• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Joint Costing dalam Menentukan Cost Product Per Unit (studi kasus pada PTP Nusantara VIII Kebun Ciater).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Joint Costing dalam Menentukan Cost Product Per Unit (studi kasus pada PTP Nusantara VIII Kebun Ciater)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

In manufacturing companies, information on production cost and product cost per unit is very important in decision making by management. To be able to produce information about the company's production cost and cost per unit of product is accurate, the calculation required in allocating costs with the appropriate method. Joint costing method will assist management in providing accurate information about cost per unit product for the company.

This research aims to produce cost information per unit of product through the allocation of the combined cost of PT Perkebunan Nusantara VIII (PTP Teh Ciater). The research method used was a field study to collect data through interviews and direct observation on the object of research. This data is completed and compared with the study of literature through literature and other records relating to the subject being studied.

From the results of research conducted in PTP Ciater indicate that the company classifies boarding house production into two types, namely plant costs and other costs, while the production cost in this study are classified into two types, namely direct materials costs and indirect manufacturing costs. In determining the cost per unit of product using the 3 methods combined allocation of boarding first. Results from these three methods can help companies allocate the combined cost and determine the cost per unit product, so easy in determining the selling price or auction.

(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Dalam perusahaan manufaktur, informasi mengenai kos produksi dan kos produk per unit sangat penting dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Agar perusahaan mampu menghasilkan informasi mengenai kos produksi dan kos produk per unit yang akurat, diperlukan perhitungan dalam mengalokasikan kos-kos dengan metode yang tepat. Metode joint costing akan membantu manajemen dalam memberikan informasi yang akurat akan kos produk per unit untuk perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan informasi kos produk per unit melalui alokasi kos gabungan pada PT Perkebunan Nusantara VIII (PTP Teh Ciater). Metode penelitian yang digunakan adalah studi lapangan dengan mengumpulkan data-data melalui wawancara dan observasi langsung pada obyek penelitian. Data ini dilengkapi dan dibandingkan dengan studi kepustakaan melalui literatur-literatur dan catatan lainnya yang berhubungan dengan subjek yang diteliti.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PTP Ciater menunjukkan bahwa perusahaan mengklasifikasikan kos produksi ke dalam dua jenis, yaitu kos tanaman dana kos lainnya, sedangkan dalam penelitian ini kos produksi diklasifikasi menjadi dua jenis, yaitu kos bahan baku dan kos manufaktur tidak langsung. Dalam menentukan kos produk per unit menggunakan 3 metode alokasi kos gabungan terlebih dahulu. Hasil dari ketiga metode dapat membantu perusahaan dalam mengalokasikan kos gabungan lalu menentukan kos produk per unit, sehingga mudah dalam menentukan harga jual ataupun lelang.

(3)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRACT... viii

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR TABEL...xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Identifikasi Masalah...4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 7

2.1 Kajian Pustaka... 7

2.1.1 Pengertian Kos (cost) dan Beban (expense)... 7

2.1.2 Klasifikasi Kos (Cost)... 10

2.1.2.1 Kos dalam Hubungan dengan Produk... 10

(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

2.1.2.1.2 Kos Perioda (Period Cost)...15

2.1.2.2 Kos dalam Hubungannya dengan Volume Produksi... 16

2.1.2.3 Kos dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain... 19

2.1.2.4 Kos dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi... 21

2.1.2.5 Kos dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau Evaluasi...22

2.1.3 Kos Produksi... 23

2.1.3.1 Pengertian Kos Produksi...23

2.1.3.2 Unsur-unsur Kos Produksi... 24

2.1.3.2.1 Kos Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)... 25

2.1.3.2.2 Kos Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)...25

2.1.3.2.3 Kos Manufaktur Tidak Langsung (Indirect Manufacturing Cost)... 26

2.1.3.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produk... 27

2.1.3.4 Pengukuran Kos (Cost Measurement)... 29

2.1.4 Alokasi Kos (Cost Allocation)... 31

2.1.5 Kos Gabungan (Joint Cost)... 33

2.1.5.1 Definisi Kos Gabungan...33

2.1.5.2 Produk Gabungan (Joint Product) dan Produk Sampingan (By-product)... 34

(5)

xii Universitas Kristen Maranatha 2.1.5.2.2 Kesulitan dalam Menghitung Kos Produk

