• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh/by : Ina Winarni, E. Suwardi & A. Marysofa ABSTRACT. Kemiri is multipurpose trees, where all parts of it such as stem, leaves, and fruit meat are

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh/by : Ina Winarni, E. Suwardi & A. Marysofa ABSTRACT. Kemiri is multipurpose trees, where all parts of it such as stem, leaves, and fruit meat are"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMBINASI PERLAKUAN TERHADAP KEUTUHAN BIJI KEMIRI

(Assessing the Effect of Treatments Combined with their Duration on the Intactness of kemiri nuts)

Oleh/by :

Ina Winarni, E. Suwardi & A. Marysofa

ABSTRACT

Kemiri is multipurpose trees, where all parts of it such as stem, leaves, and fruit meat are usetake. The economically part of this tree is kemiri nuts. while another portion beneficial as trade commodity is the seed meat.

This experiment was aimed at assessing which of the three kinds preliminary treatments together with its duration that turned to be the most effective on the quality (i.e. intactness) of kemiri nuts. The treatments as imposed were cooking, oven-heating, and soaking with their varying duration.

The results revealed that the kemiri nuts with the highest intact values (i.e. 40%) was achieved with consecutively 1000 rpm speed spin, the cooking for 4 and 5 hours, oven-heating for 6 hours, and soaking for 24 hours. Further, the longer the cooking and oven-heating, the higher the intactness values.

(2)

ABSTRAK

Kemiri merupakan tanaman serbaguna, dimana hampir seluruh bagian dari tanaman kemiri dapat digunakan, seperti batang, daun, buah dan daging buah. Permasalahannya pengupasan biji kemiri secara tradisional tidak dapat dilakukan lagi dalam skala industri sehingga dibuatnya mesin pengupasan biji kemiri untuk menghasilkan persentase keutuhan biji kemiri yang tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan pendahuluan dan kecepatan putar berapa yang paling efektif agar menghasilkan persentase biji kemiri utuh yang tinggi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah perlakuan pendahuluan berupa perebusan, pengovenan dan perendaman.

Nilai keutuhan biji kemiri tertinggi (40 %) terdapat pada kecepatan putar 1000 rpm, perlakuan rebus 4 jam, oven 6 jam, rendam 24 jam dan rebus 5 jam, oven 6 jam, rendam 24 jam. Semakin lama perlakuan perebusan dan pengovenan, tingkat keutuhan biji kemiri akan semakin tinggi.

Kata kunci : kemiri, perebusan, pengovenan, perendaman

I. PENDAHULUAN

Tanaman kemiri (Aleurites mollucana) termasuk kelompok tanaman tahunan. Umur produktif tanaman kemiri adalah 25-40 tahun dan jarang dapat hidup sampai ratusan tahun, karena kayunya rapuh (Paimin, 1994).

Beberapa nama lain untuk tanaman kemiri adalah buah keras (Malaysia), muncang (Sunda), dama (Minangkabau), kembiri (Batak karo), komere (Madura), derekan (Bali), feno (Timor) dan keminting (Dayak) (Purseglove, 1981 dalam Junaidi, 1995).

Tanaman kemiri banyak tersebar di wilayah Indonesia yang sebagian besar (95%) penanamannya diusahakan oleh rakyat dengan pengelolaan yang

(3)

sederhana, sehingga perkembangan luas areal dan produksinya di Indonesia berjalan lambat serta produktivitas yang dicapai masih rendah (Mauladi et al., 1994 dalam Kusuma, 2003). Berdasarkan data statistik Dirjen Perkebunan tahun 2003 menunjukkan bahwa perkembangan luas dan produksi kemiri di Indonesia selama 5 tahun mengalami penurunan. Produksi dari tahun 1996 sebesar 78,6 ribu ton menjadi 69,5 ribu ton pada tahun 2000 dengan luas areal 182,4 ha menjadi 174,3 ha (Anonim, 2003).

Beberapa kegiatan pasca panen adalah pengupasan kulit luar, pengeringan gelondong, pengupasan kulit biji, dan pengeringan daging biji. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan mengupas kulit luarnya yang berwarna coklat kehitaman (Paimin, 1994). Pengeringan gelondong atau inti kemiri dilaksanakan untuk mencegah rusaknya kemiri oleh cendawan atau serangga sebelum diproses lebih lanjut. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran di panas matahari atau dengan alat pengering seperti bak pengering, kipas (blower) atau unit pemanas.

