PRIVACY CONCERN PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Yohanes Wahyu Setia Jati
099114060
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PRIVACY CONCERN PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Yohanes Wahyu Setia Jati
099114060
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
Va dove ti porta il cuore!
Pergilah ke mana hati membawamu!
-Susanna Tamaro-
Ilmu tidak akan habis dibagi
-Prof. Johana E. Prawitasari
Jadilah pembelajar sejati sepanjang hayat
- Prof. A. Supratiknya, Ph.D.-
Failure is the opportunity to begin again, more intelligently.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta,
Penulis
vi
PRIVACY CONCERN PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
Yohanes Wahyu Setia Jati
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna Facebook mencapai 70 juta yang mayoritas penggunanya adalah remaja. Sementara itu, Facebook merupakan media untuk mengungkapkan dan mengekspresikan berbagai hal setiap hari. Hal ini menjadikan segala sesuatu yang diposting di Facebook, rentan untuk disalahgunakan. Salah satu upaya untuk mengungkap seberapa besar kepedulian remaja akan privasinya adalah dengan menelisik tentang Privacy Concern. Privacy Concern adalah perhatian atau kepedulian terhadap privasi terutama tentang bagaimana informasi pribadi dikelola oleh sebuah situs. Privacy Concern terdiri dari 5 aspek, yaitu: aspek koleksi, aspek penggunaan sekunder, aspek akses yang tidak layak, aspek penguasaan, dan aspek kesadaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran Privacy Concern pada Remaja pengguna Facebook (N=79). Subjek penelitian ini adalah remaja berusia 13-19 tahun dan aktif menggunakan Facebook. Instrumen penelitian disusun berdasarkan 5 aspek yang telah dipaparkan. Validitas instrumen diukur menggunakan Indeks Validitas Isi-Item dan Indeks Validitas Isi-Skala (0,856). Koefisien korelasi item total skala Privacy Concern berkisar antara -0,544 hingga 0,654. Item-item yang tidak lolos seleksi nilainya berkisar antara -0,544 hingga 0,254. Nilai koefisien Alpha Cronbach pada skala tersebut adalah 0,939 dengan hasil perhitungan Delta Ferguson sebesar 0,945041.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek memiliki kecenderungan Priva cy Concern yang rendah (μh = 170 > μe = 164,38). Perhitungan masing-masing aspek menemukan bahwa aspek Collection (41,01) dan Improper Access (42,06) cenderung lebih tinggi daripada aspek Secondary Usage (29,73), Control (27,95), dan Awareness (23,62). Selain itu, Privacy Concern pada remaja laki-laki pengguna Facebook cenderung rendah (163,72) dibandingkan dengan remaja perempuan (164,93) pengguna Facebook (rerata teoritik: 170).
vii
PRIVACY CONCERN TOWARDS TEENAGE FACEBOOK USER
Yohanes Wahyu Setia Jati
ABSTRACT
Indonesia is the country with the number of Facebook users reached 70 million, the majority of users are teenagers. Meanwhile, Facebook is a medium to post and express various things every day. It makes everything posted on Facebook, are prone to be abused. One way to reveal how much adolescents have attention to privacy is by researching on Privacy Concern. Privacy Concern is a care or concern for privacy, especially about how personal information is managed by a site. Privacy Concern consists of five aspects, namely: the collection aspect, the aspect of secondary use, improper access aspect, the aspect of control, and aspects of consciousness. This study aimed to describe the picture to the Teen Privacy Concern Facebook users (N = 79). The subjects of this study are adolescents aged 13-19 years and actively using Facebook. The research instrument is based on five aspects that have been presented. The validity of the instrument was measured using the Content Validity Index-Item and Content Validity Index-scale (0.856). Item total correlation coefficients Privacy Concern scale ranging from -0.544 to 0.654. Items that do not qualify for selection in value ranged from -0.544 to 0.254. Cronbach's alpha coefficient values on the scale are 0,939 with the calculated Delta Ferguson amounted to 0.945041. The results of this study indicate that the subject has a low tendency to Privacy Concern (μh = 170> μe = 164.38). Calculation of each aspect found that aspect Collection (41.01) and improper Access (42.06) tends to be higher than the aspect of Secondary Usage (29.73), Control (27.95), and Awareness (23.62). Additionally, Privacy Concern in adolescent male Facebook users tend to be low (163.72) compared to girls (164.93) Facebook users (mean theoretical: 170).
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yohanes Wahyu Setia Jati
NIM : 099114060
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PRIVACY CONCERN PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran dan keadaan yang sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 9 Maret 2017 Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur saya panjatkan kepada Tuhan, atas segala kesempatan, berkat, dan
anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian dengan judul ‘Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook’ ini diajukan kepada
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi sebagian dari
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Proses penyusunan skripsi tidak akan selesai tanpa adanya bantuan,
dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak, Ibu, dan Adik yang senantiasa mengingatkan dan mendukung
dengan berbagai cara.
2. Keluarga di Bejen (Sleman), keluarga di Sagan (Sleman), keluarga di
Daratan (Sleman), keluarga di Pudak Payung (Ungaran), dan keluarga
di Bandung (Kutoarjo) yang senantiasa memberi ruang untuk singgah
dan berbagi resah. Kehangatan dan penerimaan yang tulus mengajarkan
saya arti sebuah persahabatan.
3. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Wakil Rektor I atas
izin perpanjangan masa studi yang telah diberikan.
4. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku Dekan Fakultas
Psikologi atas izin yang telah diberikan kepada penulis dalam
melakukan penelitian ini.
5. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku ketua program studi yang tak
x
6. Bapak C. Siswa Widiyatmoko M.Psi selaku dosen pembimbing
akademik atas kesabaran dan perhatian serta dukungan untuk
menyelesaikan studi ini.
7. Bapak Prof. Augustinus Supratiknya, Ph.D. selaku dosen pembimbing
skripsi. Terima kasih atas pendampingan selama ini sehingga saya
akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini.
8. Ibu Dr. Tjipto Susana, Ibu Maria Laksmi Anantasari, M.Si., dan Bapak
Minta Istono, M.Si. atas kesediaannya sebagai anggota Panel Ahli.
9. Mas Gandung dan Bu Nani serta mbak-mbak asisten Sekretariat.
Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan administratif sejak
semester satu hingga saat ini.
10. Seluruh dosen dan karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah berkenan untuk berbagi banyak hal selama masa
perkuliahan.
11. Mas Albertus Harimurti yang telah meluangkan banyak waktu dan
kesempatan untuk bertukar gagasan dan membantu mencari jawaban
atas kebingungan-kebingungan selama proses menyelesaikan
penelitian.
12. Vita Dharmaadi ‘Gandring’ yang selalu menyentil untuk segera
menyelesaikan skripsi. Terima kasih karena telah berbagi banyak hal
sejak semester pertama. Juga Haryono Teguh, Josep Andang,
Bonaventura Dinar, teman sedari awal yang senantiasa berbagi
xi
13. Pak Jaya dan Pak Broti untuk pencerahan seputar penelitian dan
perhitungan statistiknya, serta teman-teman di kontrakan TN (Mas
Indra, Mas Abu, Mas Windra, Mas Bambang, Mas Komenk, Mas Iwil,
Mas Topik, Mas Simin, Mas Barjo, Mas Kowok, Mas Wawan). Juga
untuk Mas-mas dan mbak-mbak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu. Terima kasih untuk tiap perjumpaan, obrolan, dan guyonan
yang semakin mewarnai perjalanan studi di Psikologi.