Gabungan dan Produk Sampingan... 36 2.1.5.3 Metode Alokasi Kos Produksi Gabungan ke Produk

Gabungan... 37 2.1.5.3.1 Metode Harga Pasar (Market Value Method).... 38

2.1.5.3.1.1 Produk Gabungan yang Dapat

Dijual pada Titik Pisah Batas... 38 2.1.5.3.1.2 Produk Gabungan yang Tidak Dapat

Dijual pada Titik Pisah Batas... 39 2.1.5.3.2 Metode Kos Rata-rata per Unit (Average Unit

Cost Method)... 40 2.1.5.3.3 Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted

Average Method)... 41 2.1.5.3.4 Metode Unit Kuantitatif (Quantitative Unit

Method)... 42 2.1.5.4 Metode untuk Menghitung Kos Produk Sampingan... 43

2.1.5.4.1 Kos Produksi Gabungan Tidak Dialokasikan ke Produk Sampingan... 44 2.1.5.4.1.1 Metode 1 : Pengakuan Pendapatan

Kotor (Gross Revenue Method)... 44 2.1.5.4.1.2 Metode 2 : Pengakuan Pendapatan

Bersih (Net Revenue Method)...45 2.1.5.4.2 Kos Produksi Gabungan Dialokasikan ke

(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

(Replacement Cost Method)... 45

2.1.5.4.2.2 Metode 4 : Metode Harga Pasar (Market Value Method)... 46

2.2 Kerangka Pemikiran... 47

BAB III METODE PENELITIAN... 48

3.1 Metode Penelitian... 48

3.2 Teknik Pengumpulan Data...48

3.3 Jenis dan Sumber Data... 49

3.3.1 Jenis Data... 49

3.3.2 Sumber Data... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 51

4.1 Hasil Penelitian... 51

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 51

4.1.2 Proses Produksi... 54

4.1.3 Produk yang Dihasilkan... 57

4.1.4 Kos Produksi PTP Ciater... 57

4.1.4.1 Kos Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)... 63

4.1.4.2 Kos Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)... 65

4.1.4.3 Kos Manufaktur Tidak Langsung (Indirect Manufacturing Cost)... 66

4.1.5 Alokasi Kos Gabungan... 69

(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha

Method)...72

4.1.5.3 Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Method)...74

4.1.5.4 Metode Unit Kuantitatif (Quantitative Unit Method)... 74

4.2 Pembahasan...76

4.2.1 Perbandingan Alokasi Kos dan Kos Produk per Unit Tiap Metode... 78

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 82

5.1 Simpulan... 82

5.2 Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA... 84

(8)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Klasifikasi Kos Dalam Hubungannya Dengan Produk... 11

Gambar 2 Pembebanan Kos Pada Objek Kos... 32

Gambar 3 Kerangka Pemikiran... 47

(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel I Produk Jadi... 58

Tabel II Kos Produksi PTP Ciater... 61

Tabel III Kos Bahan Baku... 65

Tabel IV Kos Manufaktur Tidak Langsung... 68

Tabel V Penggunaan Bahan Baku... 69

Tabel VI Metode Harga Pasar (Market Value Method)... 70

Tabel VII Kos Produk per Unit dengan Metode Harga Pasar... 71

Tabel VIII Metode Kos Rata-rata per Unit (Average Unit Cost)... 73

Tabel IX Metode Unit Kuantitatif (Quantitative Unit Method)... 75

Tabel X Perbandingan Klasifikasi Kos PTP Ciater dengan Hasil Penelitian... 78

Tabel XI Perbandingan Alokasi Kos Gabungan dan Kos Produk per Unit Untuk Tiap Metode... 79

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di dalam dunia usaha, terdapat 3 jenis perusahaan yaitu, perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur. Pada umumnya 3 jenis perusahaan ini memiliki

tujuan manajemen yang sama dalam pengambilan sebuah keputusan yaitu, keputusan yang membawa dunia usahanya ke arah yang lebih baik dan semakin baik agar dapat berkompetisi di dalam dunia usaha yang semakin ketat persaingannya. Keputusan

yang diambil manajemen didasarkan pada kos produk yang dihasilkan perusahaan dimana kos produk tersebut yang secara tidak langsung menentukan pula going concern perusahaan.

