• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUGATAN PERCERAIAN DIKARENAKAN PERSELINGKUHAN DI MEDIA SOSIAL MENURUT HUKUM ISLAM (StudiPutusanNomor 1979/Pdt.G/2017/PA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GUGATAN PERCERAIAN DIKARENAKAN PERSELINGKUHAN DI MEDIA SOSIAL MENURUT HUKUM ISLAM (StudiPutusanNomor 1979/Pdt.G/2017/PA."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

GUGATAN PERCERAIAN DIKARENAKAN PERSELINGKUHAN DI MEDIA SOSIAL MENURUT HUKUM ISLAM

(StudiPutusanNomor 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn)

S K R I P S I

DiajukanUntukMelengkapiTugas-tugasdanMemenuhi Syarat-SyaratUntukMemperolehGelarSarjanaHukum

PadaFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

Oleh

SITI HAJAR 140200142

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM

MEDAN

2019

(2)
(3)

ABSTRAK Siti Hajar*) Rosnidar Sembiring**) Utary Maharani Barus***)

Perselingkuhan sebagai fokus pembahasan penelitian perlu dikaji dan diteliti karena relevan dengan maksud dan tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Perselingkuhan dapat mengurangi makna kebahagiaan perkawinan,namun masih saja terjadi sesuai dengan dinamika masyarakat dan perkembangan zaman, interaksi yang tidak Islami, salah satu penyebab perselingkuhan yaitu faktor minimnya iman. Permasalahan dalam penelitian ini perceraian karena perselingkuhan melalui media sosial dalam hukum Islam. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara gugatan perceraian karena perselingkuhan Putusan Nomor 1979/ Pdt.

G/2017/PA.Mdn. Bagaimana hak-hak anak setelah perceraian dikarenakan perselingkuhan di media sosial.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, Sifat penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan di dukung Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif.

Perceraian karena perselingkuhan melalui media sosial melalui media sosial seperti SMS, FaceBook, CHAT (BBM, YM, Skype, dan WhatsApp).

Adalah sah dan diqiyaskan kepada talak dengan tulisan dengan Illatnya adalah keduanya merupakan pesan cerai melalui teks yang bukan verbal (lisan). Para ulama fikih sepakat bahwa hal itu efektif jatuh talak (tulisan dinilai sama dengan ucapan). Pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara gugatan perceraian karena perselingkuhan. Hakim telah mempelajari alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memutuskan perkara perceraian sebagaimana yang telah ditentukan di dalam Penjelasan UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2) dan PP No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 serta KHI Pasal 116, di samping itu hakim juga mempertimbangkan dengan seksama mana yang harus didahulukan antara mempertahankan ikatan perkawinan atau memutuskannya. Dengan mempertimbangkan keadaan rumah tangga harmonis yang sulit diwujudkan, maka hakim memilih untuk menjatuhkan putusan perceraian dari pada mempertahankan rumah tangga tersebut. Hak dan kedudukan anak setelah perceraian dikarenakan perselingkuhan di media sosial Hadhanah adalah hak yang berkaitan dengan seorang anak yang masih kecil baik anak- laki-laki maupun anak perempuan karena ia masih sangat membutuhkan perawatan, pemeliharaan, penjagaan, pendidikan, kasih sayang yang kemudian dan melindunginya serta kasih sayang yang kemudian untuk lebih bisa membimbing untuk membedakan baik dan buruk perilaku agar menjadi manusia yang hidup sempurna dan bertanggung jawab di masa depannya.

Kata Kunci: Gugatan, Perselingkuhan, Media Sosial

1

Siti Hajar*), Mahasiswa FH USU

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahwataala yang telah melimpahkan berkat dan karunianya kepada penulis, serta sholawat dan salam Penulis ucapkan keharibaan Nabi Muhammad Sallallahualaihi Wasalam sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gugatan Perceraian Dikarenakan Perselingkuhan di Media Sosial Menurut Hukum Islam (Studi Putusan : 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (Strata-1) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan bantuan,dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum.,selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Ibu Puspa Melati, SH,M.Hum., Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan.

(5)

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, sekaligus dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan ilmunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi ini.

7. Bapak Syamsul Rizal SH,Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Faultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

8. Bapak Prof. Dr. H. Hasim Purba, SH,M.Hum, selaku Dosen Penasihat Akademik atas bimbingan dan motivasinya selama Penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

9. Ibu Dr. Utary Maharani Barus, SH.,M.Humselaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan ilmunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi ini.

10. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang mengajar dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

11. Teristimewa untuk orang tua tersayang Drs Afifuddin Yahya (Alm),

Naharuddin Manurung S.Ag, Siti Marsiah yang tak henti memberikan

dukungan moral maupun moril serta doa-doanya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

(6)

12. Untuk kakak tersayang Siti Aisyah S.Kom dan abang ipar Penulis Febri

Amri Hasbulolo yang sering memberikan motivasi serta uang tambahan

guna memperlancar penulisan skripsi ini.

(7)

13. Untuk adik-adik tersayang Raudah Azzahra Manurung, Asfia Ramadhani Manurung, Khairuddin Manurung yang selalu memberikan waktu luang sebagai penghiburan semata di kala Penulis membutuhkan.

14. Ibu Gundari Priharti, S.Sos selaku guru semasa SMA Penulis di MAN 3 Medan yang sering memberikan motivasi kepada penulis.

15. Marina Jasmine Hasibuan teman seperjuangan Penulis yang selalu ada di dalam keadaan suka maupun duka dari awal kuliah di Fakultas Hukum Universitas Utara hingga sampai saat ini.

