BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Prevalensipenyakit paru obstruktif kronikdisingkat dengan PPOKterus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perokok, polusi udara dari industri dan asap kendaraan yang menjadi faktor risiko penyakit tersebut. Data dari World Health Organisation (WHO, 2011) memperkirakan pada tahun 2020 prevalensi PPOK dari peringkat ke – 6 menjadi peringkat ke – 3 di dunia sebagai penyebab utama kematian tersering di dunia.
Hasil survei studi populasi di Eropa selama 20 tahun, didapati bahwa
hipersekresi mucus merupakan suatu gejala yang paling sering terjadi pada
PPOK, sebagai mekanisme pertahanan akan hipersekresi mucus ini di dapati sebanyak 15% - 53% pada pria paruh umur, dengan prevalensi yang lebih rendah pada wanita sebanyak 8% - 22% (Devereux, 2012).Pada penelitian yang sama untuk 18 negara di Asia Pasifik, angka prevalensi PPOK pada usia 30 tahun keatas, dengan tingkatan rata - rata sebesar 6,3% , dimana Negara Jepang dan Singapura dengan angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% (Mahler,et al. 2013).
Prevalensi PPOK di Indonesia berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENA, 2010)adalah 13 orang per 1.000 penduduk, dan penderita PPOK sebesar 83,2% berusia antara 40 – 81 tahun. Hasil dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT-Dinkes, 2012) menunjukan dilihat dari riwayat merokok, 80,83% laki – laki antara usia 30 – 65 tahun adalah perokok dengan prevalensi
terinfeksi PPOK sebesar 90,83%, dan 2,85% perempuan antara usia 30 – 65 tahun adalah perokok dengan prevalensi terinfeksi PPOK sebesar 65,78%.
Hasil riset Dinkes Propinsi Sumatera Utara, di 6 (enam) Rumah Sakit Umum di Sumatera Utara, Angka Kejadian (AK) PPOK pada tahun 2010 adalah 5,8% dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 7,2%, (Dinkes Sumut, 2012). Namun tidak menutup kemungkinan angka persentase ini dapat meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perokok, dan polusi udara yang melebihi ambang batas di Propinsi Sumatera Utara.
Dari fenomena diatas, menurut Ambrosino & Serradori (2011) dan Russel, et. al. (2012), penanganan klien PPOK tidak hanya mengandalkan terapi farmakologi saja melainkan terapi non farmakologi juga merupakan hal penting yang harus dilakukan.Beberapa teknik terapi non farmokologi adalah dengan latihan pernapasan yang dapat dilakukan diantaranya latihan otot inspirasi seperti
tripod position dan pursed lips breathing.
Tripod position merupakan teknik latihan pernapasan dalam yang
berfungsi untuk meningkatkan tekanan intraabdominal dan menurunkan tekanan diafragma kebagian rongga abdomen (Bhatt, et.al. 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Kim, et. al. (2012) menunjukan aktivitas otot dan pola pernapasan (F) meningkat (Fsebelum latihan tripod position = 3,940 ; ƥ = 0,073 dan Fsesudah latihan tripod
position = 4,662 ; ƥ = 0,037). Metode tripod positionyang diterapkan oleh Kim, et.
al. (2012), dengan duduk dimana punggungmembentuk sudut 30o–45o dan kepala menunduk membentuk sudut 16o–18oyang disanggah oleh kedua telapak tangan berada di pipi, merupakan latihan untuk inspirasi otot (seperti otot pectoralis
mayordan pectoralis minor) yang berkontribusi terhadap pengembangan tulang
rusuk. Adapun mekanisme yang dapat dijelaskan dari hasil tersebut adalah adanya restriksi pergerakan diafragma,meningkatkan tekanan intraabdominal dengan mendekatkan tulang rusuk ke pelvis dan pengembalian aktifitas otot dengan kekuatan yang dipertahankan oleh telapak tangan yang menopang kepala dan lengan yang ditopang oleh paha, sternum, clavicula dan tulang rusuk dapat ditarik ke atas oleh ototscalenemastoid(SM) dan otot sternocleidomastoid(SCM). Kesimpulan dari penelitian Kim, et.al.(2012) adalah dengan meningkatnya pola pernapasan setelah latihan pernapasan tripod position maka dapat mengurangi sesak napas dan sekaligus klien dapat melakukan segala aktivitas yang berhubungan dengan kehidupannya.
Pursed lips breathingmerupakan salah satu teknik latihan pernapasan
dalam dengan melakukan inspirasi (menghirup oksigen) melalui hidung (mulut tertutup) dan ekspirasi(mengeluarkan oksigen) melalui mulut dengan penyempitan bibir (seperti bersiul).Penelitian Afanji dan Hajbaghery (2011),menunjukkan bahwa pursed lips breathing dengan inspirasi melalui hidung selama 2-3 detik dan ekspirasiperlahan-lahan selama 4-6 detik melalui mulut, yang dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari sebelum makan dan sebelum tidur selama 30 menit dan dilakukan secara teratur, maka setelah 3 (tiga) minggu didapat hasil saturasi oksigen (SaO2)meningkat, PaCO2 menurun, frekuensi bernapas menurun, dan tingkat aktifitas sehari-hari meningkat. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa latihan pernapasan pursed lips breathing, dapat menurunkan sesak napas dan membantu klienPPOK mengoptimalkan
kemampuan menjalankan aktifitas hidup sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup.
