak pada jumlah kredit yang disalurkan oleh Pegadaian. Namun hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian (Aziz, 2013), yang menyebutkan bahwa dalam mengajukan kredit pinjaman gadai, nasabah tidak lagi mementingkan tingkat inflasi yang terjadi melainkan lebih mempertimbangkan kemudahan dalam memperoleh bantuan pendanaan untuk konsumsi dan modal usaha mereka.

Kenaikan harga secara umum akibat dampak inflasi sangat dapat dirasakan, khususnya bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan tetap. Tak jarang situasi seperti ini mendorong masyarakat untuk melakukan kredit pinjaman, salah satunya kredit gadai, untuk memperoleh tambahan pendanaan. Sehingga, berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan dalam penelitian ini variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit gadai PT Pegadaian Indonesia tahun 2011-2020 dan Hipotesis2 diterima.

Pengaruh Suku Bunga terhadap Penyaluran Kredit Gadai

Secara teori, tingkat suku bunga menjadi salah satu elemen penting dalam dunia keuangan, khususnya sebagai biaya atas kegiatan simpan/pinjam pada perbankan maupun lembaga keuangan non bank lainnya. Menurut Boediono dalam Rachmawati (2019), bunga merupakan harga yang dikenakan dari sejumlah dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman. Besaran bunga akan menjadi pertimbangan masyarakat terkait biaya pinjaman yang diterimanya. Namun hasil penelitian ini tidak relevan dengan teori dasar yang digunakan pada penelitian ini.

(10)

Tingkat bunga pinjaman Pegadaian yang bersifat flat dan tiap perubahannya tidak terlalu fluktuatif menjadikan peningkatan suku bunga yang cenderung sedikit masih dapat ditoleransi oleh nasabah dan tidak menjadi pertimbangan yang berarti, sehingga tidak berdampak pada perubhaan jumlah kredit yang disalurkan.

Grafik 1. Jumlah Kredit vs Suku Bunga

Sumber : Pegadaian Annual Report data diolah, 2021

Terlihat pada grafik 4.2 bahwa jumlah kredit pinjaman gadai KCA yang disalurkan Pegadaian terus mengalami peningkatan tidak melihat berapapun tarif suku bunga yang ditetapkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Dewi, 2016), yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit Pegadaian. Hal tersebut dikarenakan nasabah sudah tidak mementingkan tarif bunga yang dikenakan atas pinjamannya, melainkan kecepatan pelayanan yang diberikan serta kemudahan proses pencairan dana pinjaman.

Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian oleh (Dahri et al., 2018) menyatakan peningkatan yang terjadi pada suku bunga akan menurunkan permintaan kredit KCA serta jumlah penyaluran kredit KCA yang disalurkan Pegadaian. Artinya suku bunga memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit Pegadaian. Tingkat suku bunga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan nasabah terhadap Kredit Cepat Aman pada Pegadaian Cabang Maili.

Sehingga berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan yang terjadi pada tarif suku bunga gadai tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit gadai PT Pegadaian Indonesia tahun 2011-2020 dan Hipotesis3 ditolak.

Pengaruh Pendapatan Pegadaian terhadap Penyaluran Kredit Gadai

Berdasarkan teori dan hipotesis, disebutkan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh Pegadaian dari para nasabahnya akan mempengaruhi pada sisi kecukupan jumlah pinjaman dana yang dapat disalurkan kembali kepada nasabahnya (M. B. E. Putra & Rivandi, 2018). Pendapatan sewa modal menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi Pegadaian sebagai profitabilitas dan biaya operasional perusahaan. Mengingat bahwa bidang utama kegiatan usaha pegadaian merupakan penyaluran pembiayaan gadai. Tetapi hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara pendapatan Pegadaian dengan jumlah penyaluran kredit gadai KCA Pegadaian.

Berdasarkan laporan laba rugi PT Pegadaian Indonesia, dari jumlah pendapatan usaha yang diperoleh Pegadaian, pendapatan sewa modal mengalami pertumbuhan dengan rata rata 0.02%-8% per tahunnya (periode 2011-2020). Sedangkan pendapatan usaha lain selain dari sewa modal memberikan kontribusi pertumbuhan dengan rata-rata diatas 20% setiap tahunnya (periode 2011-2020). Sumbangsih yang cukup besar dari pendapatan selain sewa modal ini termasuk pendapatan administrasi dan Fee Based Income. Pendapatan ini juga dapat menentukan kecukupan modal Pegadaian dalam kegiatan penyaluran kredit, mengingat rasio pertumbuhannya yang memiliki persentase lebih besar daripada rasio pertumbuhan pendapatan sewa modal. Artinya, dorongan dari pendapatan usaha diluar sewa modal juga dapat menentukan jumlah kredit gadai yang dapat disalurkan Pegadaian kepada nasabah.

