• Tidak ada hasil yang ditemukan

WORK CENTERED ANALYSIS PADA PELAYANAN ONLINE PERIZINAN USAHA INDUSTRI KABUPATEN BOGOR, TANGERANG, DAN BEKASI HERLY NURRAHMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WORK CENTERED ANALYSIS PADA PELAYANAN ONLINE PERIZINAN USAHA INDUSTRI KABUPATEN BOGOR, TANGERANG, DAN BEKASI HERLY NURRAHMI"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

WORK CENTERED ANALYSIS PADA PELAYANAN ONLINE

PERIZINAN USAHA INDUSTRI KABUPATEN BOGOR,

TANGERANG, DAN BEKASI

HERLY NURRAHMI

SEKOLAH PASCARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Work Centered Analysis pada Pelayanan Online Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

Herly Nurrahmi

(3)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(4)

PERIZINAN USAHA INDUSTRI KABUPATEN BOGOR,

TANGERANG, DAN BEKASI

HERLY NURRAHMI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Komputer pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(5)
(6)
(7)

Judul Tesis : Work Centered Analysis pada Pelayanan Online Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi

Nama Mahasiswa : Herly Nurrahmi

Nomor pokok : G651100241

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc. Dr. Yani Nurhadryani S.Si, M.T.

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Pascasarjana Ilmu Komputer

Dr.Yani Nurhadryani S.Si, M.T. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 5 Februari 1987, dari pasangan Bapak Drs. R. Joko Harianto M.Si dan Ibu Osmaili sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 28 Rawang, Padang lulus tahun 1998, pendidikan menengah pertama di MTSN Parak Lawas lulus tahun 2001, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Padang lulus tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Universitas Gadjah Mada melalui jalur masuk Ujian Seleksi Masuk UGM (USM) pada Program Studi Fisika. penulis memperoleh gelar sarjana pada tahun 2010. Selama mengikuti program S1, penulis menjadi anggota Komunitas Fisika (KF) Gadjah Mada (Gama).

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Work Centered Analysis Pada Pelayanan Online Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi” dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Meuthia Rachmaniah M.Sc dan Dr. Yani Nurhadryani S.Si, M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, ibunda, ayah, herly nurrahma, butsainah fadhilah, rekan-rekan S2 Ilkom angkatan 12, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan tesis ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna memperbaiki tesis ini. Atas perhatian penulis ucapkan terima kasih.

Bogor, Juli 2012

(12)

ABSTRACT

HERLY NURRAHMI. Work Centered Analysis of Online Services Development Industrial Business License at Bogor, Tangerang, and Bekasi Regency. Supervised by MEUTHIA RACHMANIAH, and YANI NURHADRYANI. The development of information and communication technologies has delivered a model of public services through e-Government. The aims of this study was to analyse business process of industrial business license at Regency of Bogor, Tangerang, and Bekasi, and to develop business process formula by using application template in general. The background of this study was because of the difficulties encountered for businesses to apply for industries licensing. Those difficulties for example the application process was not effective, efficient and transparent. The method of work centered analysis was used to analyse the business process of industrial business licensing service. Meanwhile, the waterfall method was used to develop application template. By using work analysis framework, it can be observed the part of system in industrial business license system that can be computerized by online application template. The proposed business process of industrial business license consists of six parts: information, administrative verification, document validation, technical verification, processing, and validation. Improvement process were done by eliminating the process of taking registration form, creating invitation letter to the technical team, creating agency notes, discussion of results from field visit, correction license format, elimination of approval sign, and elimination recording. The application template that has been developed based on e-Government was expected to improve business license services performance efectively, efficiently, and transparantly that accordance with the objectives of good governance. application template of Industrial business license can be used as registration and disposition facilities.

Keywords: e-Government, Industrial business license, Business process, Template application

(13)

RINGKASAN

HERLY NURRAHMI. Work Centered Analysis pada Pelayanan Online Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Dibimbing oleh MEUTHIA RACHMANIAH, dan YANI NURHADRYANI.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan model pelayanan publik yang dilakukan melalui e-Government. Pelayanan pemerintah yang birokratis dan kaku dapat dieliminir melalui pemanfaatan

e-Government menjadi lebih fleksibel dan lebih berorientasi pada kepuasan

pengguna. e-Government menawarkan pelayanan publik yang dapat diakses 24 jam, kapanpun dan dari manapun pengguna berada.

Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik, demikian juga perizinan yang terkait dengan usaha. Proses perizinan, khususnya perizinan usaha industri, secara langsung akan berpengaruh terhadap keinginan dan keputusan calon pengusaha maupun investor untuk menanamkan modalnya.

Penelitian ini dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi yaitu dengan menganalisis proses bisnis pelayanan perizinan usaha khususnya perizinan usaha industri serta mengembangkan template aplikasi. Analisis proses bisnis dilakukan dengan menggunakan metode work centered analysis (WCA), sedangkan pengembangan

template aplikasi menggunakan metode Waterfall.

Analisis proses bisnis menggunakan enam komponen kerangka work

centered analysis (WCA) yakni, konsumen, produk, proses bisnis, pelaku,

informasi, dan teknologi. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode

work centered analysis (WCA) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)

Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi masing-masing terdapat perbedaan antara tiap komponen yang pada dasarnya mempunyai fungsi kerja yang sama. Pada sistem perizinan usaha industri manual terdapat proses validasi dan pengecekan lapangan pendaftaran yang. Pada sistem perizinan usaha industri yang terotomatisasi berupa adanya pendaftaran online, disposisi online, upload dokumen permohonan, pengiriman status proses permohonan secara online, dan integrasi proses pendaftaran sampai keluarnya izin,

Formulasi proses bisnis yang diusulkan dilakukan berdasarkan hasil analisis proses bisnis keseluruhan. Usulan formulasi proses bisnis pada izin usaha industri dapat dibagi menjadi enam bagian yakni, informasi, verifikasi administrasi, verifikasi teknis, validasi data, pengolahan, dan pengesahan. Perbaikan proses dilakukan dengan menghilangkan proses pengambilan formulir pendaftaran, pembuatan surat undangan kepada tim teknis, pembuatan nota dinas, pembahasan hasil kunjungan lapangan, pemeriksaan format izin, penghapusan paraf, dan penghapusan pencatatan.

Template aplikasi dibuat dengan menggunakan bahasa pemograman

Hypertext Markup Language (PHP). Template aplikasi perizinan usaha industri

dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas pendaftaran dan disposisi. Template aplikasi juga dapat link pada website Badan Pelayanan Perizinan dengan menginstal pada

web server. Diharapkan adanya fitur khusus untuk memungkinkan adanya

(14)

keamanan. Dari segi legalitas diharapkan adanya fitur tanda terima untuk proses pendaftaran dan disposisi untuk melegalkan proses yang telah dilakukan.

