• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka

Margaret Mead melihat keluarga sebagai fondasi paling kokoh yang harus dimiliki oleh sesorang. keluarga memiliki kapasitas sebagai perantara yang dapat membantu setiap anggota keluarga dalam mengatur diri mereka sendiri serta untuk menyiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia luar. Parsons berpandangan jika keluarga memiliki dua kapasitas mendasar, yaitu sebagai tempat untuk anak dilahirkan dan sebagai tempat bagi anak-anak untuk mendapatkan sosialisasi pertama mereka. Selanjutnya, keluarga adalah tempat untuk menyesuaikan atau memantapkan karakter kepribadian diri setiap anggotanya (Rustina 2014).

Fungsi keluarga juga disampaikan oleh Horton dan Hunt. Menurut Horton dan Hunt keluarga memiliki fungsi sebagai tempat pengaturan seks, reproduksi, sosialisasi, afeksi, definisi status, perlindungan dan ekonomi (Sunarto, 2000).

Komunikasi di dalam keluarga berperan penting dalam pelaksanaan fungsi - fungsi keluarga. Orang tua dan anak yang saling berkomunikasi dengan baik dapat saling bertukar pesan dan pemikiran untuk mencapai sebuah tujuan. Komunikasi dicirikan sebagai asosiasi yang dilakukan oleh individu satu dengan lainnya mana ia memiliki dua komponen utama yaitu sumber pesan dan penerima pesan.

Komunikasi dilakukan untuk melihat bagaimana individu saling memahami satu sama lain, memperkuat hubungan, serta memungkinkan tujuan agar dapat dicapai bersama (Rahmawati and Gazali 2018). Terjalinnya komunikasi di dalam keluarga menyiratkan bahwa setiap anggota keluarga dapat berperan sebagai sumber pesan sekaligus penerima pesan. Melalui cara-cara tertentu, orang tua dapat berperan sebagai sumber pesan sedangkan anak sebagai penerima pesan atau sebaliknya (Sari et al. 2010).

Kepribadian diri seorang anak dipengaruhi oleh sistem pengasuhan yang diberikan oleh orang tua di dalam keluarga. Dengan tujuan agar anak-anak tumbuh dengan karakter yang baik, orang tua juga perlu memberikan pengasuhan

(2)

yang baik. Terlepas dari seberapa sibuk urusan pekerjaan yang dimiliki, ayah dan ibu sudah selayaknya tetap mampu menjalankan komitmen dan tugasnya sebagai orang tua yang memberikan pengasuhan serta perhatian terbaik bagi anak di dalam keluarga (Ahsan et al. 2014). Komunikasi keluarga dibagi menjadi empat pola oleh Mcleod dan Chafee. Yang pertama adalah pola laissez-faire yang dilihat dari rendahnya komunikasi serta pemberian bimbingan dari orang tua. Kedua adalah pola protektif yang menyebabkan anak menjadi orang yang kurang siap menjaga sudut pandangnya sendiri. Ketiga, pola pluralistik yang digambarkan dengan keterbukaan setiap anggota keluarga dalam membicarakan suatu hal.

Keempat, pola konsensual terlihat dari bagaimana cara orang tua dan anak berdiskusi bersama dalam penyelesaian masalah atau pembahasan suatu hal di dalam keluarga (Afrina Sari, Aida Vitayala 2010)

Komunikasi Interpersonal dapat terjadi di dalam keluarga antara orang tua dengan anak yang mana dalam keberjalanannya terjadi secara tatap muka yang memungkinkan orang tua dan anak menangkap reaksi secara langsung dari pesan yang disampaikan (Mulyana 2004). Keberjalanan komunikasi interpersonal dalam keluarga dapat ditandai dengan bagaimana cara penyampaian pesan dari orang tua kepada anak melalui percakapan dan kontak langsung (Nasor 2015). Komunikasi interpersonal berfungsi untuk meningkatkan hubungan, menghindari konflik serta mengurangi ketidak pastian terhadap suatu hal. Komunikasi interpersonal juga mampu berfungsi sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman (Canggara 2004).

