• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT

Erly Nur Fatimah, Ai Sutini

1

, Solihin Ichas

2

Fakultas Ilmu Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia Erlynurfatimah13@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar melalui permainan tradisional Jawa Barat khususnya pada kelompok B3 TK Negeri Pembina, yang dilatarbelakangi kurangnya

kelincahan dan kelenturan pada saat melakukan lompatan-lompatan kecil maupun berlari

. Jumlah anak pada penelitian ini 22 orang anak, yang terdiri dari 9 orang anak laki-laki dan 13 orang anak perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui proses permainan tradisional Jawa Barat dalam rmeningkatkan motorik kasar anak usia dini dan (2) untuk mengetahui hasil peningkatan motorik kasar anak usia dini dengan metode permainan tradisional Jawa Barat. Jenis permainan tradisional Jawa Barat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu keris-kerisan, sasarungan, kelom batok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan desain penelitian Model Elliot yang dilaksanakandalam tiga siklus, dimana setiap siklusnya terdapat tiga tindakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi instrumen penilaian performa, observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Hasil penelitian yang diperoleh mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap indikatornya, yang meliputi indikator 1 yaitu anak mampu melakukan gerakan koordinasi tangan dan kaki, indikator 2 yaitu anak mampu memiliki keseimbangan tubuh, dan indikator 3 yaitu anak mampu melakukan permainan fisik sesuai aturan.

Hal tersebut terlihat dari hasil yang dicapai setiap siklusnya, diantaranya perkembangan fisik motorik kasar anak pada indikator 1 siklus I sebesar 6,67%, pada siklus II sebesar 29,82%, dan pada siklus III meningkat hingga 66,34%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak pada indikator 2 siklus I sebesar 19,76%, pada siklus II sebesar 29,82%, dan pada siklus III meningkat hingga 54,14%. Sedangkan perkembangan fisik motorik kasar anak pada indikator 3 siklus I sebesar 10%, pada siklus II sebesar 26,31%, dan pada siklus III meningkat hingga 62,71%. Dapat dilihat dari hasil yang diperoleh di atas bahwa melalui permainan tradisional Jawa Barat dapat membantu mengembangkan fisik motorik kasar anak.

Kata Kunci: Permainan Tradisional Jawa Barat, Fisik Motorik Kasar

1

Penulis Penanggung Jawab 1

2

Penulis Penanggung Jawab 2

(2)

DEVELOPING GROSS MOTOR THROUGH WEST JAVANESE TRADITIONAL GAMES

Erly Nur Fatimah, Ai Sutini¹, Solihin Ichas² Fakultas Ilmu Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia Erlynurfatimah13@gmail.com

ABSTRACT

This research is conducted to develop gross motor ability through West Javanese traditional games particularly in group B3 TK Negeri Pembina, which is background by the lack of agility and flexibility when doing small jumps or running. The sample of this research is 22 kindergarten students which consist of 9 males and 13 females.

The objectives of the research are (1) to find out the process of West Javanese traditional games in improving gross motor in early childhood and (2) to find out the result of gross motor improvement in early childhood through West Javanese traditional games methods. The types of West Javanese traditional games that are used in this research are keris-kerisan, sasarungan, kelom batok. Classroom Action Research is employed as research method by using the research design model from Elliot that is conducted in three cycles which each of them consist of three actions.

Data collecting techniques that are used in this research consist of instruments for performance assessment, observation, interview, documentation, and field notes. The result of this research shows good improvement for each of indicators which encompass indicator 1 children are able to do coordination movement through their hands and legs, indicator 2 children are able to balance their body, and indicator 3 children are able to do physical games based on the rules. The result of those indicators can be seen from each result which is achieved from each cycle, such as the development of children physical gross motor in indicator 1 cycle I is 6, 67%, cycle II is 29, 82%, and the improvement of cycle III reaches 66, 34%. The development of children physical gross motor in indicator 2 cycles I is 19, 76%, in cycle II is 29, 82

%, and in cycle III improves up to 54, 14%. Meanwhile, the development of children physical gross motor in indicator 3 cycles I is 10%, in cycle II is 26, 31%, and in cycle II raises up to 62, 71%. From the results of this research, it can be concluded that West Javanese traditional games can help developing children gross motor.