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Ruang Lingkup Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Penelitian Sebelumnya ... 7

Definisi, Konsep, Manfaat dan Model Tahap e-Government ... 7

Pelayanan publik ... 12

Perizinan ... 13

Kebijakan e-Government di Indonesia ... 14

Kajian Perkembangan Perizinan di Indonesia... 15

Perkembangan e-Government di Indonesia ... 16

Proses Bisnis ... 17

Metode Pengembangan Sistem ... 19

Kerangka Penelitian ... 21

Pengumpulan Data dan Informasi ... 21

Analisis Sistem ... 22

Formulasi Proses Bisnis ... 23

Rekomendasi Template ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Data dan Informasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi ... 25

Analisis Sistem Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi ... 32

Rekomendasi Template Perizinan Usaha Industri... 46

Analisis Template Usulan ... 46

Desain Template Usaha Industri ... 50

Pembuatan sistem (code) Template Perizinan Usaha Industri ... 53

Uji Coba Template Perizinan Usaha Industri ... 53

(16)

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN ... 65

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tahapan e-Government World Bank ... 11 2 Tahapan e-Government Gartner Group ... 12 3 Tahapan e-Government United Nations ... 12 4 Perbandingan Komponen Work Centered Analysis pada Sistem Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi ... 39 5 Usulan Sistem Otomatisasi dan Sistem Manual... 46 6 Identifikasi fungsi-fungsi yang diuji ... 54

(18)
(19)
(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Elemen dalam Work Centered Analysis (Alter, 1996) ... 19

2 Model Waterfall (Pressman, 2005) ... 19

3 Alur Proses Penelitian ... 21

4 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bogor ... 25

5 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor ... 26

6 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang ... 27

7 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang (Perbup, 2010) ... 28

8 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi... 30

9 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bekasi ... 31

10 Analisis Kondisi Eksisting Proses Bisnis Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor ... 34

11 Usulan Kondisi Eksisting Proses Bisnis Perizinan Usaha Industri Kabupaten Tangerang ... 35

12 Analisis Kondisi Eksisting Proses Bisnis Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bekasi ... 37

13 Analisis Proses Bisnis Sistem Izin Usaha Industri menggunakan Kerangka Work Centered Analysis (WCA) ... 48

14 Diagram Konteks Sistem Izin Usaha Industri ... 50

15 Desain user interface halaman Utama ... 52

16 Struktur Menu Admin ... 52

17 Struktur Menu Pemohon ... 52

18 Entity Relation Diagram (ERD) ... 53

(21)
(22)
(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Gambar Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi ... 67 2 Standard Operation Procedure (SOP) ... 68 3 Formulir Pendaftaran Perizinan Usaha Industri ... 71 4 Data flow Diagram Level 1 ... 90 5 Data Flow Diagram Level 2 ... 91 6 Usulan Flowmap Perizinan Usaha Industri ... 92 7 Tampilan Menu Template Perizinan Usaha Industri ... 93 8 Tabel Rancangan Database ... 99 9 Panduan Template Perizinan Usaha Industri ... 102

(24)
(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi saat ini telah begitu pesat, sehingga menempatkan suatu bangsa didasarkan atas seberapa jauh bangsa itu menguasai kedua bidang tersebut di atas. Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup dalam lingkungan global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam penguasaan Iptek, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri. Untuk mencapai maksud tersebut pemerintah menuangkannya dalam tujuan dan arah Pembangunan Nasional, salah satunya yaitu pada Bidang Iptek.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai sektor tengah mengalami perubahan. Begitu juga pada sektor pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan model pelayanan publik yang dilakukan melalui e-Government. Pelayanan pemerintah yang birokratis dan kaku dapat dieliminir melalui pemanfaatan e-Government menjadi lebih fleksibel dan lebih berorientasi pada kepuasan pengguna.

e-Government menawarkan pelayanan publik yang dapat diakses 24 jam, kapanpun

dan dari manapun pengguna berada. Pemerintahan 24 jam mengacu pada integrasi dari layanan publik pada masyarakat sebagai pelanggan pelayanan publik (Tambouris, 2001). Bisnis dan pemerintah di seluruh dunia memanfaatkan internet untuk teknologi melayani pelanggan. Internet sebagai saluran penyampaian layanan memungkinkan kedua lembaga swasta dan publik untuk memberikan layanan mereka 24 jam, sehingga memungkinkan mereka untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan mereka (West, 2004). Menyadari akan besarnya manfaat e-Government, pemerintah Indonesia sejak tahun 2003 telah mengeluarkan kebijakan tentang penerapan e-Government dalam bentuk Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003.

Instruksi Presiden No 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Government merupakan “angin segar” bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di bidang pemerintahan. Pemanfaatan teknologi

(26)

komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-Government) akan meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah otonom yang berinisiatif mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi dan informasi dalam bentuk situs web. Namun, implementasi mayoritas situs web Pemerintah Daerah Otonom masih berada pada tingkat pertama (persiapan) dan hanya sebagian kecil yang telah mencapai tingkat dua (pematangan), sedangkan tingkat tiga (pemantapan) dan empat (pemanfaatan) belum tercapai. Artinya, implementasi e-Government di Indonesia baru pada tahap awal, sehingga banyak lembaga pemerintah yang menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan e-Government, ternyata baru pada tahap web presence (Sosiawan, 2008). Salah satu departemen yang telah sukses melaksanakan Government adalah Departemen Keuangan. Pelaksanaan

e-Government di lingkungan Departemen Keuangan melakukan layanan secara

terintegrasi, baik lewat internet maupun lewat jaringan komputer (Juliarta, 2012) Rekonstruksi hubungan antara pemerintah pusat dan daerah di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan pasca terselenggaranya otonomi daerah. Instrumen desentralisasi turut mengubah pengelolaan sumber daya lokal sebagai bentuk pendelegasian wewenang dari pusat pada daerah otonom untuk lebih mandiri. Pelayanan pendukung dari aktivitas usaha seperti izin usaha, kepastian hukum, dan iklim usaha yang kondusif pun peranannya tidak lagi tersentralisasi pada pemerintah pusat semata. Pemerintah daerah kini diharapkan menjadi aktor lokal dalam menciptakan sistem perizinan yang mendukung mekanisme kegiatan usaha dan pengelolaan sumber daya daerah bagi kemaslahatan masyarakat lokal.

Setelah sebelas tahun kebijakan desentralisasi bergulir sebagai wahana perubahan bagi daerah, gradasi tingkat kesejahteraan dan efektivitas pelayanan di daerah otonomi masih belum merata. Tujuan otonomi daerah yang diharapkan mampu menjadi katalis dalam mendekatkan pelayanan kepada masyarakat lokal tidak tercipta secara komprehensif, justru cenderung berjalan parsial (tidak sama di setiap tempat). Indikasi ini antara lain terlihat dari ketidaksiapan beberapa pemerintah daerah untuk menciptakan mekanisme pelayanan perizinan usaha sebagai gerbang utama penyelenggaraan kegiatan usaha di daerah.

(27)

Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik dan salah satu dari beberapa persoalan dalam kegiatan usaha di Indonesia. Secara umum ada tiga persoalan terkait izin untuk kegiatan usaha yaitu prosedur yang berbelit, tingginya biaya, dan ketidakpastian hukum (pudyatmoko, 2008) Proses perizinan, khususnya perizinan usaha industri, secara langsung akan berpengaruh terhadap keinginan dan keputusan calon pengusaha maupun investor untuk menanamkan modalnya. Dampak paling penting dari e-Government pada permohonan izin mengemudi adalah mempercepat proses dan kualitas layanan yang lebih baik dalam hal respon dan reliabilitas tetapi tidak dalam hal akses dan keamanan (Ramessur, 2009). Demikan pula sebaliknya, jika proses perizinan tidak efisien, berbelit-belit, dan tidak transparan baik dalam hal waktu, biaya, maupun prosedur akan berdampak terhadap menurunnya keinginan orang untuk mengurus perizinan usaha industri, dan mencari negara lain yang prosesnya lebih jelas dan transparan. Hal ini tentu saja selanjutnya akan berdampak terhadap ketersediaan lapangan kerja dan masalah-masalah ketenagakerjaan lainnya.