16. Khairunisayang sering memberikan motivasi dan masukan, sehingga membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Muhammad Ardiansyah Harahap, SH yang selalu memberikan motivasi,meluagkan waktunya untuk memberikan masukan-masukan,ide- ide sehingga membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

18. Untuk Khoirul Bahri Daulay, Mutia Cindy Aulia, Endi Hariatno ketiga sahabat sejak dari SMA yang bersedia memberikan waktu luang sebagai penghiburan semata dikala Penulis membutuhkan dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.

19. Untuk Tasya Faradilla, Tengku Lailatul Marhamah S.Pd kedua sahabat sejak dari SD yang sering memberikan motivasi dan masukan sehingga membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

20. Untuk teman-teman IPS-2 angkatan 2014 MAN 3 MEDAN Fadhlan

Rezky Ashari Lubis, Muhammad Zikrillah Tarigan, Guntur Adi

Kurniawan, Siti Dwi Sartika, Raudah Rezky Rambe, Siti Masyarah

(8)

Sembiring yang bersedia memberikan waktu luang sebagai penghiburan semata dikala Penulis membutuhkan dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.

21. Untuk teman seperjuangan angkatan 2014, adik-adik, senior-senior Himpunann Mahasiswa Islam yang sering memberikan motivasi kepada penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dan diharapkan oleh Penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, terkhusus kepada Penulis sendiri dan para pengajar dibidang hukum sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan dan pengembangan ilmu Hukum di Indonesia.

Medan, November 2018

SITI HAJAR

140200142

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 10

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 11

E. Metode Penelitian ... 11

F. Keaslian Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II PERCERAIAN KARENA PERSELINGKUHAN MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian ... 20

B. Sebab-Sebab Terjadinya Perceraian ... 23

C. Macam-Macam Talak ... 27

D. Perceraian Karena Perselingkuhan Melalui Media Sosial ... 32

1. Pengertian Dan dasar Hukum Perselingkuhan………..32

2. Pengertian Media Sosial………34

3. Perceraian Karena Perselingkuhan Melalui Media

Sosial….35

a. Media Sosial Sebagai Pemicu

Perceraian……….35

(10)

b. Perceraian Akibat

Perselingkuhan………44

c. Perceraian Karena Perselingkuhan Melalui Media Sosial Menurut Hukum Islam………47

BAB III ANALISIS HUKUM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIMDALAM MEMUTUSKAN PERKARA GUGATAN PERCERAIAN KARENA PERSELINGKUHAN DI MEDIA SOSIAL ((Studi Putusan No 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn) A. Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman ... 51

B. Dasar Putusan Hakim dalam Memutuskan Perkara di Pengadilan ... 56

C. Kasus Posisi………...61

D. Analisis Hukum Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan Perkara Gugatan Perceraian Karena Perselingkuhan Di Media SOSIAL (Studi Putusan No 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn) ... 62

BAB IV HAK DAN KEDUDUKAN ANAK SETELAH PERCERAIAN DIKARENAKAN PERSELINGKUHAN DI MEDIA SOSIAL A. Hak Dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak ... 75

B. Hak-Hak Anak Setelah Perceraian Orang Tua ... 77

1. Status Hak Anak Setelah Perceraian ... 77

2. Hak Hadhanah ... 82

3. Perwalian ... 86

4. Waris ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

(11)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya manusia lainnya. Sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan naluri bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama dengan orang lain mengakibatkan hasrat yang kuat untuk hidup teratur.

2

Perkawinan merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua makluk Allah, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Semua yang diciptakan Allah berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan, sebagaimana berlaku pada manusia.

3

Aturan tata tertib perkawinan sudah ada sejak masyarakat sederhana yang dipertahankan anggota-anggota masyarakat dan para pemuka masyarakat adat atau para pemuka agama. Aturan tata tertib itu terus berkembang maju dalam masyarakat yang mempunyai kekuasan pemerintahan dan di dalam suatu negara.

Di Indonesia aturan tata tertib perkawinan itu sudah ada sejak zaman kuno, sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, sampai masa colonial Belanda dan sampai Indonesia telah merdeka. Bahkan aturan perkawinan itu sudah tidak saja menyangkut warga negara asing, karena bertambah luasnya pergaulan bangsa Indonesia.

4

Pernikahan atau perkawinan merupakan sunnahtullah yang artinya perintah Allah dan Rasul-Nya, tidak hanya semata-mata keinginan manusia atau

2 Soejono Soekanto, “ Pokok-Pokok Sosiologi Hukum”, Jakarta, Rajawali, 2002, hlm 9

3 Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim, Bandung, Pustaka Setia, hlm 11

(13)

hawa nafsu saja, karena seorang yang berumah tangga berarti ia telah menjalankan sebagian dari syariat Agama Islam.

5

Perkawinan adalah ikatan yang dikatakan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan) perkawinan adalah “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Untuk dapat melangsungkan suatu ikatan Perkawinan yang sah haruslah memenuhi syarat sahnya Perkawinan. Perkawinan dikatakan sah, apabila dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaan yang sama. Seorang pria dan seorang wanita harusla mempunyai agama dan kepercayaaan yang sama agar perkawinan tersebut sah dan mengikuti aturannya menurut agamanya.

6

UUPerkawinan, Pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa, “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu”. Perkawinan yang sah haruslah dicatat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7

5 Sidi Nazar Bakhry, “Kunci Keutuhan Rumah Tangga,Keluarga Sakinah”, cetakan pertama, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hlm 2.

