Bab 7
Bidang Frekuensi
Penggunaan frekuensi semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan dunia telekomunikasi dengan berbagai perangkat dan teknologi yang digunakan.
Peningkatan penggunaan frekuensi juga diikuti dengan semakin beragamnya penggunaan frekuensi untuk berbagai kebutuhan karena penggunaan sarana telekomunkasi yang semakin variatif dengan penggunaan teknologi telekomunikasi yang semakin tinggi pula.
Contoh paling mudah terlihat adalah perkembangan teknologi seluler yang semakin banyak digunakan masyarakat dengan tingkat penggunaan yang tinggi dan juga membutuhkan penggunaan frekuensi yang semakin tinggi pula. Demikian pula dengan teknologi penyiaran dan komunikasi lainnya.
Penyajian data statistik bidang frekuensi akan memberikan gambaran peningkatan penggunaan frekuensi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan peta penggunaannya pada saat ini. Penyajian data penggunaan frekuensi ini dilakukan untuk memotret pola penggunaan spektrum frekuensi untuk berbagai keperluan serta penggunaannya berdasarkan service. Penggunaan pita frekuensi berdasarkan service akan dipetakan berdasarkan penggunaanya untuk tiap propinsi. Pemetaan penggunaan menurut propinsi juga akan dilakukan terhadap pengunaan menurut pita frekuensi .
7.1 Ruang Lingkup
Data statistik Bidang frekuensi yang disajikan dalam laporan ini meliputi jumlah penggunaan
spektrum frekuensi berdasarkan pita frekuensi, jumlah penggunaan spektrum frekuensi
berdasarkan jenis penetapan frekuensi, dan jumlah penggunaan frekuensi berdasarkan
peruntukannya. Keseluruhan data tersebut juga dipetakan penggunaannya menurut
propinsi. Selanjutnya juga dilakukan analisis untuk menghitung jumlah penggunaan
frekuensi menurut subservice TV, Radio (AM/FM) dan GSM di tiap - tiap propinsi. Secara
| 176 khusus, penggunaan frekuensi untuk subservice tertentu seperti TV, radio (AM, FM) dan GSM/DCS akan dilihat penggunaannya antar wilayah dengan membandingkan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk di wilayah (propinsi) tersebut.
Statistik frekuensi yang ditampilkan dalam laporan ini meliputi :
1) Statistik penggunaan spektrum frekuensi berdasarkan pita frekuensi (misalnya VLF, LF, MF, HF, dst.) dan propinsi tahun 2007 – 2010 (sampai 8 Juli 2010);
2) Penggunaan frekuensi berdasarkan service dan subservice tahun 2007 – 2010 (sampai 8 Juli 2010);
3) Penggunaan frekuensi menurut kepulauan, propinsi, service dan subservice tahun 2010 (sampai 8 Juli 2010);
4) Perbandingan jumlah penggunaan frekuensi TV, Radio AM, Radio FM dan GSM dengan jumlah penduduk dan luas wilayah untuk tiap propinsi Tahun 2010 (sampai 8 Juli 2010);
5) Penerbitan Izin Amatir Radio yang meliputi IAR, IKRAP dan SKAR
Data statistik frekuensi yang disajikan dan dianalisa dalam bab ini diperoleh langsung dari Direktorat Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio Ditjen Postel pada posisi data terakhir yaitu 8 Juli 2010. Sementara data penduduk dan luas wilayah propinsi diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
7.2. Konsep dan Definisi
Definisi dari terminologi yang digunakan dalam penyajian data frekuensi dibawah ini disusun agar dapat memberi interpretasi yang sama terhadap terminologi yang digunakan.
Beberapa konsep dan definisi yang digunakan dalam pembahasan selanjutnya pada bab frekuensi ini adalah :
1. Telekomunikasi adalah setiap transmisi, emisi atau penerimaan isyarat, sinyal,
tulisan, gambar-gambar dan suara atau pernyataan pikiran apapun melalui
kawat, radio, optik atau sistem elektromagnetik lainnya;
2. Spektrum Frekuensi Radio adalah susunan pita frekuensi radio yang mempunyai frekuensi lebih kecil dari 3000 GHz sebagai satuan getaran gelombang elektromagnetik yang merambat dan terdapat dalam dirgantara (ruang udara dan antariksa);
3. Alokasi Spektrum Frekuensi Radio adalah pencantuman pita frekuensi radio tertentu dengan maksud untuk penggunaan oleh satu atau lebih dinas komunikasi radio terrestrial atau dinas komunikasi radio ruang angkasa atau dinas astronomi berdasarkan persyaratan tertentu;
4. Radio adalah istilah umum yang dipakai dalam penggunaan gelombang radio;
5. Gelombang Radio atau Gelombang Hertz adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi yang lebih rendah dari 3.000 GHz, yang merambat dalam ruang angkasa tanpa sarana penghantar buatan;
6. Komunikasi radio adalah telekomunikasi dengan perantaraan gelombang radio;
7. Komunikasi radio terrestrial adalah Setiap komunikasi radio selain komunikasi radio ruang angkasa atau radio astronomi;
8. Komunikasi radio ruang angkasa adalah setiap komunikasi radio yang mencakup penggunaan satu atau lebih stasiun ruang angkasa, atau penggunaan satu atau lebih satelit pemantul ataupun objek lain yang ada di ruang angkasa;
9. Navigasi radio adalah Radio penentu yang digunakan untuk keperluan navigasi, termasuk pemberitahuan sebagai adanya peringatan tentang benda yang menghalangi;
10. Radio Astronomi adalah Astronomi yang berdasarkan penerimaan gelombang radio yang berasal dari kosmos.
7.3. Penggunaan Frekuensi (ISR)
7.3.1. Penggunan Berdasarkan Pita Frekuensi
Penggunaan pita frekuensi menunjukkan peningkatan yang semakin tinggi dari tahun ke
tahun sejalan dengan semakin beragamnya penggunaan pita frekuensi untuk berbagai
kebutuhan. Teknologi telekomunikasi dan informatika yang semakin berkembang juga
| 178 mendukung peningkatan penggunaan pita frekuensi yang semakin tinggi. Penggunaan pita frekuensi pada tahun 2010 meskipun baru sampai pertengahan tahun seperti ditunjukkan pada tabel 7.1 memperlihatkan jumlah penggunaan yang melebihi penggunaan pita frekuensi dalam setahun pada tahun 2009. Penggunaan pita frekuensi untuk spektrum MF dan HF sampai dengan pertengahan tahun memang masih lebih rendah daripada penggunaannya pada tahun 2009. Namun untuk spektrum pita frekuensi tinggi seperti VHF, UHF dan terutama SHF, penggunaannya sampai dengan awal Juli 2010 telah melebihi penggunaan spektrum pita frekuensi tersebut selama tahun 2009.