Di Singapura pelayanan perizinan usaha online (Online Business Licensing

Service/OBLS) bertujuan mempersingkat berbagai perizinan yang dikelola oleh

berbagai instansi yang diperlukan untuk menjalankan usaha di Singapura (Thomson & Koh 2010). Dari survei lembaga pemerintah yang dilakukan oleh Janowski et al. pada tahun 2004, pelayanan perizinan yang menonjol di antara beberapa layanan perizinan yang disediakan oleh pemerintah adalah perizinan usaha (Janowski diacu dalam Ojo et al., 2007 ). Untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan analisis proses bisnis pelayanan perizinan usaha khususnya usaha industri pada Badan Pelayanan Perizinan di Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi dengan menggunakan template perizinan usaha industri untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, efektivitas, kecepatan, ketepatan dan kemudahan pelayanan kepada masyarakat. Analisis proses bisnis akan dilakukan dengan menggunakan work centered analysis (WCA). WCA menyediakan cara yang mudah untuk meringkas sistem kerja (Alter, 2008). Kajian proses bisnis dilakukan oleh Hughes et al. (2007) pada pemerintahan lokal dan pusat yang diubah menjadi terpusat, menghasilkan fungsi pemerintahan yang baik,sedangkan fungsi masyarakat masih kurang. Badan Pelayanan Perizinan dipilih karena

(28)

memberikan pelayanan dalam bidang usaha industri. Penelitian ini dilakukan dari segi proses bisnis karena berdasarkan pada Permenpan No. 12 tahun 2011 yang menyangkut reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi proses bisnis dengan melakukan penyederhanaan proses (streamlining/simplification), penghilangan proses yang tidak perlu (elimination), pembuatan proses yang sama sekali baru, pengotomatisasian proses (automation). Kabupaten Bogor, Bekasi dan Tangerang dipilih sebagai objek penelitian ini karena merupakan penyangga daerah DKI Jakarta (Inpres No. 13 tahun 1976) dan juga Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 54 tahun 2008 mengenai Botabek (Bogor Tangerang Bekasi) sebagai Kawasan Strategis Nasional karena wilayah tersebut mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional dari sektor ekonomi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan, sebagai berikut:

1. Melakukan analisis proses bisnis perizinan usaha industri dengan menggunakan work centered analysis (WCA);

2. Membuat formulasi proses bisnis usaha industri dengan mengembangkan

template perizinan usaha industri.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai ruang lingkup, sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi dengan fokus pembahasan dari segi aspek proses bisnis pada perizinan usaha industri;

2. Work Centered Analysis (WCA) sebagai metode analisis proses bisnis pada

perizinan usaha industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat, sebagai berikut:

1. Hasil analisis yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam hal proses

e-Government penyelenggaraan pelayanan perizinan usaha industri secara

(29)

2. Usulan proses bisnis untuk perizinan usaha industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi agar pelayanan publik menjadi lebih efisien, efektif, dan transparan.

(30)
(31)

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Sebelumnya

Penelitian terkait e-Government dilakukan oleh Tambouris (2001) yang melakukan kajian usulan dari sistem platform Governmental Markup Language (GML). GML akan menjadi aplikasi Extensible Markup Language (XML) untuk mendukung life-event dan akan dipromosikan sebagai standar untuk mendukung interoperabilitas antara portal nasional dan instansi pemerintahan lain yang menyediakan konten ke portal. Penelitian pada pelayanan perizinan usaha online (Online Business Licensing Service/OBLS) dilakukan oleh Thomson & Koh pada tahun 2010, yang menghasilkan usulan konseptual tentang multi-agensi pada lembaga terkait perizinan usaha. Penelitian ini menghasilkan kajian keberhasilan pelayanan perizinan usaha online (Online Business Licensing Service/OBLS) dari segi biaya dan kenyamanan. Penelitian lainnya terkait layanan perizinan juga dilakukan oleh Ramessur (2009). Penelitian ini membahas mengenai

e-Governance dan Online Public Services dengan studi kasus pemerintahan

Mauritania. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa e-Governance telah meningkatkan penyediaan layanan e-service dalam segi informasi yang lebih jelas, kualitas baik, layanan modern dan proses yang cepat tetapi masih kurang dari segi keamanan.

Definisi, Konsep, Manfaat dan Model Tahap e-Government

Perkembangan teknologi informasi telah membuka cakrawala baru dalam memperbaiki sistem pemerintahan tradisional yang boros biaya, tidak efisien, dan lambat, sehingga tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman (Yong, 2003). Saat ini pemerintah dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya sehingga dapat melayani masyarakat dengan lebih baik. Transformasi dari government 1.0 ke government 2.0 selain dapat memperbaiki sistem lama juga diharapkan untuk lebih terbuka, transparan, dan demokratis (Lenihan, 2003).

(32)

Konsep e-Government dideskripsikan secara beragam oleh masing-masing individu atau komunitas. Hal tersebut dapat di lihat dari berbagai definisi di bawah ini mengenai e-Government dengan sudut pandang berbeda:

1. Bank Dunia (World Bank) 2001, mendefinisikan e-Government sebagai: “E-Government refers to the use by government agencies of information

technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government.”

2. United Nation Development Programme (UNDP) 2002, mendefinisikan

e-Government sebagai: “E-government is the application of Information and Communication Technology (ICT) by government agencies.”

(UN-DPEPA, 2002).

3. Scholl (2003) menyatakan bahwa e-Government adalah semua proses warga negara dalam pemerintahan yang diselenggarakan melalui perantara jaringan komputer.

4. Nurhadryani (2009) menyatak bahwa e-Governance adalah e-Governance dapat diartikan sebagai penggunaan Information Communication Technologies (ICTs) dalam proses governance dimana

terdapat banyak sektor yang terlibat (tidak hanya sectorpublik tapi juga sektor privat dan sektor non-pemerintah) serta terjadi antar level governance yang berbeda (level 1 international, regional 1, nasional, regional 2 dan local).

Secara umum, e-Government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik. Model penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau

Government-to-Customer (G2C), Government-to-Business (G2B), serta

Government-to-Government (G2G). Tujuan penerapan e-Government adalah

untuk mencapai suatu tata pemerintahan yang baik (good governance). Komponen tata pemerintahan yang baik (good governance) yakni responsive, transparent,

(33)

Menurut Indrajit (2002) konsep e-Government berkembang didasarkan atas tiga kecenderungan:

1. Masyarakat bebas memilih bilamana dan darimana yang bersangkutan ingin berhubungan dengan pemerintahnya untuk melakukan berbagai transaksi atau mekanisme interaksi yang diperlukan selama 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu (non-stop);

2. Untuk menjalankan mekanisme interaksi tersebut masyarakat dapat dan boleh memilih berbagai kanal akses (multiple channels), baik yang sifatnya tradisional (konvensional) maupun yang paling moderen, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun kerja sama antara pemerintah dengan sektor swasta atau institusi non komersial lainnya;

3. Pemerintah dalam hal ini berperan sebagai koordinator utama yang memungkinkan berbagai hal yang diinginkan masyarakat tersebut terwujud, artinya pemerintah akan membuat sebuah suasana yang kondusif agar tercipta sebuah lingkungan penyelenggaraan pemerintahan seperti yang dicita-citakan rakyatnya tersebut.