14. Teman-teman bimbingan skripsi ‘Anak-anak Profesor’ yang senantiasa
memberi semangat dan menjadi teman diskusi skripsi yang hebat.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Remaja Pengguna Facebook ... 9
1. Pengertian dan Dinamika Perkembangan Remaja ... 9
2. Facebook dan Dinamika Remaja Penggunanya ... 11
B. Privacy Concern ... 16
1. Pengertian Priva cy Concern ... 16
2. Aspek Privacy Concern ... 17
3. Fungsi Privasi ... 19
4. Faktor yang Berpengaruh ... 21
C. Privacy Concern pada Remaja Pengguna Facebook ... 24
BAB III: METODE PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Variabel Penelitian ... 29
C. Definisi Operasional ... 29
D. Populasi dan Sampel ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur ... 35
1. Validitas Skala Privacy Concern ... 35
2. Seleksi Item Skala Privacy Concern ... 37
3. Bentuk Final Skala Privacy Concern ... 40
4. Reliabilitas Skala Privacy Concern ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 43
B. Deskripsi Subjek Penelitian. ... 43
C. Uji Normalitas ... 47
E. Pembahasan ... 53
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Keterbatasan Penelitian ... 61
C. Saran ... 61
DAFTAR ACUAN ... 63
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print Skala Privacy Concern sebelum Uji Coba ... 34
Tabel 3.2 Rentang Jawaban dan Pembagian Skor dalam Skala ... 35
Tabel 3.3 Hasil Uji Korelasi Item Total Skala ... 37
Tabel 3.4 Hasil IVI-I dan Uji Korelasi Item Total ... 39
Tabel 3.5 Blue Print Skala Privacy Concern setelah Uji Coba ... 40
Tabel 4.1 Sebaran Usia Subjek Penelitian ... 43
Tabel 4.2 Sebaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 43
Tabel 4.3 Sebaran Waktu Kepemilikan Akun ... 44
Tabel 4.4 Sebaran Intensitas Mengakses Facebook ... 44
Tabel 4.5 Sebaran Lama Waktu Mengakses Facebook ... 45
Tabel 4.6 Sebaran Jumlah Daftar Teman Facebook ... 45
Tabel 4.7 Sebaran Aktivitas Selama Mengakses Facebook ... 46
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data ... 47
Tabel 4.9 Penghitungan Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala ... 48
Tabel 4.10 Penghitungan Mean Teoritik dan Mean Empirik Tiap Aspek . 48 Tabel 4.11 Hasil Uji T Sampel Tunggal ... 50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Skala Priva cy Concern sebelum Uji Coba ... 71
Lampiran Hasil Reliabilitas dan Daya Diskriminasi ... 82
Lampiran Skala Priva cy Concern untuk Penelitian ... 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran internet telah meretas ruang global dan menjadikannya terbuka
tanpa batas sehingga setiap titik wilayah dan penghuninya demikian mudah saling
terhubung (McKenna dan Burgh,1998). Menjadi lumrah manakala kehidupan
sehari-hari senantiasa memerlukan akses internet dan komunikasi melalui gadget
(Haythornthwaite, 2001). Di Indonesia, akses internet telah merambah 88,1 juta
orang (34,9%) dengan menggunakan gadget (85%) dan tujuan utama (87.4%) untuk
berjejaring sosial (APJII, 2015). Menarik untuk mencermati fakta bahwa Indonesia
merupakan salah satu dari lima pasar sosial-media di dunia karena 65 juta
masyarakatnya aktif menjelajahi Facebook (Global Indonesian Voice, 2014).
Hingga akhir tahun 2014, 97% pengguna internet di Indonesia memiliki akun
Facebook dan 62% di antaranya merupakan pengguna aktif (GlobalWebIndex,
2014).
Pengguna aktif Facebook hingga saat ini masih didominasi oleh pelajar
dan mahasiswa (Christofides, Muise dan Desmarais 2009; Tufekci 2008). Di
Indonesia, mayoritas pengguna internet berumur 18-25 tahun dengan prosentase
sebesar 49% atau hampir setengah dari total jumlah pengguna internet di Indonesia
(APJII, 2015). Mudah diduga bahwa remaja sebagai mayoritas pengguna media
sosial seperti Facebook sedang mengalami perubahan dan perkembangan
sisi, Facebook menawarkan interaksi sosial yang tak berujung pada pengungkapan
informasi pribadi (self-disclose), menjalin hubungan, dan membangun jaringan. Di
sisi lain, orang muda (usia 13-16 tahun) umumnya memiliki pemahaman yang
beragam tentang informasi pribadi dan siapa yang boleh mengetahui informasi
privat tersebut (Livingstone, 2008). Selain itu, mereka juga kesulitan untuk
mengelola privasi di halaman jejaring sosial seperti Facebook (Livingstone, 2008;
Taraszow, dan kolega, 2010; Tufekci, 2008). Hal ini menjadikan informasi pribadi
yang diposting melalui Facebook rentan untuk disalahgunakan.
Penyalahgunaan informasi sangat mungkin terjadi karena segala sesuatu
yang diunggah ke laman Facebook oleh pemilik akun dapat dilihat dan diawasi oleh
pihak lain yang anonim. Alih-alih iseng mengungkapkan gagasan atau perasaan
melalui status Facebook, beberapa malah mendapatkan cibiran bahkan berurusan
dengan hukum (Prasetya, 2015). Sejumlah remaja telah menjadi korban karena
berinteraksi secara aktif dalam jejaring sosial Facebook. Beberapa di antaranya
menjadi korban penghinaan, penipuan, penculikan, hingga pelecehan seksual
(Affan, 2010). Para pelaku kejahatan memanfaatkan kepolosan para remaja dengan
beragam bujuk rayu dan iming-iming sebelum akhirnya melakukan kejahatan dan
kekerasan seksual (Indarini, 2014).
Patut diduga bahwa para pengguna Facebook masih menganggap dunia
online sebagai aktivitas di wahana pribadi. Padahal, akun media sosial berbasis
internet seperti Facebook sebenarnya adalah sebuah ruang publik yang masif
(Grimmelmann 2009; Peluchette dan Karl 2010). Hal ini membuat para pengguna
online terkait dengan identitas diri yang privat. Bahkan, secara naif sebagian besar
remaja tidak peduli pada risiko pengungkapan identitas yang dilakukan melalui
Facebook (Christofides, Muise dan Desmarais, 2009). Hal ini menjadikannya
masuk ke dalam kategori usia dengan risiko pencurian identitas paling tinggi
(Winterdyk dan Thompson 2008; Nosko, Wood, dan Molema, 2010) yang justru
dilakukan oleh orang yang mengenal pemilik akun (Debatin dan rekan, 2009)
sehingga menimbulkan konflik dengan orang tua (Youn, 2005) dan berdampak
negatif terhadap relasi romantis (Muise dan rekan, 2009). Paparan di atas
menunjukkan bahwa kerentanan dan penyalahgunaan terjadi karena kurangnya
perhatian akan privasi atau yang sering disebut sebagai privacy concern (PC).
Privacy concern (PC) pada dasarnya adalah perhatian atau kepedulian dari
dalam diri pengguna pada segala hal yang bersifat subjektif personal (O'Neil, 2001;
Poortinga, Steg, dan Vlek, 2004, dalam Steg, Berg, dan de Groot, 2013). Dalam
konteks penggunaan media sosial seperti Facebook, PC adalah sejauh mana
penggunanya memperhatikan kinerja situs jejaring sosial/media sosial dalam
pengumpulan dan penggunaan informasi personal miliknya. PC mencerminkan
persepsi individu atau keprihatinannya tentang bagaimana informasi pribadi
dikelola oleh sebuah situs atau keinginan untuk menjaga informasi pribadi dari
tangan orang lain (Rifon dan kolega, 2007; Hong dan Thong, 2013).
Privasi memiliki beberapa aspek (Hong dan Thong, 2013) yang terdiri dari
aspek koleksi (collection), aspek penggunaan sekunder (seconda ry usage), aspek
akses yang tidak layak (improper access), aspek pengendalian atau penguasaan
mana seseorang peduli atau khawatir pada jumlah informasi pribadi yang
dikumpulkan atau dikelola oleh sebuah situs; termasuk pula sejumlah data pribadi
yang dihimpun dan disimpan di pangkalan data (database) sebuah situs (Smith,
Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong,
2013).
Aspek penggunaan sekunder berhubungan dengan sejauh mana seseorang
peduli atau khawatir pada informasi pribadi yang dikumpulkan atau dikelola untuk
satu tujuan tertentu tetapi pada kenyataannya digunakan untuk tujuan lain tanpa
sepengetahuan dan otorisasi dari individu pemilik informasi tersebut (Smith,
Milberg, dan Burke, 1996; Hong dan Thong, 2013).
Aspek akses yang tidak layak berhubungan dengan sejauh mana seseorang
peduli atau khawatir tentang informasi pribadi yang diungkapkan pada sebuah situs
dapat diakses oleh pihak lain tanpa otorisasi dan tanpa sepengetahuan pemilik
informasi (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Hong dan Thong, 2013).
Aspek penguasaan atau pengendalian berkaitan dengan sejauh mana
seseorang peduli atau khawatir ketika dirinya tidak memiliki kendali atau kuasa
yang memadai terhadap informasi pribadi yang telah diungkapkan pada sebuah
situs (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong
dan Thong, 2013).
