i
TUGAS AKHIR
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
DI DESA BERU-BERU KECAMATAN KALUKKU KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT
OLEH
ITRIANTI RAYO 1422040069
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
2017
ii
TUGAS AKHIR
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
di Desa Beru- Beru Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju Disusun Oleh
ITRIANTI RAYO 1422040069
Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi Pada Jurusan
BudidayaTanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Diketahui Oleh:
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) di Desa Beru- Beru Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju.
Nama : Itrianti Rayo
Nim : 1422040069
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Perkebunan
Hari/Tgl ujian : Rabu 2 agustus 2017
Menyetujui,
Tim penguji :
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas ini. Laporan Tugas Akhir berjudul evaluasi kesesuaian lahan pada tanaman kelapa sawit yang merupakan salah satu syarat penyelesaian studi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.
Terselesaikanya laporan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang memberi saran dan masukan yang berarti bagi penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Yusak. dan Ibunda Ludia, dan adikku tercinta dan segenap keluarga besar atas doa, kasih sayang, nasehat dan motivasi selama penulis menjalani masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan akhir. Tidak lupa juga penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. My Lord Jesus Christ atas pertolongan dan kasih karuniaNya dalam kehidupan
penulis, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.
2. Dr.Ir.Darmawan,m.p. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
3. Dr.Junaedi, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
4. Ir.Miss Rahma Yasin.M.S.i selaku dosen pembimbing I dan Syatrawati,SP.MP selaku dosen pembimbing II atas waktu yang diluangkan untuk membimbing, memberi motivasi, dan memberi bantuan literatur, serta diskusi-diskusi yang dilakukan dengan penulis.
5. Faisal Jafar,.Ag,M.Pd selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama 3 tahun dalam menjalani masa kuliah.
6. Seluruh dosen dan teknisi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan serta staf pengurus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang selama ini membimbing dan mendidik kami.
7. Teman-teman seperjuangan Angkatan XXVII yang senantiasa memberikan
motivasi kepada penulis selama menjalani perkuliahan.
v
Laporan ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan dari berbagai pihak. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan sehingga laporan berikutnya akan lebih baik.
Terima Kasih, Tuhan memberkati Amin
Mandalle, April 2017
Penulis,
vi RINGKASAN
ITRIANTI RAYO, 1422040069 Evaluasi kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.)di Desa Beru- Beru, Kecamatan Kalukku, Kabupat en Mamuju, Sulawesi Barat, dibimbing oleh Miss Rahma Yassin dan Syatrawati
Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk megavaluasi kesesuaian lahan
untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.)di Beru-Beru, Kecamatan
Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, adapun kegunaan dari penelitian
ini adalah menjadi sumber invormasi dan acuan bagi masyarakat dalam
membudidayakan kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.)didesa Beru-Beru,
Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju,Sulawesi Barat. elaksanaan penelitian
ini dimulai pada bulan september 2016 yang berlokasi di kebun rakyat di Desa
Beru-Beru, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. penelitian
ini dimulai dengan megumpulkan data sekunder berupa peta topokrapi dan data
iklim di Desa Beru-Beru, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi
Barat. melakukan identifikasi karakteristik iklim dan lahan melalui pengambilan
sampel yang selanjutnya dianalisi di laboratorium dan evaluasi lahan kesesuaian
lahan berdasarkan sistem FAO.
vii DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RINGKASAN ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Tujuan dan kegunaan ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesesuaian lahan ... 3
2.2 Kualitas dan karakteristik lahan ... 6
2.3 Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit ... 14
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat ... 17
3.2 Bahan dan alat ... 17
3.3 Metode percobaan... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 18
4.2 Pembahasan ... 21
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 22
5.2 Saran ... 22
DAFTAR PUSTAKA ... 23
LAMPIRAN ... 24
RIWAYAT HIDUP ... 32
viii
DAFTAR TABEL
1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan yang dipakai pada
metode evaluasi lahan... ... 6
2. Bentuk wilayah dan kelas lereng ... 7
3. Menentukan kelas tekstur di lapangan ... 9
4. Karakteristik kelas drainase tanah untuk evaluasi lahan ... 10
5. Tingkat Bahaya erosi ... 12
6. Kelas bahaya banjir ... 13
7. Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit ... 16
8. Karakteristik tanah, didesa Beru-Beru, Kecamatan kalukku, Kabupaten Mamuju. ... 18
9. Karakteristik iklim, di Desa Beru-Beru, Kecamatan kalukku, Kabupaten Mamuju ... 19
10. Hasil penelitian kesesuaian lahan di desa beru-beru, Kecamatan
Kalukku, Kabupaten Mamuju ... 20
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jack.) berasal dari Nigeri, Afrika barat. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tanaman ini berasal dari brasil karena lebih banyak ditemukan spesiesnya di daera tersebut dari pada di daerah lain.Perkebunan kelapa sawit banyak tersebar di Pulau Sumatera, Nangroe Aceh Darussalam (Pulau Simelue), Sumatera utara (Pulau Nias, Pulau Prayan,Medan,da n Pematangan Siantar), Sumatera Selatan , Riau, Lampung, Pulau Kalimantan, P.S ulawesi,bahkan,sampai Pulau Papua.