Tabel 7.1. Jumlah Penggunaan Frekuensi (ISR) berdasarkan pita frekuensi
No. Nama Spektrum Pita Frekuensi 2008 2009 2010*
1 VLF (3 kHz – 30 kHz)
N.A 0 02 LF (30 kHZ – 300 kHz)
N.A 0 03 MF (300 kHz – 3 MHz)
N.A 391 3604 HF (3 MHz – 30 MHz)
329 6.327 6.0325 VHF (30 MHz – 300 MHz)
8.838 22.236 23.0316 UHF (300 MHz – 3 GHz)
89.968 92.627 98.1827 SHF (3 GHz - 30 GHz)
36.653 163.284 177.6048 EHF (30 GHz – 300 GHz)
N.A 2 2Jumlah
135.788 284.867 305.211Data VLF (Very Low Frequency) dan LF (Low Frequency) tidak dapat dimunculkan karena penggunaan frekuensi rendah (kurang dari 300 kHz) menyangkut penggunaan untuk keperluan khusus seperti untuk keperluan militer dan tidak banyak bandwidth yang pada band ini dalam spektrum radio.
*) Sampai 8 Juli 2010
Dari sisi komposisi penggunaannya, sampai dengan pertengahan tahun 2010, penggunaan
spektrum pita frekuensi tinggi yaitu SHF dan UHF masih merupakan yang paling banyak
digunakan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Penggunaan spektrum pita frekuensi SHF
yang berada pada pita frekuensi 3 GHz-30 GHz bahkan menunjukkan proporsi yang semakin
besar dari 27% pada 2008, kemudian menjadi 57,3% dan pada pertengahan tahun 2010
meningkat lagi proporsinya menjadi 58,2% seperti terlihat pada gambar 7.1. Penggunaan
spektrum pita frekuensi yang lebih rendah seperti HF dan MF proporsinya cenderung
rendah dan tidak banyak mengalami perubahan.
Komposisi penggunaan spektrum pita frekuensi UHF dan SHF yang besar menyebabkan peningkatan penggunaan pita frekuensi untuk kedua jenis spektrum pita frekuensi ini juga berdampak signifikan pada total penggunaan spektrum frekuensi.
spektrum MF dan HF sampai pertengah
frekuensi tersebut selama 2009, namun karena penggunaan spektrum pita UHF sudah meningkat 8,8% dan pita VHF s
tersebut pada tahun 2009, maka secara total penggunaan pita frekuensi sampai pertengahan tahun 2010 sudah lebih tinggi 7,1% dibanding penggunaa
pada tahun 2009. Pengguna
diperkirakan akan semakin meningkatkan penggunaan pita frekeunsi VHF dan UHF serta total pita frekuensi yang semakin tinggi pula dengan persentase peningkatan yang cukup besar.
Gambar 7.1. Komposisi Penggunaan Freku
Secara kumulatif, penggunaan pita frekuensi yang sukup besar sampai pertengahan tahun 2010 ini menjadikikan kumulatif penggunan spektrum pita frekuensi meningkat tajam.
Secara total penggunaan pita frekuensi sampai pertengaha
37,1% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun peningkatan ini lebih rendah dibanding peningkatan penggunan pita frekuensi pada tahun 2009, namun karena baru berlangsung setengah tahun, diperkirakan peningkatannya pada tahun 2010 a
100%
120%
EHF (30 GHz – 300 GHz) SHF (3 GHz - 30 GHz) UHF (300 MHz – 3 GHz) VHF (30 MHz – 300 MHz) HF (3 MHz – 30 MHz) MF (300 kHz – 3 MHz)
Komposisi penggunaan spektrum pita frekuensi UHF dan SHF yang besar menyebabkan peningkatan penggunaan pita frekuensi untuk kedua jenis spektrum pita frekuensi ini juga pada total penggunaan spektrum frekuensi. Meskipun penggunaan spektrum MF dan HF sampai pertengahan tahun 2010 masih lebih rendah dari penggunaan frekuensi tersebut selama 2009, namun karena penggunaan spektrum pita UHF sudah meningkat 8,8% dan pita VHF sudah meningkat 6% dibanding penggunaan pita frekuensi tersebut pada tahun 2009, maka secara total penggunaan pita frekuensi sampai pertengahan tahun 2010 sudah lebih tinggi 7,1% dibanding penggunaannya selama setahun pada tahun 2009. Penggunaan yang semakin meningkat sampai a
diperkirakan akan semakin meningkatkan penggunaan pita frekeunsi VHF dan UHF serta total pita frekuensi yang semakin tinggi pula dengan persentase peningkatan yang cukup
Gambar 7.1. Komposisi Penggunaan Frekuensi berdasarkan Pita Frekuensi
, penggunaan pita frekuensi yang sukup besar sampai pertengahan tahun 2010 ini menjadikikan kumulatif penggunan spektrum pita frekuensi meningkat tajam.