6 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1

7 Ibid., Pasal 1 ayat (2)

Pencatatan Perkawinan pada dasarnya

merupakan hak dasar dalam keluarga. Dan juga merupakan perlindungan untuk

keluarga (suami, istri, dan anak) dalam mendapatkan hak-haknya dalam keluarga

seperti halnya dalam hal waris. Pencatatan Perkawinan adalah pendataan

adminstrasi Perkawinan yang ditangani oleh Petugas Pencatat Perkawinan

(selanjutnya disebut PPN) dengan tujuan untuk menciptakan ketertiban hukum.

(14)

Dikeluarkannya UUPerkawinan, maka dimensi hukum telah masuk keranah perkawinan. Undang-undang ini merupakan sebuah bentuk “aspirasi hukum dan sosial” sebagai landasan berhukum untuk menuju “Modren Society and Responsive Law”. Berkaitan dengan itu, salah satu fungsi hukum adalah untuk kesejahteraan hidup manusia, disamping kepastian hukum, sehingga boleh dikatakan bahwa berhukum adalah sebagai medan perjuangan manusia dalam konteks mencari kebahagiaan hidup.

8

UU Perkawinan Pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa “untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri tidak akan dapat rukun sebagai suami istri”.

9

1. Terjadi satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

Ditambah pada Pasal 19 dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan:

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

8 Sabian Usman, “Dasar-Dasar Sosiologi Hukum Makna Dialog Antara Hukum dan

(15)

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

10

Bila perkawinan telah dilangsungkan, maka mereka telah berjanji dan bersedia akan membangun suatu rumah tangga yang damai dan teratur, akan sehidup semati, sesakit dan sesenang, merunduk sama bungkuk, melompat sama tinggi, kebukit sama mendaki, kelereng sama menurun, berenang sama basah, sehingga mereka menjadi suatu keluarga.

Sesaat setelah perkawinan berlangsung, kedua pihak kedudukannya akan berubah. Pihak peria menjadi kepala keluarga dan pihak wanita sebagai ibu rumah tangga. Pada saat itulah timbul hak dan kewajiban masing-masing.

11

Realita dalam masyarakat, banyak sekali keluarga yang belum dapat mewujudkan pernikahannya seperti harapan mereka yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Dalam setiap rumah tangga yang biasanya diwarnai dengan Dalam kenyataannya, tujuan perkawinan itu banyak tercapai secara tidak utuh.

Tercapainya itu baru mengenai pembentukan keluarga atau pembentukan rumah tangga, karena dapat diatur secara kuantitatif. Sedangkan predikat bahagia dan kekal belum, bahkan ada yang tidak tercapai sama sekali. Akan tetapi, hubungan lahir itu ada kemungkinan tidak dapat kekal. Pada suatu waktu dapat terjadi putusnya hubungan, baik sengaja maupun tidak sengaja dilakukan karena suatu sebab yang mengganggu berlanjutnya hubungan itu.

10Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 19.

11 Djamali Abdoel, “Pengantar Hukum Indonesia” Jakarta, Rajawali Pers, 2005, hlm.158

(16)

adanya permasalahan-permasalahan antara suami dan istri akibat adanya konflik diantara mereka. Konflik dalam rumah tangga ada yang dapat mereka selesaikan dan juga tidak. Dengan adanya konflik yang berlarut-larut dalam keluarga biasanya membuat salah satu pihak mencari penyelesaian dengan mencarai solusi di luar rumah. Seperti halnya dengan melakukan komunikasi dengan pihak lain di luar rumah hingga sampai pada tindakan perselingkuhan. Kadang konflik dapat saja terjadi bahkan bisa bahkan bisa berbuntut pada perceraian. Tergantung bagaimana pasangan suami istri bisa menyikapi dan mengedepankan akal sehat demi terjadinya keutuhan rumah tangga yang sakinah.

12

Keharmonisan dalam suatu rumah tangga yang mawadah warahmah merupakan impian dan cita-cita setiap pasangan suami isteri. Di awal kehidupan berkeluarga, sepasang suami istri memandang bahtera rumah tangga mereka dengan kaca mata emas, penuh keindahan, cinta dan harapan dengan berbekal pengalaman hidup masing-masing, mereka memasuki gelanggang kehidupan baru yang masih asing. Sejuta harapan untuk mewujudkan suatu keluarga yang sejahtera, saling menyayangi dan abadi selalu terucap manis disaat bersanding, sebagai “cita-cita indah bersama”mereka.

13

Perselingkuhan secara terminologi adalah kegiatan seksual atau emosional dilakukan oleh salah satu atau kedua individu terikatdalam hubungan berkomitmen dan dianggap melanggar kepercayaan atau norma-norma (terlihat

12 Kamil Al-Hayali, “Solusi Islam Dalam Konflik Rumah Tangga”, Jakarta, Raja Grafindo, Persada, 2005, hlm, 1.

(17)

maupun tidak terlihat) berhubungan dengan eksklusivitas emosional atau seksual.

14

Trend perselingkuhan banyak terjadi dalam kehidupan keluarga.

Perselingkuhan merupakan salah satu aspek kehidupan keluarga dan sering menjadi sumber permasalahan. Perselingkuhan seorang suami merupakan bentuk penyimpangan tindakan anggota keluarga dilakukan tanpa sepengetahuan istrinya, demikian juga sebaliknya. Perselingkuhan dilakukan di berbagai aspek kehidupan keluarga, seperti keuangan, kebijakan keputusan, seksual, persahabatan, hubungan dengan orang tua, pekerjaan, dan sebagainya. Perselingkuhan biasanya ditandai dengan perubahan sikap. Perubahan sikap paling nyata dan sering terjadi dalam kasus perselingkuhan adalah kecenderungan untuk merahasiakan sesuatu, bertindak defensif (bersikap bertahan), dan berbohong.