Terlihat perbedaan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada sisi penyaluran kredit gadai dan pendapatan sewa modal dikarenakan nilai pinjaman tersebut utamanya ditentukan dan dijamin oleh

71 88.9 88.2 88.3 96 102 104 105 110 180 25 25 25 25.6 25 25 25 25 25 25 0 50 100 150 200

Kredit Gadai KCA sewa modal

(11)

besarnya nilai taksiran barang agunan nasabah (CALK Pegadaian, 2012), mengingat bahwa Pegadaian merupakan institusi keuangan yang berorientasi pada barang jaminan (Aziz, 2013). Grafik 2. Perbandingan pendapatan, jumlah nasabah, dan jumlah kredit

Sumber : Pegadaian Annual Report data diolah, 2021

Selain itu, pendapatan administrasi yang dikenakan atas pinjaman yang diterima nasabah serta pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha lain (grafik total pendapatan usaha) menjadi penopang bagi Pegadaian untuk menjamin kelancaran kegiatan penyaluran kredit kepada nasabahnya. Sehingga dikatakan pergerakan pada pendapatan sewa modal tidak memiliki pengaruh besar dalam menentukan jumlah penyaluran kredit gadai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2019), yang menyatakan bahwa pendapatan Pegadaian tidak berpengaruh signifikan pada penyaluran pembiayaan gadai, khususnya pada Pegadaian Kota Banjarbaru. Dikatakan saat pengajuan kredit pinjaman, nasabah juga tidak memperhatikan faktor internal Pegadaian. Sehingga mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan Pegadian. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini dilakukan oleh (Setyawan, 2020), yang melakukan penelitian pada Pegadaian UPC Sercang, menyatakan bahwa peningkatan pada pendapatan Pegadaian dari bulan ke bulan tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah kredit gadai yang disalurkan oleh Pegadaian.

Namun penelitian ini bertolak belakang dengan hasil analisis oleh (M. Putra & Rivandi, 2018), yang menyebutkan bahwa Pendapatan yang didapatkan oleh PT Pegadaian (Cabang Padang) berhubungan positif dan sangat mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan. Penambahan pada sisi pendapatan Pegadaian Cabang Padang akan menambah kemampuan Pegadaian dalam menyalurkan kembali dana tersebut kepada nasabah lebih banyak.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpukan bahwa pendapatan Pegadaian tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap penyaluran kredit Gadai PT Pegadaian Indonesia tahun 2011-2020, dan Hipotesis4 ditolak.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pergerakan harga emas, tingkat inflasi, tingkat bunga, serta jumlah pendapatan yang diperoleh Pegadaian terhadap jumlah kredit pembiayaaan gadai yang berhasil disalurkan oleh Pegadaian kepada nasabah, khususnya pada periode tahun 2011-2020. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa variabel harga emas dan tingkat inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap jumlah penyaluran pembiayaan gadai PT Pegadaian (Persero) pada tahun 2011-2020. Artinya, setiap perubahan yang terjadi pada harga emas dan tingkat inflasi akan turut mempengaruhi jumlah kredit yang berhasil disalurkan oleh Pegadaian Indonesia. Sedangkan, variabel pendapatan Pegadaian dan suku bunga Pegadaian terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan parsial terhadap jumlah penyaluran pembiayaan gadai PT Pegadaian (Persero) tahun 2011-2020. Namun, seluruh variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap penyaluran kredit Pegadaian tahun 2011-2020.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, adapun beberapa saran yang diajukan oleh peneliti, sebagai berikut: 0 50 100 150 200 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 sewa modal nasabah kredit pendapatan usaha

(12)

1. Pegadaian, khususnya para penaksir harus secara ketat dan berkala melakukan monitoring terhadap setiap perubahan yang terjadi pada harga emas di pasaran. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar nilai taksiran pinjaman didapatkan secara tepat dan menguntungkan bagi pihak nasabah dan pihak Pegadaian.