Keywords: West Javanese Traditional Games, Physical Gross Motor

(3)

Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah Swt, dimana para orang tua dipercayai untuk senantiasa melindungi dan merawat mereka. Dimulai dengan diberikannya kasih sayang, perhatian, perlindungan serta memberikan asupan makanan yang bergizi, dan pendidikan. Anak harus mendapatkan pendidikan sejak dini, karena pada masa itu anak sedang mengalami masa golden age atau masa keemasan. Sebenarnya pendidikan dimulai pada masa dalam kandungan. Selanjutnya orang tua memberikan pendidikan kepada anak dengan menyekolahkannya keberbagai sekolah yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

Menurut Sujiono (2009, hlm. 6) mengemukakan bahwa “anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya”. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.

Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak, karena setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga kebutuhan setiap anakpun jelas berbeda-beda.

Masa kanak-kanak merupakan masa untuk bermain bukan untuk belajar. Bagi seorang anak bermain merupakan hal yang sangat menyenangkan. Bermain merupakan sebuah kebutuhan pokok, seperti makan dan minum. Dengan bermain anak bisa melakukan hal apa saja yang mereka inginkan tanpa ada larangan atau paksaan dari orang lain. bermain dapat membantu anak dalam mencapai perkembangan dan pertumbuhan baik secara fisik, psikologis, intelektual, sosial, moral, dan emosional anak. Dalam sebuah permainan harus mengandung nilai edukasinya, bermain

seraya belajar. Biarkan anak bebas untuk bermain bereksplorasi sesuai dengan imajinasinya, tentu saja dengan pengawasan orang dewasa di sekitarnya.

Seiring dengan pernyataan di atas bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak tumbuh secara pesat, terutama pertumbuhan jasmaninya. Dalam beberapa bulan saja, tinggi dan berat badannya bertambah dengan sangat cepat. Bisa dilihat dari hari kehari anak-anak mulai menunjukan perubahan yang sangat drastis, dari mulai ukuran baju yang semakin hari semakin menyempit dan dari kelakuan anak yang semakin hari semakin menunjukan keunikannya yang dimiliki dari setiap individu. Hal itu bisa di stimulus dengan diberikannya keterampilan motorik, baik itu motorik halus maupun motorik kasarnya.

Beberapa anak yang kurang terstimulus perkembangan motorik kasarnya rentan memiliki tubuh yang lemah, dan rentan terkena berbagai macam penyakit. Selain anak rentan terkena berbagai macam penyakit, anak juga bisa kehilangan rasa percaya diri, sulit untuk berkonsentrasi, dan lain sebagainya.

Hasil pengamatan selama mengajar, peneliti masih melihat di TK Negeri Pembina masih ada anak yang kurang terampil dalam motorik kasarnya, misalnya kurangnya kelincahan dan kelenturan pada saat melakukan lompatan-lompatan kecil maupun berlari. Menurut analisis peneliti hal ini disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang merangsang perkembangan fisik motorik kasar anak. Selain itu tidak adanya permainan-permainan yang dapat mengembangkan pertumbuhan fisik anak.

Hal ini disebabkan karena tidak adanya

kesadaran pada diri guru di sekolah

maupun orang tua tentang arti penting

bermain bagi anak. Dari sebagian orang tua

berpendapat bahwa dengan bermain itu

hanya akan membuang-buang waktu saja,

kebanyakan anak dituntut untuk belajar dan

hanya berfokus pada calistung saja

sedangkan masa anak-anak yaitu masa

(4)

bermain bukannya belajar. Selain itu permasalahan yang sering ditemukan yaitu kurangnya aktivitas bermain anak dalam kegiatan di lapangan dan tidak terlatihnya keberanian anak melakukan permainan yang bisa mengembangkan perkembangan fisik motorik sehingga anak merasa takut jika melakukannya dan kebanyakan anak sering menggunakan gadjet untuk bermain, karena teknologi yang semakin hari semakin canggih suatu permainan sudah bisa dimainkan melalui gadjet. Dengan adanya hal tersebut maka anak tidak bergerak sama sekali atau monoton berdiam diri saja sehingga motorik kasarnya tidak berkembang dengan optimal dan hanya jari jemarinya saja yang bergerak sedangkan anggota tubuh lainnya tidak bergerak sama sekali. Karena sering bermain dengan gadjet maka pada saat anak diajak untuk bermain oleh gurunya, anak ada yang menolak serta ada juga yang masih belum luwes melakukan permainan yang disediakan oleh gurunya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa motorik kasar yang dimilki anak belum berkembang dengan baik. Itu semua karena permainannya yang kurang menarik bagi anak dan kurangnya kreativitas guru untuk menciptakan suatu permainan, sehingga anak sama sekali tidak mau mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh gurunya serta penggunaan gadjet yang berlebihan yang membuat anak malas untuk melakukan sesuatu yang menggunakan anggota geraknya.