Pengupasan kulit biji dapat dilakukan secara manual maupun secara kimia mekanis. Cara pengupasan yang dilakukan masyarakat Sulawesi Selatan adalah dengan cara membuat kantong rotan yang berbentuk kemiri, dimana biji dimasukkan kedalamnya, diikat pada ujung tangkai yang panjangnya 30-40 cm. Biji kemiri yang telah dijemur dimasukkan dan dipukul dengan batu, sehingga batoknya terbelah dan daging biji mudah dikeluarkan. Sedangkan cara pengupasan yang dilakukan di Lampung, biji-biji kemiri tersebut direbus terlebih dahulu dan direndam, baru dipecahkan satu persatu (Dali dan Ginting, 1993).

(4)

Pengupasan biji kemiri secara tradisional sudah tidak dapat dilakukan pada skala industri, karena pada skala industri memerlukan mesin untuk mempercepat pengupasan. Untuk itu Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan telah membuat mesin pengupas kulit biji kemiri. Masalah yang timbul dalam penggunaan mesin ini adalah bagaimana cara memperoleh persentase keutuhan biji kemiri yang tinggi. Salah satu cara untuk menghasilkan persentase keutuhan biji yang tinggi adalah dengan memberi perlakuan pendahuluan biji sebelum dikupas dengan mesin tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan pendahuluan dan kecepatan putar berapa yang paling efektif (perlakuan kontrol dengan beberapa kecepatan putar mesin) agar menghasilkan persentase biji kemiri utuh yang tinggi.

II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat

Contoh uji penelitian berupa buah kemiri yang berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Bahan kimia yang digunakan adalah benzena, larutan KOH 0,1 N, Phenol platein, KOH alkoholat 0,5 N, larutan HCl 0,5 N.

Ada pun peralatan yang digunakan adalah mesin pengupas tipe banting (700-1000 rpm), jangka sorong, timbangan, oven, penangas air dan alat-alat bantu lainnya.

(5)

B. Metode

Metode yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu perlakuan perebusan, pengovenan dan perendaman. Setiap perlakuan membutuhkan 100 biji kemiri yang telah dikeringkan selama 3-5 hari di bawah sinar matahari.

Perebusan dilakukan selama 3, 4, dan 5 jam pada suhu 100 C, masing-masing waktu tersebut dioven selama 4, 5, dan 6 jam pada suhu 70 C, kemudian kemiri langsung direndam dalam air dingin (-3 C) selama 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Setelah ditiriskan selama 15 menit, kemiri dipecahkan dengan mesin pemecah biji kemiri dengan menggunakan kecepatan antara 700-1000 rpm dan dihitung persentase keutuhan biji.

Sebelum kemiri diberi perlakuan, terlebih dahulu biji kemiri diukur diameter, nilai kekuatan tekan tempurung dan nilai ketebalan kulit tempurungnya. Nilai diameter ini diperoleh dari rata-rata pengukuran kedua sisi kemiri. Sedangkan untuk nilai kekuatan tekan tempurung biji kemiri diperoleh dari pengukuran kekuatan tekan tempurung dengan menggunakan alat pengukur dengan posisi pengukuran biji kemiri telungkup adalah besar (8.20 kgf) dan kecil (8.50 kgf). Nilai ketebalan kulit tempurung biji kemiri diperoleh dari pengukuran ketebalan kulit kemiri yang besar dan kecil, yaitu besar 0,31 mm dan kecil 0,29 mm.

C. Rancangan Percobaan dan Analisa Data

Analisis data dilakukan secara statistik dengan menggunakan rancangan RAL Faktorial dengan 3 faktor, yaitu waktu perebusan biji terdiri dari 3 taraf (3, 4, dan 5 jam) pada suhu 100 C, faktor kedua adalah waktu pengovenan terdiri dari

(6)

3 taraf (4, 5, dan 6 jam) pada suhu 70 C dan faktor ketiga adakah waktu perendaman dalam air dingin terdiri dari 3 taraf (24 jam, 48 jam dan 72 jam). Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji duncan dengan menggunakan program SAS.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan pengukuran biji kemiri, berdasarkan ukurannya diperoleh diameter rata-rata besar (30.13 mm) dan diameter rata-rata kecil (26.22 mm). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa biji kemiri yang berukuran besar lebih mudah dipecahkan (8.20 kgf) dibandingkan dengan kemiri berukuran kecil (8.50 kgf). Suryani (1994) dalam Kusuma (2003) menyatakan bahwa kekuatan tekan tempurung dipengaruhi oleh luas permukaan bidang tekan biji kemiri. Semakin luas bidang tekan, gaya tekan yang diperlukan untuk memecah biji semakin kecil, demikian juga sebaliknya.