Sementara itu pada sisi lain menurut Indrajit (2002) e-Government dianggap sebagai internet-based government (pemerintahan online yang berbasis internet). Namun, terdapat juga teknologi pemerintahan elektronik non-internet yang dapat digunakan dalam konteks ini, seperti; telepon, faksimil, personal digital assistant (PDA), short message service (SMS), multimedia messaging service (MMS), jaringan dan layanan nirkabel (wireless networks and services), Bluetooth, closed

circuit television (CCTV), sistem penjejak (tracking systems), Radio Frequency Identification (RFID), indentifikasi biometrik, manajemen dan penegakan

peraturan lalu lintas jalan, kartu identitas (KTP), kartu pintar (smart card) serta aplikasi near field communication (NFC) lainnya, teknologi polling station, penyampaian layanan pemerintahan berbasis TV (Television) dan radio, e-letter, fasilitas komunitas online, newsgroup dan electronic mailing list, chat online, serta teknologi pesan instan (instant messenger). Ada pula sejumlah sub-kategori dari e-Government spesifik seperti mobile government (m-government),

ubiquitous government (u-government), dan aplikasi GIS/GPS untuk e-Government (g-government). Oleh karena itu, maka konsep e-e-Government

(34)

sebenarnya tidak berhenti pada pemanfaatan jaringan teknologi komunikasi informasi berupa internet saja tetapi penggunaan teknologi komunikasi dan informasi lain atau terpadu yang ikut mendukung pelaksanaan pemerintahan dalam rangka menuju pada efisiensi dan efektivitas pelayanan publik.

Efisiensi terdiri atas dua elemen yaitu waktu dan biaya (Tjahjono, 2009). Efisiensi waktu sebagai proses peningkatan kecepatan melalui standarisaasi, digitalisasi dan otomasi disamping pemrosesan informasi yang lebih cepat dimana meningkatan efisiensi waktu. Efisiensi biaya terdiri dari biaya yang sulit untuk diukur (intangible cost) dan biaya yang bisa diukur (tangible cost). Dampak teknologi informasi komunikasi (TIK) terhadap biaya yang sulit diukur berupa berkurangnya sosialisasi, penurunan moral dari dampak penggunaan teknologi informasi komunikasi (TIK) dan internet. Tangible cost contohnya adalah biaya

hardware, software, dan layanan telekomunikasi. Disamping biaya, teknologi

informasi komunikasi (TIK) juga berdampak pada manfaat (benefit), baik berupa manfaat yang mudah dihitung (tangible benefit) maupun manfaat yang sulit dihitung (intangible benefit). Dengan demikian maka dapat diperoleh suatu karakteristik konsep e-Government sebagai berikut (Indrajit, 2002):

1. Merupakan suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder);

2. Melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet); 3. Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama berjalan.

Dari konsep yang komprehensif di atas maka diketahui beberapa manfaat dari pelaksanaan e-Government antara lain (Indrajit, 2002):

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara; 2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan (bebas KKN);

3. Mengurangi secara signifikan biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;

(35)

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan;

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada;

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

Proses menuju e-Government adalah proses evolusi yang terdiri atas beberapa tahap atau fase-fase pengembangan. Beberapa tulisan analitik telah dilakukan oleh Gartner Group, World Bank maupun United Nations (PBB). Masing-masing lembaga ini menyusun suatu konsep model tahapan e

Government. Ketiga model tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Model World Bank

Tahapan yang didefinisikan oleh World Bank merupakan model yang paling sederhana. Model ini mengukur derajat interaksi yang diciptakan dari sistem (situs web) yang dimiliki oleh pemerintah. Bentuk-bentuk keterlibatan ini seragam dengan model tahapan klasik yang banyak dikutip tentang evolusi situs web di dunia komersial. Tiga tahap tersebut adalah (a) Publish, (b) Interact, (c) Transact (Andersen & Henriksen, 2006).

Tabel 1 Tahapan e-Government World Bank

Tahap 1 Publish Tahap 2 Interact Tahap 3 Transact Publikasi informasi

Komunikasi dua arah (email)

Transaksi pelayanan

online

2. Model Gartner Group

Model Gartner menambah tahap keempat sebagai suatu tahapan akhir yang mentransformasikan birokrasi pemerintahan untuk menghasilkan kualitas pelayanan publik yang lebih baik. Tiga tahap awal model Gartner selaras dengan tiga tahap pada model World Bank. Empat tahapan tersebut adalah: (a) Presence, (b) Interaction, (c) Transaction, (d) Transformation (Baum & Di Maio, 2000)

(36)

Tabel 2 Tahapan e-Government Gartner Group Tahap 1 Presence Tahap 2 Interaction Tahap 3 Transaction Tahap 4 Transformation Keberadaan situs web Kemampuan melakukan navigasi dengan bantuan fasilitas search engine Layanan secara online Pelayanan satu pintu

3. Model United Nations (PBB)

Model ini merupakan model yang dipakai oleh Badan Administrasi Pemerintahan PBB, (Division for Public Administration and Development

Management, UNPAN) untuk mengklasifikasikan tahapan e-Government dari

negara-negara yang disurvei dalam laporan tahunannya tentang “E-Government

Readiness Report”. Dalam model ini tahapan awal dipecah menjadi dua tahap

yaitu: tahapan “Presence A” yang masih sangat sederhana (disebut sebagai tahap

Emerging) dan tahapan “Presence B” dengan fitur-fitur tambahan yang lebih

kompleks (disebut sebagai tahap Enhanced). Secara keseluruhan tahapan dalam model PBB ini dibagi menjadi lima tahapan yaitu: (a) Emerging, (b) Enhanced, (c) Interaction, (d) Transactional, (e) Seamless (Andersen & Henriksen, 2006).

Tabel 3 Tahapan e-Government United Nations

Tahap 1 Emerging Tahap 2 Enhance Tahap 3 Interactive Tahap 4 Transactional Tahap 5 Seamless

Situs web Kemunculan situs web semakin meluas Interaksi dua arah Pelayanan online Layanan yang terintegrasi Pelayanan publik

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenpan, 2003). Sedangkan menurut Ojo et al. (2007) pelayanan publik merupakan layanan-layanan yang diberikan oleh pemerintah kepada customer (masyarakat) dan stakeholder. Pelayanan publik dapat diberikan pada tingkat maturity

(37)

(kematangan) yang berbeda, dari mulai informasi prosedur layanan, adanya dukungan online untuk download dan upload formulir dan dokumen pendukung serta untuk layanan transaksi.

Pelayanan publik dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Kemdagri, 2008) yaitu :

1. Kelompok pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan publik;

2. Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik;

3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dihasilkan publik.

Pelayanan publik dapat diselenggarakan dengan pola-pola sebagai berikut :

1. Fungsional, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya;

2. Terpusat, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan;

3. Terpadu Satu Atap, merupakan penyelenggaraan layanan oleh beberapa Kantor/Dinas/Badan yang membuka loket secara bersama-sama;

4. Terpadu Satu Pintu, merupakan penyelenggaraan terpadu yang seluruh prosesnya dilakukan dalam satu lokasi dan dikoordinasi oleh satu Kantor/Dinas/Badan;

5. Gugus Tugas, yaitu pelayanan yang diberikan oleh petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi layanan tertentu.