Secara total penggunaan pita frekuensi sampai pertengahan tahun 2010 telah meningkat 37,1% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun peningkatan ini lebih rendah dibanding peningkatan penggunan pita frekuensi pada tahun 2009, namun karena baru berlangsung setengah tahun, diperkirakan peningkatannya pada tahun 2010 akan lebih tinggi lagi.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2008 2009 2010*
300 GHz) 0.0% 0.0% 0.0%
30 GHz) 27.0% 57.3% 58.2%
3 GHz) 66.3% 32.5% 32.2%
300 MHz) 6.5% 7.8% 7.5%
30 MHz) 0.2% 2.2% 2.0%
3 MHz) 0.0% 0.1% 0.1%
Komposisi penggunaan spektrum pita frekuensi UHF dan SHF yang besar menyebabkan peningkatan penggunaan pita frekuensi untuk kedua jenis spektrum pita frekuensi ini juga Meskipun penggunaan tahun 2010 masih lebih rendah dari penggunaan frekuensi tersebut selama 2009, namun karena penggunaan spektrum pita UHF sudah udah meningkat 6% dibanding penggunaan pita frekuensi tersebut pada tahun 2009, maka secara total penggunaan pita frekuensi sampai nya selama setahun n meningkat sampai akhir tahun 2010 diperkirakan akan semakin meningkatkan penggunaan pita frekeunsi VHF dan UHF serta total pita frekuensi yang semakin tinggi pula dengan persentase peningkatan yang cukup
berdasarkan Pita Frekuensi
, penggunaan pita frekuensi yang sukup besar sampai pertengahan tahun 2010 ini menjadikikan kumulatif penggunan spektrum pita frekuensi meningkat tajam.
n tahun 2010 telah meningkat 37,1% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun peningkatan ini lebih rendah dibanding peningkatan penggunan pita frekuensi pada tahun 2009, namun karena baru berlangsung
lebih tinggi lagi.
| 180 Peningkatan penggunaan pita frekuensi secara kumulatif ini pada tahun 2010 paling tinggi terjadi pada penggunaan spektrum pita frekuensi SHF sebesar 62,1% diikuti oleh pita frekuensi MF sebesar 42,6%. Namun karena penggunaan pita frekuensi MF tidak terlalu besar maka secara absolut jumlah penggunaannya juga tidak besar. Spektrum pita frekuensi VHF juga mengalami peningkatan penggunaan yang besar dan secara kumulatif penggunaanya meningkat sebesar 35%. Peningkatan yang tidak terlalu besar terhadi pada penggunaan spektrum pita frekuensi EHF yang meningkat hanya 12,5%. Penggunaan jenis pita frekuensi ini yang tidak terlalu banyak juga menjadikan peningkatannya juga tidak signifikan.
Tabel 7.2. Kumulatif Penggunaan Frekuensi (ISR) berdasarkan pita frekuensi
No. Nama Spektrum Pita Frekuensi 2008 2009 2010*
1 VLF (3 kHz – 30 kHz)
N.A 0 02 LF (30 kHZ – 300 kHz)
N.A 0 03 MF (300 kHz – 3 MHz)
454 845 1.2054 HF (3 MHz – 30 MHz)
17.795 24.122 30.1545 VHF (30 MHz – 300 MHz)
42.166 64.402 87.4336 UHF (300 MHz – 3 GHz)
354.726 447.353 545.5357 SHF (3 GHz - 30 GHz)
122.693 285.977 463.5818 EHF (30 GHz – 300 GHz)
14 16 18Jumlah
537.848 822.715 1.127.926*) Sampai 8 Juli 2010
Dari sisi sebaran wilayah penggunaannya menurut pulau, penggunaan spektrum pita frekuensi masih didominasi oleh penggunaan di Pulau Jawa. Proporsi penggunaan pita frekuensi di Pulau Jawa ini mencapai 52,8% dari total penggunaan pita frekuensi pada tahun 2010 sampai dengan pertengahan tahun. Proporsi penggunaan yang tinggi ini disebabkan penggunaan pita frekuensi yang sangat besar di Jawa sebaga pusat kegiatan ekonomi dan bisnis, aktivitas sosial dan pusat pemerintahan yang menyebabkan kegiatan yang banyak menggunakan frekuensi seperti komunikasi dan penyiaran juga banyak berlangsung di Jawa.
Apalagi di Jawa merupakan pusat penyebaran penduduk dengan dinamika aktivitas dan
tingkat pendidikan serta melek teknologi masyarakat yang j lain.
Proporsi penggunaan terbesar kedua adalah di wilayah pulau Sumatera dengan proporsi penggunaan yang mencapai 25,6%.
aktivitas ekonomi dan sosial yang terbesar kedua setelah Jawa dan jumlah penduduk terbesar kedua setelah Pulau Jawa sehingga kebutuhan penggunaan frekuensi juga tinggi.
Hal yang menarik dari proporsi ini ad
adalah bahwa propisri penggunaan pita grekuensi di Bali dan Nusa Tenggara lebih besar dibanding di Sulawesi yang jumlah penduduk dan luas wilayahnya lebih besar dibanding Bali dan Nusa Tenggara. Ini menunju
khususnya ekonomi dan bisnis lebih mempengaruhi penggun
untuk kegiatan penyiaran atau yang membutuhkan intensitas komunikasi yag tinggi.
Gambar 7.2. Penggunaan Pita Frekuensi menu
Penggunaan pita frekuensi pada tahun 2010 menurut propinsi
penggunaan pita frekuensi terbesar terdapat di propinsi Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur dan DKI Jakarta. Tingginya pengguna
disebabkan kombinasi dari wilayah yang cukup luas, jumlah penduduk yang besar, administratif pemerintahan yang banyak serta dinamika aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggi. Keempat faktor tersebut secara bersama
penggunaan pita frekuensi yang tinggi untuk berbagai kebutuhan. Sementara penggunaan
Jawa, 52.8%
Kalimantan, 8.
9%
tingkat pendidikan serta melek teknologi masyarakat yang juga lebih tinggi daripada daerah
Proporsi penggunaan terbesar kedua adalah di wilayah pulau Sumatera dengan proporsi penggunaan yang mencapai 25,6%. Hal ini juga disebabkan Sumatera merupakan pusat aktivitas ekonomi dan sosial yang terbesar kedua setelah Jawa dan jumlah penduduk terbesar kedua setelah Pulau Jawa sehingga kebutuhan penggunaan frekuensi juga tinggi.
Hal yang menarik dari proporsi ini adalah bahwa proporsi penggunaan pita frekuensi ini propisri penggunaan pita grekuensi di Bali dan Nusa Tenggara lebih besar dibanding di Sulawesi yang jumlah penduduk dan luas wilayahnya lebih besar dibanding Bali dan Nusa Tenggara. Ini menunjukkan bahwa faktor dinamika kegiatan masyarakat khususnya ekonomi dan bisnis lebih mempengaruhi penggunaan pita frekuensi
untuk kegiatan penyiaran atau yang membutuhkan intensitas komunikasi yag tinggi.
