• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 1 PENDAMPINGAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TEMPAT PENGUNGSIAN LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI

KABUPATEN MAGELANG JAWA TENGAH

Retno Mardhiati, M.Kes

Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

Email : retno_m74@yahoo.co.id

LATAR BELAKANG KEGIATAN

Status kesehatan masyarakat antara lain ditentukan oleh Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Umur Harapan Hidup (UHH). AKI di Indonesia dilaporkan tahun 2005 sekitar 256 kematian per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih jauh dari target nasional tahun 2010 sebesar 125/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu yang tinggi sangat erat kaitannya dengan ditolong tidaknya persalinan oleh tenaga kesehatan. Data Susenas menyatakan persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebagai penolong pertama adalah 64 persen (Susenas 2004). Dibandingkan dengan Susenas 2001 dan 2003, angka tersebut mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5 persen dan 3 persen. Peningkatan tersebut merupakan kontribusi peran bidan yang mencakup pertolongan persalinan masing-masing 50 % (Susenas 2001), 53 % (Susenas 2003), dan 55 % (Susenas 2004). Propinsi yang memiliki prosentase terrendah dalam pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebagai penolong pertama adalah propinsi Maluku sedangkan propinsi yang tertinggi adalah propinsi DKI Jakarta. Sedangkan Jawa Barat (55,6%) memiliki prosentase masih dibawah standar nasional yang ditetapkan yaitu 64,3 %.

Untuk angka kematian Bayi (AKB) dilaporkan 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup tahun 2003 dan 25 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006. Penyebab langsung kematian bayi terbanyak disebabkan karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah. Sedangkan untuk penyebab tidak langsung adalah kurangnya ibu yang memberikan ASI secara eksklusif, sehingga banyak bayi yang mudah terkena penyakit infeksi seperti Diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) sehingga menyebabkan kematian.

(2)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 2 Target nasional prosentase dalam pemberian ASI Eksklusif adalah 34,8 %. Propinsi yang paling tinggi prosentase dalam pemberian ASI Eksklusif adalah Propinsi Sulawesi Selatan (52 %). Sedangkan Propinsi yang paling rendah propsentase dalam pemberian ASI Eksklusif adalah Propinsi Bangka Belitung (18,9 %). Susenas 2004 melaporkan sebesar 35% bayi umur 0-6 bulan mendapat ASI Ekslusif selama 24 jam terakhir. Dibandingkan dengan data susenas 2003 ada penurunan sebesar 3 persen. Dengan demikian, pencapaian semakin jauh target indonesia sehat 2010 yang diharapkan, yaitu sebesar 80 persen.

Perubahan tingkat kesehatan juga memicu transisi epidemiologi penyakit yakni bertambah penyakit degenerasi atau dikenal dengan penyakit tidak menular (PTM) saat ini PTM seperti penyakit jantung stroke hipertensi diabetes mellitus merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan fisik yang diderita oleh masyarakat indonesia bahkan dunia terjadinya PTM ternyata telah mempunyai prakondisi sejak dalam kandungan dan masa pertumbuhan seperti berat bayi lahir rendah, kurang gizi dan terjadinya infeksi berulang, juga diperberat oleh perilaku tidak sehat

Perilaku tidak sehat yang saat ini menjadi tren gaya hidup masyarakat antara lain merokok, kurang aktivitas fisik, dan kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Menurut Susenas 2004 persentase penduduk umur 15 tahun keatas yang tidak merokok adalah 66 persen. Dibandingkan Susenas 2001 dan 2003, terjadi penurunan sebesar 2 persen.

Susenas 2004 menunjukkan secara keseluruhan hanya 6 persen penduduk umur 15 tahun ke atas yang cukup beraktivitas fisik, sebagian besar 85 % penduduk kurang beraktifitas fisik dan 9 persen tidak biasa melakukan aktivitas/sedentary.