Perizinan

Menurut Kemdagri Nomor 20 Tahun 2008, izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sedangkan perizinan adalah pemberian legalitas kepada orang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Definisi lain perizinan

(38)

menurut Ojo et al. (2007) adalah layanan yang memberikan berbagai macam hak akses pemerintahan kepada warga negara, bisnis, dan asosiasi. Perizinan memungkinkan suatu penggunaan layanan yang lebih luas dari sarana untuk merancang strategi bisnis dan relasi (Gangadharan & Andrea, 2011).

Kebijakan e-Government di Indonesia

Kebijakan Pengembangan dan Strategi e-Government terdapat pada Inpres nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

e-Government yang berisi: “Pengembangan e-e-Government merupakan upaya untuk

mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien”. Melalui pengembangan e-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Adapun tingkatan e-Government menurut Inpres nomor 3 Tahun 2003, yakni :

1. Tingkat 1: Persiapan, meliputi pembuatan situs informasi di setiap lembaga, penyiapan SDM, penyiapan sarana akses yang mudah, misalnya warnet dan lain-lain;

2. Tingkat 2: Pematangan, meliputi pembuatan situs informasi publik interaktif dan pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain;

3. Tingkat 3: Pemantapan, meliputi pembuatan situs transaksi pelayanan publik dan pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain;

4. Tingkat 4: Pemanfaatan, meliputi pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat interagency relationship (G2G), Government to Business (G2B) dan Government to Citizen (G2C ) yang terintegrasi.

Menurut panduan dari Kominfo (2003), isi minimal pada setiap situs web pemerintah daerah (pemda) mencakup:

(39)

Menjelaskan secara singkat tentang keberadaan pemerintahan daerah (pemda) bersangkutan (sejarah, moto, lambang dan arti lambang, lokasi dalam bentuk peta, visi, dan misi).

2. Pemerintahan Daerah

Menjelaskan struktur organisasi yang ada di pemda bersangkutan (eksekutif, legislatif) beserta nama, alamat, telepon, email dari pejabat daerah. Jika memungkinkan biodata dari pimpinan daerah ditampilkan agar masyarakat luas mengetahuinya.

3. Geografi

Menjelaskan antara lain keadaan topografi, demografi, cuaca dan iklim, sosial dan ekonomi, budaya dari daerah bersangkutan. Semua data dalam bentuk numerik atau statistik harus mencantumkan nama instansi dari sumber datanya.

4. Peta Wilayah dan Sumberdaya

Menyajikan batas administrasi wilayah dalam bentuk peta wilayah (dari Bakosurtanal) dan juga sumberdaya yang dimiliki oleh daerah bersangkutan dalam bentuk peta sumberdaya (dikeluarkan oleh instansi pemda yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pembuat peta) yang dapat digunakan untuk keperluan pengguna.

5. Peraturan/Kebijakan Daerah

Menjelaskan peraturan daerah (perda) yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah bersangkutan. Melalui situs web pemerintah daerah ini semua perda yang dikeluarkan disosialisasikan kepada masyarakat luas.

6. Buku Tamu

Tempat untuk menerima masukan dari pengguna situs web pemda bersangkutan.

Kajian Perkembangan Perizinan di Indonesia

Salah satu jenis pelayanan publik yang memiliki indikasi buruk dalam penyelengaraannya adalah pelayanan perizinan. Pelayanan perizinan selama ini dianggap sebagai salah satu faktor penghambat masuknya investasi (Kurniasih&Anwaruddin, 2007). Hal tersebut tercermin dari banyaknya jumlah

(40)

tahapan untuk memulai bisnis di Indonesia yaitu mencapai 12 tahapan. Sementara waktu yang dibutuhkan untuk memulai bisnis mencapai 151 hari atau yang terlama kedua di Asia.

Buruknya kinerja pelayanan perizinan oleh birokrasi bukan saja terjadi di tingkat nasional tapi yang paling krusial justru di tingkat daerah. Seiring dengan otonomi daerah, bentuk kebijakan yang paling popular di tingkat daerah adalah perizinan. Perizinan di satu sisi merupakan wujud nyata kewenangan daerah dan di sisi lain merupakan sumber pendapatan daerah. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang penyelenggaraan pelayanan publik,namun sampai pada tataran pemerintahan daerah masih belumdirespons secara optimal. Perkembangan e-Government di Indonesia

Dinamika pemerintahan di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan Government Indonesia. Dilihat dari pelaksanaan aplikasi

e-Government, data dari Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) dan

Kementrian Dalam Negeri (Kemdagri), menunjukkan bahwa Indonesia baru memiliki:

1. 6.788 domain go.id (Pandi, 2012);

2. 399 website pemerintah daerah (pemda) Kabupaten (Kemdagri, 2010); 3. 98 website pemerintahan daerah (pemda) Kota (Kemdagri, 2010)

Beberapa pemerintah daerah (pemda) memperlihatkan kemajuan cukup berarti. Bahkan Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan e-Government untuk proses pengadaan barang dan jasa (e-procurement). Beberapa pemda lain juga berprestasi baik dalam pelaksanaan e-Government seperti: Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI Yogyakarta, Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta, Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab Kutai Timur, Pemkab Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul, dan Pemkab Malang.

Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2007 berbagai data yang dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) memberikan jumlah pelanggan internet masih pada kisaran 25 juta. Rendahnya penetrasi internet ini jelas bukan suatu kondisi yang baik untuk mengurangi

(41)

lebarnya kesenjangan digital (digital divide) yang telah disepakati pemerintah Indonesia dalam berbagai pertemuan Internasional.

Banyak orang menganggap apabila suatu Kota atau Kabupaten berhasil melakukan Pelayanan Publiknya berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), maka untuk Kota/Kabupaten lain bahkan pelayanan pemerintahan lainnya pasti berhasil. Kenyataan tidak sesederhana itu karena karakteristik Kabupaten-Kota yang satu dengan Kabupaten/Kota yg lain berbeda. Otonomi daerah ada plus minus nya bagi jalannya pemerintahan. Demikian pula dampaknya terhadap pembangunan e-Government didaerah maupun dipusat. Tidak mudah untuk mengintegrasikan Sistem aplikasi sebagaimana blue print sistem aplikasi

e-Government yang sudah dibuat 2004 oleh Kementerian Komunikasi dan

Informasi. Adanya Dewan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional (DeTIKNas) yang sudah dibentuk satu setengah tahun yang lalu, belum terasa kiprahnya bagi pembangunan e-Government di daerah-daerah (Provinsi maupun pemerintah kabupaten/Kota). Semula Komunitas Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) sangat berharap keberadaan DeTIKNas akan menjadi Akselerator pembangunan e-Government di Indonesia. Ternyata belum..Beberapa contoh dalam hal ini Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK), Single Identity Number (SIN) yang sejak 2004 sudah dicanangkan. Hal ini juga terungkap pada evaluasi 1 tahun DeTIKNas. Kalaupun ada pemerintah kabupaten/Kota yang menonjol e-Government nya. Pemerintah pusat, dalam hal ini departemen departemen terkait tidak bisa banyak berharap, demikian pula pemerintah daerah yang mayoritasnya tidaklah memprioritaskan pembangunan e-Government (Usman, 2008)