Gambar 7.2. Penggunaan Pita Frekuensi menurut pulau besar
Penggunaan pita frekuensi pada tahun 2010 menurut propinsi menunjukkan bahwa penggunaan pita frekuensi terbesar terdapat di propinsi Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur
Tingginya penggunaan pita frekuensi di Jawa Barat
disebabkan kombinasi dari wilayah yang cukup luas, jumlah penduduk yang besar, administratif pemerintahan yang banyak serta dinamika aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggi. Keempat faktor tersebut secara bersama-
enggunaan pita frekuensi yang tinggi untuk berbagai kebutuhan. Sementara penggunaan
Sumatera, 25.6
%
Jawa, 52.8%
Kalimantan, 8.
Bali, Nusa
Tenggara, 5.7% Sulawesi, 5.5%
Maluku+Papua , 1.5%
uga lebih tinggi daripada daerah
Proporsi penggunaan terbesar kedua adalah di wilayah pulau Sumatera dengan proporsi Hal ini juga disebabkan Sumatera merupakan pusat aktivitas ekonomi dan sosial yang terbesar kedua setelah Jawa dan jumlah penduduk terbesar kedua setelah Pulau Jawa sehingga kebutuhan penggunaan frekuensi juga tinggi.
alah bahwa proporsi penggunaan pita frekuensi ini propisri penggunaan pita grekuensi di Bali dan Nusa Tenggara lebih besar dibanding di Sulawesi yang jumlah penduduk dan luas wilayahnya lebih besar dibanding Bali kkan bahwa faktor dinamika kegiatan masyarakat an pita frekuensi, terutama untuk kegiatan penyiaran atau yang membutuhkan intensitas komunikasi yag tinggi.
rut pulau besar
menunjukkan bahwa penggunaan pita frekuensi terbesar terdapat di propinsi Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur di Jawa Barat dan Jawa Timur disebabkan kombinasi dari wilayah yang cukup luas, jumlah penduduk yang besar, administratif pemerintahan yang banyak serta dinamika aktivitas sosial dan ekonomi -sama mendorong enggunaan pita frekuensi yang tinggi untuk berbagai kebutuhan. Sementara penggunaan
Maluku+Papua , 1.5%
| 182 pita frekuensi yang tinggi di Jakarta terutama karena posisinya sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan pusat kegiatan ekonomi dan bisnis dimana hampir semua kantor pusat perusahaan besar berada di Jakarta termasuk bisnis penyiaran dan telekomunikasi. Dengan posisi ini kebutuhan untk penggunaan frekuensi menjadi sangat besar terutama untuk jenis frekuensi tertentu.
Tabel 7.3. Penggunan Pita Frekuensi per Propinsi tahun 2010 (sampai 8 Juli 2010)
No Propinsi Pita Frekuensi
EHF HF MF SHF UHF VHF
1 Babel 72 1.270 714
2 Bengkulu 46 3 1.066 523 229
3 Jambi 108 4 2.325 1.210 561
4 Kepri 54 1 2.817 1.536 481
5 Lampung 94 15 4.439 3.005 268
6 NAD 112 15 4.046 2.399 542
7 Riau 315 4 7.612 4.500 1.166
8 Sumbar 80 11 3891 2045 399
9 Sumsel 161 10 5613 2761 1142
10 Sumut 393 34 11.455 6.552 2.021
11 Banten 34 4 8.548 4.482 418
12 DIY 17 1 3.712 2.128 288
13 DKI Jakarta 359 10 21.204 10.211 870
14 Jawa Barat 167 64 28.090 14.713 2.069
15 Jawa Tengah 128 55 15.684 9.663 1.796
16 Jawa Timur 255 35 21.116 12.871 1.966
17 Bali 1 75 11 5.205 2.832 597
18 NTB 71 5 2.638 1.717 734
19 NTT 327 2 1.506 665 904
20 Kalimantan Barat 240 14 3.237 1.779 443
21 Kalimantan Selatan 75 16 2.929 1.459 908
22 Kalimantan Tengah 290 13 2.480 1.304 588
23 Kalimantan Timur 479 3 6.007 2.867 2.060
24 Sulawesi Utara 101 2 1.909 1.074 282
25 Sulawesi Tengah 1 148 7 1.201 650 369
26 Sulawesi Selatan* 124 14 5.057 2.836 617
27 Sulawesi Tenggara 47 886 567 310
28 Gorontalo 42 417 154 34
29 Maluku 304 2 418 275 456
30 Maluku Utara 115 88 75 108
31 Irjabar 30 52
32 Papua 1.199 5 708 563 249
*) Termasuk Sulawesi Barat yang merupakan Propinsi Pemekaran dari Sulawesi Selatan
Komposisi spektrum pita frekuensi di masing-masing propinsi menunjukkan pola yang hampir sama dimana proporsi penggunaan terbesar adalah untuk spektrum pita frekuensi SHF kemudian diikuti oleh spektrum frekuensi UHF, kecuali untuk beberapa propinsi.
Proporsi penggunaan spektrum pita frekuensi SHF ini pada daerah-daerah yang dominan penggunaanya berkisar antara 49% sampai 64,5%. Komposisi ini juga tidak berbeda jauh dengan proporsi secara nasional yang mencapai 52,8%. Sementara proporsi penggunaan spektrum pita frekuensi UHF pada daerah-daerah tersebut berkisar antara 19,5% sampai 34,7%. Namun untuk beberapa propinsi, menunjukkan komposisi penggunaan spektrum pita frekuensi yang berbeda. Penggunaan spektrum pita frekuensi di Irian Jaya Barat misalnya pada tahun 2010 lebih didominasi oleh penggunaan spektrum pita frekuensi UHF yang proporsinya mencapai 63,4%. Penggunaan spektrum SHF meskipun proporsinya cukup tinggi (36,6%) namun masih lebih rendah dari pita UHF.
Sementara penggunaan pita frekuensi VHF di propinsi Maluku dan Maluku Utara menunjukkan proporsi yang tinggi. Proporsi penggunaan pita frekuensi VHF di Maluku mencapai 31,3% dan merupakan yang terbesar dibanding pita frekuensi lainnya. Sementara proporsi penggunaan frekuensi VHF di Maluku Utara mencapai 28% dan menjadi yang terbesar kedua di Maluku Utara setelah frekuensi HF yang proporsinya mencapai 29,8%.