15

Perselingkuhan sebagai fokus pembahasan penelitian perlu dikaji dan diteliti karena relevan dengan maksud dan tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Perselingkuhan dapat mengurangi makna kebahagiaan perkawinan, namun masih saja terjadi sesuai dengan dinamika masyarakat dan perkembangan zaman. Interaksi yang tidak islami terutama di dunia kerja menjadi salah satu penyebab perselingkuhan selain faktor minimnya iman.

16

Demikian pula antara pria dan wanita saling membutuhkan, saling mengisi, saling berkaitan, tidak bisa dilepaskan antara satu dengan yang lainnya.

14Anwar Bastian, “Perselingkuhan sebagai Kenikmatan Menyesatkan.” Jurnal Psikologi Perkembangan, Volume 8, No. 2, Juni 2012

15Monty P. Satiadarma, Menyikapi Perselingkuhan, Jakarta, Pustaka Populer, 2010, hlm 29

16Abu al-Gifari, Selingkuh Nikmat yang Terlaknat, Bandung, Mujahid, 2012, hlm 5

(18)

Dan rasanya tidaklah sempurna hidup seorang wanita tanpa didampingi oleh seorang peria sekalipun dia beralaskan emas dan permata, demikian sebaliknya tidak akan sempurna hidup seorang peria tanpa kehadiran wanita sebagai pelengkapnya.

Sebagai makhluk sosial, manusia hidup saling berketergantungan dan saling membutuhkan dengan manusia lainnya dalam segala aspek kehidupannya.

Bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup seorang diri dalam menjalankan kehidupan ini,maka dari itulah manusia pasti memerlukan orang lain untuk hidup. Dalam masyarakat, manusia tidak terlepas dari adanya saling berinteraksi, dan saling membutuhkan dengan manusia yang lain. Karena pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial yang ingin berkumpul, bertemu, berteman dan berkelompok dan hidup bersama dengan manusia lainnya.

Sebagai manusia yang hidup saling membutuhkan dengan manusia lainnya, manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk hidup berpasang-pasangan.

Memiliki pasangan untuk membentuk keluarga dan membentuk suatu rumah tangga adalah harapan dan keinginan setiap individu. Untuk membentuk suatu rumah tanggga, maka harusla seorang pria dan seorang wanita melakukan suatu ikatan yang sah dan sakral yang disebut perkawinan.

Perkawinan atau rumah tangga adalah suatu ikatan lahir dan batin antara

seorang laki-laki dengan seorang perempuan melalui akad nikah (ijab qabul)

dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera.

(19)

Adapun beberapa hal atau sebab yang dapat menyebabkan terputusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri, sebagai mana yang dijelaskan dalam UUPerkawinan ada tiga yaitukematian, perceraian dan atas keputusan pengadilan.

Putus karena kematian merupakan suatu proses terakhir dalam melaksanakan kodrat manusia. Putus karena perceraian dan atau atas keputusan pengadilan merupakan sebab yang dicari-cari

17

Menurut ketetentuan Pasal 39 UU Perkawinan ditegaskan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Putusnya hubungan perkawinan yang menimbulkan masalah adalah putusnya hubungan perkawinan karena perceraian dan karena putusan pengadilan.

Dengan sifat kekal abadinya perkawinan maka putusnya suatu perkawinan selain dari pada kematian merupakan suatu pengecualian dan terpaksa harus dilakukan. Seorang hakim yang dihadapkan pada persoalan pemutusan perkawinan maka sebelum hakim tersebut menjatuhkan putusan akan menjadi suatu kewajiban baginya untuk berusaha mencoba mendamaikan kedua belah pihak.

18

Perceraian yang terjadi dalam penulisan skripsi ini adalah Perceraian yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat yang dimana Penggugat (istri) menggugat suami yang disebut sebagai Tergugat karena Penggugat merasa sudah tidak cocok lagi untuk mempertahankan rumah tangganya bersama Tergugat. Oleh karena itu Penggugat sudah berketetapan hati untuk menggugat sang suami.

17Ibid, hlm. 159.

18 Sudarsono, “Hukum Perkawinan Nasional”,Cet 3 Jakarta, Rineka Cipta, 2005, hlm.116

(20)

Sesuai dengan Putusan Pengadilan Agama Medan, Nomor 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn bahwa Penggugat adalah istrinya, menggugat sang suami yang disebut sebagai Tergugat, Istrinya menggugat suaminya secara tertulis pada tanggal 04 Oktober 2017. Dimana mereka menikah secara sah secara syariat Islam pada tanggal 03 Maret 2016. Mereka sudah menjalani hubungan rumah tangga sebagaimaana layaknya suami dan istri dan telah dikarunia 1 (satu) orang anak laki-laki.

Penggugat menggugat cerai sang suami (Tergugat) karena terhitung sejak awal pernikahan bulan Mei 2016, dengan saat ini telah berada dalam kondisi berselisih dan bertengkar secara terus menerus disebabkan karena :

1. Tergugat sering ketahuan berkomunikasi dengan wanita lain melalui sosial media Facebook, dan sering kali Tergugat tidak mau mengakui bahwa Tergugat memiliki hubungan lain dengan wanita selingkuhan Tergugat tersebut.

2. Tergugat tidak bertanggungjawab memberikan nafkah rumah tangga kepada Penggugat untuk biaya dan keperluan rumah tangga sehari-hari.

3. Tergugat sering tidak jujur, dimana dahulu Tergugat bekerja ikut salah

satu proyek, dan selama bekerja Tergugat beralasan lembur dan tidak

sempat pulang kerumah, sehingga Tergugat lebih sering pulang kerumah

orang tua Tergugat, padahal pada saat iu Penggugat baru saja melahirkan

dan masih sangat membutuhkan Tergugat untuk membantu pekerjaan dan

merawat anak.