Hasil pengamatan pengukuran persentase keutuhan biji kemiri dengan perlakuan kontrol dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data jumlah keutuhan biji kemiri dari perlakuan kontrol (Table1.Data on the Intactness of kemiri nuts from the controlled)

Kecepatan putaran (speed spin) (rpm) Ulangan (replicating)

Biji belah dua (cut in half nuts)

Biji hancur (destroyed nuts) Biji tidak terkupas (unpeeled nuts) Biji utuh (Intactness nuts) 100 1 - 8 88 4 2 - 4 92 4 500 1 2 18 76 4 2 2 20 70 8 750 1 6 60 32 2 2 4 70 12 14 1000 1 - 92 2 6 2 - 84 4 12 1500 1 - 88 4 8 2 - 90 - 10

(7)

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada perlakuan kontrol kecepatan putaran yang memungkinkan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya adalah kecepatan putaran  1000 rpm karena menghasilkan biji kemiri utuh yang sama dengan 1500 rpm, tetapi biji yang hancur lebih sedikit daripada 1500 rpm. Diameter kemiri yang digunakan adalah yang diameter besar, karena kemiri diameter besar memiliki kekuatan tekan tempurung yang rendah, bahan baku mudah diperoleh dan daging buah mudah terlepas dari biji kemiri.

Perebusan dan perendaman merupakan salah satu tahap yang harus dilaksanakan sebelum pemecahan biji kemiri. Perlakuan perebusan dapat melunakkan lapisan kulit ari yang terdapat diantara daging dan tempurung biji, sehingga daging biji mudah terlepas dari tempurung. Sedangkan pengovenan merupakan variasi perlakuan yang dapat dilakukan selain penyangraian, suhu yang digunakan untuk pengovenan adalah 70C (Junaidi, 1995)

Tabel 2. Persentase rata-rata nilai keutuhan biji kemiri

(Table 2. Average of the percentage on the Intactness of kemiri nuts) Perlakuan (Treatments) Rata-rata nilai keutuhan biji kemiri (%) (Average of intactness kemiri nuts)(%) Perlakuan (Treatments) Rata-rata nilai keutuhan biji kemiri (%) (Average of intactness kemiri nuts)(%) Perlakuan (Treatments) Rata-rata nilai keutuhan biji kemiri (%) (Average of intactness kemiri nuts)(%) A1B1C1 A1B1C2 A1B1C3 A1B2C1 A1B2C2 A1B2C3 A1B3C1 A1B3C2 A1B3C3 2 2 10 17 23 25 21 23 27 A2B1C1 A2B1C2 A2B1C3 A2B2C1 A2B2C2 A2B2C3 A2B3C1 A2B3C2 A2B3C3 18 20 23 17 19 19 31 34 32 A3B1C1 A3B1C2 A3B1C3 A3B2C1 A3B2C2 A3B2C3 A3B3C1 A3B3C2 A3B3C3 28 26 24 40 37 38 40 34 36

(8)

Keterangan :

Faktor A = perebusan (3,4,5 jam) Faktor B = pengovenan (4,5,6 jam) Faktor C = perendaman (24, 48, 72 jam)

Dari Tabel 2. menunjukkan bahwa rebus 4 jam, oven 6 jam, rendam 24 jam dan rebus 5 jam, oven 6 jam, rendam 24 jam memberikan nilai rata-rata keutuhan kemiri yang sama dan tertinggi yaitu 40 % dibandingkan perlakuan lainnya. Dan nilai keutuhan kemiri terendah adalah pada perlakuan rebus 3 jam, oven 4 jam dan rendam 24 jam dan 48 jam sebesar 2 %. Maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan perebusan selama 4 jam, pengovenan 6 jam dan perendaman selama 24 jam telah memberikan nilai keutuhan biji kemiri yang paling baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kusuma (2003) bahwa biji kemiri dengan perendaman 30 menit dan perebusan selama 4 jam menghasilkan nilai rata-rata keutuhan biji kemiri sebesar 47%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin lama perlakuan perebusan, maka tingkat keutuhan biji semakin tinggi.

Dari hasil analisa sidik ragam keutuhan biji kemiri, dapat diketahui bahwa faktor A (perebusan) dan faktor B (pengovenan) berpengaruh sangat nyata terhadap keutuhan biji kemiri, sedangkan faktor C (perendaman) tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara faktor AB dan faktor BC berpengaruh sangat nyata terhadap keutuhan biji kemiri, sedangkan interaksi faktor AC dan faktor ABC tidak berpengaruh nyata.

Pengolahan kemiri sebelum pemecahan merupakan faktor yang sangat menentukan mutu hasil pemecahan baik warna maupun tingkat keutuhannya.