Di dalam perusahaan manufaktur, produk atau output yang dihasilkan mungkin saja lebih dari satu produk, terutama perusahaan yang mengolah produk

dengan proses kimia. Hal ini disebabkan input produksi akan menghasilkan secara langsung dan simultan dalam suatu reaksi kimia. Apabila suatu proses produksi

menghasilkan dua atau lebih produk secara bersamaan pada proses yang sama, maka akan timbul masalah dalam penentuan berapa alokasi kos gabungan untuk masing-masing produk saat terjadi split-off (pisah-batas). Penentuan untuk kos gabungan

(11)

B A B I P e n d a h u l u a n | 2

Universitas Kristen Maranatha per-unit atau kos masing-masing produk. Menurut Horngren, Datar, dan Foster (2006:534), pengertian joint costs adalah sebagai berikut :

“Joint costs are the costs of a production process that yield multiple products

simultaneously.”

Menurut Carter (2006:269), joint costs dapat dijelaskan serta dijabarkan sebagai berikut :

“Biaya gabungan (joint costs) dapat didefinisikan sebagai biaya yang muncul

dari produksi yang simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Setiap kali dua atau lebih produk gabungan atau produk sampingan dihasilkan dari satu sumber daya, maka biaya gabungan terjadi. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah batas.”

Menurut Horngren, Datar, dan Foster (2006:534), istilah split-off point dijelaskan sebagai berikut :

“The split-off point is the juncture in a joint production process when two or

more products become separately identifiable.”

Menurut Hansen dan Mowen (2006:296), pengertian split-off point dapat didefinisikan seperti berikut :

“The split-off point is the point at which the joint products become separate

and identifiable.”

Informasi mengenai kos produk per-unit (cost per-unit product) atau kos

masing-masing produk merupakan hal yang penting sebagai penunjang pengambilan keputusan yang dilakukan pihak manajemen. Kos masing-masing produk tersebut

selanjutnya akan digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya meningkatkan daya saing perusahaan. Jika kos produk per-unit atau kos masing-masing produk yang dihasilkan memberikan hasil yang tidak akurat dalam penentuan

(12)

B A B I P e n d a h u l u a n | 3

Universitas Kristen Maranatha keputusan yang salah atau bahkan keputusan yang membuat perusahaan tidak mampu bersaing dalam kompetisi yang semakin strict dan semakin luas dalam hal perkembangan dunia usaha.

PT Perkebunan Nusantara VIII (PTP Teh Ciater) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang industri perkebunan yang mengolah pucuk teh menjadi teh hitam secara orthodoks. Produk/output yang dihasilkan berdasarkan

panduan standar operasional perusahaan, mulai dari penerimaan bahan baku, pembeberan, pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi,

penyimpanan, pengepakan dan pengiriman. Berbagai hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan produk teh hitam yang tidak terkontaminasi dan terutama untuk memenuhi kebutuhan dan harapan/keinginan pelanggan/masyarakat. Strategi lain

yang dilakukan oleh PTP Teh Ciater adalah menghasilkan produk yang bersifat unik, bermacam-macam, dan berbeda satu dengan lainnya seperti teh dengan mutu I, mutu

II, dan mutu lokal. PTP Teh Ciater menggunakan material, sistem pelaksanaan, dan aktivitas yang berbeda pada setiap produk yang dihasilkan.