(21)

Bahwa puncak pertengkaran terakhir antara Penggugat dan Tergugat terjadi pada bulan April 2017 yang disebabkan oleh permasalahan Tergugat yang baru saja di pecat, padahal yang masukan Tergugat bekerja adalah orang tua Penggugat, namun orang tua Penggugat tidak bisa membantu saat Tergugat dipecat, yang akhirnya Tergugat merasa kecewa, tidak terima dan menyalahkan Penggugat serta orang tua Penggugat, sehingga memicu pertenkaran dan perselisihan antara Penggugat dan Tergugat berpisah, maka sejak saat itu Penggugat dan Tergugat sudah tidak hidup bersama lagi sampai dengan sekarang.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian berjudul Gugatan Perceraian Dikarenakan Perselingkuhan Di Media Sosial Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Nomor 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn).

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perceraian karena perselingkuhan melalui media sosial dalam hukum Islam?

2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara gugatan perceraian karena perselingkuhanPutusan Nomor 1979/ Pdt.

G/2017/PA.Mdn?

3. Bagaimana hak-hak anak setelah perceraian dikarenakan perselingkuhan di

media sosial?

(22)

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perceraian karena perselingkuhan melalui media sosial dalam hukum Islam.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara gugatan perceraian karena perselingkuhanPutusan Nomor 1979/ Pdt.

G/2017/PA.Mdn.

3. Untuk mengetahui hak-hak anak setelah perceraian.dikarenakan perselingkuhan di media sosial.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah 1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan akan menjadi kontribusi positif secara teoritis dalam rangka mengembangkan khazanah keilmuan di bidang hukum khususnya dalam bidang perkawinan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi pasangan suami isteri yangmenggunakan sosial media.

E. Metode Penelitian

Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman tentang cara-cara

seorang ilmuan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan

(23)

yang dihadapinya.

19

Metode digunakan dalam sebuah penelitianyang pada dasarnya merupakan tahapan untuk mencari kembali sebuah kebenaran. Sehingga akan dapat menjawab pertanyaan - pertanyaan yang muncul tentang suatu objek penelitian.

20

1. Jenis Penelitian

Dalam hal ini, penulis menggunakan suatu metode yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif.

Penelitian normatif merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.

21

Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin.

22

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat.

23

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat penelitian kepustakaan (library research), yang dilakukan dengan menghimpun data yang terkait, antara lain

19Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Prees 2007, hlm.6

20 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, RadjaGrafindo Persada, 2014, hlm 29

21 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang, Bayumedia Publishing, 2011, hlm 57.

22 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015, hlm 34.

23Bambang Sunggono, Op.Cit, hlm 42

(24)

a. Bahan hukum primer.

24

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer di atas berupa pendapat para ahli hukum, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar (koran) dan berita internet yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

Bahan hukum primer yaitu terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai peraturan perundang-undangan khususnya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Undang- undangNomor35Tahun2014tentangPerlindunganAnak. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Putusan Nomor 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn.

c. Bahan hukum tertier, yaitu berupa data penunjang yang dapat memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap bahan hukum primer dan sekunder berupa kamus hukum, kamus Bahasa Indonesia dan atau ensiklopedia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data sekunder dalam penulisan skripsi adalah dengan

melakukan penelitian kepustakaan (library research). Alat yang digunakan dalam

metode ini adalah studi dokumen dimana selanjutnya dilakukan analisis dengan

(25)

mengumpulkan fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaan (library research) sebagai acuan umum dan kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan sumber- sumber bacaan, seperti buku-buku, jurnal ilmiah, media elektronik, serta memepelajari dan menganalisis putusan dan bahan lainnya yang berkaitan dengan skripsi, juga didukungan dengan penelitian lapangan dengan melakukan wawancara dengan Drs. H. Muhammad Dongan Ketua Pengadilan Agama Medan.

5. Analisa Data

Adapun metode analisis data yang dilakukan adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif lebih menekankan kepada kebenaran berdasakan sumber-sumber hukum dan doktrin yang ada, bukan dari segi kuantitas kesamaan data yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan dengan melakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai proses pemeriksaan saksi di pengadilan, serta pemaparan mengenai pertimbangan hakim dalam meringankan dan memberatkan terdakwa dalam putusannya.

F. Keaslian Penelitian

Penulisan skripsi ini berjudul “Gugatan Perceraian Dikarenakan

Perselingkuhan Di Media Sosial Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Nomor

1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn)” judul ini telah diberitahu dan telah disetujui oleh

Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara dan telah d uji bersih atau telah dilakukan pengujian kepustakaan oleh pihak

Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(26)

dan atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara fisik maupun online telah diperiksa, dan dinyatakan tidak ada judul yang sama pada Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakuktas Hukum Universitas Sumatera Utara, namun ada beberapa skripsi yang membahas gugatan perceraikan dikarenakan perselingkuhan, antara lain :

Khairul Fajri dan Mulyono (2017), Fakultas Hukum Universitas Muhammadiya Surabaya, dengan judul penelitian Selingkuh Sebagai Salah Satu Faktor Penyebab Perceraian (Analisis Putusan No.3958/Pdt.G/2012.PA.Sby.

Perspektif Maqashid Syariah). Adapun permasalahan dalam penelitian ini 1. Pertimbangan hakim atas putusan No.3958/Pdt.G/2012.PA.Sby.