Susenas 2004 menunjukkan secara keseluruhan hanya 1 persen penduduk umur 15 tahun ke atas yang cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Hampir seluruh penduduk 99 persen kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Sedangkan Susenas 2003, berdasarkan kriteria yang dipakai, menunjukkan cukup serat adalah 9 persen dan yang mengkonsumsi kurang serat sebesar 91 persen.

Kejadian bencana besar di Indonesia yang diikuti dengan pengungsian menimbulkan masalah kesehatan yang berawal dari kurangnya air bersih dan berakibat pada buruknya kebersihan diri, buruknya sanitasi lingkungan yang menyebabkan pengembangan beberapa jenis penyakit menular. Paska terjadinya bencana banjir lahar dingin di Kabupaten Magelang di Pengungsian Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, juga mengalami masalah kesehatan, antara kurangnya air bersih, kebersihan personal yang kurang, perilaku menjaga kebersihan lingkungan juga kurang, serta timbulnya penyakit menular seperti diare, disentri, dan typhus. Pengadaan air bersih sangatlah kurang karena sarana transportasi masi terbatas, sisa bencana lahar dingin masih memperburuk kondisi transportasi.

(3)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 3 Kebersihan personal yang kurang dikarenakan kurangnya perhatian pada perilaku penghuni, minimnya pengetahuan penghuni dan kondisi di Kamp. Pengungsian Lahar Dingin membuat penghuni Kamp. Pengungsian Lahar Dingin tidak termotivasi untuk tetap berperilaku bersih dan sehat. Demikian halnya dengan kebersihan lingkungan di Kamp. Pengungsian. Walaupun bencana Gunung Merapi dan Lahar Dingin sudah berlangsung cukup lama, namun penduduk belum dapat menempati rumah mereka dan masih harus tinggal di Kamp. Pengungsian, dikarenakan kondisi rumah mereka yang tidak dapat ditempatkan kembali, dan masih adanya bahaya kemungkinan banjir lahar dingin muncul kembali.

Indikator Rumah Tangga Sehat

Rumah tangga dinyatakan rumah tangga sehat jika memenuhi 10 indikator rumah tangga sehat. Indikator rumah sehat sebagai berikut

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Pertolongan persalinan yang aman adalah yang dilakukan oleh tenaga medis. Tenaga penolong persalinan menjadi sangat penting karena berkaitan dengan program safemotherhood. Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin rendah risiko terjadinya kematian ibu. AKI Indonesia pada tahun 2002/2003 adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Angka tersebut telah mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup (Depkes, 2005).Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup melalui pelaksanaan MPS (Making Pregnancy Safer) dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes, 2007).Persentase kelahiran pada tahun 2003 yang ditangani oleh tenaga medis terdapat sekitar 56,95 % dan pada tahun 2004 naik menjadi sekitar 57,51 % (Susenas 2003 & 2004). 2. Bayi diberi ASI Eksklusif

WHO (2001) menyatakan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS – sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi. WHO (2007) mengatakan: “ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi

(4)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 4 Menimbang bayi dan balita harus dilakukan setiap bulan. Menimbang bayi dan balita dilakukan untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan bayi dan balita. Bayi dan balita yang sehat axdalah bayi dan balita yang mengalami berat badan bertambah setiap bulannya. 4. Menggunakan air bersih

Menggunakan air bersih merupakan perilaku yang dilakukan untuk menghindari beberapa penyakit yang menular melalui perantara air. Penggunaan air bersih untuk mandi cuci dan kakus diupayakan dilakukan dengan kontinyu.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan sabun, dapat menghindari diri dari penyakit menular seperti diare, kolera.