Seiring dengan permasalahan di atas agar perkembangan fisik motorik terutama motorik kasar anak berkembang dengan baik, maka kegiatan yang diberikan kepada anak di TK Negeri Pembina yaitu dengan adanya kegiatan bermain yang dapat merangsang perkembangan fisik motorik anak salah satunya dengan bermain melalui permainan tradisional.

Permainan tradisional merupakan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan dan diperkenalkan kembali kepada anak-anak generasi muda agar budaya Indonesia tidak akan lenyap begitu

saja. Permainan tradisional hampir terlupakan oleh generasi muda zaman sekarang, karena tersisihkan oleh permainan-permainan modern yang semakin hari semakin marak di pasaran.

Abidin (2009, hlm. 71) mengemukakan bahwa permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung nilai- nilai budaya, pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya. Pada permainan tradisional terdapat bentuk permainan yang sifatnya bertanding (games) dan ada pula yang bersifat lebih mengutamakan pada mengisi waktu luang sebagai bentuk rekreasi.

Permainan tradisional Jawa Barat relatif sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Beberapa contoh permainan tradisional Jawa Barat, antara lain : bebentengan, congkak, gatrik, ngadu karbit, kelom batok, ngadu muncang, oray- orayan, maen kaleci, prangpring, perepet jengkol, lompat tali, sur-sar, ucing peungpeun, galah asin, sondah, dll.

METODE

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan peneliti gunakan adalah model penelitian tindakan kelas Model Elliot. Alasan peneliti menggunakan desain ini karena dalam meningkatkan perkembangan fisik motorik kasar melalui permainan tradisional memerlukan waktu yang lama untuk melaksanakan kegiatan. Sehingga model penelitian tindakan kelas yang cocok yaitu model Elliot, karena model ini terdiri dari beberapa siklus yang tiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Sejalan dengan pendapat Wardani dkk. (2006, hlm. 1.4) menjelaskan

“penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di dalam

kelasnya sendiri melalui refleksi diri,

dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil

belajar siswa menjadi meningkat”.

(5)

B. Partisipan dan Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di TK Negeri Pembina yang terletak di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak kelompok B3 yang berjumlah 22 orang anak, yang terdiri dari 9 orang anak laki-laki dan 13 orang anak perempuan.

C. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, ada beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

Motorik kasar merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kematangan perkembangan otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya dan seluruh anggota tubuhnya bergerak secara terkoordinasi.

Permainan tradisional Jawa Barat merupakan jenis permainan zaman dahulu yang berada di daerah Jawa Barat yang kental dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di daerahnya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen ini digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data-data selama peneliti melaksanakan penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain penilaian performa, lembar observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menunjang kegiatan penelitian ini antara lain: teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah teknik data kuantitatif, kualitatif, dan triangulasi.

Pengolahan data kuantitatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan kemampuan hasil belajar anak selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian dijabarkan dalam bentuk perhitungan statistik untuk mengetahui skor maupun presentase yang didapat anak selama kegiatan. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, wawancara yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, maka pengumpulan data tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk deskripsi. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggabungan antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber kemudian data dibandingkan dan diolah, sehingga mendapat kesimpulan bahwa data-data yang diperoleh merupakan data yang sah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina yang letaknya tidak jauh dari Kampus UPI Cibiru yaitu berada di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Disini peneliti berperan sebagai guru inti di dalam kelas sedangkan guru pamong berperan sebagai observer, tugas seorang observer yaitu menilai penampilan peneliti selama proses belajar mengajar berlangsung. Pada kegiatan ini, peneliti ingin meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui permainan tradisional. Setiap siklusnya peneliti sudah menyediakan beberapa jenis permainan tradisional Jawa Barat, jenis permainan tradisional tersebut di antaranya yaitu keris-kerisan, sasarungan, dan kelom batok.

Kegiatan permainan tradisional ini merupakan kegiatan tambahan pada kegiatan inti, dan waktu yang dibutuhkan

±30 menit untuk melaksanakan kegiatan ini. Secara lengkap dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah dirancang peneliti pada lampiran.

Pada siklus I, permainan yang

diberikan mengenai permainan keris-

kerisan. Media utama yang dibutuhkan

(6)

yaitu daun kelapa muda. Kegiatan yang pertama anak membuat keris-kerisan dan cara bermain yang baik dan benar, kedua anak bermain keris-kerisan perperan sebagai pendekar-pendekaran, dan yang terakhir bermain perang-perangan menggunakan media keris-kerisan.