Aspek kesadaran berhubungan dengan sejauh mana seseorang peduli atau
khawatir tentang kesadaran terhadap praktek privasi pada sebuah situs tertentu.
Aspek ini berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan seseorang ketika
dengan pengelolaan privasi (Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong,
2013).
Meningkatnya antusiasme dan animo penggunaan media sosial telah
membawa diskursus tentang masalah privasi. Semenjak berbagai situs jejaring
sosial bermunculan, wacana tentang privasi pun mulai mengemuka (Dwyer, 2007).
Penelitian terdahulu kebanyakan cenderung lebih berfokus pada dampak privasi
(Fogel dan Nehmad, 2008; Dwyer dan rekan, 2007). Beberapa lebih meneliti
tentang persepsi tentang pengelolaan informasi dan privasi (Introna dan Pouloudi,
1999; Govani dan Pashley, 2005; Christofides dan rekan, 2009). Penelitian lain
berupaya menelisik korelasi antara profil akun dengan jumlah teman yang dimiliki
di Facebook (Ellison, Steinfeld, dan Lampe (2007); makin banyak informasi yang
diungkapkan makin banyak orang yang akan menanggapi. Selain itu, penggunaan
Facebook ternyata bukan hanya sebagai alat komunikasi, melainkan juga sebagai
media konstruksi identitas (Zhao, Grasmuck, dan Martin, 2008; Christofides dan
rekan, 2009).
Kendati diskursus tentang privasi telah berkembang, penelitian tentang
privasi penggunaan Facebook masih sangat jarang ditemukan di Indonesia. Salah
satu yang dapat diakses adalah penelitian tentang pengelolaan privasi pada
pengguna Facebook yang merupakan korban cyberstalking (Putri, Nirwana, dan
Sobari; 2012). Laporan penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sebagian besar
korban cyberstalking tidak menerapkan pengelolaan privasi dalam berkomunikasi
dan berinteraksi menggunakan Facebook. Dalam penelitian tersebut juga
Facebook. Lebih jauh lagi, peneliti menekankan tentang kontrol privasi yang jika
semakin dipahami akan dapat mengurangi kemungkinan pencurian identitas.
Penelitian terdahulu –baik di berbagai penjuru dunia maupun di
Indonesia– masih belum membahas secara lebih dalam tentang pemahaman akan
keamanan identitas pribadi dan perubahan perilaku pada penggunaan Facebook
(Lewis, Kaufman dan Christakis 2008; Timm dan Duven 2008). Sejumlah
penelitian lebih fokus pada kaitan privasi dengan aktivitas pemasaran dan
pembelian secara online (Markel, 2005; Sheehan dan Hoy, 2000; Turow dan
Hennessy, 2007; Sularto, 2004, Rianto, Lumanto, dan Meiningsih, 2013). Selain
itu, beberapa penelitian cenderung menelisik 1 aspek privasi (informational
privacy) dan belum secara khusus mendalami aspek psikologis khususnya berkaitan
dengan keamanan identitas pribadi. Penelitian terbaru telah menghasilkan beberapa
model pengukuran Priva cy Concern (Malhotra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan
Thong, 2012). Hanya saja, model-model ini tidak memasukkan gagasan-gagasan
seperti afek, situasi perasaan, dan emosi; melainkan bergantung pada pendekatan
kognitif-konsekuensialis (Nyshadham dan Minton, 2013). Model tersebut belum
secara khusus menelisik kepedulian privasi penggunaan Facebook; sekalipun telah
berfokus pada kemampuan mengambil keputusan terhadap kepedulian privasi
dalam menggunakan internet dan media sosial.
Guna menjawab defisiensi penelitian sebelumnya, penelitian ini hendak
mengembangkan model pengukuran privacy concern para remaja pengguna
Facebook di Indonesia dengan menggunakan metode penelitian deskriptif.
dinamika penggunaan Facebok yang tidak bisa lepas dari akses dan koneksi
internet. Selain itu, pengambilan data secara online juga dapat menjangkau jumlah
partisipan dari berbagai penjuru tanah air.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pokok: Seberapa besar kepedulian/perhatian akan privasi
(privacy concern) pada remaja pengguna Facebook?
Pertanyaan turunan:
1. Seberapa besar kontribusi masing-masing aspek terhadap privacy
concern pada remaja pengguna Facebook?
2. Apakah terdapat perbedaan perhatian akan privasi antara laki-laki dan
perempuan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang privacy
concern pada remaja pengguna Facebook di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoretis
pengguna Facebook yang bisa digunakan untuk mengembangkan teori
psikologi sosial dalam dunia maya.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi
dan sumber informasi sehingga ilmu pengetahuan dapat semakin
berkembang; khususnya psikologi perkembangan remaja dan
psikologi sosial. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar
bagi penelitian yang berkaitan dengan perhatian akan privasi pada
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja Pengguna Facebook
1. Pengertian dan Dinamika Perkembangan Remaja
Masa remaja adalah periode transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan biologis, kognitif, dan
sosio-emosional (Santrock, 2014). Masa ini merupakan istilah umum untuk
menyebut orang muda yang berusia 13-19 tahun (Davies dan Eynon, 2013).
Steinberg (2002 dalam Davies dan Eynon, 2013) membagi tiga fase masa
remaja menjadi masa remaja awal yang berlangsung pada usia 10-13 tahun,
masa remaja madya yang berlangsung pada usia 14-18, dan masa remaja akhir
yang berlangsung hingga akhir usia 20-an.
Stanley Hall (Santrock, 2014) menyebutkan masa remaja sebagai masa ‘badai dan stres’ yaitu masa ketika terjadi pergolakan yang disebabkan
oleh konflik dan perubahan suasana hati. Dalam masa ini, pikiran, perasaan dan
tindakan orang muda sedang terombang-ambing antara kesombongan dan
kerendahan hati, niat baik dan godaan hawa nafsu, kebahagiaan dan kesedihan.
Sementara itu, Erikson (Santrock, 2014; Moshman, 2011) mengungkapkan
bahwa dalam masa tersebut, remaja mengeksplorasi siapa dirinya, apa saja
berhasil melampaui tahap ini maka ia dapat mencapai identitas positif.
Sebaliknya, jika tahap ini tidak bisa dilewati, maka akan terjadi kebingungan
identitas (Santrock, 2014; Moshman, 2011). Piaget (Santrock, 2014;
Moshman, 2011) melihat masa remaja sebagai saat di mana perkembangan
kognitif berada dalam tahap operasional-formal. Tahap ini berlangsung antara
usia 11 sampai 15 tahun dan berlanjut hingga masa dewasa. Pada tahap ini
seorang remaja mulai memiliki idealisme, mampu berpikir abstrak, dan
cenderung menyelesaikan persoalan secara logis dan sistematis (Santrock,
2013; Moshman, 2014).
Remaja dipandang memiliki beberapa tugas perkembangan selama
masa-masa tersebut. Havinhurst (Subrahmanyam dan Šmahel, 2011)
menyebutkan 8 tugas perkembangan selama masa remaja yaitu (i) mencapai
hubungan yang baru dan lebih dewasa dengan rekan seumuran dari kedua jenis
kelamin, (ii) mencapai peran sosial maskulin atau feminin, (iii) menerima fisik
seseorang dan menggunakan tubuh secara efektif, (iv) mencapai kemerdekaan
emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, (v) mempersiapkan
pernikahan dan kehidupan berkeluarga, (vi) mempersiapkan karir dan
kemandirian finansial, (vii) memeroleh seperangkat nilai-nilai dan sistem etika
sebagai panduan untuk perilaku; mengembangkan sebuah ideologi, dan (viii)
menginginkan serta mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. Dalam
pada itu, terdapat tiga tugas perkembangan masa remaja yang saling terkait
yaitu otonomi, identitas, dan keintiman (Bukatko, 2008; Steinberg, 2008 dalam
remaja mengacu pada kemampuan orang-orang muda untuk merasa, berpikir,
dan bertindak secara independen. Independensi ini secara spesifik berkaitan
dengan kemandirian emosional dalam hubungan dengan orang lain,
kemerdekaan kognitif dalam pengembangan keyakinan, norma, dan nilai-nilai,
dan kemandirian perilaku dalam menentukan pilihan dan pengambilan
keputusan (Steinberg, 2008 dalam Peter dan Valkenburg, 2011). Tujuan
perkembangan pembentukan identitas menyiratkan bahwa remaja perlu untuk
mencapai perasaan aman tentang siapa mereka dan ingin menjadi siapa mereka
nantinya (Erikson, 1968; Harter, 1999 dalam Peter dan Valkenburg, 2011).