6. Menggunakan jamban

Menggunakan jamban yang sesuai dengan standar kesehatan. 7. Memberantasan jentik nyamuk di rumah

Pemberantasan jentik nyamuk dirumah sudah menjadi kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat. Kegiatan ini didukung oleh aparat pemerintahan dan kader puskesmas. 8. Makan buah dan sayur setiap hari

Makan buah dan sayur setiap hari merupakan perilaku yang dapat mencegah penyakir degeratif, karena dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Serat yang terkandung dalam sayur dan buah dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Melakukan aktivitas fisik setiap hari merupakan perilaku yang dapat mencegah dari penyakit degeneratif. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang akan mengurangi kadar lemah dalam darah dan memperlancar peredaran darah.

10. Tidak merokok di dalam rumah

Perilaku merokok merupakan perilaku yang beresiko menxdapatkan penyakit jantung, hipertensi, kanker paru, dan sebagainya.

Pengembangan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Perilaku manusia merupakan faktor ke dua yang terbesar memberikan kontribusi terbentuknya derajat kesehatan. Perilaku yang tidak sehat dapat menyebabkan berkembangnya penyakit menular dengan cepat, dan dapat menyebabkan juga penyakit degeratif. Oleh karena itu untuk mengubah perilaku manusia dari perilaku negatif menjadi perilaku positif maka peran Promosi Kesehatan sangatlah

(5)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 5 diperlukan. Perubahan perilaku merupakan sebuah proses yang berjalan melalui tahapan-tahapan. Tahapan tersebut diawali dengan rasa ingin tahu, setelah tahu menjadi tertarik, kemudian mulai menilai dan melakukan percobaan hingga memutuskan untuk menerima suatu perubahan atau perilaku positif. Perilaku positif dalam pencegahan penyakit dan menciptakan lingkungan yang sehat dikenal dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Dalam pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan PHBS serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), dalam rangka memwujudkan “Desa Siaga” menuju Desa Sehat. Pengembangan Desa Siaga harus melibatkan Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) utamanya Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), organisasi keagamaan, dan sektor swata. Keberhasilan Desa Siaga ditandai antara lain oleh berkembangnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta dikembangkan dan beroperasinya UKBM yang mampu memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, keluarga berencana, perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan, gizi, dan penanganan kedaruratan kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatanya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Pembinaan PHBS di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui upaya ini, setiap rumah tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

TUJUAN KEGIATAN

(6)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 6 1. Melakukan Pendampingan kepada Ketua Selter Kamp. Pengungsian untuk membuat

perencanaan peraturan, yang akan diterapkan di Kamp. Pengungsian.

2. Membuatkan promosi tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan pencegahan penyakit menular (Diare, Desentri, dan Tiphus)

3. Melakukan sosialisasi PHBS dan pencegahan penyakit menular di Kamp. Pengungsian untuk Ketua Selter

MANFAAT KEGIATAN Manfaat kegiatan ini yaitu :

1. Adanya peningkatan pengetahuan yang diperoleh oleh ketua selter tentang PHBS dan pencegahan penyakit menular (Diare, Desentri, dan Tiphus)

2. Adanya promosi yang efektif untuk mengkomunikasikan tentang PHBS dan pencegahan penyakit menular (Diare, Desentri, dan Tiphus)

3. Terbentuk kerjasama dengan tenaga kesehatan di Kamp. Pengungsian Lahar Dingin dengan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

4. Adanya penurunan kasus diare, disentri dan typhus di Kamp. Pengungsian

MATERI DAN METODE

Materi kegiatan dibuat dalam bentuk hand out. Materi dirancang dalam bentuk bahan presentasi untuk memudahkan peserta memahami materi yang disampaikan. Materi yang disampaikan dalam bahasa komunikasi dan simulasi serta studi kasus.

Kegiatan dibagi menjadi tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, dan tahapan evaluasi.