Pada siklus II, permainan yang diberikan yaitu permainan sasarungan dengan media utama sarung. Kegiatan yang diberikan pada anak yaitu yang pertama anak bermain memutarkan sarung, kedua bermain balon sarung, dan terakhir anak bermain paparahuan menggunakan sarung.

Pada siklus III, permainan yang diberikan yaitu kelom batok dengan media utama yaitu tempurung kelapa yang sudah diberikan tali. Pada permainan ini, kegiatan yang diberikan sama yaitu bermain kelom batok pada biasanya, hanya saja yang dibedakan setiap tindakannya yaitu rintangan yang dihadapi anak berbeda.

Pada saat membuat keris-kerisan hampir semua anak-anak B3 mengalami kesulitan dalam melipat daun kelapa tersebut, gerakan tangannya belum terkoordinasi dengan baik dan pada saat mempraktikan cara menggunakan keris- kerisan yang baik dan benar masih saja anak-anak belum mampu melakukannya dengan baik. Menurut Sujiono (2007, hlm.

7.5) menyebutkan bahwa “koordinasi mata dan tangan yang berhubungan dengan kemampuan memilih suatu objek dan mengkoordinasikannya (objek yang dilihat dengan gerakan-gerakan yang diatur)”.

Berikut ini data perkembangan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan bermain keris-kerisan pada siklus I, dimana data- data yang sudah terkumpul diakumulasikan antara indikator 1, indikator 2, dan indikator 3 pada setiap tindakannya, dapat dilihat dari grafik berikut ini.

Grafik 4.1

Perkembangan Fisik Motorik Kasar Anak dalam Kegiatan Membuat

Keris-kerisan Pada Siklus I

Grafik diatas menunjukkan naik turunnya angka perkembangan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan membuat keris-kerisan pada siklus I.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan gerakan koordinasi tangan dan kaki pada tindakan 1 sebesar 0%, pada tindakan 2 sebesar 5%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 15%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam memiliki keseimbangan tubuh pada tindakan 1 sebesar 14,29%, tindakan 2 sebesar 20%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 25%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan permainan fisik sesuai aturan pada tindakan 1 sebesar 0%, tindakan 2 sebesar 10%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 20%.

Pada siklus II ini dalam penerapan permainan tradisional sasarungan mengalami peningkatan yang cukup baik dalam beberapa tindakannya. Hal tersebut nampak pada gerakan-gerakan yang mereka tunjukan pada saat bermain yang

0%

14.29%

0%

5%

20%

10%

15%

25%

20%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

Melakukan gerakan koordinasi tangan dan

kaki

Memiliki keseimbangan

tubuh

Melakukan permainan fisik sesuai

aturan tindakan 1 tindakan 2 tindakan 3

(7)

mengarah pada keadaan yang lebih baik dari tindakan-tindakan sebelumnya di siklus I.

Berikut ini data perkembangan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan bermain sasarungan pada siklus II, dimana data- data yang sudah terkumpul diakumulasikan antara indikator 1, indikator 2, dan indikator 3 pada setiap tindakannya, dapat dilihat dari grafik berikut ini.

Grafik 4.2

Perkembangan Fisik Motorik Kasar Anak dalam Kegiatan Bermain

Sasarungan Pada Siklus II

Grafik diatas menunjukkan naik turunnya angka perkembangan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan bermain sasarungan pada siklus II. Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan gerakan koordinasi tangan dan kaki pada tindakan 1 sebesar 21,06%, pada tindakan 2 sebesar 26,31%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 42,10%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam memiliki keseimbangan tubuh pada tindakan 1 sebesar 31,58%, tindakan 2 sebesar 26,31%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 31,58%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan permainan fisik

sesuai aturan pada tindakan 1 sebesar 21,05%, tindakan 2 sebesar 26,31%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 31,58%.

Penelitian yang dilakukan pada siklus III ini menunjukkan perkembangan anak kearah yang lebih baik dari siklus- siklus sebelumnya. Hal ini terlihat ketika anak bermain kelom batok dari awal hingga akhir permainan dikerjakan dengan baik.

Pada siklus III ini sudah jarang ditemukan anak yang pada awalnya kesulitan untuk memulai permainan yang diberikan guru.