Proses Bisnis

Proses bisnis merupakan suatu langkah ataupun aktivitas yang saling berhubungan dengan menggunakan orang, informasi dan sumber daya lainnya untuk menciptakan nilai/value suatu produk kepada internal/eksternal customer (Alter, 1996). Pengertian proses bisnis lainnya menurut Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan) & Reformasi Birokrasi (RB) nomor 12 tahun 2011 adalah tatalaksana (business process) merupakan sekumpulan aktivitas kerja terstruktur dan saling terkait yang menghasilkan keluaran yang

(42)

sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sedangkan menurut Laudon & Laudon (2006) proses bisnis adalah suatu cara unik dalam mengorganisasi aktivitas kerja, informasi, dan pengetahuan untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang bernilai. Proses bisnis merupakan arus kerja konkret dari aktivitas kumpulan pengetahuan, material dan informasi. Proses bisnis pada perusahaan dapat menjadi sumber kekuatan kompetitif jika proses tersebut memungkinkan perusahaan untuk berinovasi secara lebih baik. Proses bisnis dapat juga berarti kewajiban jika didasarkan pada cara kerja yang sudah ketinggalan zaman yang menghalangi kemampuan reaktif dan efisiensi organisasi.

Menurut Lindsay et al. (2003) proses bisnis adalah kumpulan kegiatan yang berhubungan dan terstruktur yang dilakukan oleh satu atau lebih organisasi untuk beberapa tujuan tertentu. Dalam sebuah organisasi hasil proses bisnis merupakan hasil dalam penyediaan layanan atau dalam produksi barang, bagi para

stakeholder internal atau eksternal. Untuk menggambarkan bisnis proses dapat

menggunakan empat perspektif antara lain (Corradini et al. , 2010): 1. Bisnis proses sebagai mesin deterministik;

2. Bisnis proses sebagai sistem dinamis yang kompleks; 3. Bisnis proses interaksi umpan balik;

4. Bisnis proses sebagai konstruksi sosial.

Untuk memahami suatu proses bisnis maka dapat digunakan Work Centered

Analysis yang melihat proses bisnis merupakan dari sebuah sistem. Work Centered Analysis terdiri atas enam elemen sebagai berikut (Alter, 1996):

1. Konsumen/Pemakai, merupakan konsumen internal maupun eksternal yang memanfaatkan keluaran (output) dari proses bisnis;

2. Produk, merupakan keluaran (output) dari proses bisnis;

3. Proses bisnis, merupakan langkah atau aktivitas yang menggunakan orang, informasi, dan sumber lainnya untuk menciptakan produk yang memiliki nilai tambah kepada pengguna atau pemakai baik dari sisi internal maupun eksternal;

4. Participant/ pelaku, merupakan orang yang terlibat secara langsung dalam

sistem;

(43)

6. Teknologi, didefinisikan sebagai perangkat komputer dan telekomunikasi yang menggunakan proses bisnis.

Hubungan antara keenam elemen diatas dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1 Elemen dalam Work Centered Analysis (Alter, 1996) Metode Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem yang digunakan adalah pendekatan model waterfall.

Waterfall dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan

sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada (Pressman, 2005). Di bawah ini adalah representasi model proses waterfall. Metode waterfall merupakan metode pengembangan sistem informasi yang dapat dijadikan dasar dalam pembangunan sistem informasi.

Gambar 2 Model Waterfall (Pressman, 2005)

Pada Gambar diatas terlihat empat tahapan model waterfall yakni, analisis sistem (analysis). Pada tahap analisis dilakukan proses analisis pada sistem, yang dapat berupa analisis terhadap kebutuhan data dan informasi yang harus dipenuhi, analisis terhadap upaya pengembangan, serta alternatif pemecahan masalah untuk proses pada fase-fase berikutnya. Fase selanjutnya desain sistem (design) yakni,

(44)

tahapan perancangan sistem berfokus pada perancangan perangkat lunak atau program (arsitektur software) dengan menentukan struktur data yang digunakan, detail algoritma prosedural serta perancangan terhadap antarmuka (design

interface). Desain dikerjakan setelah kebutuhan selesai dikumpulkan secara

lengkap. Pada fase pembuatan sistem (coding) yakni, hasil perancangan harus diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang dapat dibaca. Desain program diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemrograman yang sudah ditentukan. Setelah fase perancangan sistem (design) fase selanjutnya adalah pengujian sistem (testing) yakni pengujian berfokus pada logika internal perangkat lunak dan pada eksternal fungsional, yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan. Pada tahap ini juga dilakukan pengetesan terhadap pengoperasian yang berujung pada kesiapan untuk diimplementasikan.

(45)

METODE PENELITIAN

Kerangka Penelitian

Pada penelitian ini, langkah yang dilakukan berdasarkan kerangka penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini:

Gambar 3 Alur Proses Penelitian Pengumpulan Data dan Informasi

Dari kajian studi pustaka, selanjutnya dikumpulkan berbagai data dan informasi yang terkait dengan proses bisnis pelayanan perizinan usaha industri yang berlaku di Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi dengan menggunakan metode kualitatif. Penggumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur, observasi dan telaah dokumen.

(46)

Wawancara semi terstruktur dilakukan dengan Bidang Data, Pemproresan, dan Informasi untuk menggali data dan informasi mengenai aspek-aspek perizinan usaha. Observasi dilakukan terhadap struktur dan fungsi yang terkait dengan pelayanan perizinan pada struktur organisasi di Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi. Telaah dokumen dilakukan untuk penggalian data dan informasi dari berbagai dokumen baik berupa buku dan surat-surat keputusan. Data yang digunakan pada pengujian template adalah data

dummy.

Analisis Sistem

Analisis sistem akan dilakukan dari segi proses bisnis dan pengguna. Analisis proses bisnis akan dilakukan dengan menggunakan WCA (Work

Centered Analysis). Pada WCA akan terdapat enam elemen yakni pengguna,

produk, proses bisnis, partisipan, informasi dan teknologi (Alter, 1996).

1. Konsumen, terdiri atas konsumen eksternal dan internal. Penguna eksternal dan internal dari sistem kerja adalah orang-orang yang menerima dan menggunakan output dari sistem kerja. Konsumen internal adalah orang yang berada di dalam struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dalam sistem kerja perizinan usaha industri untuk menciptakan nilai tambah sebelum produk atau jasa dihasilkan organisasi digunakan oleh konsumen eksternal. Konsumen eksternal adalah orang yang menerima dan menggunakan output dari sistem kerja perizinan usaha industri diluar dari struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.

2. Produk, dapat berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh sistem perizinan usaha industri. Biasanya terdiri atas informasi, benda fisik, dan pelayanan.

3. Partisipan/pelaku, merupakan pelaku dalam sistem kerja perizinan usaha industri yang melakukan pekerjaan.

4. Bisnis proses, merupakan serangkaian langkah atau kegiatan pada perizinan usaha industri yang menggunakan orang, informasi, dan sumber daya lain untuk menciptakan nilai baik bagi konsumen internal maupun eksternal.

(47)

5. Informasi, digunakan atau dihasilkan dalam sistem kerja perizinan usaha industri.

6. Teknologi, yang digunakan dalam sistem kerja perizinan usaha industri Output dari analisis ini yakni apakah izin usaha industri dapat dilakukan komputerisasi atau tidak.