2. Pegadaian harus memperhatikan dan mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi ekonomi yang terjadi, seperti inflasi, dengan cara pengendalian melalui penetapan tarif suku bunga pinjaman yang kompetitif dan tetap menguntungkan pihak kreditur agar kestabilan kondisi perusahaan tetap terjaga dan tetap mampu menyalurkan pembiayaan kepada nasabah.

3. Pegadaian harus dapat memastikan kecukupan modal salah satunya dari sisi pendapatan yang diperoleh, agar kegiatan operasional dan penyaluran kredit dapat berjalan lancar. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memitigasi terjadinya potensi kredit macet.

4. Dalam hal penelitian terkait topik sejenis, diharapkan melakukan penelitian dengan melibatkan variabel faktor internal maupun eksternal lain yang yang diduga memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit gadai sehingga memperoleh gambaran yang lebih luas terkait faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit gadai di Indonesia. Selain itu, penelitian ini hanya berfokus pada lingkup konvensional, diharapkan penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian di lingkup Pegadaian Syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T., & Wahjusaputri, S. (2018). Bank & Lembaga Keuangan (2nd ed.). Mitra Wacana Media.

Arumingtyas, F., Megaster, T., & Hamdani. (2020). Analisis Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Pegadaian terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian di Indonesia. SInamu,

2(1), 367–373. http://jurnal.umt.ac.id//index.php/senamu/index

Atmadja, A. S. (1999). Inflasi Di Indonesia : Sumber-Sumber Penyebab Dan Pengendaliannya.

Akuntansi Dan Keuangan, 1(1), 54–67.

Aziz, mukhlish arifin. (2013). Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal , Jumlah Nasabah , Harga Emas Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C (Studi Pada Pt Pegadaian Cabang Probolinggo). Jurnal Ilmiah, 1, 21.

Dahri, A., Salju, S., & Wijaksana Andi Lubis, F. (2018). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Permintaan Kredit Cepat Aman Pada Pt. Pegadaian (Persero) Cabang Malili. Equilibrium :

Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 7(1), 1–5. https://doi.org/10.35906/je001.v7i1.313

Desriani, I. puspita, & Rahayu, S. (2013). Analisis pengaruh pendapatan, harga emas dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit. Akuntansi Dan Keuangan, 2(2), 147–165.

Dewi, A. S. (2016). Pengaruh Jumlah Nasabah, Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Pada PT Pegadaian Di Cabang Samarinda Seberang Kota Samarinda.

Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, Volume 13,(2), 1–11. http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/AKUNTABEL/article/download/1175/101

Dondo, W. (2013). Suku Bunga Kredit Modal Kerja Dan Tingkat Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank Umum Di Indonesia. EMBA, 1(3), 942–949.

Ermon Muh. Nur. (2012). Konsumsi Dan Inflasi Indonesia. Kajian Ekonomi, 1(April), 55–77. Kusumawati, N. N., Nuryartono, N., & Beik, I. S. (2018). Analisis Pembiayaan Dan Kredit Sektor

Konstruksi Di Indonesia: Studi Perbankan Syariah Dan Konvensional. Jurnal Ekonomi Dan

Kebijakan Pembangunan, 6(1), 21–40. https://doi.org/10.29244/jekp.6.1.21-40

Lestari, G. A. (2019). Pengaruh tingkat inflasi, dan pendapatan pegadaian, terhadap penyaluran kredit pada pt. pegadaian syariah kota banjarbaru. Ekonomi, 1.

(13)

Murtadho, M. A., Susyanti, J., & Priyono. (2016). Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Gadai, Harga Emas, Dan Pajak Penghasilan Terhadap Penyaluran Kredit Pt. Pegadaian (Persero) Indonesia. E-Jurnal Riset Manajemen, 1, 82–94. www.fe.unisma.ac.id

Muzayyinulhaq. (2019). Analisis Permintaan Dan Penawaran Kredit Perbankan Di Indonesia.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB UB, 7(2).

https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/5617 OJK. (2016). Buku 2 perbankan (2nd ed.).

Pegadaian, A. R. Laporan Tahunan PT Pegadaian. Jakarta: PT Pegadaian 2011- 2020.

Pegadaian. (2021, 01 01). Gadai KCA. Retrieved 04 31, 2021, from Produk Pegadaian: https://www.pegadaian.co.id/produk/kca

Pegadaian Annual Report. (2019). Laporan Tahunan Pegadaian 2019 (Digitalisme). Jakarta: Pegadaian.