Perkembangan identitas diri yang kuat seiring konsep diri yang semakin
kompleks dan abstrak menunjukkan sifat-sifat dan atribut yang digunakan
untuk menggambarkan diri remaja (Peter dan Valkenburg, 2011). Sementara
itu, keintiman sebagai tugas perkembangan pada masa remaja berarti bahwa
remaja harus mendapatkan kemampuan yang diperlukan untuk menjalin relasi
sosial. Hal ini erat kaitannya dengan upaya untuk membentuk dan menjaga
hubungan dekat, hubungan yang bermakna dengan orang lain (Buhrmester dan
Furman, 1987; Buhrmester dan Prager, 1995; Furman dan Wehner,1994 dalam
Peter dan Valkenburg, 2011).
2. Facebok dan Dinamika Remaja Penggunanya
Facebook diciptakan oleh mahasiswa ilmu komputer Harvard, Mark
Zuckerberg dan teman-temannya pada tahun 2004. Pada awalnya, pengguna
Pada perkembangannya, Facebook mulai mendukung universitas lain dan
setahun kemudian (2005) mulai dapat digunakan oleh kalangan siswa-siswi
sekolah menengah atas (high school). Sejak tahun 2006, Facebook dapat
digunakan oleh siapapun yang berusia lebih dari 13 tahun. Facebook adalah
sebuah platform ramah guna yang memungkinkan seseorang untuk membuat
profil, mengunggah beragam informasi, mengirim pesan, dan tetap
berhubungan dengan teman-teman, keluarga dan kolega. Siapa saja dapat
mendaftar menjadi pengguna situs ini tanpa membayar biaya apapun dan dapat
menggunakan semua fitur yang tersedia dengan bebas. (Korpijaakko, 2015)
Hanya dengan sebuah alamat surel, seseorang dapat memiliki akun
Facebook dan dengan mencari nama (menggunakan fitur search) teman-teman
mereka serta menambahkan mereka (menggunakan fitur add friend) pada
daftar teman (friend list), pengguna dapat dengan mudahnya memulai interaksi.
Selain itu, pengguna juga dapat memberikan dukungan (fitur Like),
memberikan tanggapan (fitur Comment) dan membagikan (fitur Share)
postingan teman lain yang muncul di linimasa (Timeline). Pada halaman utama
akun juga terdapat papan virtual yang disebut 'The Wall' yang memungkinkan
pengguna untuk berinteraksi dengan mengirim teks berupa kesan maupun
tautan. Komponen lain yang populer adalah album foto virtual yang tidak
memiliki batasan jumlah maupun ukuran. Setiap pengguna dapat mengunggah
foto sekedar untuk disimpan maupun untuk dibagikan. Ada pula pilihan untuk
memberi tanda (fitur Tag) yang memungkinkan teman lain yang ditandai dapat
Facebook menawarkan berbagai pilihan privasi sehingga tiap
pengguna dapat memutuskan siapa yang dapat melihat profil, postingan
mereka, atau yang akan mengomentari mereka. Semua interaksi muncul dalam
linimasa dan didistribusikan secara realtime ke teman-teman pengguna.
Kendati demikian, pengguna dapat memilih untuk menolak atau menyetujui
fitur penelusuran. Pengguna juga memilih bagian mana dari profil mereka yang
bersifat publik dan mereka juga dapat memblokir (block) atau membatasi
(limit) pengguna lain dengan mengendalikan pengaturan privasi mereka.
Pengguna dapat berinteraksi dengan lebih dari satu orang pada waktu
bersamaan. Komentar dan interaksi juga dapat dilihat oleh pengguna lainnya.
Facebook juga dapat digunakan seperti e-mail karena ada fitur pesan pada
halaman utama untuk memungkinkan komunikasi secara personal. (Muise,
Christofides, & Desmarais, 2009)
Facebook merupakan situs sosial media paling populer di Indonesia
(GlobalWebIndex, 2015; Kemp, 2016). Hal ini terjadi karena peningkatan
jumlah pengguna internet dan sosial media di Indonesia. Hingga bulan Januari
2016 tercatat 88,1 juta pengguna internet (34% dari total populasi) di seluruh
Indonesia dengan 79 juta di antaranya adalah pengguna Facebook (Kemp,
2016). Selain itu, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu untuk
mengakses Facebook selama 2 jam 40 menit (GlobalWebIndex, 2015) hingga
2 jam 51 menit (Kemp, 2016). Menariknya, 33% pengguna Facebook berusia
13-19 tahun. Dengan demikian, terdapat 26 juta remaja di Indonesia memiliki
Beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa aspek yang
paling mengkhawatirkan dari Facebook adalah bahwa semua informasi itu
secara sukarela disediakan (Taraszow dan kolega, 2010). Untuk membuat
profil akun, pengguna diminta untuk mengisi formulir dengan informasi
identitas pribadi seperti nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, asal dan atau
lokasi, agama, etnis, kepentingan pribadi, informasi kontak dan bagian 'tentang
saya'; selain juga mendorong pengguna untuk mengunggah foto profil.
Sekalipun Facebook memiliki berbagai fitur tingkat kontrol privasi yang
memungkinkan pengguna untuk mengontrol siapa yang dapat melihat bagian
mana dari profil mereka, pada awalnya tingkat visibilitas bawaan Facebook
memungkinkan semua orang dalam "jaringan pertemanan" dapat melihat profil
tersebut (Tufekci, 2008).
Taraszow dan kolega (2010) juga mengungkapkan bahwa kebijakan
keamanan dari Facebook mengabaikan informasi untuk mengubah pengaturan
secara manual. Hal ini menyebabkan kebanyakan pengguna bahkan tidak
menyadari berapa banyak orang yang bisa melihat profil mereka sekalipun
mereka memiliki kemampuan untuk membatasinya (Christofides, Muise dan
Desmarais, 2009; Taraszow dan kolega, 2010). Di sisi lain, muncul anggapan
bahwa situs jejaring sosial seperti Facebook merupakan halaman web pribadi
sehingga penggunanya bersedia untuk menampilkan informasi pribadi. Oleh
karena pengguna melihat halaman mereka sebagai milik pribadi, mereka tidak
bahkan tidak membayangkan kalau laman pribadinya dapat dilihat oleh orang
lain. (Christofides, Muise dan Desmarais, 2009; Taraszow dan kolega, 2010)
3. Alasan menggunakan Facebook
Facebook menawarkan berbagai kemudahan interaksi dan komunikasi
yang mampu meretas jarak dan keterbatasan komunikasi tatap muka. Para
peneliti telah mulai mencermati bagaimana dan mengapa orang tertarik dengan
situs jejaring sosial dan platform media sosial. Penelitian tentang Facebook,
misalnya, telah mengidentifikasi beberapa alasan yang menjelaskan mengapa
pengguna membangun dan memelihara profil pribadi, seperti: interkoneksi dan
keinginan untuk menjembatani hubungan offline dan online (Boyd dan Ellison,
2008), mengelola persahabatan yang telah ada sebelumnya (Ellison, Steinfield,
dan Lampe, 2007; Madge, Meeks, Wellens, dan Hooley, 2009), pembentukan
identitas (Selwyn, 2009; Valkenburg, Schouten, dan Peter, 2005), afiliasi dan
keintiman relasi (Park, Jin, dan Jin, 2011), ekspresi diri dan dan pengungkapan
diri (self-disclosure) (Wiley dan Sisson, 2006; Special dan Li-Barber ,2012; Hollenbaugh dan Ferris, 2014; Zlatolas, Welzer, Heričko, dan Hölbl, 2015)
dan penelusuran informasi dari pengguna lain (Pempek, Yermolayeva, dan
Calvert, 2009).
Sementara itu, GlobalWebIndex (2016) dalam ringkasan laporan
kuartal pertama mengungkapkan beberapa aktivitas para pengguna Facebook
di seluruh dunia yaitu mengklik tombol like (66%), menonton video (51%),
video teman (48%), membaca berita (47%), membaca sebuah artikel (47%),
masuk untuk melihat apa yang terjadi tanpa posting atau mengomentari apa
pun (44%), mengomentari status profil teman (44%), mengunggah dan berbagi
foto pribadi (37%), dan memperbarui status profil pribadi (34%).