Formulasi Proses Bisnis

Dalam tahapan formulasi ini adalah kegiatan menyusun formula untuk dasar proses bisnis perizinan usaha industri. Formulasi proses bisnis pada izin usaha industri mengacu pada peraturan dari Kementrian Perindustrian terkait pemberian izin usaha industri dan hasil analisis proses bisnis yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya sesuai dengan salah satu tujuan reformasi birokrasi maka formulasi proses bisnis juga mempertimbangkan perbaikan proses dengan melakukan (Permenpan dan RB, 2011):

Penyederhanaan proses (streamlining/simplification - S);

Penghilangan proses yang tidak perlu (elimination - E);

Pembuatan proses yang sama sekali baru (reengineering - R); atau

Pengotomatisasian proses (automation - A).

Berdasarkan peraturan terkait pemberian izin usaha industri serta tujuan perbaikan reformasi birokrasi maka formulasi proses bisnis dilakukan dengan melihat beberapa komponen (Inpres, 2003), seperti:

a. Efisiensi, dapat mempersingkat waktu pelayanan perizinan usaha industri,

b. Efektif, pelayanan perizinan usaha industri yang tepat guna, c. Transparansi, keterbukaan pelayanan perizinan usaha industri. Rekomendasi Template

Usulan template dilakukan berdasarkan formulasi proses bisnis dan direpresentasikan dengan menggunakan template perizinan usaha industri. Template ini sebagai tool (alat) untuk merealisasikan rekomendasi yang dibuat. Rekomendasi proses bisnis dilakukan dengan dibuat pengembangan dari sistem yang telah ada. Pengembangan template dilakukan dengan menggunakan metode

(48)

waterfall. Langkah-langkah pengembangan template pada perizinan usaha industri

antara lain:

1. Analisis: tahapan analisis dilakukan dengan menggunakan work centered

analysis (WCA). Analsis ini menghasilkan apakah sistem pada izin usaha

industri pada Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi dapat dilakukan komputerisasi atau tidak. Jika dapat dilakukan komputerisasi maka selanjutnya akan dilakukan perancangan sistem.

2. Perancangan sistem (design): tahapan perancangan sistem berfokus pada perancangan perangkat lunak atau program (arsitektur software) template izin usaha industri.

3. Implementasi sistem (coding): hasil perancangan diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang dapat dibaca. Desain template diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemograman Hypertext

Markup Languange (PHP)

4. Pengujian sistem (testing): Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode blackbox sesuai dengan fungsi-fungsi pada template perizinan usaha industri.

Rekomendasi template dilakukan berdasarkan formulasi bisnis proses dan usulan template. Setelah usulan template aplikasi telah diuji fungsi-fungsi nya maka akan dibuat rekomendasi template perizinan usaha industri.

(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dan Informasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor a. Struktur organisasi

Struktur organisasi dan hubungan kerja satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 4. Dari garis organisasi pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa Bupati adalah pemegang tertinggi pemerintahan Kabupaten Bogor. Pada izin usaha industri, Bupati mengeluarkan undang-undang terkait izin usaha industri dalam peraturan daerah nomor 26 tahun 2008. Selain Bupati kelurahan dan kecamatan juga mempunyai pengaruh pada izin usaha industri yakni, mengeluarkan surat keterangan domisili usaha dari yang diketahui oleh kecamatan. Berdasarkan struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor termasuk kedalam lembaga teknis. Sedangkan struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bogor

(50)

Gambar 5 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor b. Jenis Pelayanan Perizinan

Jenis pelayanan perizinan yang dilayani di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Bogor, yakni izin terkait:

1. Tata Ruang & Bangunan, terdiri atas: izin lokasi, izin mendirikan bangunan gedung (IMBG), izin rumija (Rumah Milik Jalan), dan izin peruntukan penggunaan tanah (IPPT).

2. Ketentraman & Ketertiban, terdiri atas izin gangguan (HO).

3. Lingkungan Hidup, terdiri atas izin pembuangan limbah, dan izin pengeboran air bawah tanah.

4. Usaha, Perindustrian, dan Perdagangan, terdiri atas: izin usaha perdagangan, izin usaha peternakan, izin usaha perikanan, izin perluasan industri, izin usaha industri, tanda daftar industri, tanda daftar perusahaan, tanda daftar gudang, izin tempat usaha, dan izin usaha rumah potong hewan.

5. Konstruksi, terdiri atas izin usaha jasa konstruksi.

6. Bidang Ketenagakerjaan, terdiri atas izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA).

(51)

7. Izin Lain, terdiri atas izin kepariwisataan, izin penyelenggaraan reklame, serta izin salon tipe c dan d.

Setiap layanan perizinan mempunyai persyaratan dan Standard Operating

Procedure (SOP) yang berbeda-beda yang diatur dalam peraturan daerah

Kabupaten Bogor.

c.

Mekanisme Pelayanan Perizinan Usaha Industri

Alur mekanisme pelayanan perizinan usaha industri di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Lampiran 2a. Informasi tentang mekanisme perizinan usaha industri di Kabupaten Bogor dapat diakses melalui website http://bpt.bogorkab.org/. Saat ini tahapan perkembangan e-Government pada perizinan usaha industri di Kabupaten Bogor berada pada tahap presence, yang hanya memiliki website berupa informasi.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dan hubungan kerja satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang

Dari garis organisasi pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa Bupati sebagai pemegang tertinggi pemerintahan Kabupaten Tangerang. Pada izin usaha industri, Bupati mengeluarkan undang-undang terkait dalam Peraturan Bupati. Tugas

(52)

pokok dan fungsi (tupoksi) pelayanan perizinan kabupaten Tangerang dapat dilihat pada peraturan Bupati nomor 32 tahun 2010. Berdasarkan struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang termasuk ke dalam lembaga teknis. Kelurahan dan kecamatan juga mempunyai pengaruh pada izin usaha industri. Kelurahan mengeluarkan Surat Keterangan Domisili Usaha dari yang diketahui oleh kecamatan. Sedangkan struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang (Perbup, 2010)

Berdasarkan struktur organisasi pada Gambar 7, Bidang Pelayanan Perizinan II merupakan bidang yang mempunyai wewenang dalam bidang pelayanan perizinan usaha industri. Bidang Pelayanan II mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan dan penelitian bahan pengajuan berkas perizinan bidang perekonomian, yang salah satunya adalah izin usaha industri.

b. Jenis Layanan Perizinan

Jenis pelayanan perizinan yang dilayani di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang, yakni izin terkait:

1. Tata Ruang dan Bangunan, terdiri atas izin mendirikan bangunan (IMB), izin Lokasi (IL), dan Izin Pemanfaatan Ruang (IPR).

(53)

3. Lingkungan Hidup, terdiri atas izin pembuangan limbah cair (IPCL), izin pengeboran, izin pengambilan air (SIPA), izin pengusaha pengeboran air tanah, izin penurapan mata air, izin instalasi bor, izin galian, dan izin juru bor.

4. Usaha, Perindustrian dan Perdagangan, terdiri atas izin reklame, izin usaha industri (IUI), izin usaha perdagangan (IUP), izin gudang (IG), izin usaha waralaba, surat izin usaha perikanan (SIUP), surat izin penangkapan ikan (SIPI), surat izin kapal penangkap ikan (SIKPI), dan izin usaha peternakan.