Hanya sebagian saja yang masih kurang menguasai permainan kelom batok tersebut, tetapi tidak seburuk pada permainan keris- kerisan dan sasarungan. Dalam permainan kelom batok kendalanya hanya dalam ukuran tempurung kelapanya saja yang membuat anak-anak sulit untuk melangkah.

Sependapat menurut Sadulloh, dkk. (2007, hlm. 133) mengemukakan bahwa “dalam penerapan dan penggunaan alat pendidikan perlu disesuaikan dengan memperhatikan berbagai kondisi yang berhubungan dengan usia dan psikis terdidik”. Sehingga guru harus lebih berhati-hati dalam menentukan alat permainan yang akan anak-anak pakai dan harus mencari alat permainan yang cocok dengan usia anak-anak TK.

Maka perkembangan fisik motorik kasar anak-anak kelompok B3 dapat meningkat melalui penerapan permainan tradisional Jawa Barat. Melalui permainan tradisional ini banyak sekali kegiatan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur yang mampu meningkatkan motorik kasar.

Hal tersebut sependapat dengan Abidin (2009, hlm. 71) bahwa aktivitas yang dilakukan pada permainan tradisional mengandung keterampilan, kecekatan kaki dan tangan, menggunakan kekuatan tubuh, ketajaman mata, kecerdasan pikiran, keluwesan gerak tubuh, menirukan alam lingkungan, memadukan gerak irama, lagu dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan gerakkannya.

Berikut ini data perkembangan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan bermain kelom batok pada siklus III, dimana data-

21.06%

31.58%

21.05%

26.31% 26.31% 26.31%

42.10%

31.58% 31.58%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

Melakukan gerakan koordinasi tangan dan

kaki

Memiliki keseimbangan

tubuh

Melakukan permainan fisik

sesuai aturan

tindakan 1 tindakan 2 tindakan 3

(8)

data yang sudah terkumpul diakumulasikan antara indikator 1, indikator 2, dan indikator 3 pada setiap tindakannya, dapat dilihat dari grafik berikut ini.

Grafik 4.3

Perkembangan Fisik Motorik Kasar Anak dalam Kegiatan Bermain Kelom

Batok Pada Siklus III

Grafik diatas menunjukkan naik turunnya angka perkembangan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan bermain kelom batok pada siklus III. Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan gerakan koordinasi tangan dan kaki pada tindakan 1 sebesar 47,62%, pada tindakan 2 sebesar 63,16%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 88,24%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam memiliki keseimbangan tubuh pada tindakan 1 sebesar 33,33%, tindakan 2 sebesar 52,63%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 76,47%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan permainan fisik sesuai aturan pada tindakan 1 sebesar 42,86%, tindakan 2 sebesar 57,89%, dan pada tindakan 3 meningkat hingga 88,24%.

Berdasarkan data-data penelitian siklus I, siklus II, dan siklus III. Berikut ini gambaran akumulasi perkembangan fisik motorik kasar anak pada kegiatan

permainan tradisional Jawa Barat seperti keris-kerisan, sasarungan, dan kelom batok secara keseluruhan:

Grafik 4.4

Perkembangan Fisik Motorik Kasar Anak dalam Kegiatan Permainan Tradisional Jawa Barat Pada Siklus I,

II, dan III

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan fisik motorik kasar anak pada saat kegiatan permainan tradisional Jawa Barat mengalami peningkatan pada perkembangannya. Hal tersebut terlihat perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan gerakan koordinasi tangan kaki pada siklus I sebesar 6,67%, pada siklus II sebesar 29,82%, dan pada siklus III meningkat hingga 66,34%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam keseimbangan tubuh pada siklus I sebesar 19,76%, pada siklus II sebesar 29,82%, dan pada siklus III meningkat hingga 54,14%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan permainan fisik sesuai aturan pada siklus I sebesar 10%, pada siklus II sebesar 26,31%, dan pada siklus III meningkat hingga 62,71%.

Dengan demikian, peningkatan yang telah terjadi dari setiap indikatornya tersebut

47.62%

33.33%

42.86%

63.16%

52.63% 57.89%

88.24%

76.47%

88.24%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Melakukan gerakan koordinasi tangan dan

kaki

Memiliki keseimbangan

tubuh

Melakukan permainan fisik sesuai aturan

tindakan 1 tindakan 2 tindakan 3

6.67%

19.76%

10%

29.82% 29.82%

26.31%

66.34%

54.14%

62.71%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

Melakukan gerakan koordinasi tangan dan

kaki

Memiliki keseimbangan

tubuh

Melakukan permainan fisik

sesuai aturan

Siklus I Siklus II Siklus III

(9)

menunjukkan bahwa penerapan permainan tradisional Jawa Barat dapat mengembangkan fisik motorik kasar anak secara signifikan.