B. Privacy Concern
1. Pengertian Privacy Concern
Pemahaman tentang Privacy concern (PC) tidak bisa dipisahkan dari
konsep tentang privasi. Privasi identik dengan kebebasan, keleluasaan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2008) atau kemerdekaan bagi seorang individu untuk
bertindak (Schoeman, 1992). Selain itu, privasi juga dimaknai sebagai
kesempatan untuk menjadi diri sendiri, melakukan apa yang ingin dilakukan,
dan memiliki tempat untuk diri sendiri (Poortinga, Steg, dan Vlek, 2004, dalam
Steg, Berg, dan de Groot, 2013). Definisi paling awal menyebutkan privasi
sebagai klaim individu, kelompok, atau lembaga untuk menentukan sendiri,
kapan, bagaimana, dan untuk apa informasi tentang mereka diungkapkan
kepada pihak lain (Westin, 1967 dalam Margulis, 2011). Dalam
perkembangannya, privasi dipahami sebagai proses pelestarian anonimitas dan
berkaitan erat dengan kontrol atas informasi tentang diri sendiri. Dalam
lingkungan online, orang-orang yang merasakan tingginya ancaman pada
privasi akan cenderung untuk tidak mengungkapkan informasi tentang diri
informasi dan mengurangi perlindungan terhadap diri mereka sendiri (Taddei
dan Contena, 2013). Dalam penggunaan media sosial, privasi dipahami sebagai
hak untuk mengontrol pengumpulan dan penggunaan informasi tentang diri
sendiri (O'Neil, 2001).
PC secara sederhana dapat dimengerti sebagai perhatian atau
kepedulian individu atas privasi dan keinginan untuk melindungi privasi
mereka. Dalam konteks penggunaan media sosial seperti Facebook, PC adalah
sejauh mana penggunanya memperhatikan kinerja situs jejaring sosial/media
sosial dalam pengumpulan dan penggunaan informasi personal miliknya. PC
mencerminkan persepsi individu atau keprihatinannya tentang bagaimana
informasi pribadi dikelola oleh sebuah situs (Rifon dan kolega, 2007; Hong dan
Thong, 2013).
2. Aspek Privacy Concern
Penelitian tentang PC telah menghasilkan beberapa model. Tiga
model utama yang akan dipaparkan adalah Concerns for Information Privacy
(CFIP) yang dikembangkan oleh Smith, Milberg, dan Burke (1996), Internet
Users’ Information Privacy Concerns (IUIPC) yang dikembangkan oleh
Maholtra, Kim, dan Agarwal (2004) dan Internet Privacy Concern (IPC) yang
dikembangkan oleh Hong dan Thong (2013). Penelitian ini mengacu pada
aspek collection, secondary use, improper access, control, dan a wareness
(Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong
i. Koleksi (collection)
Aspek koleksi berkaitan dengan sejauh mana seseorang peduli atau
khawatir pada jumlah informasi pribadi yang dikumpulkan atau dikelola
oleh sebuah situs; termasuk pula sejumlah data pribadi yang dihimpun dan
disimpan di pangkalan data (database) sebuah situs. Hal ini terjadi karena
seseorang acapkali merasa tidak nyaman setelah sejumlah informasi yang
berhubungan dengan kepribadiannya, latar belakangnya, dan aktivitasnya
terakumulasi. (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan
Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013)
ii. Penggunaan sekunder (secondary usage)
Aspek penggunaan sekunder berhubungan dengan sejauh mana
seseorang peduli atau khawatir pada informasi pribadi yang dikumpulkan
atau dikelola untuk satu tujuan tertentu tetapi pada kenyataannya digunakan
untuk tujuan lain tanpa sepengetahuan dan otorisasi dari individu pemilik
informasi tersebut. Jika dalam aspek koleksi lebih menyoroti akumulasi
informasi yang terkumpul dalam sebuah situs, aspek penggunaan sekunder
lebih menyoroti tentang kemungkinan penyalahgunaan informasi oleh pihak
lain. (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Hong dan Thong, 2013)
iii. Akses yang tidak layak (improper access)
Aspek akses yang tidak layak berhubungan dengan sejauh mana
seseorang peduli atau khawatir tentang informasi pribadi yang diungkapkan
sepengetahuan pemilik informasi. (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Hong
dan Thong, 2013)
iv. Pengendalian atau penguasaan (control)
Aspek penguasaan atau pengendalian berkaitan dengan sejauh mana
seseorang peduli atau khawatir bahwa dirinya tidak memiliki kendali atau
kuasa yang memadai terhadap informasi pribadi yang telah diungkapkan
pada sebuah situs. (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan
Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013)
v. Kesadaran (a wa reness)
Aspek kesadaran berhubungan dengan sejauh mana seseorang peduli
atau khawatir tentang kesadaran terhadap praktek privasi pada sebuah situs
tertentu. Aspek ini berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan
seseorang ketika berdinamika dengan sebuah situs; terutama pemanfaatan
fitur-fitur yang berkaitan dengan pengelolaan privasi. (Maholtra, Kim, dan
Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013).
3. Fungsi Privasi
Selain aspek yang telah dikemukakan, terdapat pula manfaat atau
fungsi privasi. Westin (1967, dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis,
2011) mengungkapkan empat fungsi privasi yang terdiri dari wahana otonomi
pribadi (personal autonomy), pelepasan emosi (emotional release), sarana
evaluasi diri (self-evaluation), serta pembatasan dan perlindungan terhadap
i. Otonomi pribadi (personal autonomy)
Otonomi pribadi berkaitan dengan keinginan untuk terhindar dari
segala manipulasi dan dominasi pihak lain. Privasi melindungi otonomi
pribadi dengan cara memberikan waktu, ruang, dan kesempatan pada setiap
individu untuk mengelola setiap perasaan, gagasan, dan perilaku sebelum
mengungkapkannya kepada pihak lain. Otonomi pribadi memiliki peran
penting dalam mendukung fungsi psikologis, stabilitas relasi interpersonal,
dan proses pengembangan individualitas. (Westin, 1967 dalam Peter dan
Valkenburg, 2011; Margulis, 2011)
ii. Pelepasan emosi (emotional relea se)
Pelepasan emosi merupakan upaya melepaskan diri dari ketegangan
karena tuntutan peran dalam kehidupan sosial dan perubahan situasi emosi
diri. Privasi menjadikan fungsi kesehatan fisik dan psikis tetap terjaga
dengan menyediakan kesempatan untuk bersantai, untuk menjadi diri
sendiri, melepaskan diri dari ketegangan kehidupan sehari-hari, dan untuk
mengungkapkan kemarahan, frustrasi, kesedihan, atau emosi lain tanpa rasa
takut akan penolakan dari pihak lain. (Westin, 1967 dalam Peter dan
Valkenburg, 2011; Margulis, 2011)
iii. Evaluasi diri (self-evaluation)
Evaluasi diri mengacu pada integrasi pengalaman dan peristiwa
menjadi sesuatu yang bermakna. Dengan kata lain, tiap peristiwa dan
pengalaman direfleksikan guna mendapatkan pemaknaan atau sari
dan melindungi situasi yang memungkinkan seorang individu untuk
merenungkan perasaan dan identitasnya tanpa ancaman atau gangguan dari
pihak lain. Selain itu, privasi juga memberi kesempatan untuk meninjau
kembali dan mempertimbangkan konsekuensi dan alternatif solusi atas
sebuah tindakan yang sudah dan akan diambil sesuai dengan aturan dan
norma sosial yang berlaku. (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg,
2011; Margulis, 2011)
iv. Pembatasan dan perlindungan terhadap komunikasi (limited and protected
communication)
Pembatasan dan perlindungan terhadap komunikasi adalah
kemampuan untuk mengatur batas-batas komunikasi dan membatasi akses
informasi pribadi. Pengaturan batas-batas komunikasi tersebut
dimaksudkan untuk menjamin jarak psikologis yang diperlukan dalam relasi
interpersonal yang intim (romantis) atau formal. Pembatasan akses
informasi pribadi diperlukan untuk meyakinkan setiap individu bahwa
informasi pribadi yang diungkapkan hanya dapat diakses oleh pihak yang
dapat percaya. (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis,
2011)
4. Faktor yang Berpengaruh
Berikut di bawah ini adalah faktor yang mempengaruhi kepedulian
a. Karakteristik Pengguna
Para peneliti sebelumnya telah mempelajari bagaimana berbagai
karakteristik individu memengaruhi perhatian akan privasi. Misalnya,
pengguna laki-laki cenderung lebih melindungi informasi pribadi daripada
perempuan pada tiap aktivitas online (Milne, Rohm, dan Bahl, 2004; Rohm
dan Milne, 2004). Selain itu, durasi penggunaan internet yang lebih lama
cenderung menyebabkan penurunan perhatian akan privasi (Miyazaki dan
Fernandez, 2001). Pengguna yang mengalami gangguan akan privasi di
masa lalu juga cenderung lebih menaruh perhatian akan privasi dan lebih
hati-hati dalam mengungkapkan informasi pribadi untuk melindungi dari
kemungkinan gangguan dan penyalahgunaan (Dolnicar dan Jordaan, 2006).