Dalam hubungan antara anak dan orang tua, komunikasi interpersonal dapat menjaga keintiman dan keharmonisan dalam keluarga serta menghindari potensi konflik yang mungkin saja terjadi. Melalui komunikasi interpersonal, anak dan orang tua dapat berinteraksi secara tatap muka, membicarakan sesuatu, dan melakukan berbagai hal secara bersama-sama. Sehingga diharapkan mampu memelihara hubungan yang baik, mampu mengetahui lingkungan secara baik, dapat merasa saling terhibur, orang tua mampu mengenal lebih dalam tentang anak, begitupun sebaliknya serta dapat saling membantu dalam menyelesaikan

(3)

permasalahan. Komunikasi interpersonal mengasumsikan sebagai bagian penting dalam keluarga. Tingginya intensitas dari komunikasi interpersonal yang dijalankan oleh anak dengan orang tua akan membuat anak-anak lebih terpacu untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan (Harizta and Ariati 2017).

Rahmawati dalam hasil penelitiannya menyampaikan terdapat empat bentuk komunikasi di dalam keluarga yaitu (1) komunikasi verbal, yang dilakukan dengan melalui percakapan dengan menggunakan bahasa lisan , (2) komunikasi non verbal yaitu bentuk komunikasi dengan menyampaikan pesan melalui sikap dan perilaku tanpa harus menggunakan kata-kata, (3) komunikasi tulisan yang mana proses penyampaian pesan dilakukan dengan menggunakan tulisan, (4) komunikasi simbol yang diitandai dengan penyampaian pesan melalui raut wajah, gerak tubuh dan dapat juga berupa pemberian reward (Rahmawati and Gazali 2018)

Dewasa ini, dunia kerja bukan lagi menjadi dominasi bagi kaum laki-laki, banyak juga kaum perempuan yang saat ini sukses dalam urusan pekerjaan dan karir. Kondisi inilah yang kemudian menggeser peran ibu di dalam keluarga.

Anak-anak di dalam keluarga bukan lagi merupakan tanggung jawab penuh seorang ibu tetapi merupakan kewajiban seluruh anggota keluarga. Saat kedua orang tua pergi bekerja terdapat dua fenomena di dalam keluarga yaitu orang tua yang masih dapat memberikan pengasuhan bagi anak. Selain itu terdapat pula orang tua yang hampir tidak melakukan pengasuhan terhadap anak sama sekali, sepulang kerja orang tua hanya memiliki waktu saat sore hari untuk dapat melakukan interaksi dengan anak.

Kesibukan orang tua di dalam urusan pekerjaan dapat menyebabkan munculnya konflik di dalam keluarga yang terjadi akibat kurangnya kemampuan untuk menyeimbangkan peran sebagai seorang pekerja dan orang tua di dalam keluarga. Kahn, Wolfe, Quinn, Snoek, dan Rosenthal berpendapat bahwa terjadinya sebuah konflik di dalam keluarga bekerja diakibatkan karena adanya ketidak merataan dalam mengelola kepentingan pekerjaan dengan tanggung jawab di dalam keluarga. Sebagai contoh orang tua yang banyak menghabiskan waktu di

(4)

tempat kerja menjadi kurang memiliki waktu untuk melakukan perannya di dalam keluarga (Ojha 2011).

Greenhaus dan Beutell juga mengungkapkan terdapat tiga aspek dasar yang terdapat di dalam konflik keluarga bekerja. Yang pertama adalah Time- Based Conflict. Yaitu keadaan di mana peran ganda tidak dapat dijalankan dengan baik akibat adanya dominasi waktu yang dihabiskan untuk menjalankan salah satu peran sehingga tidak memiliki sisa waktu banyak untuk beralih melakukan peran yang lainnya. Kedua, Strain-Based Conflict yang diakibatkan adanya ketegangan dalam diri orang tua pekerja. Sebagai contoh adalah kedua orang tua yang memiliki peran ganda baik bekerja dan mengurus keluarga akan mudah merasa cemas, lelah, stres hingga kesulitan mengontrol emosi akibat adanya tuntutan pekerjaan sehingga kesulitan untuk menjalankan perannya sebagai orang tua di dalam keluarga. Ketiga, Behavior-Based Conflict yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya kontras sikap atau perilaku dalam menjalankan peran tertentu.