Dengan terlaksananya penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode permainan tradisional Jawa Barat kemampuan motorik kasar anak dapat berkembang. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya ketercapaian indikator penilaian performa pada setiap siklusnya, ini yang menjadi tolak ukur keberhasilan penelitian. Dengan terlaksananya penelitian ini, peneliti juga dapat melihat persamaan dan perbedaan penelitian yang relevan serta mengetahui keterbatasan penelitian. Adapun perbedaan dengan penelitian yang relevan yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Ai Saripatul Khoeriah (2012) dan Rohyati (2012) kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan variabel terikat yaitu mengembangkan motorik kasar anak namun variabel bebas yang digunakan berbeda. Sedangkan penelitian relevan yang telah dilakukan oleh Mira Danika (2014) memiliki kesamaan pada variabel bebas yaitu sama-sama menggunakan metode permainan tradisonal namun variabel terikat berbeda.

KESIMPULAN

Proses kegiatan bermain melalui metode permainan tradisional Jawa Barat yang telah diterapkan oleh peneliti ternyata efektif untuk peningkatan motorik kasar anak disetiap siklusnya. Peneliti menyiapkan tiga jenis permainan tradisional diantaranya yaitu sebagai berikut: (a) keris-kerisan, (b) sasarungan dan (c) kelom batok.

Perkembangan fisik motorik kasar anak melalui permainan tradisional Jawa Barat mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Hal tersebut terlihat perkembangan fisik motorik anak dalam melakukan gerakan koordinasi tangan dan kaki pada siklus I sebesar 6,67%, pada siklus II sebesar 29,82%, dan pada siklus

III meningkat hingga 66,34%.

Perkembangan fisik motorik kasar anak dalam keseimbangan tubuh pada siklus I sebesar 19,76%, pada siklus II sebesar 29,82%, dan pada siklus III meningkat hingga 54,14%. Sedangkan perkembangan fisik motorik kasar anak dalam melakukan permainan fisik sesuai aturan pada siklus I sebesar 10%, pada siklus II sebesar 26,31%, dan pada siklus III meningkat hingga 62,71%. Dengan demikian, peningkatan yang terjadi pada indikator- indikator tersebut menunjukkan bahwa metode permainan tradisional Jawa Barat dapat mengembangkan fisik motorik kasar anak secara signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Bermain. Bandung:

Rizqi Press

Sadulloh, dkk. (2007). Pedagogik.

Bandung: Cipta Utama

Sujiono Bambang, dkk. (2007). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta:

Universitas Terbuka

Sujiono, N. Y. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: PT Indeks

Wardani, dkk. (2006). Penelitian tindakan

kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan uji Karakteristik properties dan eksperiment yang dilakukan pada masing-masing bahan bakar maka komposisi bahan

Hasil penelitian menunjukkan pemberian inokulan legin dan mulsa dapat meningkatkan jumlah bakteri bintil akar, tinggi tanaman, berat basah tanaman, dan berat kering tanaman..

Komponen yang perlu diperhatikan dalam merancang OSCE meliputi penentuan komponen kompetensi klinik yang akan diujikan, perancangan station, penentuan pasien, penentuan tim

MyGuru merupakan sebuah platform yang menghubungkan guru dan murid untuk menambah pelajaran di luar sekolah atau kampus dengan variasi mata pelajaran yang beragam. MyGuru

Hipotesis penelitian ini ialah ada interaksi antara varietas dan kerapatan tanaman asal TSS terhadap hasil umbi bawang merah, varietas dan kerapatan tanaman asal TSS

C meristem generatif tersebut mampu berkembang dan menginisiasi umbel bunga. Inisiasi umbel bunga meningkat pada tanaman bawang merah dengan aplikasi BAP 37,5 ppm dan

Indeks keragaman semuanya relatif tinggi, namun populasi hama dan musuh alami tertinggi yaitu 2.50 terdapat pada C0 (kontrol), hal ini terjadi karena tidak adanya

1LODL VNHZQHVV GDQNXUWRVLVXQWXNPHQGXJD DNVLJHQGDQMXPODKJHQNDUDNWHUDJURQRPL GDULJHQRWLSHKDVLOSHUVLODQJDQ,$1; 31GLVDMLNDQSDGD7DEHO 7DEHO PHQXQMXNNDQ