Pada kategori pengguna remaja, keterbatasan kemampuan meregulasi diri
meningkatkan kerentanan orang muda terhadap risiko yang muncul dalam
interaksi dan komunikasi melalui media sosial; salah satunya berkaitan
dengan masalah privasi (O'Keefe dan Clarke-Pearson, 2011).
b. Sensitivitas
Faktor lain berkaitan dengan perbedaan tanggapan tiap-tiap pengguna
pada situasi yang sama dengan kondisi yang berbeda. Faktor ini lebih
mencerminkan suasana hati saat ini dan kebutuhan serta pengalaman masa
lalu dalam situasi tertentu. Castaneda dan Montoro (2007) menggunakan
istilah sensitivitas informasi untuk menggambarkan perbedaan perhatian
akan privasi pada tiap-tiap pengguna untuk jenis informasi tertentu dalam
c. Popularitas
Popularitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kekhawatiran akan privasi. Govani dan Pashley (2005) mengungkapkan
bahwa sebagian besar pengguna Facebook cenderung menyadari peluang
untuk mengubah pengaturan privasi sekalipun hanya sebagian kecil yang
melakukannya. Informasi pribadi yang dimunculkan dalam profil
berkorelasi dengan jumlah teman yang dimiliki seseorang di Facebook.
Semakin banyak informasi pribadi yang diungkapkan di laman Facebook
berdampak pada semakin banyak kesempatan teman lain memberi
tanggapan pada informasi tersebut (Ellison, Steinfeld, dan Lampe, 2007).
Sledgianowski dan Kulviwat (2009) juga mengungkapkan bahwa niat untuk
menggunakan media sosial bertambah seiring jumlah daftar teman yang
dimilikinya. Hal ini memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa popularitas
memiliki peran penting dalam menjelaskan perbedaan antara pentingnya
perhatian akan privasi dan kurangnya perilaku melindungi privasi akun
Facebook.
d. Kecocokan (Compatibility)
Tiap-tiap media sosial memiliki beragam cara dan alat untuk menarik
lebih banyak pengguna. Media sosial memiliki beragam fitur yang berbeda
sesuai fungsi masing-masing (Lin dan Lu, 2011) sehingga tiap pengguna
dapat berinteraksi satu sama lain secara aktif menggunakan fitur-fitur yang
kebutuhan penggunanya sehingga pengguna media sosial mendapatkan
kecocokan dari fitur tersebut.
C. Privacy Concern pada Remaja Pengguna Facebook
Dalam era komunikasi digital berbasis internet, media sosial menjadi
bagian yang penting dalam kehidupan masa remaja. Para remaja menjadikan
media sosial sebagai sarana interaksi dan komunikasi terutama dengan teman
sebaya. Media sosial juga telah menjadi sarana untuk menyambung beragam
pengalaman kontekstual sehari-hari melalui beragam aktivitas termasuk
dengan keluarga mereka. Hal ini menjadikan media sosial layak untuk
dipertimbangkan sebagai konteks yang baru dalam perkembangan masa remaja
selain konteks lain yang lebih familiar seperti keluarga, teman sebaya, dan
sekolah.
Di sisi lain, interaksi dan komunikasi remaja melalui media sosial
senantiasa mengungkapkan informasi pribadi yang berkaitan erat dengan
identitas asli (Zhao, Grasmuck, & Martin, 2008), bahkan hampir semua
menggunakan nama asli mereka (Tufekci, 2008; Acquisti dan Gross, 2005).
Sebagian besar remaja pengguna Facebook mencantumkan status hubungan
mereka (Tufekci, 2008; Christofides, Muise, dan Desmarais, 2009),
menginformasikan ulang tahun mereka (Christofides, Muise, dan Desmarais,
2009; Acquisti dan Gross, 2005) dan bahkan tidak sedikit yang
mengungkapkan nomor ponsel atau alamat surel mereka (Tufekci, 2008;
profil Facebook mereka (Acquisti dan Gross, 2005); termasuk catatan dan
update status. Pengungkapan informasi pribadi tersebut berkaitan langsung
dengan perhatian akan privasi atau yang sering disebut sebagai privacy concern
(PC). Semakin rendah perhatian akan privasi yang dimiliki oleh remaja akan
memberi peluang terhadap pengungkapan informasi pribadi melalui Facebook.
Sebaliknya, semakin tinggi perhatian akan privasi yang dimiliki akan
menjadikan para remaja cenderung berhati-hati atau membatasi pengungkapan
informasi pribadi melalui Facebook.
Pada masa ini pula, remaja memiliki 3 tugas perkembangan yang
terdiri dari otonomi, identitas, dan keintiman. Pada tugas pengembangan
otonomi, remaja perlu berlatih individuasi. Individuasi dapat didefinisikan
sebagai penyerahannya dependensi kekanak-kanakan pada orang tua dalam
mendukung hubungan yang lebih matang (Steinberg, 2008 dalam Peter dan
Valkenburg, 2011) yang memungkinkan untuk lebih independen dalam
perasaan, pikiran, dan tindakan. Proses pembelajaran individuasi menyiratkan
kemampuan untuk bertahan dalam kesendirian. Perhatian akan privasi
memungkinkan remaja dalam memilih untuk menyendiri dan untuk
mengontrol potensi gangguan. Hal ini juga berkaitan erat dengan fungsi privasi
sebagai wahana otonomi pribadi. Perhatian akan privasi semakin
memungkinkan para remaja untuk terhindar dari segala manipulasi dan
dominasi pihak lain dengan cara memberikan waktu, ruang, dan kesempatan
pada setiap individu untuk mengelola setiap perasaan, gagasan, dan perilaku
Pada tugas pengembangan identitas, remaja perlu belajar untuk
menempatkan dan menampilkan diri (self presentation) kepada orang lain.
Selain itu, mereka juga perlu belajar bagaimana menyesuaikan penampilan diri
sesuai dengan tanggapan orang lain. Perhatian akan privasi memberikan
kesempatan bagi remaja untuk menarik diri dari interaksi sosial guna
mempertimbangkan penampilan diri dalam kesendirian. Pada saat yang sama,
privasi memungkinkan orang-orang muda untuk tetap mengembangkan
interaksi sosial sembari mendapatkan umpan balik atas penampilan diri melalui
tanggapan dari rekan-rekan sebaya. Tugas perkembangan ini tentunya terkait
dengan fungsi privasi sebagai sarana evaluasi diri. Perhatian akan privasi
memberi kesempatan pada remaja pengguna Facebook untuk meninjau
kembali dan mempertimbangkan konsekuensi dan alternatif solusi atas sebuah
tindakan yang sudah dan akan diambil sesuai dengan aturan dan norma sosial
yang berlaku terutama yang berkaitan dengan penampilan diri melalui akun
Facebook. Dengan kata lain, perhatian akan privasi memungkinkan seorang
remaja mempertimbangkan beragam hal tentang presentasi dirinya sebelum
mempostingnya di laman Facebook miliknya.
Pada tugas pengembangan keintiman, remaja belajar mengungkapkan
informasi yang intim kepada orang lain melalui media sosial. Pengungkapan
informasi yang intim mesyaratkan kepercayaan sehingga dapat memberikan
kedekatan personal. Perhatian akan privasi memungkinkan remaja untuk
menceritakan pada orang lain yang terpercaya. Hal ini juga menciptakan
intim tersebut bocor dan menyebar luas di linimasa. Tugas perkembangan ini
sejalan dengan fungsi privasi sebagai pembatasan dan perlindungan
komunikasi. Pembatasan dan perlindungan komunikasi memungkinkan remaja
untuk berbagi informasi intim dengan orang lain untuk membentuk sekaligus
mempertahankan hubungan dekat.