Sebagai contoh adalah ketika orang tua di tempat kerja dituntut untuk mampu berpikir serta bekerja dengan baik, agresif dan penuh semangat. Sedangkan di rumah orang tua harus menjalankan peran sebagai seseorang yang mampu menciptakan kehangatan dan keharmonisan bersama anak di dalam keluarga (Greenhaus and Beutell 1985).

Pada sebuah hasil penelitian sebelumya menggambarkan kondisi di mana orang tua dan anak tetap dapat berkomunikasi dengan baik meski memiliki kesibukan masing - masing. Orang tua yang sibuk bekerja memanfaatkan waktu malam hari untuk berinteraksi dengan anak melalui makan malam bersama atau sekedar bersantai. Ayah dan ibu tetap menjalankan tugasnya di rumah sebagai orang tua. Dalam hal ini penggunaan teknologi alat komunikasi sangat membantu bagi orang tua untuk melakukan kontrol dan memberikan perhatiannya kepada anak (Apriani 2019). Ayah dan ibu yang sama-sama pergi bekerja tidak serta merta melupakan kewajibannya sebagai orang tua di rumah. Meninggalkan anak untuk pergi bekerja menjadikan anak terbiasa untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. Dalam situasi ini, komunikasi yang dijalankan oleh anak dan

(5)

orang tua dilakukan melalui pemberian kesempatan kepada aanak dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal tersebut menjadi sebuah usaha untuk memberdayakan anak agar dapat menghadirkan pengalamannya sendiri serta membuat mereka lebih sensitif terhadap diri mereka sendiri maupun terhadap lingkungan mereka (Rukmandari, Sumardi, and Mulyadi 2020).

Pada penelitian lain ditemukan sebuah kasus yang berbanding terbalik dengan hasil penelitian di atas. Dalam penelitian lain pada sebuah keluarga yang mana ayah menjadi ayah rumah tangga sedangkan ibu pergi bekerja ditemukan kurangnya kemampuan orang tua untuk mengkomunikasikan komitmen kepada anak. Ayah bertugas mengurus anak, mengerjakan pekerjaan rumah dan mengambil keputusan bersama istri. Sedangkan ibu berperan sebagai pencari nafkah di dalam keluarga dan selepas bekerja kembali menjalankan perannya sebagai ibu di dalam keluarga. Terdapat kondisi di mana anak merasa kebingungan karena adanya perbedaan sikap dan cara berkomunikasi yang diberikan oleh ayah dan ibunya. Pada keluarga ini ayah cenderung berkomunikasi dengan baik sedangkan ibu lebih condong untuk menggunakan waktu untuk digunakan untuk beristirahat (Mariska 2014)

Sementara itu, penelitian milik Putri Saraswati menggambarkan tentang kehidupan sebuah keluarga bekerja di mana ayah menyerahkan seluruh tanggung jawab mengurus anak kepada ibu memicu munculnya perasaan tertekan dalam diri seorang ibu akibat kurang mampu membagi waktu dalam menjalankan peran ganda yang dimiliki. Ibu dituntut untuk menyelesaikan tugas - tugas nya di tempat kerja kemudian dibayang - bayangi oleh pekerjaan yang sudah menunggu di rumah. Keadaan ini diperparah dengan sikap ayah yang hanya berfokus pada tugasnya untuk mencari nafkah dan tidak berkontribusi dalam meringankan tugas domestik di rumah maupun membimbing anak. Hal tersebut membuat hubungan komunikasi antara ayah, ibu dan anak menjadi berjalan secara kurang yang mengakibatkan anak sering dijadikan sebagai sasaran kemarahan bagi ibu yang merasa tertekan. Ibu yang sudah merasa lelah dengan urusan pekerjaan seringkali

(6)

menggunakan amarah dalam bentuk ancaman, menggertak bahkan ancaman saat mengurus anak di rumah(Saraswati 2010).