Kelapa sawit mempunyai banyak sekali manfaat.Dalam industri pangan,kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku untuk minyak makan, antara lain minyak goreng,margaring,mentega,dan bahan-bahan untuk buat kue. Selainitu, minyak sawit juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri-industri nonpangan,industri.(Suwarto 2014)
Sehubungan dengan tingginya keragaman tersebut maka informasi yang lebih obyektif tentang kesuburan tanah pada setiap jenis tanah sangat diperlukan untuk lebih mengarahkan tindak manajemen tanah serta upayah pemeliharaan kultur teknis kelapa sawit. Untuk memperoleh informasi mengenai kondisi lahan pada daerah yang ditanami kelapa sawit, maka dilakukan evaluasi lahan (Djaenudin et.al., 2013).
Kendala yang dihadapi Desa Beru Beru adalah kurangnya informasi tentan
g sifat dan potensi lahan,kesesuaian penggunaan lahan serta tindakan pengolahan
maka diperlukan invormasi dalam penentuan kebijakan pemerintah
daerah, invormasi yang diperlukan ini dapat diperoleh melalui survey dan evaluasi
lahan kegiatan ini memerlukan biaya yang cukup besar, tetapi manfaatnya cukup
banyak . Data hasil survei dapat digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian
lahan untuk berbagai macam komoditi tertentu.Bila kurang atau tidak sesuai,maka
dapat dilihan pada parameter yang menjadi factor pembahasan dan tindakan
pengelolahan yang diperlukan untuk megatasinya. Di sini dapat ditentukan
perkiraan usaha tersebut dapat berhasil dan menguntugkan atau tidak.
2
Sehubungan hal tersebut,dianggap perlu melakukan survey lahan di Desa Beru Beru ,kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju untuk tanaman kelapa sawit.
Dengan demikian,dapat diduga kemammpuan atau potensi lahan di desa tersebut sesuai atau tidak untuk pengembangan tanaman kelapa sawit.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dan percobaan ini yaitu untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit di Desa Beru Beru, Kecamatan .Kalukku, Kabupaten Mamuju
Adapun kegunan dari kegiatan ini yaitu sebagai sumber informasi dan
bahan acuan bagi masyarakat setempat yang akan membudidayakan kelapa sawit
di Desa Beru-Beru , Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.
3
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan (Land evaluation atau land assessment) adalah menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis bagi suatu daerah.Beberapa pengertian yang perlu dipahami dalam evaluasi lahan adalah sebagai berikut (Hardjowigeno, 2007)
1. Kemampuan lahan adalah potensi lahan yang didasarkan atas kecocokan lahan untuk penggunaan pertanian secara umum yaitu daerah pertanian, padang penggembala (ternak), hutan dan cagar alam.
2. Kesesuaian lahan adalah potensi lahan yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk penggunaan pertanian secara lebih khusus seperti padi sawah, tanaman palawija, tanaman perkebunan, atau bahkan untuk jenis tanaman tertentu.
3. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan sebelum dilakukan perbaikan lahan
4. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan perbaikan lahan. Misalnya lahan aktual masuk sesuai marginal (S3) karena kekurangan unsur hara, menjadi cukup sesuai (S2) atau bahkan menjadi sangat sesuai (S1) setelah perbaikan lahan dilakukan dengen pemupukan
5. Kesesuaian lahan fisik adalah kesesuaian lahan yang hanya didasarkan pada factor-faktor fisik lahan (sifat tanah, lereng, iklim dan sebagainya)
6. Kesesuaian lahan ekonomi adalah kesesuaian lahan mendasarkan disamping pada faktor-faktor fisik, juga didasarkan perhitungan ekonomi (biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh, dan sebagainya).