5. Konstruksi, terdiri atas izin usaha jasa kontruksi (IUJK).

6. Bidang Ketenagakerjaan, terdiri atas izin operasional PJTKI, penerbitan izin LPTKS lingkup Kabupaten, dan perpanjangan IMTA.

7. Izin lain, terdiri atas izin penyelenggaraan parkir, izin usaha dibidang pelayanan pemakaman dan penguburan, izin penyelenggaraan kursus dan kelembagaan.

Setiap layanan perizinan tersebut mempunyai persyaratan dan Standard Operating

Procedure (SOP) yang berbeda-beda, yang diatur dalam peraturan Bupati tahun

2010.

c. Mekanisme proses pelayanan perizinan

Alur mekanisme pelayanan izin usaha industri dapat dilihat pada Lampiran 2b. Saat ini sistem pada pelayan perizinan terpadu (SIPINTER) di Kabupaten Tangerang kondisi yang ada semuanya bersifat client-server dan beroperasi hanya di kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang. Sistem informasi (SIPINTER) yang ada saat ini sudah mampu menangani sebagian dari proses pelayanan perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang seperti proses entry data untuk pendaftaran, pindah kepemilikan, pindah tempat, pindah bidang usaha. Aplikasi SIPINTER digunakan oleh bagian-bagian tertentu di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang. Dimana prosesnya diawali oleh pendaftaran sampai dengan keluarnya Dokumen. Pada bagian Pendaftaran merupakan bagian yang sangat penting karena merupakan pintu gerbang pemasukan data yang akan di olah dalam SIPINTER ini. Alamat website Badan

(54)

pelayanan perizinan Kabupaten Tangerang dapat diakses melalui www.bp2t.com. Pendaftaran perizinan usaha industri dapat dilakukan dengan melalui website tersebut secara online atau langsung ditunjukkan pada kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang. Saat ini tahapan perkembangan

e-Government pada perizinan usaha industri di Kabupaten Tangerang berada pada

tahap presence, yang hanya memiliki website berupa informasi. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bekasi a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dan hubungan kerja satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini:

Gambar 8 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi

Dari garis organisasi pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa Bupati adalah pemegang tertinggi pemerintahan Kabupaten Bekasi. Pada izin usaha industri, Bupati mengeluarkan undang-undang terkait dalam keputusan dan peraturan bupati. Standard Operating Procedure (SOP) pelayanan perizinan terpadu kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Keputusan Bupati Nomor 503 Tahun 2010. Berdasarkan struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bekasi termasuk kedalam lembaga teknis Kelurahan dan kecamatan juga mempunyai pengaruh pada izin usaha industri. Kelurahan mengeluarkan surat keterangan domisili Usaha dari yang diketahui oleh kecamatan. Sedangkan

(55)

struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Gambar 9. Kepala BPPT Bagian Tata Usaha Bidang Pelayanan Bidang Pemrosesan

Bidang Data dan Informasi Sub Bagian

Perencanaan Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Tim Teknis Jabatan Fungsional

Tim Teknis Tim Teknis

Bidang Evaluasi dan Pengendalian

Tim Teknis

Gambar 9 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bekasi

b. Jenis Layanan Perizinan

Jenis pelayanan perizinan yang dilayani di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Bekasi, yakni izin terkait:

1. Tataruang dan Bangunan, terdiri atas izin lokasi, master plan/site plan, dan izin peruntukan pengembangan tanah (IPPT).

2. Ketentraman dan Ketertiban, terdiri atas izin undang-undang gangguan/HO.

3. Lingkungan Hidup, terdiri atas izin pembuangan limbah cair (IPLC). 4. Usaha, Perindustrian, dan Perdagangan, terdiri atas surat izin usaha

perdagangan (SIUP), surat izin usaha kepariwisataan (SIUK), izin usaha perikanan, penerbitan tanda daftar industri (TDI) / izin usaha industri (IUI), tanda daftar perusahaan (TDP), dan izin reklame.

5. Konstruksi, terdiri atas surat izin usaha jasa konstruksi (SIUJK).

6. Bidang Ketenagakerjaan, terdiri atas izin mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing (IMTA).

7. Izin Lain terdiri atas, izin kerja malam wanita, izin praktek dokter hewan klinik hewan, izin pendirian sekolah, surat pertimbangan pemanfaatan lahan (SPPL), rekomendasi pemasangan lampu PJU, dan pemakaian kekayaan daerah (fasos perumahan).

(56)

Setiap layanan perizinan mempunyai persyaratan dan Standard Operating

Procedure (SOP) yang berbeda-beda, yang diatur dalam keputusan Bupati

Kabupaten Bekasi nomor 503 tahun 2010. c. Mekanisme Pelayanan Perizinan

Mekanisme pelayanan perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bekasi dapat dilihat dari Lampiran 2c. Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bekasi mempunyai alamat website http://bppt-kabbekasi.com/. Saat ini website belum dapat digunakan karena belum diresmikan. Saat ini tahapan perkembangan

e-Government pada perizinan usaha industri di Kabupaten Bekasi berada pada

tahap presence, yang hanya memiliki website berupa informasi.

Analisis Sistem Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi

Analisis sistem dilakukan dengan menggunakan metode WCA (Work

Centered Analysis). WCA terdiri atas enam elemen yaitu: (1) Konsumen, (2)

Produk, (3) Proses Bisnis, (4) Pelaku, (5) Informasi, dan (6) Teknologi. Analisis dilakukan pada izin usaha industri di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi.

Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor

Sistem kerja pelayanan izin usaha industri pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 10. Lama permohonan pelayanan perizinan usaha industri pada Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor sepuluh hari kerja seperti tercantum pada Standard Operation Procedure (SOP) (Lampiran 2a).

a. Konsumen

Komponen konsumen merupakan pengguna sistem kerja eksisting pada perizinan usaha industri (Lampiran 2a). Komponen internal terdiri atas, petugas informasi, petugas pemrosesan, dan Kepala Badan. Sedangkan komponen konsumen eksternal terdiri atas pemohon atau pelaku bisnis yang akan mengajukan permohonan perizinan usaha industri. Pemohon atau pelaku bisnis pada sistem kerja perizinan usaha industri merupakan penerima dan pengguna output dari sistem kerja perizinan usaha industri.

Referensi

Dokumen terkait

Sebarang pelepasan, penyelesaian atau pelepasan boleh dianggap telah dibuat tertakluk kepada syarat bahawa is akan menjadi terbatal sekiranya sebarang bayaran atau sekuriti yang

Hasil yang dicapai adalah dengan menggunakan load balancer beban permintaan dari klien merata ke semua server, dengan teknik failover maka bila load balancer

Pendapat di atas didukung oleh Steers (1985) yang membatasi persepsi terhadap lingkungan kerja sebagai hal-hal karakteristik yang dipersepsikan individu dalam organisasi

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Asuhan

tersebut akan diambil siswa yang terindikasi memiliki disiplin belajar rendah. Penelitian dirancang dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tahap

Hasil analisis proksimat briket bioarang di Desa Kusu pada enam parameter menunjukkan bahwa lima parameter memenuhi standar SNI yang ditetapkan, yaitu parameter kadar air

Hasil penelitian Yuma (2014) menyatakan masa kerja yang lama berkaitan positif dengan menurunnya kemampuan vital pada pekerja ( sig. 0,021).(Anugrah, 2014) Hasil