2. Dasar hukum hakim atas putusan No.3958/Pdt.G/2012.PA.Sby.

3. Analisis putusan No. 3958/Pdt.G/2012.PA.Sby.

Rima Safria. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (2016) adapun judul penelitian ini Perselingkuhan Melalui Facebook dan SMS Penyebab Perceraian (Studi Pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan).Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Pengaruh facebook dan SMS dalam memicu perselingkuhan sehingga menyebabkan perceraian

2. Dasar hukum hakim dalam memutus perkara perceraian tersebut.

Saifudin, M. (2014) Analisis Hukum Islam Terhadap Penggunaan Sosial

Media Sebagai Penyebab Perceraian : Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama

(27)

Malang Nomor : 0905/Pdt.G/2013/Pa.Mlg.Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Deskripsi penggunaan sosial media sebagai penyebab perceraian pada Putusan nomor: 0905/Pdt.G/2013/PA.Mlg

2. Analisis Hukum Islam terhadap penggunaan sosial media sebagai penyebab perceraian pada perkara nomor: 0905/Pdt.G/2013/PA.Mlg

Yuli Astuti. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hdayatullah Jakarta (2012), dengan judul penelitian facebooksebagai pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian (Analisis Putusan Pengadilan Agama Tegal Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG). Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Pelaku Perselingkuhan melalui facebook

2. Pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara facebook sebagai pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian

Azis Miftahul Rohman. Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012), dengan judul penelitian Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perselingkuhan Sebagai Sebab Perceraian (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Nomor Perkara 0543/Pdt.G/2011/PA.YK). Adapun permasalahan dalam penelitian adalah :

1. Dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara Nomor 0543/Pdt.G/2011/PA.YK.

2. Tinjauan hukum Islam terhadap dasar dan pertimbangan Hukum dalam

memutus perkara Nomor 0543/Pdt.G/2011/PA.YK.

(28)

Husni Latif. Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012), dengan judul penelitian Perselingkuhan Melalui Jejaring Sosial Facebook Sebagai Alasan Perceraian. Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Penyusun menguraikan dan menggambarkan masalah perselingkuhan melalui jejaring sosial facebook sebagai alasan perceraian

2. Dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam menyelesaikan masalah perceraian dengan alasan Suami selingkuh melalui jejaring sosial facebook.

3. Dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam menyelesaikan masalah perceraian dengan alasan suami selingkuh Nomor 691/Pdt.G/2011/PA. Btl.

4. Pandangan hukum Islam terhadap dasar hukum dan Pertimbangan Hakim yang digunakan dalam memutuskan perkara tersebut, ditinjau secara yuridis dan normatif.

Kalaupun ada dalam penulisan skripsi ini, benar ada terdapat kata-kata yang sama dengan skripsi lain, mengutip bagian-bagian ini sebagai faktor pendorong dan faktor pelengkap dalam usaha untuk menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini dibuat berdasarkan sistematika penulisan metode skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat

dengan pembahsan skripsi, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang

teratur yang saling berkaitan satu sama yang lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub

(29)

bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan pengantar, dimana didalamnya memuat gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II PERCERAIAN KARENA PERSELINGKUHAN MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM ISLAM

Bab ini berisikan pengertian dan dasar hukum perceraian, sebab- sebab terjadinya perceraian, macam-macam talak, perceraian karena perselingkuhan melalui media sosial yang terdiri dari media sosial sebagai pemicu perceraian, perceraian akibat perselingkuhan dan perceraian melalui media sosial menurut hukum islam.

BAB III ANALISIS HUKUM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA GUGATAN PERCERAIAN KARENA PERSELINGKUHAN DI MEDIA SOSIAL ((Studi Putusan No 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn)

Bab ini membahas tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman dan

dasar-dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara, dasar

putusan hakim dalam memutuskan perkara di pengadilan, analisis

hukum terhadap pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

gugatan perceraian karena perselingkuhan di media sosial (Studi

Putusan No 1979/Pdt.G/2017/PA.Mdn)

(30)

BAB IV HAK DAN KEDUDUKAN ANAK SETELAH PERCERAIAN Bab ini berisi tentang hak dan kewajiban orang tua terhadap anak, Hak-hak anak setelah perceraian orang tua yang dimana terdiri dari hak anak setelah perceraian, hak hadhanah, perwalian, waris.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu bab penutup yang dimana

berisi tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan

yang dibahas.

(31)

BAB II

PERCERAIAN KARENA PERSELINGKUHAN MELALUI MEDIA SOSIALDALAM HUKUM ISLAM

E. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

Talak dari kata “ithlaq” artinya melepaskan atau meninggalkan. Dalam istilah agama “talak” artinya melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan. Melepaskan ikatan pernikahan pernikahan, artinya membubarkan hubungan suami istri sehingga berakhirlah perkawinan atau terjadi perceraian. Apabila terjadi perkawinan, yang harus dihindari adalah perceraian, meskipun perceraian bagian dari hukum adanya persatuan atau perkawinan itu sendiri. Semakin kuat usaha manusia membangun rumah tangganya, semakin mudah ia menghindarikan diri dari perceraian.

25

Menurut istilah perceraian ialah segala macam bentuk perceraian yang diijatuhkan oleh suami yang telah ditetapkan oleh hakim dan perceraian yang disebabkan oleh meninggalnya salah seorang suami atau istri.

26

perkawinan melalui putusan pengadilan. Mengenai persoalan putusnya perkawinan, atau perceraian diatur dalam Pasal 38 sampai Pasal 41 UU Perkawinan.

Perceraian adalah suatu keadaan dimana antara seorang suami dan seorang istri telah terjadi ketidak cocokan batin yang berakibat pada putusnya suatu ikatan

27

25 Bendi Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat II, Bandung, Pustaka Setia, 2010, hlm 58

26 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1995, hlm 185

27Zainnudin Ali, Hukum Perdata Islam Indonesia, Palu, Yayasan Masyarakat Indonesia Baru,2002, hlm 908

(32)

Apabila pergaulan kedua suami-isteri tidak dapat mencapai tujuanperkawinan, maka akan mengakibatkan perpisahan, karena tidak adanya kata kesepakatan antara suami-isteri, maka dengan keadilan Allah SWT, dibukanya suatu jalan keluar dari segala kesukaran itu, yaitu pintu perceraian.