Evaluasi lahan dilakukan dengan cara membandingkan persyaratan
penggunaan lahan dengan kualitas (karakteristik) lahannya. Bila semua
persyaratan kegunaan dapat dipenuhi oleh kualitas lahan maka tanah tersebut
masuk kelas sesuai. Untuk penggunaan lahan yang dimaksud. Sebaliknya, bila
4
ada salah satu kualitas karaktearistik lahan yang tidak sesuai, maka lahan tersebut termasuk dalamkelastidak sesuai (Hardjowigeno, 2007)
Struktur dari kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976) yang terdiri dari 4 kategori yaitu sebagai berikut:
a. Ordo :menunjukkan jenis atau macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara umum.
b. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
c. Sub-kelas :menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas.
d. Unit :menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengolahan didalam sub-kelas.
1. Ordo
Tingkat ini menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Oleh karena itu ordo kesesuaian lahan dibagi 2, yaitu:
a. Ordo S: sesuai
Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumber dayaa lainnya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang diberikan.
b. Ordo N: tidak sesuai
Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatasan sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari.
2. Kelas
Ada 3 kelas ordo tanah yang sesuai dan 2 kelas untuk ordo tidak sesuai, yaitu:
a. Kelas S1: sangat sesuai
Lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu
penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang
tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap
produksinya serta tidak akan menaikkanmasukkan dari apa yang
telah biasa diberikan.
5 b. Kelas S2: cukup sesuai
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan sehingga akan meningkatkan masukan yang diperlukan.
c. Kelas S3: sesuai marjinal
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang cukup berat untuk penggunaan yang lestari.pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.
d. Kelas N1: tidak sesuai pada saat ini
Lahan yang mempunyai pembatas yang berat, tetapi masih mungkin diatasi.
e. Kelas N2: tidak sesuai selamanya
Lahan yang mempunyai pembatas yang permanen, mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan.
3. Sub-kelas
Sub kelas kesesuaian lahan menggambarkan jenis factor pembatas. Sub kelas ditunjukkan oleh huruf jenis pembatas yang ditempatkan sesuai symbol S2, S3 atau N1 tidak mempunyai sub kelas karena tidak mempunyai faktor pembatas.
Beberapa jenis pembatas yang menentukan sub kelas kesesuaian lahan, yaitu:
a. Pembatas iklim (c)
b. Pembatas topogrfi (t)
c. Pembatas kebasahan (w)
d. Pembatas faktor fisik tanah(s)
e. Pembatas faktor kesuburan tanah (f)
f. Pembatas salinitas dan alkalinitas (n)
6 4. Unit
Pada tingkat ini merupakan pembagian lebih lanjut dari subkelas berdasar atas besarnya faktor pembatas. Semua unit yang berada dalam satu subkelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat subkelas.
2.2. Kualitas dan Karaktearistik Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaman yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karaktearistik lahan. Kualitas lahan ada yang bida diestimitasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karaktearistik lahan (FAO, 1976). Hubungan antara kualitas dan karaktearistik lahan diberikan pada table 1 dibawah ini :
Tabel 1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan
Kualitas Lahan Karakteristik Lahan
Temperatur (tc) Temperature rata-rata
Ketersediaan Air (wa) Curah hujan (mm), kelembaban (%), lamanya bulan kering (bln)
Ketersediaan Oksigen (oa) Darinase Keadaan Media Perakaran
(rc)
Tekstur, bahan kasar (%), kedalaman tanah (cm) Gambut Ketebalan (cm), Ketebalan (cm) jika ada sisipan
bahan mineral/pengkayaan, kematangan
Retensi Hara (nr) KTK liat (cmol/kg), kejenuhan basa (%), pH, C- organik (%)
Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%), bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%), singkapan batuan (%)
7
Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan kedalam 3 faktor utama, yaitu tofografi, tanah dan iklim.
Karaktearistik lahan tersebut (terutama tofografi dan tanah) merupakan unsure pembentuk satuan peta tanah.
a. Topografi
Tofografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat diatas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat diatas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperature udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng
NO Relief Lereng (%)
1 Datar <3
2 Berombak/landai 3-8
3 Bergelombang/agak miring 8-15
4 Berbukit/miring 15-30
5 Agak curam 30-45
6 Curam 45-65
Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedkan antara (<700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl). Namaun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperature dan radiasi matahari.