Remaja berpeluang memanfaatkan Facebook sebagai media untuk
mengekspresikan diri secara terbuka, bebas, dan dalam; bahkan
memungkinkan ketiganya terjadi. Akses, informasi, kemampuan membangun
jaringan hubungan, dan kemudahan untuk berbagi dengan orang lain
adalah keunggulan dari media sosial seperti Facebook. Kendati media sosial
seperti Facebook telah menjadi media komunikasi dan interaksi yang baru,
penggunaannya memerlukan pertimbangan cermat untuk menghindari
perangkap yang dapat menyebabkan kerentanan bagi pengguna. Dengan hanya
menuliskan nama seseorang, kelimpahan informasi dapat diakses, mulai dari
secuil potongan informasi pribadi seperti kutipan favorit, hingga seberkas
informasi yang sangat pribadi termasuk foto profil, alamat rumah, dan tanggal
lahir. Para remaja pengguna Facebook tidak mempertimbangkan implikasi
dari pengungkapan informasi pribadi, dan tidak menyadari bahwa setiap
penggunanya dapat menempatkan diri sendiri dan orang lain pada risiko secara
langsung atau tidak langsung karena kemudahan berbagi informasi di forum
terbuka. Keterbukaan, keterhubungan, dan aksesibilitas yang ditawarkan
melalui Facebook memiliki potensi untuk menempatkan pengguna pada risiko,
Minimnya kemampuan mengelola fitur pengaturan privasi dan kurangnya
perhatian akan privasi menjadi celah yang hendak ditelusuri guna mendapatkan
deskripsi yang menyeluruh tentang perhatian akan privasi pada remaja
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah sebuah pendekatan sistematis pada salah satu bagian penelitian.
Penelitian Psikologi menggunakan berbagai macam metode. Salah satu perbedaan
umum yang ada adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Secara garis besar, metode
kuantitatif melibatkan beberapa bentuk pengukuran numerik sedangkan metode
kualitatif melibatkan deskripsi verbal. (Carter, 2010)
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam
penelitian deskriptif kuantitatif, data yang dihasilkan berupa angka atau bilangan
(skor, nilai, peringkat, atau frekuensi). Selanjutnya, angka atau bilangan tersebut
dianalisa dan dilihat kecenderungan karakteristik yang penting pada data tersebut.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik atau atribut dari individu atau organisasi di
mana variabel ini dapat diukur, diobservasi, dan berbeda-beda pada setiap individu
(Creswell, 2011). Variabel dalam penelitian ini adalah privacy concern pada remaja
pengguna facebook di Indonesia.
C. Definisi Operasional
Untuk mempermudah proses pengambilan data maka penjelasan mengenai
keprihatinannya tentang bagaimana informasi pribadi dikelola oleh sebuah situs
(Rifon dan kolega, 2007; Hong dan Thong, 2013). Penelitian ini mengacu pada
model IPC dengan lima aspek yaitu collection, secondary use, improper access
control, dan a wareness (Hong dan Thong, 2013). Berikut penjelasan mengenai
aspek PC:
1. Koleksi (collection)
Koleksi adalah tingkat perhatian terhadap informasi pribadi mendasar
yang disajikan pada laman Facebook. Aspek ini mengukur sejauh mana
pemilik akun abai atau peduli pada pengungkapan nama asli, alamat tinggal,
usia/tanggal lahir, alamat surel, dan nomor telepon pada laman Facebook
miliknya.
2. Penggunaan sekunder (secondary usage)
Penggunaan sekunder adalah tingkat perhatian terhadap informasi
pribadi lanjutan yang disajikan pada laman Facebook. Aspek ini mengukur
sejauh mana pemilik akun abai atau peduli pada pengungkapan beragam
aktivitas, pembaruan (update) status, dan upaya mengunggah foto-foto pada
laman Facebook miliknya.
3. Akses yang tidak layak (improper access)
Akses yang tidak layak adalah tingkat perhatian terhadap otorisasi
untuk mengakses akun Facebook. Aspek ini mengukur sejauh mana pemilik
akun abai atau peduli pada informasi tentang kata sandi, upaya peramban
(browser) menyimpan kata sandi, dan upaya menautkan otorisasi ke nomor
4. Pengendalian atau penguasaan (control)
Penguasaan atau pengendalian adalah tingkat perhatian terhadap
kendali atas perubahan informasi yang disajikan pada laman Facebook. Aspek
ini mengukur sejauh mana pemilik akun abai atau peduli tentang upaya
memodifikasi, upaya mengedit/menghapus pembaruan (update) status, dan
upaya menghilangakan penanda (fitur Tag) pada postingan terdahulu atau
postingan akun lain yang berkaitan dengan akun Facebook miliknya.
5. Kesadaran (a wa reness)
Kesadaran adalah tingkat perhatian terhadap kemampuan dan
pengetahuan untuk mengubah pengaturan privasi akun Facebook miliknya.
Aspek ini mengukur sejauh mana pemilik akun abai atau peduli tentang upaya
penelusuran akun via situs pencari Google dan upaya penelusuran akun via
nomor ponsel.
Tinggi rendahnya PC subjek dilihat dari skor total pada skala PC. Jika
skor total yang diperoleh tinggi, maka subjek cenderung peduli pada privasi.
Semakin rendah skor total yang diperoleh, maka subjek cenderung abai pada
privasi.
D. Populasi dan Sampel
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-19 tahun yang
mempunyai akun Facebook dan aktif menggunakan Facebook. Populasi remaja
pengguna Facebook di Indonesia mencapai 26 juta orang (Kemp, 2016). Jumlah
tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Teknik pengambilan data yang digunakan
adalah teknik non-random sampling. Teknik non-random sampling adalah teknik
pengambilan data yang didasarkan pada kemudahan atau ketersediaan untuk
mengaksesnya (Creswell dalam Supratiknya, 2014). Secara lebih spesifik, teknik
non-random sampling yang digunakan adalah teknik convenience sampling
(Clark-Carter, 2010) yaitu teknik memilih sampel karena mudah diakses oleh peneliti dan
tanpa perlu mempertimbangkan keterwakilan subjek terhadap populasi.
Proses pengambilan sampel ini juga mempertimbangkan stratifikasi yang
terdapat dalam populasi (Supratiknya, 2015). Stratifikasi merupakan
pengelompokan anggota populasi berdasarkan karakteristik tertentu, seperti jenis
kelamin, usia, dan sebagainya. Dengan mempertimbangkan stratifikasi, subjek
penelitian (anggota sampel) dipilih berdasarkan aneka karakteristik spesifik tertentu
yang terdapat dalam populasi, dengan atau tanpa memperhatikan proporsinya
dalam populasi. Berikut kriteria subjek penelitian ini:
1. Memiliki usia antara 13-19 tahun.
2. Aktif menggunakan Facebook.
3. Memiliki akun Facebook kurang dari 2 tahun, antara 2-4 tahun, 4-6 tahun, 6-8
tahun, 8-10 tahun, dan lebih dari 10 tahun.
4. Frekuensi mengakses Facebook beberapa kali dalam sehari, sekali dalam
sehari, beberapa kali dalam seminggu, satu kali seminggu, sekali dalam
sebulan, dan setahun sekali.
5. Durasi mengakses Facebook kurang dari satu jam, antara 1-2 jam, antara 2-3
6. Memiliki teman di Facebook kurang dari 500 orang, antara 501-1.000 orang,
antara 1.001-1.500 orang, antara 1.501-2.000 orang, dan lebih dari 2.000 orang.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data tentang kriteria subjek dikumpulkan dengan cara memberikan
sejumlah pertanyaan terkait dengan data demografis meliputi usia, jenis kelamin,
lama waktu kepemilikan akun, frekuensi mengakses Facebook, durasi mengakses
Facebook, dan jumlah teman yang dimiliki. Pertanyaan tersebut tertulis pada bagian
identitas diri yang tercantum dalam alat pengumpul data.