Hasil penelitian Khazana, et. al. (2012) menunjukkan bahwa latihan pernapasan tripod position dan pursed lips breathing dapat dilakukan secara bersamaan (latihan pernapasan gabungan) dan dapat menurunkan sesak napas yang signifikan serta meningkatkan kualitas hidup klien PPOK. Sistematika latihan pernapasan gabungan dimulai dari latihan pernapasan tripod position, setelah jeda (istirahat) dilanjutkan dengan latihan pernapasan pursed lips
breathing.
Adapun tujuan latihan pernapasan gabungan pada klien PPOK adalah : (1) Untuk mengatur frekuensi dan pola pernapasan sehingga mengurangi air
trapping, (2). Memperbaiki fungsi diafragma, (3). Memperbaiki ventilasi alveoli
dan untuk memperbaiki pertukarangas tanpa meningkatkan kerja pernapasan, (4). Memperbaiki mobilitas sangkar thorax, (5). Mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja pernapasan (Smeltzer, et. al. 2012).
Hal senada juga disampaikan oleh Risti (2013), dalam penelitiannya tentang penatalaksanaan perawat dengan aplikasi latihan pernapasan gabungan (tripod position dan pursed lips breathing) untuk menurunkan sesak napas pada klien PPOK. Hasil dari penelitian ini menunjukkan : klien merasa lebih nyaman dalam bernapas dan dapat melakukan beberapa aktifitas.
Kualitas hidup merupakan kemampuan individu untuk berfungsi dalam berbagai peranyang diinginkan dalam masyarakat serta merasa puas dengan peran
tersebut. Kualitas hidup klien PPOK merupakan ukuran penting karena berhubungan dengan keadaan sesak napas yang akan terganggu status fungsionalnya seperti merawat diri, mobilitas, makan, berpakaian dan aktivitas rumah tangga (Abner, et. al. 2012).
Dalam hal ini perawat sebagai care providerdituntut untuk dapat memberikan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat sehingga dapat membantu klien PPOK. Kebutuhan secara fisik dan psikologis harus tetap dipenuhi selama klien PPOK dirawat (Suradi, 2011).
Menurut Smeltzer, et. al. (2012), kebutuhan secara fisik adalah pemulihan fungsi pernapasan sehingga mengurangi sesak napas pada klien PPOK. Peran perawat dalampemenuhan kebutuhan fisik meliputi pemberian terapi oksigen, nutrisi,eliminasi, cairan dan elektrolit serta kebutuhan yang bersifat maintenance. Kebutuhan secara psikologis adalah pemulihan mental klien PPOK sehingga dapat melaksanakan segala aktivitas sehari-hari tanpa terganggu dengan sesak napas (Ignatavicus & Workman, 2012).
1.2 Permasalahan
Menurut Sellares, et. al. (2011), latihan pernapasan dapat membantu meningkatkan saturasi oksigen (SaO2), mengurangi kerja pernapasan, sehingga otot-otot pernapasan bekerja minimal. Dengan latihan pernapasan dapat mengoptimalkan fungsi paru, dan mengurangi sesak napas sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup klien PPOK.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh latihan pernapasantripod position dan pursed lips breathingterhadap kualitas hiduppada klien PPOK ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh latihan pernapasan tripod position dan pursed lips breathingterhadap kualitas hidupklien PPOK.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi perbedaan atau pengaruh sebelum dan sesudah latihan pernapasan tripod position dan pursed lips breathingterhadap kualitas hidup pada klien PPOK untuk kelompok kontrol.
2) Mengidentifikasi perbedaan atau pengaruh sebelum dan sesudah latihan pernapasan tripod position dan pursed lips breathingterhadap kualitas hidup pada klien PPOK untuk kelompok intervensi.
3) Menganalisa ada atau tidaknya pengaruh sebelum dan sesudah latihan pernapasan tripod position dan pursed lips breathingterhadap kualitas hidup pada klien PPOK untuk kelompok kontrol.
4) Menganalisa ada atau tidaknya pengaruh sebelum dan sesudah latihan pernapasan tripod position dan pursed lips breathingterhadap kualitas hidup pada klien PPOK untuk kelompok intervensi.
1.4 Hipotesis
1. Ho : Tidak ada pengaruh latihan pernapasan tripod position dan
pursed lips breathingterhadap kualitas hiduppada klien PPOK.
2. Ha : Ada pengaruh latihan pernapasan tripod position dan pursed lips
breathingterhadap kualitas hiduppada klien PPOK.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pelayanan kesehatan untuk mengembangkan dan juga mengaplikasikan latihan pernapasan
tripod position dan pursed lips breathingterhadapkualitas hidup pada klien
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). 1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian keperawatan dalam penggunaan latihan pernapasan tripod position dan pursed lips
breathingterhadapkualitas hidup klien PPOK.
1.5.3 Bagi Peneliti Lainnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti lainnya dalam melakukan penelitian tentang latihan pernapasan tripod position dan pursed lips
breathingterhadapkualitas hidup pada klien PPOK. Sekaligus diharapkan
memberikan rekomendasi yangbermanfaat bagi pengembangan riset selanjutnya di bidang keperawatan.