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dengan mengajukan proposal pada pimpinan Fakultas Ilmu Kesehatan dan mempresentasikan proposal pengabdian masyarakat tersebut. Dilanjutkan dengan perbaikan proposal dan pembuatan surat izin kegiatan. Setelah itu kegiatan diizinkan untuk dilaksanakan. Pelaksanaan pengabdian masyarakat mendata terlebih dahulu jumlah selter pengungsian dan pengungsian. Kemudian pembuatan bahan materi untuk program pendampingan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini pelaksanaan kegiatannya dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pertama dilakukan sosialisasi kegiatan pada bidan desa. Tahap kedua dilakukan sosialisasi kegiatan

(7)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 7 pengabdian masyarakat pada ketua selter di pengungsian. Tahap ketiga pemberian bahan komunikasi informasi dan edukasi pada ketua selter tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Tahap keempat pembuatan program perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi meliputi evaluasi perencanaan dan evaluasi acara. Evaluasi perencanaan bertujuan untuk menilai apakah persiapan kegiatan pengabdian masyarakat sudah optimal atau tidak. Evaluasi perencanaan ini dilakukan dengan lembar evaluasi yang berisi pertanyaan terbuka.

Tahap evaluasi acara bertujuan untuk menilai target acara terpenuhi atau tidak dengan item penilaian meliputi : ketepatan waktu, keteraturan acara, jumlah peserta, daya tarik peserta, kepuasan peserta terhadap penjelasan pembicara dan ketanggapan panitia. Evaluasi acara menggunakan lembar evaluasi dengan pertanyaan tertutup.

Tahap evaluasi ini dilanjutkan dengan kegiatan pembuatan laporan pertanggungjawaban kegiatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tempat Pengungsian Bencana Lahar Dingin Gunung Merapi

Letak geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah yang letaknya berada dikelilingi gunung dan bukit dengan letak geografis berada pada: 1100 – 01’-51” dan

1100- 26’ – 58” Bujur Timur

70 – 19’ – 13” dan 70- 42’ – 16” Lintang Selatan. Dari atas memang tampak banyak pegunungan karena, letak Kabupaten Magelang yang dikelilingi gunung dan bukit yaitu gunung Sindoro, gunung Sumbing, gunung Perahu, gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, gunung Merapi, gunung Andong dan gunung Menoreh. Bukitnya yaitu Bukit Tidar.

Batas- batas Kabupaten Magelang, Sebelah Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang, Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan DIY Yogyakarta, Sebelah Barat : Kabupaten Temangung dan Kabupaten Wonosobo

Di Wilayah Tengah : Kota Magelang.. Kabupaten Magelang tediri dari 21 kecamatan, 372 desa sudah termasuk 2 desa persiapan. Luas wilayah sekitar 108.573 Ha atau sekitar 3,34 persen dari luas Propinsi Jawa Tengah. Luas lahan sawah 37.485 Ha atau 34,52 persen: 45,41 persen berpengairan sederhana, 22,70 persen merupakan sawah tadah hujan, dan lahan keringnya 71.088 Ha atau 65,48 persen. 18,45 persen merupakan sawah berpengairan teknis dan 13,44 persen merupakan sawah berpengairan setengah teknis.

(8)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 8 Paska meletusnya Gunung Merapi, terjadi bencana Banjir Lahar dingin dengan skala besar tercatat 3 kali . yaitu;

1. Kejadian pada tanggal 9 Nofember 2010. 2. Kejadian pada tanggal 3 Januari 2011. 3. Kejadian pada tanggal 9 Januari 2011.

Gunung Merapi sudah tidak batuk-batuk lagi. Tetapi bahaya sekunder tak kalah mengancam. Bahaya sekunder itu adalah ancaman banjir lahar dingin. Minggu (9/1/2011) hujan deras di puncak Merapi menyebabkan banjir lahar dingin yang merusak ratusan rumah di Kabupaten Magelang di Provinsi Jawa Tengah Daerah terjangan banjir lahar dingin terus meluas.