Lis Devi mengungkapkan bahwa dalam proses komunikasi di dalam keluarga, orang tua yang bekerja sudah selayaknya mampu melakukan peran dan fungsinya untuk (1) melakukan pengaturan waktu yang baik, (2) memposisikan diri sebagai sahabat untuk anak, (3) berkomunikasi menggunakan berbagai cara, baik verbal maupun nonverbal, (4) memberikan pengertian kepada anak mengapa ibu harus bekerja, (5) memberikan kebebasan berpendapat bagi anak, (6) memberikan bukti afeksi berupa kontak fisik kepada anak berupa peluk, cium dan sebagainya. Di jaman yang modern seperti ini, selain berkomunikasi secara tatap muka, orang tua pekerja juga dapat berkomunikasi melalui gadget (Devi 2015).

Komunikasi mampu berperan sebagai pengelola hubungan yang harmonis di dalam keluarga bekerja. Meskipun sudah berusaha untuk meluangkan waktu untuk anak-anak, ayah dan ibu tidak seharusnya merasa telah selesai dalam menjalan perannya sebagai orang tua di dalam keluarga. Kedekatan emosional harus mampu terbangun dalam diri ayah, ibu dan anak. Meluangkan waktu bagi anak bukan berarti diukur berdasarkan durasi waktu yang diluangkan, namun orang tua selayaknya mampu untuk menciptakan waktu yang berkualitas bersama anak (Triyandra, Arif, and Asmawi 2020).

(7)

B. Penelitian Sebelumnya

No. Penulis Judul Analisis Kesimpulan

1. Rahmawati dan

Muragmi Gazali (2018)

Pola Komunikasi Dalam Keluarga Dalam proses komunikasi di dalam keluarga, sudah seharusnya setiap anggota di dalam keluarga menjadi saling memahami dan menghargai. Di dalam keluarga terdapat beberapa pola komunikasi antara lain adalah pola otoriter, permisif dan demokratis.

Pola komunikasi tidak dapat berjalan sama dalam setiap keluarga. Setiap anggota keluarga utamanya ayah dan ibu memiliki cara tersendiri dalam melakukan komunikasi di dalam keluarga.

2. A. Sari, A.V.S Hubeis, S. Mangkuprawira, dan A. Saleh. (2010)

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadap Perkembangan anak.

Penelitian tersebut menjelaskan mengenai analisis pola komunikasi keluarga, fungsi komunikasi keluarga serta bentuk komunikasi yang di jalankan oleh keluarga yang tinggal di Kota Bekasi, Jawa Barat.

Pola komunikasi yang digunakan oleh keluarga yang tinggal di permukiman merupakan kombinasi dari pola protektif dan konsensual. Sosialisasi keluarga berfungsi dalam proses penanaman nilai kepada anak. Bentuk komunikasi verbal menjadi jenis komunikasi yang banyak dipakai sementara komunikasi nonverbal dipakai untuk menunjukkan emosi kepada anak.

(8)

3. Ahsan, Dian Susmarini, Adisantika dan Ayu Rika Anitasari (2014)

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua (Ibu) Yang Bekerja Terhadap Tingkat Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah (4- 5) Tahun di TK Mutiara Indonesia Kedungkandang Malang

Pengasuhan memainkan peran yang berfungsi dalam tumbuh kembang anak saat berada di tahap prasekolah tidak terkecuali perkembangan moral. Penelitian ini melihat bagaimana hubungan pengasuhan yang diterapkan oleh ibu bekerja pada pengetahuan moral anak-anak di usia

prasekolah.

Terdapat korelasi yang besar antara desain pengasuhan dengan tingkat wawasan moral anak-anak di usia prasekolah.