Produk teh yang merupakan output perusahaan memiliki produk gabungan

(joint product) yang terdiri dari produk utama (main product), dan produk sampingan (by-product). Baik produk sampingan maupun produk gabungan diolah dalam satu

proses produksi yang sama. Dengan demikian komponen biaya untuk ketiga macam produk tersebut terdiri dari komponen biaya yang sama pula. Karena komponen

biayanya sama maka kos untuk hal semacam ini disebut dengan biaya gabungan (joint cost). Biaya gabungan yang terjadi berupa satu jumlah total untuk semua produk yang tidak dapat dibagi, dan bukannya penjumlahan dari biaya individual

(13)

B A B I P e n d a h u l u a n | 4

Universitas Kristen Maranatha proses produksi sampai terjadinya pemisahan produk (split-off) menjadi beberapa produk. Esensi dari produk gabungan oleh perhitungan biaya produk terletak pada alokasi/pembagian biaya pengolahan bersama untuk tiap produk seadil mungkin,

tetapi tidak mudah untuk mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi saat split-off dan mengalokasikan biaya untuk produk sampingan yang ada.

Berdasarkan penjabaran yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk penelitian dengan judul: PERANAN JOINT COSTING DALAM MENENTUKAN COST

PRODUCT PER UNIT DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII TEH

CIATER”

1.2 Identifikasi Masalah

Penetapan kos produk per-unit dari output yang terjadi dalam perusahaan

mempengaruhi pada tingkat penjualan yang akhirnya akan berpengaruh pada tingkat profitabilitas perusahaan. Untuk itu penetapan kos produk per-unit ini sangatlah penting untuk ditelusuri serta kos yang dialokasi untuk tiap produk saat titik pisah

terjadi.

Berdasarkan latar belakang dan pengamatan yang telah dijabarkan penulis

maka penelitian yang dilakukan akan diidentifikasikan pada masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengklasifikasian dan kalkulasi kos produk per-unit dengan

menggunakan joint costing di PTP Teh Ciater?

(14)

B A B I P e n d a h u l u a n | 5

Universitas Kristen Maranatha 3. Sejauh mana peranan harga pokok per-unit mempengaruhi pengambilan

keputusan manajemen di PTP Teh Ciater?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas maka maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan joint costing

dalam menentukan kos produk per-unit pada PTP Teh Ciater. Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengklasifikasian dan kalkulasi kos produk per-unit dengan menggunakan joint costing di PTP Teh Ciater.

2. Untuk mengetahui peranan joint costing dalam menentukan kos produk per-unit

di PTP Teh Ciater.

3. Untuk mengetahui sejauh mana peranan harga pokok per-unit mempengaruhi

pengambilan keputusan manajemen di PTP Teh Ciater.

1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian yang dilakukan, penulis berharap bahwa penelitian ini akan memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Agar dapat memperdalam ilmu serta memperluas wawasan tentang joint costing

dalam perhitungan kos produk per-unit. 2. Bagi Perusahaan

Agar dapat memberikan masukan tentang peranan joint costing dalam

(15)

B A B I P e n d a h u l u a n | 6

Universitas Kristen Maranatha 3. Bagi peneliti lainnya

(16)

82 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilaksanakan dan pembahasan yang terkait dengan produksi PTP Ciater, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Kos produksi pada PTP Ciater diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu kos tanaman dan kos lainnya. Penelitian yang dilakukan mengklasifikasikan kos produksi PTP Ciater menjadi dua bagian pula, yaitu kos bahan baku langsung

dan kos manufaktur langsung. Untuk kos tenaga kerja langsung tidak dapat diklasifikasi sebab kos tersebut tidak dapat ditelusuri secara ekonomis.

2. Joint costing yang diterapkan dalam mengkalkulasi kos untuk mengalokasikan kos gabungan produk yang diproduksi dengan tipe mutu yang berbeda, dapat membantu PTP Ciater dalam mengidentifikasi alokasi kos gabungan secara detil

dan lebih baik.

3. Metode-metode alokasi dalam joint costing yang diterapkan untuk menentukan

kos produk per unit, menghasilkan kos produk per unit yang berbeda-beda berdasarkan metode yang digunakan. Kos produk per unit yang dihasilkan dari kalkulasi tersebut menunjukkan bahwa kos produk per unit tersebut dapat

membantu pihak PTP Ciater dalam menentukan kos produk per unit untuk masing-masing tingkatan mutu produk teh yang dihasilkan.