Padahal, saat ini material vulkanik berupa pasir, kerikil, dan batu-batu besar,masih berada di hulu sungai tersebut. Banjir lahar dingin pada Minggu (9/1/11) lalu telah menghanyutkan puluhan rumah dan memutus akses transportasi dari Magelang ke Yogyakarta. Jalur yang menghubungkan dua kota itu tertimbun pasir dan bebatuan.Ketebalan material vulkanik Merapi yang dibawa aliran sungai itu diperkirakan mencapai tiga meter dan panjang 700 meter.

Bencana banjir lahar dingin di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah menenggelamkan 19 kampung, memutus 11 jembatan, menghancurkan lima dam atau bendungan penahan banjir, serta membuat lebih dari 4.000 orang mengungsi. Kampung-kampung terendam pasir hingga ketinggian lebih tiga meter, dan rumah-rumah di tepi sungai hanyut tanpa bekas. Tidak hanya kehilangan rumah dan harta benda, mereka yang menjadi korban juga kehilangan pekerjaan dan bahkan tak berani membayangkan masa depannya lagi.

Terjadinya bencana banjir lahar dingin yang besar mengakibatkan terjadinya pengungsian di beberapa desa yang terkena bencana meliputi beberapa kecamatan,yaitu: 1. Kecamatan Mungkid.

2. Kecamatan Sirahan,Muntilan. 3. Kecamatan Salam

4. Desa Jumoyo

Data yang yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, jumlah pengungsian sebanyak 4702 jiwa, terdapat bayi usia 0--6 bulan sebanyak 37 bayi dan baduta sebanyak 123 anak di beberapa shelter di Kabupaten Mangelang.

(9)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 9 Tabel 4.1. Data Pengungsi

Lokasi Jumlah anak dibawah

2 tahun.

Jumlah pengungsian TPS Tanjung, Desa Ngrajek,

Kec.Mungkid.

25 anak 535 jiwa

TPS Sriwedari, Desa Sriwedari, Kec Siraha, Muntilan Kec.

10 anak 320 jiwa

TPS Tersan Gedhe,

Desa Tersan Gedhe. Kec.Salam

8 anak 248 jiwa

TPA Tanjung PKM Mintilan 1, Kec. Muntilan

15 anak • w

a

Penanggulangan Bencana Lahar Dingin Gunung Merapi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1357 / Menkes /SK / XII / 2001 Tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi yaitu adanya Standar Minimal.

Standar Minimal adalah ukuran terkecil atau terendah dari kebutuhan hidup (air bersih dan sanitasi, persediaan pangan, pemenuhan gizi, tempat tinggal dan pelayanan kesehatan) yang harus dipenuhi kepada korban bencana atau pengungsi untuk dapat hidup sehat, layak dan manusiawi.

Pada pasca bencana beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan kajian lebih lanjut adalah :

1. Perkiraan jumlah orang yang menjadi korban bencana (meninggal, sakit, cacat) dan ciri–ciri demografinya.

2. Jumlah fasilitas kesehatan yang berfungsi milik pemerintah dan swasta. 3. Ketersediaan obat dan alat kesehatan.

4. Tenaga kesehatan yang masih melaksanakan tugas.

5. Kelompok–kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (bayi, balita, ibu hamil, bunifas dan manula)

6. Kemampuan dan sumberdaya setempat

Penanggulangan korban bencana di lapangan pada prinsipnya harus tetap memperhatikan faktor safety / keselamatan bagi penolongnya setelah itu baru prosedur di lapangan yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penanganan, secara umum pada tahap tanggap darurat dikelompokkan menjadi kegiatan sebagai berikut :

(10)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 10 1. Pencarian korban (Search)

2. Penyelamatan korban Rescue) 3. Pertolongan pertama (Live Saving) 4. Stabilisasi korban

5. Evakuasi dan rujukan

Upaya ini ditujukan untuk menyelamatkan korban semaksimal mungkin guna menekan angka morbilitas dan mortalitas. Hal dipengaruhi oleh jumlah korban, keadaan korban, geografi, lokasi, fasilitas yang tersedia dilokasi, dan sumberdaya yang ada. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah : Organisasi di lapangan, komunikasi, dokumen dan tata kerja.

Mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui media lingkungan akibat terbatasnya sarana kesehatan lingkungn yang ada ditempat pengungsian, melalui pengawasan dan perbaikan kualitas Kesehatan Lingkungan dan kecukupan air bersih.

a. Pengadaan Air, Kualitas Air dan Prasarana

Semua orang didunia memerlukan air untuk minum, memasak dan menjaga bersihan pribadi. Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk keperluan minumpun tidak cukup, dan dalam hal ini pengadaan air yang layak dikunsumsi menjadi paling mendesak. Namun biasanya problema–problema kesehatan yang berkaitan dengan air muncul akibat kurangnya persediaan dan akibat kondisi air yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu.

Tolok ukur kunci dalam pengadaan air antara lain persediaan air harus cukup untuk memberi sedikit–dikitnya 15 liter per orang per hari, volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik, jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter, dan 1 (satu) kran air untuk 80 – 100 orang

Kualitas air di sumber–sumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk keperluan keperluan dasar (minum, memasak, menjaga kebersihan pribadi dan rumah tangga) tanpa menyebabakan timbulnya risiko–risiko besar terhadap kesehatan akibat penyakit– penyakit maupun pencemaran kimiawi atau radiologis dari penggunaan jangka pendek.

Tolok ukur kunci kualitas air antara lain : disumber air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10 coliform per 100 mili liter , hasil penelitian kebersihan menunjukkan bahawa resiko pencemaran semacam itu sangat rendah, untuk air yang disalurkan melalui pipa–pipa kepada penduduk yang jumlahnya lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua pasokan air pada waktu ada resiko atau sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air harus didisinfektan lebih

(11)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 11 dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai standar yang bias diterima (yakni residu klorin pada kran air 0,2–0,5 miligram perliter dan kejenuhan dibawah 5 NTU) , konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pengguna air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari pemakaian jangka pendek, atau dari pemakain air dari sumbernya dalam jangka waktu yang telah irencanakan, menurut penelitian yang juga meliputi penelitian tentang kadar endapan bahan– bahan kimiawi yang digunakan untuk mengetes air itu sendiri. Sedangkan menurut penilaian situasi nampak tidak ada peluang yang cukup besar untuk terjadinya masalah kesehatan akibat konsumsi air itu.

Prasarana dan Perlengkapan untuk pengadaan air di tempat pengungsian memiliki tolok ukur kunsi antara lain : setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 10–20 liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alat–alat ini sebaiknya berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup, setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan, bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup banyak untuk semua orang yang mandi secara teratur setiap hari pada jam–jam tertentu. Pisahkan petak–petak untuk perempuan dari yang untuk laki–laki, bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk umum, satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang.

b. Pembuangan Kotoran Manusia

Jumlah Jamban dan Akses Masyarakat korban bencana harus memiliki jumlah jamban yang cukup dan jaraknya tidak jauh dari pemukiman mereka, supaya bisa diakses secara mudah dan cepat kapan saja diperlukan, siang ataupun malam

Tolok ukur kunci pembuangan kotoran manusia antara lain : tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang, penggunaan jamban diatur perumah tangga dan/menurut pembedaan jenis kelamin (misalnya jamban persekian KK atau jamban laki–laki dan jamban permpuan), jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman (rumah atau barak di kamp pengungsian). Atau bila dihitung dalam jam perjalanan ke jamban hanya memakan waktu tidak lebih dari 1 menit saja dengan berjalan kaki, jamban umum tersedia di tempat–tempat seperti pasar, titik–titik pembagian sembako, pusat – pusat layanan kesehatan, letak jamban dan penampung kotoran harus sekurang–kurangnya berjarak 30 meter dari sumber air bawah tanah, dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5 meter di atas air tanah, pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke sumber air mana pun, baik sumur maupun mata air, suangai, dan sebagainya 1 (satu) Latrin/jaga untuk 6–10 orang