(9)

Hal ini disebabkan kemiri gelondongan terdiri dari kulit dan daging biji, dimana kulit biji tersebut mempunyai sifat yang keras dan daging buah yang lunak serta cenderung melekat pada kulitnya sehingga sulit dikupas (Multono dan Hidayat, 1994 dalam Hidayat, Tatang dan Edy Mulyono, 1996). Dengan adanya proses perlakuan pendahuluan sebelum pemecahan diharapkan mampu menghasilkan persentase keutuhan daging biji.

Tabel 3. Ringkasan Sidik ragam keutuhan biji kemiri

(Table 3. Summary of the analysis variance on the Intactness of kemiri nuts)

Sumber keragaman (Source of variation) Db (df) Jumlah kuadrat (Sum of squares) Kuadrat tengah (Mean of squares) Peluang Pr > F (Probability) A 2 1998.2592 999.1296 0.0001** B 2 2378.2592 1189.1296 0.0001** A*B 4 717.4074 179.3518 0.0001** C 2 26.9259 13.4629 0.1590 A*C 4 10.7407 2.6851 0.8118 B*C 4 201.4074 50.3518 0.0004** A*B*C 8 82.5925 10.3240 0.1998 Model 26 5415.5925 208.2920 0.0001 Galat (error) 27 184.5000 208.2920 Total 53 5600.0925 6.8333

Keterangan (Remarks) : * = Berbeda nyata pada taraf 5% (significant at 5% level)

** = Sangat berbeda nyata pada taraf 1% (highly significant different at 1%) ; R2 = 0,9670

Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semakin lama perlakuan perebusan dan pengovenan tingkat keutuhan biji kemiri akan semakin tinggi. Hal tersebut sesuai dengan Suryani (1994) bahwa semakin lama pengovenan akan menghasilkan biji kemiri yang dagingnya lebih mudah terlepas dari kulit dan utuh. Perbedaan suhu pada waktu pengovenan tidak memberikan pengaruh yang beda nyata, keutuhan biji kemiri hanya dipengaruhi sangat nyata oleh perbedaan lama pengovenan. Hal ini kemungkinan disebabkan selama

(10)

pengovenan, kadar air dalam biji kemiri berkurang sehingga mempermudah daging kemiri terlepas dari selaput daging biji dan tempurung (Kusuma RD., 2003).

Biji kemiri yang dihasilkan dari perlakuan perebusan, pengovenan dan perendaman menghasilkan warna kekuningan dan daging biji bersifat lunak. Hal ini kemungkinan disebabkan keluarnya minyak dari dalam biji karena terjadinya proses keluarnya cairan di dalam sel karena perbedaan viskositas.

V. KESIMPULAN

1. Diameter rata-rata kemiri berdasarkan pengukuran adalah besar (30,13 mm) dan kecil (6,22 mm); nilai kekuatan tekan tempurung adalah besar (8,20 kgf) dan kecil (8,50 kgf); nilai ketebalan kulit tempurung biji kemiri adalah besar (0,31 mm) dan kecil (0,29 mm).

2. Nilai keutuhan biji kemiri tertinggi (40 %) terdapat pada perlakuan rebus 4 jam, oven 6 jam, rendam 24 jam dan rebus 5 jam, oven 6 jam, rendam 24 jam 3. faktor A (perebusan) dan faktor B (pengovenan) berpengaruh sangat nyata

terhadap keutuhan biji kemiri, sedangkan faktor C (perendaman) tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara faktor AB dan faktor BC berpengaruh sangat nyata terhadap keutuhan biji kemiri, sedangkan interaksi faktor AC dan faktor ABC tidak berpengaruh nyata.

4. Semakin lama perlakuan perebusan dan pengovenan, tingkat keutuhan biji kemiri akan semakin tinggi.

(11)

5. Untuk memperoleh biji kemiri yang utuh, kombinasi perlakuan pendahuluan yang baik dengan menggunakan mesin pengupas yang ada di P3THH adalah kecepatan putar mesin pengupas 1000 rpm dengan perebusan 5 jam, pengovenan 5-6 jam dan perendaman selama 24 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Perdagangan luar negeri. Biro Pusat Statistik. Jakarta.

Dali, J dan A.N. Gintings. 1993. Cara penanaman kemiri. Informasi Teknis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.

Hidayat, Tatang dan Edy Mulyono. 1996. Prosiding Seminar dan Temu Lapang Teknologi Konservasi Air Berwawasan Agribisnis Pada Ekosistem Wilayah Sumatera Barat, Teknologi Pengolahan Kemiri dan pengembangannya Di Sumatera Barat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor Junaidi, A.I. 1995. Perancangan Uji Kinerja dan Analisa Biaya Mesin Pengupas

Biji Kemiri (Aleurites Molluccana Willd). Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Mesin Pertanian. Fateta, IPB. Bogor.