Data tentang Privacy Concern (PC) dikumpulkan dengan Skala Privacy
Concern. Skala ini disusun berdasarkan tiga model utama pendahulu yaitu:
Concerns for Information Privacy (CFIP) yang dikembangkan oleh Smith, Milberg,
dan Burke (1996), Internet Users’ Information Privacy Concerns (IUIPC) yang
dikembangkan oleh Maholtra, Kim, dan Agarwal (2004) dan Internet Priva cy
Concern (IPC) yang dikembangkan oleh Hong dan Thong (2013). Item skala PC
disusun berdasarkan lima aspek yaitu koleksi (collection), penggunaan sekunder
(secondary use), akses yang tidak layak (improper access), kendali atau penguasaan
(control), dan kesadaran (a wareness). Dalam penelitian ini, dimensionalitas alat
Tabel 3.1 Blue print Skala Privacy Concern sebelum Uji Coba
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total
Item 1 Koleksi Memiliki kepedulian terhadap
informasi pribadi yang
dikumpulkan oleh sebuah situs. Memiliki kepedulian terhadap informasi pribadi yang dikelola oleh sebuah situs
Memiliki kepedulian dan
kekhawatiran terhadap informasi pribadi yang disimpan oleh sebuah situs di pangkalan data.
69, 84, 23, 43, 93, 78, 16, 54, 1, 22.
49, 2, 4, 11, 64, 26, 74, 13, 61, 70.
20
2 Penggunaan sekunder
Memiliki kepedulian atau kekhawatiran pada informasi pribadi yang dkumpulkan atau dikelola untuk satu tujuan yang jelas .
Memiliki kepedulian dan kekhawatiran apakah informasi pribadi digunakan untuk tujuan lain tanpa sepengetahuan dan otoritasi dari pemilik informasi tersebut.
27, 62, 30, 83, 41, 35, 20, 31, 72, 88.
77, 97, 82, 94, 37, 98, 15, 32, 28, 3.
20
3 Akses yang tidak layak
Memiliki kepedulian dan kekhawatiran apakah informasi pribadi yang diungkap pada sebuah situs dapat di akses oleh pihak lain tanpa senpengetahuan pemilik informasi.
42, 40, 52, 76, 60, 51, 8, 38, 14, 39.
9, 21, 57, 87, 99, 68, 85, 81, 45,
7. 20
4 Kontrol Memiliki kepedulian dan kekhawatiran pada kendali atau kuasa yang memadai terhadap informasi pribadi yang
diungkapkan pada sebuah situs.
92, 95, 80, 89, 25, 86, 44, 19, 71, 50.
48, 36, 17, 65, 47, 73, 66, 33, 6, 55.
20
5 Kesadaran Memiliki kesadaran terhadap praktek privasi pada situs tertentu.
Memiliki keterampilan
memanfaatkan fitur-fitur yang berkaitan dengan pengelolaan privasi
100, 46, 67, 10, 29, 53, 34, 79, 75, 91.
63, 90, 24, 96, 56, 5, 12, 58, 18,
59. 20
Berdasarkan lima aspek tersebut, disusunlah skala PC yang terdiri dari 100
item baik yang bersifat favorable maupun unfavorable. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penyusunan skala PC adalah model skala likert dengan 4 kategori
jawaban. Empat (4) kategori jawaban dipilih demi menghindari central tendency
effect. Central tendency effect merupakan kencenderungan subjek untuk memilih
jawaban ditengah-tengah ketika subjek mengalami keraguan dalam memilih suatu
pernyataan. Kategori “netral” atau “ragu-ragu” dapat memiliki arti ganda yaitu
belum dapat memberikan jawaban atau belum dapat menentukan pilihan (Hadi,
[image:52.595.109.503.267.583.2]1994; Supratiknya, 2014).
Tabel 3.2 Rentang Jawaban dan Pembagian Skor dalam Skala PC
No Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable
1. Sangat Setuju 4 1
2. Setuju 3 2
3. Tidak setuju 2 3
4. Sangat tidak setuju 1 4
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur
1. Validitas Skala Privacy Concern
a. Indeks Validitas Isi pada taraf Item (IVI-I)
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana
sebuah pengukuran sungguh-sungguh dapat mengukur aspek yang hendak
yang diukur sesuai dengan apa yang dimaksudkan peneliti (Clark-Carter,
2010).
Pengujian validitas alat ukur ini ini menggunakan jenis evidensi
terkait isi atau lazim disebut sebagai validitas isi. Validitas isi mengacu
pada sejauh mana suatu pengukuran dapat sepenuhnya mengulas tentang
aspek atau perilaku yang akan diukur (Clark-Carter, 2010). Salah satu cara
untuk memeriksa validitas isi pengukuran adalah dengan menetapkan
metode yang bersifat kuantitatif dan melibatkan penilaian sebuah panel
ahli (Supratiknya, 2016). Panel ahli yang berperan sebagai expert content
dalam penelitian ini adalah Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya, Ibu Dr. Tjipto
Susana, Psikolog., Bapak C. Siswo Widyatmoko, M.Si., Bapak Minta
Istono, M.Si., dan Ibu Maria Laksmi Anantasari, M.Si.
Dalam penelitian ini, masing-masing panel ahli memberikan penilaian
sejauh mana tiap-tiap item (jumlah total 100 item) relevan dengan
komponen atribut psikologis Priva cy Concern. Panel ahli juga dapat
diminta utuk mengidentifikasi isi yang mungkin belum tercakup dalam
instrumen (Lynn, 1986 dalam Supratiknya, 2016); termasuk memberikan
koreksi. Hasil penilaian selanjutnya diolah menjadi Indeks Validitas Isi
pada taraf Item (IVI-I) dan Indeks Validitas Isi pada taraf Skala (IVI-S).
Lynn (1986, dalam Supratiknya, 2016) mengungkapkan bahwa nilai IVI-I
minimum sebesar 0,78. Pada taraf item, IVI bergerak di antara 0,2 hingga
1. Dalam pada itu, terdapat 49 item yang memeroleh nilai IVI-I kurang
dengan catatan dan masukan yang dituliskan oleh masing-masing panel
ahli. Perbaikan tersebut dilakukan untuk mempertahankan jumlah item dan
kualitas isi tiap item sebelum dilakukan uji coba.
b. Indeks Validitas Isi pada taraf Skala (IVI-S)
Peneliti juga melakukan perhitungan terhadap proporsi item-item
yang memeroleh penilaian relevan oleh semua penilai dalam panel ahli
(Polit dan Beck, 2006 dalam Supratiknya, 2016) untuk mendapatkan hasil
rerata IVI-I seluruh item dalam skala (IVI-S/R). Hasil perhitungan tersebut
menghasilkan nilai IVI-S/R sebesar 0,856.
2. Seleksi Item Skala Privacy Concern
Analisis item dilakukan untuk memilih item-item yang paling cocok untuk
membentuk sebuah skala dan memiliki daya diskriminasi yang baik
(Supratiknya, 2014). Daya diskriminasi item (Supratiknya, 2014)
menunjukkan efektivitas sebuah item dalam membedakan responden yang
secara relatif menempati posisi tinggi dan responden yang secara relatif
menempati posisi rendah dalam hal kriteria atau atribut yang diukur. Hasil dari
pengujian ini disebut koefisien korelasi item total (rix). Nilai indeks daya
Tabel 3.3 Hasil Uji Korelasi Item Total Skala Privacy Concern
rix Item Total
rix > 0,25 69, 84, 23, 43, 93, 16, 54, 1, 27, 62, 30, 41, 20, 72, 42, 52, 76, 8, 14, 39, 92, 95, 80, 89, 44, 19, 50, 100, 67, 10, 29, 53, 34, 79, 75, 91, 49, 2, 4, 11, 26,
74, 13, 70, 77, 97, 82, 94, 98, 32, 28, 3, 9, 57, 99, 7, 48, 17, 65, 73, 66, 33, 6, 24, 96, 56, 12, 59.
68
rix < 0,25 78, 22, 83, 35, 31, 88, 40, 60, 51, 38, 25, 86, 71, 46, 64, 61, 37, 15, 21, 87, 68, 85, 81, 45, 36, 47,
55, 63, 90, 5, 58, 18. 32
Terdapat 32 item yang memiliki daya diskriminasi rendah tersebut
diputuskan untuk digugurkan. Koefisien korelasi item total skala Privacy
Concern berkisar antara -0,544 hingga 0,654. Item-item yang tidak lolos
Tabel 3.4 Hasil IVI-I dan Uji Korelasi Item Total Skala Privacy Concern
No. Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
Item IVI-I rit Item IVI-I rit
1. Koleksi
69 1 .367 49 1 .654
16
84 1 .286 2 1 .357
23 0.8 .288 4 1 .364
43 0.6 .524 11 1 .394
93 0.8 .527 26 1 .417
16 1 .261 74 1 .406
54 0.8 .363 13 1 .520
1 0.8 .363 70 0.6 .311
2. Penggunaan Sekunder