(17)

B A B V S i m p u l a n d a n S a r a n | 83

Universitas Kristen Maranatha pengendalian, dan pengambilan keputusan yang baik serta dalam menetapkan laba yang diinginkan, membandingkan kualitas, menentukan harga jual dan harga lelang yang lebih baik, dan sebagainya.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis dapat merekomendasikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, sebagai berikut:

1. PTP Ciater sebaiknya lebih teliti dalam pengakuan kos pembelian dari kebun seinduk, karena kos tersebut tidak ikut dijumlahkan dalam pembelian hasil tanaman. Sebaiknya kos pembelian dari kebun seinduk ikut dijumlahkan karena

akan menambah kos bahan baku.

2. PTP Ciater sebaiknya menggunakan metode alokasi kos gabungan yang tepat

dalam mengalokasikan kos tiap jenis produk pada tiap tingkatan mutu produknya, yaitu metode harga pasar. Metode tersebut dapat menghasilkan kos produk per unit yang akurat untuk tiap jenis pada tiap tingkatan mutu yang

berbeda, dimana dapat membantu pihak manajemen dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang baik serta dalam menetapkan

laba yang diinginkan, membandingkan kualitas, menentukan harga jual dan harga lelang yang lebih baik, dan sebagainya.

3. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memiliki harapan pembahasan mengenai hal ini dapat menggunakan metode yang lebih tepat dan akurat dalam menentukan kos produk per unit. Hal ini dikarenakan PTP Ciater menggunakan

(18)

84 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Anthony A., Robert S. Kaplan, dan Mark S. Young. (2004). Management Accounting. 4th edition. Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Blocher, Edward J., et al. (2007). Manajemen Biaya : Penekanan Strategis. Edisi (Diterjemahkan oleh : Krista). Salemba Empat. Jakarta.

Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. (2006). Cost Management : Accounting and Control. 15th edition. Pearson Education, Inc.. China.

Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen, dan Liming Guan. (2009). Cost Accounting. 16th edition. Lengage Learning, South-Western. New York.

Hilton, Ronald W. (2005). Managerial Accounting. 6th edition. McGraw-Hill/Irwin. New York.

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, dan George Foster. (2006). Cost Accounting : A Managerial Emphasis. 12th edition. Pearson Prentice Hall. New Jersey. Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, dan George Foster. (2008). Akuntansi Biaya

: Penekanan Manajerial. Buku Pertama, Edisi Kesebelas. (Diterjemahkan oleh : Desi Adhariani). Indeks. Jakarta.

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, dan George Foster. (2008). Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial. Buku Kedua, Edisi Kesebelas. (Diterjemahkan oleh : Desi Adhariani). Indeks. Jakarta.

Kohler, Eric L. (1975). A Dictionary of Accountants. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs. New Jersey.

Santiana, Nify. (2010). Penerapan Job Order Costing Dalam Perhitungan Kos Produksi (studi kasus pada PTP Nusantara VIII kebun Ciater). Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha, Bandung (tidak dipublikasikan).

Sprouse, Robert T., dan Maurice Moonitz. (1962). A Tentative Set of Board Accounting Principles for Business Enterprises. AICPA, ARS No.3. New York.

Referensi

Dokumen terkait

–Contoh lain sumber lubang keamanan yang disebabkan oleh kurang baiknya implementasi adalah kealpaan memfilter karakter-karakter yang aneh-aneh yang dimasukkan sebagai input dari

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Teknik auto lip-sync digunakan untuk melakukan pembentukan karakter virtual 3D yang dapat berbicara seperti manusia pada umumnya.. Preston blair phoneme series dijadikan acuan

Pada ruang transit khususnya dari ruang dalam menuju lapangan, bagaimana bentuk ruang transit yang mampu mempersiapkan fisik pemain sebelum berlatih, serta mampu menjadi

Winning a World Series title hasn´t made Red Sox fans any smarter or relevant, it just gave them a one-year sense that everything was fine˙but pinstripes will always be the real

Menurut Parasuraman dalam Etta Mamang Sangadji dan Sopiah (2013, hlm. 104) memberikan definisi loyalitas pelanggan khususnya dalam pemasaran jasa merupakan suatu tanggapan

sudah terpenuhi, maka bersama ini Tim Ahli Indikasi Geografis mengusulkan agar permohonan Indikasi Geografis Kopi Arabika Sumatera Koerintji dapat diumumkan pada