4. H.M Nasor (2015) Komunikasi Interpersonal Orang Tua Muslim Dalam Pembinaan Akhlak Remaja

Komunikasi interpersonal sering diperluas untuk mencangkup kelompok – kelompok kecil seperti keluarga. Reset ini berusaha melihat bagaimana orang tua muslim dalam penerapan komunikasi interpersonal guna pelatihan akhlak anak

Orang Tua muslim di Desa Way Huwi dapat menemukan cara untuk membangun karakter dan mencapai pembinaan perilaku moral kepada anak remaja melalui komunikasi interpersonal yang terjalin secara efektif dan bermakna.

5. Abid Delizea Harizta , Jati Ariati

Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa SMA Negeri 2 Semarang

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara komunikasi interpersonal yang dijalankan oleh orang tua

Semakin tinggi komunikasi interpersonal yang terjadlin antara ayah ibu dan anak di dalam keluarga, maka semakin tinggi juga keinginan siswa

(9)

terhadap anak dengan tingkat keinginan untuk berprestadi siswa di SMA Negeri 2 Semarang.

untuk berprestasi.

6. Afrina Sari, Aida Vitayala ( 2010)

Pola Komunikasi Keluarga, Fungsi Sosialisasi dan Bentuk komunikasi yang terjadi dalam keluarga di Permukiman dan Perkampungan Kota Bekasi

Penelitian ini melakukan analisis mengenai seberapa besar pengaruh komunikasi dan sosialisasi di dalam keluarga dalam menjaga hubungan anak dengan orang tua

Keluarga di pemukinan dan perkampungan cenderung meggunakan kombinasi pola laissez-faire dengan pluralistik serta kombinasi pola protetktif dan konsensual dalam menjalankan komunikasi di dalam keluarga. Keluarga di pemukiman cenderung melakukan sosialisasi dinamis dengan jenis komunikasi secara verbal dan nonverbal cenderung menggunakan sosialisasi pasif dan menggunakan bentuk komunikasi verbal.

7. Putri Saraswati (2010) Efektivitas Konseling Bagi Orang Tua Bekerja Untuk Memperbaiki Kualitas Pembimbingan Belajar Kepada Anak.

Penelitian ini melihat bagaimana efektivitas pemberian konseling yang diberikan kepada orang tua bekerja untuk memperbaiki kualitas pembimbingan belajar

Konseling ya g diberikan berhasil memberikan kefektifan dalam hal menyadarkan orang tua akan sikap perilaku ketika membimbing anak dan memberikan kesadaran untuk

(10)

kepada anak. memahami kondisi anak.

8. Heni Apriani (2019) Analisis Interaksi Siswa dan Orang Tua Yang Bekerja di SMAN 1 Mempawah

Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana analisis interkasi yang terjalin antara siswa SMAN 1 Mempawah dengan orang tua yang merupakan seorang pekerja

Hasil penelitin menunjukkan bahwa orang tua yang pergi bekerja tetap dapat menjalin interaksi secara baik dengan anak dengan menggunakan interaksi langsung maupun memanfaatkan kemajuan teknologi.

9. Oktavika Dewi

Rukmandari, Sumardi, Sima Mulyadi (2020)

Upaya Melatih Kemandirian Pada Anak Berdasarkan Orang Tua Yang Bekerja

Kajian ini mendeskripsikan tentang usaha ayah dan ibu pekerja dalam memberikan pelatihan bagi anak agar menjadi pribadi yang mandiri

Orang tua menanamkan mentalitas kemandirian pada anak-anak melalui berbagai cara yang mendasar, seperti membuat anak-anak terbiasa melakukan sendiri kegiatan sehari- hari serta membatasi bantuan dari orang dewasa. Kemandirian dapat dicapai oleh anak-anak melalui dorongan yang diberikan oleh orang tua.

10. Lis Devi(2015) Proses Komunikasi Interpersonal Ibu Yang Bekerja Dalam Pembentukan Sikap Konatif Anak

Kajian ini menggambarkan bagaimana ibu dan anak dalam melakukan komunikasi interpersonal dalam membangun sikap konatif pada anak.

Hasil reset ini adalah untuk memberikan informasi terkait dengan bagaimana cara seorang ubu pekerja dalam berkomunikasi kepada anak- anak. Cara yang dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman

(11)

tentang pekerjaan ibu, memberikan kesempatan pada anak untuk berpendapat, mendorong anak untuk selalu menghargai dan berusaha, serta menjaga hubungan yang baik dengan anak.