Semakin tinggi tempat diatas permukaan laut, maka temperature semakin
menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan
semakin tinggi tempat diatas permukaan laut.
8 b. Iklim
1) Suhu udara
Pada daerah yang data suhu udarahnya tidak tersedia, suhu udarah diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakain tinggi tempat, semakin rendah suhu udarah rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928): 26,3° C (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6° C) suhu udara rata-rata di tepi pantai berkisar antara 25-27° C.
2) Curah hujan
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat meakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis.
Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap priode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya. Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah.
Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan > 200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm.
criteria ini lebih diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi.
Berdasarkan criteria tersebut Oldeman (1975) membagi zone agroklimat kedalam 5 kelas utama (A, B, C, D, dan E). Sedangkan Schmidt & Ferguson (1951) membuat klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan yang berbeda, yakni bulan basah (>100 mm) dan bulan kering (<60 mm). kriteria yang terakhir lebih bersifat umum untuk pertanian dan biasanya digunakan untuk penilaian tanaman tahunan.
c.) Tanah
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat
atau karaktearistik di antaranya drainase tanah, tekstur tanah, kedalaman solum
tanah dan restensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya
alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.
9 1.) Tekstur
Tektur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir, debu dan tanah liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada tabel di Bawah ini:
Tabel 3. Menentukan kelas tekstur di lapangan
No Kelas Tekstur Sifat Tanah
1 Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk gulungan, serta tidak melekat.
2 Pasir berlempung (LS) Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.
3 Lempung berpasir (SL) Agak kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.
4 Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, dan melekat.
5 Lempung berdebu (SiL) Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.
6 Debu (Si) Ras licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.
7 Lempung berliat (CL) Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta agak melekat;.
8 Lempung liat berpasir (SCL)
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab) membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta melekat.
9 Lempung liat berdebu (SiCL)
Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat.
10 Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat 11 Liat berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering
sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.
12 Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat
keras, basah sangat melekat.
10 2. Drainase tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Kelas drainase tanah disajikan pada tabel 4. Kelas drainase tanah yang sesuai untuk sebagian besar tanaman, terutama tanaman tahunan atau perkebunan berada pada kelas 3 dan 4.
Drainase tanah kelas 1 dan 2 serta kelas 5,6 dan 7 kurang sesuai untuk tanaman tahunan karena kelas 1 dan 2 sangat mudah meloloskan air, sedangkan kelas 5,6 dan 7 sering jenuh air dan kekurangan oksigen.
Tabel 4. Karakteristik kelas drainase tanah untuk evaluasi lahan
No Kelas Drainase Uraian
1 Cepat (excessively
drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).
2 Agak cepat (somewhat
excessively)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).
3 Baik (well drained) Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab. Tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 100 cm.
4 Agak baik (moderately well drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang
samapai agak rendah dan daya menahan air (pori air
tersedia) rendah, tanah basah dekat permukaan. Tanah
demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang
dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna
11
homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna agley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.
5 Agak terhambat (somewhat poorly drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan.
Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi .
6 Terhambat (poorly
drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya.
Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah mempunyai warn agley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
7 Sangat terhambat (verypoorly drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan
daya menahan air (pori air tersedia) sangat rendah,
tanah basah secara permanen dan tergenang untuk
waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah
demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil
tanaman lainnya. Cirri yang dapat diketahui di
lapangan yaitu, tanah mempunyai warn agley (reduksi)
permanen sampai pada lapisan permukaan.
12 3. Bahaya erosi
Bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara meperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relative lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relative mengandung bahan organic yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)
Sangat ringan (sr) < 0,15
Ringan (r) 0,15 – 0,9
Sedang (s) 0,9 – 1,8
Berat (b) 1,8- 4,8
Sangat berat (sb) >4,8
4. Bahaya banjir/genangan
Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dengan symbol Fx,y.
(dimana x adalah symbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir)
disajikan dalam tabel 6 berikut ini.
13 Tabel 6. Kelas Bahaya Banjir
Simbol Kelas bahaya banjir
Kedalam banjir
(x) (cm) Lama banjir (bulan/tahun) F0 Tidak ada Dapat diabaikan Dapat diabaikan
F1 Ringan
<25 25-50 50-150
<1
<1
<1
F2 Sedang
<25 25-50 50-150
>150
1-3 1-3 1-3
<1
F3 Agak berat
<25 25-50 50-150
3-6 3-6 3-6
F4 Berat
<25 25-50 50-150
>150
>150
>150
>6
>6
>6 1-3 3-6
>6
14 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
a. Iklim
faktoan iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan,sinar matahari, suhu, kelembapan, udara dan angin.