Penggunaan jenis spektrum pita HF yang besar juga berlangsung di propinsi Papua. Proporsi penggunaan spektrum pita HF di propinsi Papua mencapai 44% dan menjadi yang terbesar dibanding pita frekuensi lainnya. Proporsi yang tinggi untuk jenis pita frekuensi HF di Papua ini diduga terkait dengan penggunaanya yang untuk kebutuhan khusus terkait dinamika kegiatan sosial-ekonomi di wilayah tersebut.
Proporsi yang tinggi untuk jenis pita frekuensi HF di Papua ini diduga terkait dengan penggunaanya yang untuk kebutuhan khusus terkait dengan kegiatan ekonomi maupun kondisi geografis Papua yang merupakan daerah pegunungan
7.3.2. Penggunaan Berdasarkan Service
Penggunaan pita frekuensi menurut service juga menunjukkan adanya peningkatan dalam penggunaan meskipun tahun 2010 baru memasuki pertengahan tahun. Peningkatan signifikan terutama terjadi untuk penggunaan frekuensi untu jenis fixed service dan land mobile (public). Penggunaan untuk fixed service pada sudah meningkat sebesar 8,6%
dibanding penggunaan tahun sebelumnya sampai dengan pertengahan tahun 2010, sementara peningkatan penggunaan untuk land mobile (public) sudah mencapai 7,6%.
Beberapa jenis service lain penggunaannya sampai pertengahan tahun 2010 ini masih lebih rendah dibanding penggunaan tahun 2009 seperti untuk Aeronautucal, Land Mobile (private) dan Maritim. Bahkan penggunaan untuk Aeonautical lebih rendah 43,4% dibanding tahun sebelumnya. Namun diperkirakan penggunaan untuk beberapa jenis service tersebut masih akan meningkat sehingga akan lebih tinggi dibanding penggunaan tahun sebelumnya.
Tabel 7.4. Jumlah penggunaan kanal frekuensi menurut service 2009-2010
No. Service 2008** 2009 2010*
1 Aeronautical/Penerbangan
0 1.018 5762 Broadcast (TV & Radio)
1.737 1.805 1.8363 Fixed Service
122.949 171.483 186.1744 Land Mobile (Private)
40.092 33.321 32.8555 Land Mobile (Public)
52.705 77.809 83.7256 Maritim
6.268 3.4237 Satellite
627 682 786Total
218.110 292.386 309.375*)Sampai 8 Juli 2010
**) Merupakan data perhitungan ISR, bukan data jumlah frekuensi yang ditetapkan
Perkembangan komposisi penggunaan frekuensi menurut service seperti ditunjukkan gambar 7.4 menunjukkan bahwa penggunaan frekuensi menurut service masih didominasi oleh penggunaan untuk jenis fixed service. Proporsi penggunaan jenis service fixed telepon sampai semester I tahun 2010 ini mencapai 60,2% dari total penggunaan. Proporsi ini lebih tinggi dibanding penggunaan tahun sebelumnya yang berkisar antara 56% sampai 58%.
Peningkatan proporsi penggunaan fixed service ini sejalan dengan peningkatan penggunaannya yang cukup besar pada tahun 2010 ini dibanding jenis service yang lain.
Proporsi penggunaan yang relatif besar juga terjadi untuk penggunaan jenis service land
mobile (public) dan land mobile (private) yaitu masing-masing sebesar 27,1% dan 10,6%.
Penggunaan subservice GSM/DCS yang tinggi ini sejalan dengan semakin berkembangnya industri telekomunikasi seluler dengan semakin banyaknya operator dan jangkauan oleh masing-masing operator sehingga semakin banyak menara pemancar (BTS) yang didirikan.
Namun proporsi penggunaan subservice GSM DCS sampai semester I tahun 2010 ini masih lebih rendah dari proporsi penggunaannya selama tahun 2009.
Proporsi penggunaan frekuensi untuk subservice lainnya tergolong kecil-kecil bahkan jauh dibawah tiga subservice tersebut. Penggunaan subservice lainnya kurang dari 1% kecuali untuk penggunaan subservice frekuensi PMP. Proporsi penggunaan untuk jenis subservice ini mencapai 3,1% dari total penggunaan. Penggunaan paling rendah adalah untuk satellite yang proporsinya hanya 0,002% dari total penggunaan frekuensi menurut subservice.
Gambar 7.5. Komposisi Penggunaan Frekuensi menurut Service dan Subservice Tahun 2010 (8 Juli)
Kanal Frekuensi
Broadcast 0,60%
AM0,116% DVB-T0,003% FM0,323% TV0,160%
Fixed Service 60,95%
PMP3,111% PMPPrivate0,004% PP57,531% PPPrivate0,308%
Land Mobile (Private)
10,80%
Paging0,003% Standard10,543% Taxi0,098% Trungking0,151%
MobileLand (Public) 27,39%
GSM/DCS26,374% IS950,962% Trungking0,056%
Satellite 0,26%
EarthFixed0,079% EarthMobile0,019% Satellite0,001% VSAT0,159%
| 188 7.3.3. Penggunaan Menurut Propinsi
Tabel 7.4 menunjukkan penggunaan frekuensi menurut service dan subservice untuk masing-masing pulau besar propinsi. Dari tabel tersebut terlihat bahwa penggunaan frekuensi untuk subservice paling besar adalah di pulau Jawa dan diikuti oleh Sumatera.
Sementara untuk propinsi, pengguna terbesar frekuensi menurut subservice adalah di Jawa Barat, diikuti Jawa Timur dan DKI Jakarta. Proporsi penggunaan frekuensi menurut subservice di Jawa Barat mencapai 14,8% dari total penggunaan di seluruh propinsi, sementara proporsi penggunaan di Jawa Timur mencapai 11,9%. Secara total proporsi penggunaan frekuensi menurut subservice di tiga propinsi di Pulau Jawa ini mencapai 37,4%
dari total penggunaan frekuensi di seluruh Indonesia.Sementara proporsi penggunaan frekuensi di propinsi-propinsi di Kawasan Timur Indonesia tergolong sangat rendah dimana proporsinya tidak ada yang mencapi 0,5% dari total penggunaan frekuensi.