(12)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 12 Pengelolaan Limbah Padat di tempat pengungsian antara lain : pengumpulan dan Pembuangan Limbah Padat Masyarakat harus memiliki lingkungan yang cukup bebas dari pencemaranakibat limbah padat, termasuk limbah medis, sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur di sana sebelum sempat menimbulkan ancaman bagi kesehatan, tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum suntik bekas pakai, perban–perban kotor, obat–obatan kadaluarsa,dsb) di daerah pemukiman atau tempat–tempat umum, dalam batas–batas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat empat pembakaran limbah padat yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan secara benar dan aman, dengan lubang abu yang dalam, terdapat lubang–lubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempat–tempat khusus untukmembuang sampah di pasar–pasar dan pejagalan, dengan system pengumpulan sampah secara harian, tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu sedemikian rupa sehingga problema–problema kesehatan dan lingkungan hidup dapat terhindarkan, 7. 2 ( dua ) drum sampah untuk 80 – 100 orang, tempat/lubang sampah padat, masyarakat memiliki cara – cara untuk membuang limbah rumah tangga ehari–hari secara nyaman dan efektif.

Tolok ukur kunci dalam pengelolaan sampah padat antara lain : tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter dari sebuah bak sampah atau lubang sampah keluarga, atau lebih dari 100 meter jaraknya dar lubang sampah umum, tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila limbah rumah tangga sehari–hari tidak dikubur ditempat.

Pengelolaan Limbah Cair (pengeringan) pada tempat pengungsian memperhatikan sistem pengeringan. Masyarakat memiliki lingkungan hidup sehari–hari yang cukup bebas dari risiko pengikisan tanah dan genangan air, termasuk air hujan, air luapan dari sumber– sumber, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair dari prasarana–prasarana medis. Hal–hal berikut dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat keberhasilan pengelolaan limbah cair, antara lain tidak terdapat air yang menggenang disekitar titik–titik engambilan/sumber air untuk keperluan sehari–hari, didalam maupun di sekitar tempat pemukiman, air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran pembuangan air, tempat tinggal, jalan – jalan setapak, serta prasana – prasana pengadaan air dan sanitasi tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air.

Penyakit di Tempat Pengungsian Bencana Lahar Dingin Gunung Merapi

Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit-penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut.

(13)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 13 Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.

Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) dibagi 2 yaitu penyakit yang rentan epidemik (kondisi padat) dan Penyakit dalam program pengendalian nasional. Yang termasuk penyakit yang rentan epidemik yaitu kolera, diare berdarah, thypoid fever, dan hepatitis. Penyakit yang termasuk dalam program pengendalian nasional yaitu campak, tetanus. Penyakit endemis yang dapat meningkat paska bencana antara lain Malaria dan DBD. Penyebab Utama Kesakitan & Kematian di tempat bencana yaitu pnemonia, diare, malaria, campak, malnutrisi, keracunan pangan

Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana, pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas publik. Pengungsi yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu hamil.

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Tempat Pengungsian Bencana Lahar Dingin Gunung Merapi.

Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar kampanye pola hidup bersih dan sehat kepada pengungsi di tiap posko pengungsian. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sudah melakukan kampanye tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada masyarakat, dalam menjaga dan menciptakan PHBS tidak hanya pada saat bencana saja, tetapi setiap waktu perlu menjaga PHBS. Tujuan diadakan kampanye PHBS ini yakni untuk menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan

baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Dalam PHBS tersebut meliputi lima tatanan PHBS yaitu dalam tatanan rumah tangga, institusi kesehatan, sekolah dan tempat umum serta tempat kerja. PHBS sangat penting dan perlu dipahami oleh masyarakat, kata dia, masyarakat harus menjaga dan menerapkan PHBS di lingkungan, baik itu ketika di di lingkungan rumah maupun di lingkungan pengungsi.