1. Curah hujan
Curah hujan optimal yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2000- 3000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit.Bila tanah dalam keadaan kering,akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanah. Oleh sebab itu,musim kemarau yang berkepanjangan akan menurunkan produksi.
2. Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan untuk memperduksi karbihidrat dan memacuh penbentukan bunga dan buah. Untuk itu intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimal yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 2 – 7 jam/hari. Penyinaran yang kurang dapat menyebabkan berkurang asimilasi dan ganguan penyakit.
3. Suhu
Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimal 24-28º C untuk tumbuh dengan baik.
Meskipum demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18º
C dan tertinggi 32ºC. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah
suhu adalah lama penyinaran dan tinggi tempat . Makin lama penyinaran
atau makin rendah suatu tempat, makin tinggib suhunya. Suhu
berpengaruh terhadap masa pembuangan dan kematangan buah.
15 4. Kelembapan udara dan angin
Kelembapan udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menunjukan pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan
b. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti jenis tanah, sepert podsolik,latosol, aluvial, atau regososl. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh yaitu sifat fisik tanah dan kimia tanah.
1. Sifat fisik tanah
Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur,kon sintensi,kemiringan tanah.Permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalam permukaan air tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur,subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padat. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal.
Keadaan topografi pada areal permukaan kelapa sawit berhubungan dengan kemudahan perawatan tanaman dan panen. Topografi yang dianggap untuk tanman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 -15º Hal ini akan memudahkan pengankutan buah dari pohon ke tempat pemugutan hasil atau dari perkebunan ke pabrik pengolahan. Areal dengan kemiringan lereng dari 15º masih memugkinkan ditanami, tetapi perlu dibuat teras.
Areal seperti ini akan menyulitkan panen serta pengankutan hasil.
2. Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi
kandungan hara mineralnya. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan
tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara
dapat diatasi dengan pemupukan. Walaupun demikian.,tanah yang
mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar sangat baik untuk
16
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedagkan keasaman tanah menentukan ketersedian tanah menentukan ketersedian dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0 – 6,5, sedagkan pH rendah dapat dinaikan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
Tabel 7. Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit (Djaenuddin, dkk. 1994)
Kualitas Karakteristik lahan Kelas kesesuaia
lahan
S1 S2 S3 N1 N2
Temperatur (t)
-suhu tahunan rata-rata (ºc) 25-28 >22-23 >32-35 Td >35
22-<25 20-<22 <20
Ketersediaan air (w)
-Bulan Kering (<75mm) <2 2-3 >3-4 Td <1
-Curah hujan (mm) 2000-3000 1750-<2000 1250-<1750 Td >3000-<1250
-Ketinggian Tempat <400 Media perakaran (r)
-Drainase Tanah -Tekstur
-Kersedian Efektip (cm) Retensi hara (F) -KTK Tanah -Ph Tanah -C-organik (%)
Kegaraman (c) -Salinitasi (Mmhos/cm) Toksisitas (x)
-kedalaman Sulfidik (cm) Hara Tersediah(N) -N Total
-P²O5 -k20
Kemudahan Pengolaha n (p)
Terain (s) Lereng (%) Sinkapan Batuan Batuan Permukaan (%) Tingkat Bahaya Erosi (e) Bahaya banjir (b)
Sedang ,Baik SL,LSCL,Si,L,CL,SiCL
>100
≥ Sedang 5.0- 6.0 -
<2
<125
≥ Sedang
≥ Sedang
≥ Sedang
<8
<3
<2
SR FO
Agak terlambat LS,S,SiC,C 75- 100
Rendeng
>6.0-7.0 4.5-<5.0 -
2-3
95-125
Rendah Rendah Rendah
8 - 15 3 – 15 2 - 10
R FI
Agak Cepat Terhambat Str C
50< 70
Sangat rendah 7.0 – 8.5 4.0 - < 4.5 -
>3-4
80< 95
Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Keras, Sangat Rendah, Sangat Lekat
> 15 – 25
> 15- 40
> 10 -25
S F2
STC - -
-
-
> 4-6
70 < 80
- - - - - -
> 25-45 Td
>25 – 40
B F3
>
SC
Keritik, Pasir
-
>8,5
<4,5 -
>6
< 70
- - - Berkerikil, Berbatu
> 45
>40
>40
SB F4