Dari jenis subservice yang digunakan untuk masing-masing propinsi, terdapat kecenderungan proporsi penggunaan yang sama dimana pada hampir semua propinsi, subservice PP (fixed service) dan GSM/DCS (land mobile (public) menjadi yang paling banyak digunakan. Proporsi penggunaan subservice PP rata-rata sekitar 52.4% dari total penggunaan frekuensi dengan terbesar di Gorontalo dan Jakarta yang proporsinya mencapai 63,9% dan 63,5% disandingkan dengan total penggunaan frekuensi menurut semua subservice di propinsi tersebut. Namun penggunaan subservice PP di beberapa propinsi di kawasan timur Indonesia seperti Maluku, Maluku Utara dan Papua relatih rendah dengan proporsi yang kurang dari 30%. Demikian juga dengan proporsi penggunaan frekuensi untuk subservice GSM yang proporsinya kurang dari 20% di ketiga propinsi tersebut. Jenis subservice yang digunakan pada ketiga propinsi tersebut justru adalah frekuensi untuk subservice Standard (land mobile private). Proporsi penggunaan subservice di ketiga propinsi tersebut mencapai lebih dari 50%. Penggunaan jenis subservice standard yang proporsinya relatif besar di ketiga propinsi tersebut diduga terkait dengan penggunaan untuk kebutuhan khusus.
Sementara untuk semua propinsi menunjukkan bahwa penggunaan subservice yang paling
rendah adalah untuk DVB-T (broadcast), PMPM private (Fixed Service), Paging (Land Mobile
private) dan Trunking (land mobile public). Bahkan penggunaan subservice DVB-T, penggunaanya hanya terdapat di propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sementara penggunaan subservice PMP Private hanya digunakan di propinsi Riau, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Penggunaan subservice paging (land mobile private) hanya digunakan di propinsi Sumatera Barat, DKI Jakarta dan Kalimantan Barat. Sedangkan subservice Trunking (land mobile (public) tidak digunakan di wilayah Sulawesi serta di Indonesia Timur hanya digunakan di Papua. Dari pola penggunaan ini terlihat bahwa meskipun DKI Jakarta bukan propinsi yang menggunakan frekuensi paling banyak, namun semua jenis subservice frekuensi digunakan di propinsi ini. Dengan beragam kegiatan yang berlangsung di wilayahnya dan dinamika kota yang tinggi sebagai pusat pemerintahan dan pusat kegiatan ekonomi dan bisnis menjadikan semua jenis subservice frekuensi digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Meskipun Jakarta bukan merupakan propinsi yang menggunakan frekuensi paling banyak, namun semua jenis subservice frekuensi digunakan di Jakarta. Hal ini terkait dengan penggunaanya untuk beragam kegiatan yang menunjang posisi Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat kegiatan ekonomi/bisnis dengan dinamika sosial penduduk yang tinggi
|190 Tabel7.4.PenggunaanFrekuensimenurutPropinsi,ServicedanSubservicesampaiDesember2010(satuan:pemancarstasiunradio)
Sampai8Juli2010 AMFMTVDVB-TPMP PMPPrivatePPPrivatePPPagingTaxiTrun-kingStandardIS95GSM/DCSTrunkingBabel1382121.2274278655Bengkulu3155101.0592259500Jambi4162081142.29743688331.037Kepri11011196142.74291648171.2054Lampung1530142014.42023651992.558NAD15359106114.03253063812.1947Riau423211947267.527742.011783.55611Sumbar1128161603.883512244221.831Sumsel1036221995.590431.3991692.2461Sumut346811418911.4101112.5561425.7581Sumatera97274137-1.58677644.1875451229.28464121.54024Banten4186561818.4204126181373.54359DIY13814201233.672185283781.798DKIJakarta844881.362117720.6813881462.1363757.39714JawaBarat631172811.801417927.71321262.60842011.9719JawaTengah551402369712415.5271881.9774668.2542JawaTimur35111371.89310520.95258522.4835349.9224Jawa16646811696.515568996.965320724910.1052.01042.88588Kalbar13212814483.203127021.573Kalsel161323124102.8595967401.2581Kalteng1325167872.4573860111.192Kaltim23314215695.8612372.8922.16540Kalimantan449281-561-9414.38012475.421516.18841Bali113014257215.126457121152.33915NTB51543692.59342870101.545NTT22461461.437521.204608Bali,NusaTenggara186924-307-369.156-1392.7861254.49215Gorontalo421144101273134Sulsel141826326204.987175785682.276Sulteng79291941.18262488594Sultra1216288742338518Sulut2142583101.8598538134868Sulawesi235798-467-389.312-32162.0651024.390-Irjabar3050Maluku2761663924754221MalukuUtara218621970Papua2132619669141.4684691Maluku+Papua42232-36-61.177--182.441-8101SubTotal35298248899.47212939175.177929946132.1022.92980.305169Total Wilayah BroadcastFixedServiceLandMobile(private)LandMobile(public)
1.831185.60032.87183.403
7.3.4. Pola Penggunaan menurut Wilayah Kepulauan
Penggunaan frekuensi menurut service menunjukkan pola penggunaan dan intensitas penggunaan yang berbeda untuk tiap jenis subservice antar wilayah kepulauan. Gambar 7.6 yang menunjukkan penggunaan frekuensi menurut service untuk wilayah kepulauan Sumatera menunjukkan intensitas penggunaan yang masih relatif rendah meskipun sebagian propinsi masuk pada level intensitas penggunaan menengah. Pada wilayah ini, penggunaan frekuensi menurut service yang terbesar adalah dua propinsi Sumatera Utara, diikuti dengan propinsi Riau. Penggunaan frekuensi yang relatif cukup terlihat tinggi juga terjadi di propinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Penggunaan frekuensi menurut service yang rendah terjadi di propinsi Bengkulu dan Bangka Belitung. Dari sisi jumlah penggunaanya, jenis service untuk broadcast dan satelitte relatif sangat rendah penggunaannya di wilayah Sumatera ini.