Pola hidup sehat dan bersih ini harus terus diterapkan oleh masyarakat,misalnya untuk PHBS di tatanan rumah tangga, masyarakat harus wajib menerapkan dan menjaga pola hidup sehat dan bersih. Ketika seorang anak pada waktunya harus diimunisasi, meskipun di pengungsian anak tersebut tetap harus diimunisasi, diupayakan dengan optimal.

Saat bencana Merapi pihak Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan kampanye kesehatan berupa kegiatan promosi dan preventif secara integrasi

(14)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 14 ada beberapa kegiatan promosi kesehatan yang telah dilakukan. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan sejumlah kegiatan di antaranya penyehatan lingkungan dan penyehatan mental kepada para pengungsi. PHBS di Tempat – tempat Umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat – tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat – tempat Umum Sehat.

Tempat – tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Tempat – Tempat Umum yaitu :

1. Menggunakan air bersih 2. Menggunakan jamban

3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Tidak merokok di tempat umum 5. Tidak meludah sembarangan 6. Memberantas jentik nyamuk

KESIMPULAN

1. Penanganan pengungsi di tempat Pengungsian Bencana Lahar sudah memperhatikan pencarian korban (search), penyelamatan korban rescue, pertolongan pertama (live saving), stabilisasi korban, dan evakuasi dan rujukan

2. Pembuatan program PHBS di tempat bencana sudah dilakukan semua pihak dengan menggunakan PHBS di tempat umum, dimana menggunakan air bersih, menggunakan jamban, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di tempat umum, tidak meludah sembarangan, dan memberantas jentik nyamuk

SARAN

1. Semua pihak yang terkait, lebih memfokuskan penyediaan sarana dan perlengkapan untuk kesehatan untuk penanganan pengungsi di tempat bencana.

2. Pembuatan program PHBS untuk pengungsi di tempat bencana, lebih ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan kepada ketua shelter sebagai tokoh masyarakat di tempat pengungsian. Diharapkan tokoh –tokoh ini mampu memotivasi perilaku masyarakat setempat.

(15)

Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011 15 DAFTAR PUSTAKA

Entjang, Indun. 2000.

Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.

Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip – Prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta. Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI .

Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS. Jakarta, 2007

Surasetya, Admiral. 1998. Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat Dasar di Indonesia. Jakarta : Bharatara.

Timmreck, Thomas. 2004.

Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Yusuf, Farida. 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan yang menunjukkan garis tengah tulangan pada pelat 8 mm dengan jarak 12 cm, adalah : A.. Perbandingan campuran beton untuk kolom kedap air

menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode Qiraati pada anak prasekolah di TK Islam Hidayatullah dilakukan sesuai prinsip perkembangan anak

Tujuan dari pengujian fungsi UPDATE SSD adalah untuk menguji fungsi RUIM dalam prosedur SSD Update untuk menghasilkan nilai SSD baru, seperti terlihat pada Tabel 3 berikut ini

Dalam bagian berikut akan dibicarakan syarat perlu dan cukup Pasangan Adjoin yang penulis kembangkan dari tulisan Rajendran dan Nambooripad (2000).. Sifat Pasangan Adjoin

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika dalam pembelajaran bangun datar persegi dan persegi panjang menggunakan media papan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka pada penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah “Dengan menerapkan metode Demonstrasi memakai media Globe

Ketentuan-ketentuan pasal 49 dan pasal 50 tersebut diatas, Majelis Hakim menyimpulkan bahwa dalam hal terjadi sengketa waris diantara orang-orang yang beragama Islam, maka

 Pimpinan rumah sakit membuat rencana kebutuhan tempat, teknologi, dan sumber daya untuk mendukung pelayanan klinis yang efektif dan aman.  Seluruh staf diberikan