Kusuma, D.R. 2003. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap Keutuhan Biji dan rendemen Minyak Kemiri (Aleurites moluccana Willd). Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan, IPB. Bogor

Paimin, F.R. 1994. Kemiri, Budidaya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suryani, I. 1994. Pengaruh Perlakuan Fisik Terhadap Kekuatan Tekan Tempurung Biji Kemiri (Aleurites moluccana Willd). Skripsi Jurusan TeknologiIndustri Pertanian. IPB. Bogor

(12)

Lampiran 1. Ukuran diameter biji kemiri Appendix 1. Diameter size of kemiri nuts

No Diameter (mm)

(Diameter,mm)

Kekuatan Tekan Tempurung (kgf)

(pressure power of kemiri shell,kgf)

Ketebalan kulit tempurung (mm)

(Thickness of kemiri shell,mm)

Kecil Besar Kecil Besar Kecil Besar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 26.5 26.3 27.5 27.3 27.6 25.9 28.0 28.7 24.9 24.7 25.9 27.3 23.3 24.4 26.3 25.5 25.8 25.8 25.1 27.0 25.9 24.9 23.3 26.7 28.0 28.3 27.4 26.3 25.4 26.6 32.5 31.1 30.0 29.9 29.8 32.3 28.9 31.6 28.4 27.9 32.4 31.1 29.6 29.3 32.3 29.0 29.5 31.3 31.1 33.0 30.2 33.2 31.6 28.2 27.7 27.7 28.6 27.8 27.8 30.1 8.0 8.0 9.0 9.0 9.0 8.0 8.0 9.0 8.0 9.0 7.0 10.0 10.0 7.0 8.0 8.0 7.0 9.0 9.0 8.0 10.0 8.0 8.0 10.0 7.0 8.0 10.0 8.0 9.0 9.0 8.0 9.0 8.0 8.0 7.0 8.0 8.0 9.0 9.0 8.0 8.0 9.0 8.0 7.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 9.0 8.0 9.0 9.0 9.0 8.0 10.0 7.0 7.0 9.0 7.0 0.30 0.29 0.30 0.28 0.27 0.29 0.30 0.30 0.30 0.28 0.25 0.29 0.30 0.29 0.30 0.30 0.27 0.30 0.29 0.30 0.29 0.30 0.29 0.30 0.27 0.30 0.30 0.29 0.26 0.30 0.29 0.29 0.31 0.29 0.29 0.30 0.33 0.29 0.34 0.30 0.30 0.32 0.31 0.29 0.32 0.29 0.30 0.31 0.31 0.31 0.30 0.31 0.35 0.31 0.32 0.32 0.32 0.31 0.32 0.31 Rata2 30.13 26.22 8.5 8.2 0.29 0.31

(13)

Winarni, Ina; E.S. Sumadiwangsa & S. Morysofa (Pusat Litbang Hasil Hutan)

(Centre for Forest Products Research and Development)

Pengaruh Kombinasi Perlakuan Terhadap Keutuhan Biji Kemiri

(Assessing the Effect of Treatments Combined with their Duration on the Intactness of kemiri nuts)

Kemiri merupakan tanaman serbaguna, dimana hampir seluruh bagian dari tanaman kemiri dapat digunakan, seperti batang, daun, buah dan daging buah. Nilai keutuhan biji kemiri tertinggi (40 %) terdapat pada kecepatan putar 1000 rpm, perlakuan rebus 4 jam, oven 6 jam, rendam 24 jam dan rebus 5 jam, oven 6 jam, rendam 24 jam. Semakin lama perlakuan perebusan dan pengovenan, tingkat keutuhan biji kemiri akan semakin tinggi.

Kata Kunci : kemiri, perebusan, pengovenan, perendaman

Kemiri is multipurpose trees, where all parts of it such as stem, leaves, and fruit meat are usetake. The results revealed that the kemiri nuts with the highest intact values (i.e. 40%) was achieved with consecutively 1000 rpm speed spin, the cooking for 4 and 5 hours, heating for 6 hours, and soaking for 24 hours. Further, the longer the cooking and oven-heating, the higher the intactness values.

Gambar

Tabel 1. Data jumlah keutuhan biji kemiri dari perlakuan kontrol  (Table1.Data on the Intactness of kemiri nuts from the controlled)
Tabel 2.  Persentase rata-rata nilai keutuhan biji kemiri
Tabel 3.  Ringkasan Sidik ragam keutuhan biji kemiri

Referensi

Dokumen terkait