Mudah-udahan dengan adanya jalan itu terjadilah ketertiban, dan ketentraman antara kedua belah pihak,dan masing-masing dapat mencari pasangan yang cocok yang dapat mencapai apa yang dicita-citakan.

28

Jadi, istilah “perceraian” secara yuridis berarti putusnya perkawinan yang mengakibatkan putusnya hubungan sebagai suami istri atau berarti berlaki-bini (suami istri).

29

Perceraian dalam KUHPerdata adalah salah satu alasan terjadinya pembubaran perkawinan, dalam hal ini termuat pada Bab ke-10. Pada bagian kesatu tentang pembubaran perkawinan umumnya dikemukakan alasan bubarnya perkawinan, yaitu karena kematian, karena keadaan tak hadir si suami atau si istri selama 10 tahun, diikuti dengan perkawinan baru istrinya/suaminya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam bagian kelima bab delapan belas. Pembubaran perkawinan disebabkan pula karena putusan hakim setelah adanya perpisahan ranjang dan pembukuan pernyataan bubarnya perkawinan dalam putusan yang terdapat pada register catatan sipil sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku,dengan demikian perceraian harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam undang-undang

30

28 Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam, Jakarta, Attahiriyah, 2004, hlm 380

(33)

UU Perkawinan memuat substansi dasar hukum perceraian di Indonesia, pada Pasal 38 sampai 31 dengan Pasal 41 UU Perkawinan, dalam Pasal38 menjelaskan perceraian dapat terjadi karena beberapa hal.

31

Pasal 39 menjelaskan bahwa perceraian secara sah menurut peraturan, hanya dapat dilaksanakan di depan Pengadilan.

32

Pasal 40 menjelaskan tentang penegasan tata cara gugatan perceraian,

33

sedangkan Pasal 41 menjelaskan tentang akibat putusnya perkawinan.

34

Pada dasarnya perceraian terdiri dari beberapa sudut pandang yang diantaranya ada yang dari sesuai atau tidaknya dengan Sunnah Nabi, dari hak segi bekas suami untuk merujuk kepada bekas istri setelah terjadi perceraian dan ada pula yang melihatnya dari segi waktu jatuhnya cerai setelah diucapkan cerai.

35

Di dalam UUPerkawinan tidak terdapat definisi yang tegas mengenai perceraian secara khusus. Sesuai dengan asas perkawinan dalam UU Perkawinan, yaitu tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal, seharusnya putusnya perkawinan karena perceraian haruslah dilarang, tetapi pada kenyataannya UU Perkawinan tidak menegaskan mengenai larangan tersebut, tetapi cukup dengan mempersukar suatu perceraian yang memutuskan perkawinan.

36

31 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 28

32Ibid., Pasal 39

33Ibid., Pasal 40

34Ibid., Pasal 41

35Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan,Jakarta, Bulan Bintang,

2007, hlm159

36 Rusdi Malik, Memahami Undang-Undang Perkawinan, Jakarta,Universitas Trisakti, 2010), hlm. 89

(34)

F. Sebab-Sebab Terjadinya Perceraian

Keluarga merupakan kelompok orang yang mempunyai hubungan psikologis, fungsi, tujuan dan proses pembentukan yang khas. Manusia di dunia ini tumbuh dan berkembang terutama karena dibesarkan oleh keluarga. Oleh karena itu keluarga merupakan kebutuhan dasar manusia yang memungkinkan manusia itu berkembang. Hubungan dalam keluarga ditandai oleh hubungan pribadi dengan ikatan psikologis yang sangat dalam dan luas yang tidak terdapat pada hubungan pribadi lainnya.

37

Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 Pasal 19 dikatakan bahwa salah satu alasan perceraian adalah jika antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan rukun lagi dalam rumah tangganya.

38

Bercerai dapat disebabkan oleh kematian suaminya, dapat pula rumah tangga tidak cocok dan pertengkaran selalu menghiasi perjalanan rumah tangga suami istri, bahkan ada pula yang bercerai, karena salah satu dari suami atau istri tidak lagi fungsional secara biologis.

39

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

Alasan-alasan perceraian termuat dalam Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Pasal 39 ayat (1) UU Perkawinan, antara lain :

37 Elida Prayitno, Psikologi Keluarga, Padang: FIP UNP Press, 2011, hlm 1

(35)

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain yang diluar kemampuanya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekerasan atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g. Suami melanggar taklik talak

h. Pemeliharaan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

40

Pertengkaran antara suami istri dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya faktor komunikasi dan ekonomi rumah tangga. Komunikasi suami istri sangat penting dalam membangun saling pengertian dan mengutarakan berbagai persoalan yang terjadi dalam rumah tangga. Dengan komunikasi yang baik, semua masalah dapat dibicarakan dan dimusyawarahkan untuk menemukan solusinya. Terputusnya komunikasi suami istri dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mungkin keduanya bekerja di luar rumah sehingga pertemuanya menjadi sangat terbatas. Terlalu lelah sehabis pulang bekerja dapat menyebabkan tidak ada

40Wati Rahmi Ria dan Muhamad Zulfikar, Ilmu Hukum Islam, Bandar Lampung, Gunung Pesagi, 2015, hlm. 48.