Jika dilihat dari propinsi dengan penggunaan frekuensi yang besar, secara implisit menunjukkan bahwa daerah-daerah dengan penggunaan frekuensi yang besar juga menunjukkan tingkat perkembangan yang lebih maju dan dinamika sosial ekonomi masyarakat yang lebih tinggi. Pada daerah-daerah yang pembangunanya lebih maju dan tingkat perekonomian lebih tinggi seperti Sumatera Utara, Riau dan Lampung menunjukkan penggunaan frekuensi yang relatif lebih tinggi dibanding propinsi lain di Pulau Sumatera.
Dari sisi jenis service yang digunakan, penggunaan frekuensi untuk Fixed service juga masih yang paling tinggi di semua propinsi di wilayah ini. Penggunaan jenis Fixed service yang paling tinggi di wilayah ini juga diikuti dengan penggunaan total frekuensi yang paling tinggi.
Hal ini dapat dipahami mengingat penggunaan untuk fixed service ini sangat dominan
dibanding service lainnya.
| 192 Gambar 7.6. Penggunaan Frekuensi menurut Service di wilayah Sumatera
Penggunaan frekuensi menurut service di Pulau Jawa yang diperlihatkan pada gambar 7.7 menunjukkan bahwa penggunaan frekuensi di Pulau Jawa jauh lebih tinggi dibanding propinsi-propinsi lainnya. Penggunaan frekuensi untuk jenis fixed service di satu propinsi di Jawa bahkan bisa lebih besar daripada penggunaan semua jenis frekuensi di satu propinsi di Sumatera. Penggunaan frekuensi di Pulau Jawa paling banyak terdapat di Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur dan DKI Jakarta. Penggunaan frekuensi yang relatif rendah di Pulau Jawa terdapat di propinsi Yogyakarta.
Dari sisi jenis service yang digunakan, sebagaimana di Pulau Sumatera, penggunaan jenis service Frekuensi di Pulau Jawa paling banyak adalah untuk jenis fixed service, diikuti dengan penggunaan untuk jenis land mobiel (public). Penggunaan land mobile (public bahkan tergolong cukup tinggi di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penggunan jenis service land mobile public yang tinggi ini terkait dengan penggunaan untuk subservice GSM yang semakin banyak di wilayah-wilayah tersebut dengan semakin banyaknya operator seluler dan menjadikan wilayah Jawa sebagai pasar utamanya. Penggunaan frekuensi menurut service yang jauh lebih besar di pulau Jawa ini juga sejalan dengan jumlah penduduk yang lebih tinggi, tingkat kemajuan daerah serta dinamika kegiatan sosial- ekonomi masyarakat yang lebih tinggi di Pulau Jawa dibandingkan dengan propinsi lain.
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Broadcast Fixed Service Land Mobile (private) Land Mobile (public) Satelite
Gambar 7.7. Penggunaan Frekuensi menurut Service di wilayah Jawa
Penggunaan frekuensi menurut service di wilayah Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara menunjukkan kuantitas penggunaan yang juga rendah sebagaimana propinsi di luar Jawa.
Penggunaan yang relatif tinggi hanya terjadi di propinsi Bali dan Sulawesi Selatan namun dengan tingkat penggunaan yang juga tidak terlalu tinggi. Sementara penggunaan frekuensi untuk propinsi Gorontalo sangat rendah. Hal ini diduga terkait dengan propinsi yang masih baru dan belum banyak berkembang sehinga dinamika kegiatan masyarakat yang membutuhkan penggunaan frekuensi juga relatif rendah. Pola penggunaan frekuensi di wilayah Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara ini secara implisit juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara tingkat kemajuan dan perkembangan daerah serta dinamika kegiatan sosial ekonomi masyarakat dengan penggunaan frekuensi menurut service. Pada propinsi Bali meskipun wilayahnya tidak terlalu luas, namun penggunaan frekuensi khususnya untuk jenis fixed service cukup tinggi. Hal ini karena banyaknya kegiatan bisnis yang berkembang di Bali sebagai daerah tujuan pariwisata sehingga intensitas penggunaan frekuensi cukup tinggi. Di masa datang, dengan penggunaan perangkat teknologi informasi yang lebih tinggi (termasuk dengan mendorong usaha kecil dan menengah menggunakan perangkat TI) untuk mendukung kegiatan usahanya, penggunaan frekuensi di Bali diduga akan semakin tinggi.
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Banten DIY DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Broadcast Fixed Service Land Mobile (private) Land Mobile (public) Satelite
| 194 Kondisi yang sama namun berbeda dari sisi geografis terjadi di Suawesi Selatan. Meskipun wilayahnya cukup luas, namun penggunaan frekuensi yang tinggi dipropinsi ini diduga lebih disebabkan oleh masyarakat yang lebih maju dan dinamis serta lebih tingginya intensitas kegiatan bisnis, sosial dan pemerintahan di wilayah ini. Di wilayah Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara yang wilayahnya juga cukup luas justru tidak menunjukkan penggunaan frekuensi yang tinggi. Hal yang menarik justru ditunjukkan oleh propinsi Nusa Tenggara Timur. Meskipun tingkat kemajuan masyarakat dan dinamika kegiatan sosial ekonomi diwilayah ini tidak lebih tinggi di banding daerah-daerah di Sulawesi (kecuali Sulawesi Selatan), namun menunjukkan penggunaan frekuensi yang relatif lebih tinggi. Hal ini diduga terkait dengan kebutuhan untuk penggunaan untuk kebutuhan khusus dengan keberadaan perusahaan pertambangan atau kebutuhan khusus lainnya.
Gambar 7.8. Penggunaan Frekuensi menurut Service di wilayah Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi
Penggunaan frekuensi untuk wilayah Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) menunjukkan tingkat penggunaan yang rendah khususnya di kawasan timur Indonesia.