Putra, A., & Saraswati, D. (2020). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. In CV.

Jakad Media Publishing (1st ed.). CV. Jakad Media Publishing.

Putra, M. B. E., & Rivandi, M. (2018). Pengaruh Pendapatan, Harga Emas Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Di Pegadaian Cabang Padang. Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(1). https://doi.org/10.31227/osf.io/wsbj6

Putra, M., & Rivandi, M. (2018). Pengaruh Pendapatan, Harga Emas Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Di Pegadaian Cabang Padang. Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(1). https://doi.org/10.31227/osf.io/wsbj6

Rachmawati, R. (2019). Pengaruh Pendapatan , Jumlah Nasabah Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Penyaluran Kredit Pt Pegadaian Cabang Kabupaten Jember Periode 2013 -2017.

Relasi : Jurnal Ekonomi, 15(1), 151–174. https://doi.org/10.31967/relasi.v15i1.306

Rifai, S. A., Susanti, H., & Setyaningrum, A. (2017). Analisis Pengaruh Kurs Rupiah, Laju Inflasi, Jumlah Uang Beredar dan Pertumbuhan Ekspor terhadap Total Pembiayaan Perbankan Syariah dengan Dana Pihak Ketiga sebagai Variabel Moderating. Muqtasid: Jurnal Ekonomi

Dan Perbankan Syariah, 8(1), 13. https://doi.org/10.18326/muqtasid.v8i1.13-27

Rosa, Y. Del, Husni, E., & Idwar. (2017). Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Pendapatan Pegadaian Terhadap Penyaluran Kredit Rahn Pada Pegadaian Syariah Di Indonesia Tahun 2007 – 2015.

Menara Ekonomi, III(5), 116–127.

Rubiyanti, T. (2017). Analisis Pengaruh Jumlah Nasabah, Pendapatan Dan Harga Emas. Jurnal

Ekonomi Syariah, Akuntansi Dan Perbankan (JESKaPe), 3(1), 31–55. https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1299964

Septiatin, A., Mawardi, & Rizki, M. A. K. (2016). Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Economic, 2(1), 50–65.

Setyawan, F. A. (2020). Analisis pengaruh pendapatan, jumlah nasabah, dan pandemi covid-19 terhadap penyaluran kredit kca pada pt. pegadaian (persero) upc secang. E-MABIS: JURNAL

EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS, 21(1), 79–86.

https://journal.unimal.ac.id/emabis/article/view/478/342

Sugianti, N. M. N., Suharsono, N., & Zukhri, A. (2014). Analisis Tren Gadai Produk Kredit Cepat Aman ( Kca ) Pada Perum Pegadaian Cabang Mengwi Badung. Pendidikan Ekonomi

(14)

Tandris, R., Tommy, P., & Murni, S. (2014). Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Pengaruhnya Terhadap Permintaan Kredit Perbankan di Kota Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,

Bisnis Dan Akuntansi, 2(1), 243–253.

Yunita, A., Azheri, B., & Syofiarti, S. (2019). Pawn Execution to PT Pegadaian against Collateral Object Which Does Not Belong to the Pawner. International Journal of Multicultural and

Referensi

Dokumen terkait

saya jadi inget kata2 konyol bisnis yang bagus = "membuat orang lain merasa artinya, orang lain itu (pelanggan) merasa senang hati memberi uang lebih kepada kita walau sudah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik Negeri Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif Non-exclusive Royalty-Free Right atas karya ilmiah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwapendapatan pegadaian tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit.hal tersebut dikarenakan

PB GABSI masa bakti 2014-2018 bertekad mewujudkan wacana dan mimpi seluruh pemangku kepentingan cabang olahraga bridge dengan membuat program pendataan dan registrasi atlet,

Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan kecemasan orang tua, maka peneliti memberikan saran perawat di rumah sakit agar

Beberapa permasalahan yang perlu dilakukan pembahasan dalam tulisan ini, yaitu pertama: Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak serta perempuan yang

Sumber: SPSS 16 diolah tahun 2019 Berdasarkan hasil output tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai R Square sebesar 0,996 yang artinya variabel pendapatan, jumlah nasabah, harga

Pupuk organik yang diberikan secara tunggal maupun yang dikombinasikan dengan pupuk N, P, K nyata meningkatkan pertumbuhan (tinggi, jumlah daun, dan diameter) brokoli