11. Annisa Citra Triyandra, Ernita Arif, Asmawi (2020)

Peran Komunikasi Dalam Keluarga Bekerja (Studi Kasus Pada Anak Pasangan Bekerja)

Hasil kajian ini menggambarkan bagaimana fungsi komunikasi dalam keluarga bekerja, bagaimana tanggapan serta reaksi dari anak yang ayah dan ibu nya sama-sama pergi bekerja, dan melihat masalah apa yang terjadi dalam keluarga bekerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan jika komunikasi tetap dapat dijalankan secara lancar antara ayah, ibu dan anak di dalam keluarga bekerja. Orang Tua berusaha untuk tetap menyempatkan waktu untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak

12. Gloria Mariska L.

(2014)

Proses Komunikasi Orang Tua - Anak Pada Keluarga Dengan Ibu Bekerja Dan Ayah Sebagai Ayah Rumah Tangga

Studi ini mencoba

menggambarkan bagaimana fungsi komunikasi antara ayah, ibu dan anak dalam keluarga dengan kondisi dimana ibu sebagai seorang pencari nakah sedangkan ayah bertindak sebagai pengurus rumah tangga.

Hasil reset menunjukkan bahwa keberjalanan komunikasi sangat tergantung pada bagaimana orang tua melaksanakan peraannya dalam keluarga secara seimbang dan konsisten.

(12)

C. Kerangka Berpikir

Komunikasi keluarga merupakan komunikasi yang terjalin di dalam keluarga di mana yang menjadi sumber adalah setiap anggota keluarga.

Keharmonisan sebuah keluarga serta sikap dan perilaku anak dapat dipengaruhi oleh bagaimana komunikasi dijalankan di dalam sebuah keluarga. Kesibukan yang dimiliki oleh orang tua yang bekerja mengakibatkan berkurangnya durasi pertemuan antara anak dengan orang tua di rumah. Ayah dan ibu yang sama-sama bekerja artinya memiliki peran ganda yaitu sebagai seseorang yang bekerja dan sebagai orang tua di dalam keluarga. Dengan menggunakan teori work-familiy conflict, penelitian ini ingin melihat bagaimana orang tua bekerja dalam menjalankan kedua perannya secara bersamaan serta melihat apakah terdapat konflik yang muncul dan mempengaruhi keberjalanan komunikasi antara anak dengan ayah dan ibu yang sama-sama merupakan seorang pekerja.

Melihat kesibukan yang dimiliki oleh ayah, ibu dan anak di dalam keluarga bekerja, muncul permasalahan serta kendala yang kemungkinan dihadapi dalam proses pelaksanaan komunikasi di dalam keluarga. Setiap orang tua memiliki cara untuk mengatasi kendalam tersebut dan berusaha untuk tetap mampu menjalin interaksi dan komunikasi dengan anak di tengah keterbatasan waktu yang dimiliki untuk bertemu secara langsung. Usaha dalam menjaga komunikasi yang dilakukan oleh ayah dan ibu pekerja dengan anak di dalam keluarga diharapkan mampu untuk menjaga hubungan yang baik di dalam keluarga dan memberikan dampak yang positif pula bagi orang tua maupun anak.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Pohon NJ menunjukkan bahwa dua individu yang berasal dari Sumbawa jelas-jelas terpisah dari Dicrurus asal Sulawesi Tenggara (D.. remifer memisah jauh dari

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan strategi Hassle Lines dalam meningkatkan ketrampilan berbicara siswa dan untuk mengetahui apakah strategi

Jelas terlihat, ketika kita melihat gerakan yang dilakukan warung Tiberias, bahwa gerakan ini hanya sebuah gerakan diakonia yang karikatif sifatnya (diakonia

Perencanaan yang dilakukan Humas Pusat Survei Geologi Melalui Kegiatan Geoseminar Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Seminar adalah melakukan diskusi