Bahkan jika dilihat pada gambar 7.9 terlihat adanya kesenjangan yang cukup besar antara penggunaan frekuensi di wilayah Kalimantan dengan Kawasan Timur Indonesia. Hal ini secara tidak langsung juga menunjukkan kesenjangan penggunaan teknologi informasi diantara kedua kawasan tersebut dan ketertinggalan yang cukup parah dalam penggunaan
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Bali NTB NTT Gorontalo Sulsel Sulteng Sultra Sulut Broadcast Fixed Service Land Mobile (private) Land Mobile (public) Satelite
teknologi informasi di kawasan timur Indonesia. Pada wilayah ini, penggunaan frekuensi paling banyak terjadi di Kalimantan Timur yang memang memiliki kegiatan bisnis dan ekonomi paling tinggi, disusul Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Penggunaan frekuensi juga paling banyak juga masih untuk jenis fixed service terutama di Kalimantan Timur. Namun terdapat peredaan yang cukup menarik dalam penggunaan jenis frekuensi berikutnya. Jika di propinsi lain di Kalimantan penggunaan terbanyak kedua adalah untuk jenis land mobile (public) yang diduga terkait dengan penggunaan untuk subservice GSM/DCS, namun penggunaan terbanyak kedua di Kalimantan Timur adalah untuk service land mobile (private). Jenis service land mobile (private) juga menjadi jenis frekuensi yang terbanyak digunakan di Maluku dan Papua, dua propinsi yang relatif signifikan penggunaan frekuensinya dibanding dua propinsi lain di kawasan Timur Indonesia. Penggunaan jenis service land mobile (private) yang tinggi di tiga propinsi ini diduga terkait penggunaan untuk kegiatan perusahaan/bisnis yang banyak berkembang di tiga daerah tersebut yaitu pertambangan di Kalimantan Timur dan Papua serta perikanan di Maluku.
Gambar 7.9. Penggunaan Frekuensi menurut Service di wilayah Kalimantan, Maluku dan Papua
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Kalbar Kalsel Kalteng Kaltim Irjabar Maluku Maluku Utara
Papua Broadcast Fixed Service Land Mobile (private) Land Mobile (public) Satelite
| 196 7.4. Perbandingan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dengan Jumlah
Penduduk dan Luas Wilayah
Perbandingan penggunaan spektrum frekuensi radio antar propinsi dengan membandingkannya dengan jumlah penduduk dan luas wilayah perlu dilakukan agar dapat diketahui penyebaran penggunaan dan peruntukan frekuensi di suatu daerah secara tepat.
Beberapa jenis spektrum frekuensi penggunaanya mungkin dipengaruhi oleh kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Artinya untuk daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi, penggunaan spektrum frekuensinya akan semakin besar untuk melayani penduduk tersebut meskipun wilayahnya tidak luas. Sementara untuk jenis spektrum frekuensi lain, penggunannya mungkin tergantung dengan luasan wilayah. Artinya untuk wilayah yang luas, penggunaan spektrum services frekuensinya akan semakin besar. Pada bagian ini, perbandingan pengukuran penggunaan frekuensi dilakukan terhadap beberapa subservice utama yaitu frekuensi TV, Radio AM, Radio FM dan GDM/DCS.
7.4.1. Frekuensi TV
Perbandingan penggunaan frekuensi TV dengan jumlah penduduk dan luas wilayah menurut propinsi di Sumatera dan Jawa menunjukkan bahwa pola penggunaann frekuensi TV lebih memiliki korelasi dengan jumlah penduduk atau wilayah administratifnya. Penggunaan frekuensi TV cenderung relatif lebih tinggi pada daerah-daerah dengan jumlah penduduk tinggi dan tersebar di propinsi tersebut seperti di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa tengah meskipun luas wilayahnya tidak terlalu besar. Sementara untuk propinsi-propinsi yang memiliki wilayah yang lebih luas seperti Riau, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara tidak menunjukkan penggunaan frekuensi TV yang cukup tinggi. Beberapa propinsi dengan wilayah yang tidak terlalu luas dan penduduk yang tidak besar menunjukkan penggunaan frekuensi yang semakin rendah.
Penggunaan jenis service land mobile (private) yang lebih tinggi di Kalmantan Timur, Maluku dan Papua dibandingkan dengan Land Mobile (public) diduga terkait dengan penggunaan untuk kebutuhan perusahaan bisnis yang berkembang di ketiga propinsi tersebut yaitu pertambangan di Kalimantan Timur dan Papua dan perikanan di Maluku.
Gambar 7.10A. Perbandingan Wilayah.
Sementara untuk wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Kawasan
Indonesia, penggunaan frekuensi TV meskipun juga memiliki korelasi kuat dengan jumlah penduduk, namun memperhatikan juga luasan wilayah.
wilayah yang memiliki penduduk relatif besar seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Bar Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah menunjukkan pengguna
besar dibanding daerah dengan penduduk le
Utara dan Irian Jaya Barat. Namun penggunaan frekuensi TV ini relatif rendah di Nu Tenggara meskipun memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Sementara untuk beberapa propinsi lain, luasan wilayah cukup mempengaruhi penggunaan jenis service frekuensi TV.Di propinsi Papua misalnya yang wilayahnya leih luas menunjukkan peggunaan frekuensi TV yang lebih besar dibanding Nusa Tenggara dan Sulawesi Tenggara yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak.
Pada daerah dengan tipologi daratan yang memanjang juga menunjukkan penggunaan frekuensi yang juga tinggi dibanding daerah yang tidak meman
TV di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan yang memiliki karakkteristik
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
TV Penduduk (x 100.000)
A. Perbandingan Jumlah Frekuensi TV dengan Jumlah Penduduk dan Luas
ilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Kawasan
Indonesia, penggunaan frekuensi TV meskipun juga memiliki korelasi kuat dengan jumlah penduduk, namun memperhatikan juga luasan wilayah. Penggunaan frekuensi untuk wilayah yang memiliki penduduk relatif besar seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Bar Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah menunjukkan penggunaan frekuensi yang lebih
ibanding daerah dengan penduduk lebih sedikit seperti Kalimantan Tengah, Maluku Utara dan Irian Jaya Barat. Namun penggunaan frekuensi TV ini relatif rendah di Nu Tenggara meskipun memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Sementara untuk beberapa propinsi lain, luasan wilayah cukup mempengaruhi penggunaan jenis service frekuensi TV.Di propinsi Papua misalnya yang wilayahnya leih luas menunjukkan peggunaan ensi TV yang lebih besar dibanding Nusa Tenggara dan Sulawesi Tenggara yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak.
Pada daerah dengan tipologi daratan yang memanjang juga menunjukkan penggunaan frekuensi yang juga tinggi dibanding daerah yang tidak memanjang. Penggunaan frekuensi TV di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan yang memiliki karakkteristik
Penduduk (x 100.000) Luas Wilayah (x1000)