(36)

waktu untuk berkomunikasi. Oleh, karena itu bersalah atas segala yang terjadi dalam rumah tangganya. Komunikasi yang terus dibina di antara suami istri adalah resep yang paling mujarab untuk membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah. Tentu yang namanya pertengkaran bukan hilang sama sekali, hanya suami istri yang senantiasa mengomunikasikannya dengan baik akan mampu meredam dan mengembalikan rumah tangganya pada perdamaian.

41

Perceraian yang disebabkan oleh pertengkaran yang sukar didamaikan adalah akibat dari berbagai faktor,dengan demikian, yang harus dicari secara seksama adalah penyebab muculnya pertengkaran, sehingga jawabannya tidak perlu mengundang pihak ekternal, cukup diselesaikan oleh pihak internal suami istri bersangkutan, sehingga aib rumah tangga tidak diketahui oleh orang lain, terlebih jika kedua belah pihak secara terbuka sudah saling menjelekkan.

42

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sulit disembuhkan.

Perceraian, UU Perkawinan hanya mengaturnya secara umum yaitu bahwa

untuk melakukan perceraian harus cukup ada alasan bahwa antara suami istri itu

tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri (Pasal 34 ayat 2 UU

Perkawinan). Di dalam Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 Pasal 14

dinyatakan hal-hal yang menyebabkan terjadinya karena alasanalasan sebagai

berikut :

(37)

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-berturut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.

f. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

43

Dilihat dari Pasal 116, ada tambahan dua sebab perceraian dibanding dengan pasal 14 Peraturan Pemerintah 9 tahun 1975 yaitu suami melanggar taklik talak dan murtad. Tambahan ini relatif penting karena sebelumnya tidak ada.

Alasan-alasan perceraian diatas secara limitatif (terbatas pada apa yang disebutkan undang-undangsaja) dan disamping itu harus ada alasan seperti yang disebutkan dalam Pasal 39 ayat 2 UUPerkawinan, maka jelas kepada kita bahwa undang- undang sangat mempersulit terjadinya perceraian. Apalagi prosedur perceraian itu, haruslah melalui pengadilan yang berwenang dan sebelum hakim memutuskan perkara perceraian itu dia terlebih dahulu mengadakan berbagai usaha perdamaian diantara suami istri itu, baik dilakukan sendiri maupun bantuan pihak lain.

Dengan ketentuan tersebut diatas, maka perceraian tidak dapat lagi dilakukan

43 Komairah, Hukum Perdata, (Malang: UMM Pers, 2010), hlml 76

(38)

sewenang-wenang oleh salah satu pihak suami-istri dan apabila mereka akan bercerai terlebih dahulu harus diuji dan diperiksa, apakah perceraian tersebut dapat dibenarkan oleh undang-undang atau tidak. Ketentuan ini merupakan sebagian dari tuntutan kaum wanita Indonesia, yang melihat praktek-praktek perceraian sebelum adanya UU Perkawinan.

G. Macam-Macam Talak

Talak diambil dari kata ithlaq artinya melepaskan atau irsal artinya memutuskan atau tarkun artinya meninggalkan, firaakun artinya perpisahan.

Istilah agama, talak merupakan melepaskan hubungan perkawinan atau bubarnya perkawinan.

44

1. Pihak yang menjatuhkan talak (bagi suami)

Syarat talak meliputi beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

Pada dasarnya talak merupakan salah satu tindakan hukum yang tidak dibenarkan, sehingga untuk sahnya tidak diperlukan syarat-syarat pihak yang menjatuhkan talak.

a. Balig

Ulama sepakat bahwa suami yang diperbolehkan menjatuhkan talak atau menceraikan istrinya adalah orang yang berakal balig dan berdasarkan pilihan sendiri.

45

44 Mahmudin Bunyamin dan Agus Hermanto, Hukum Perkawinan Islam, Bandung,

Sahnya talak diperlukan syarat bahwa suami yang

menjatuhkan talak telah balig. Suami yang belum balig tidak dapat

menjatuhkan talak kepada istrinya.

(39)

b. Berakal sehat

Syarat berakal sehat juga diperlukan oleh suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya, dengan demikian orang yang sedang mengalami sakit gila tidak dipandang sah menjatuhkan talak kepada istrinya.

c. Khiyar

Khiyar, artinya tidak dalam keadaan terpaksa atau atas dasar kehendak hati, bukan berdasarkan tekanan-tekanan dari luar, dengan demikian, apabila suami dipaksa untuk menjatuhkan talak kepada istrinya yang disertai dengan ancaman-ancaman baik fisik maupun moril, talak tidak sah.

2. Syarat bagi istri yang ditalak

Syarat talak bagi istri yang ditalak, yaitu sebagai berikut:

a. Istri itu masih berada dalam perlindungan kekuasaan suami. Istri yang menjalani masa iddah talak raj’I dari suaminya dipandang masih berada dalam perlindungan kekuasaan suami. Apabila pada masa itu suami menjatuhkan talak lagi, dipandang jatuh talaknya, sehingga menambah jumlah talak yang dijatuhkan mengurangi hak talak yang dimiliki suami.

Dalam hal talak ba’in suami tidak berhak menjatuhkan talak lagi terhadap istrinya meskipun dalam masa iddah-nya, karena dengan talak ba’in itu istri tidak lagi berada dalam perlindungan kekuasan suami.

b. Kedudukan istri yang ditalak harus didasarkan akad perkawinan yang sah,

jika ia menjadi istri dengan akad nikah yang bathil, seperti akad nikah

terhadap perempuan dalam masa iddah-nya atau akad nikah dengan

(40)

perempuan saudara istrinya (mengadu dua perempuan yang bersaudara) atau akad nikah dengan anak tirinya dan anak tirinya itu berada dalam pemeliharaannya, talak yang demikian tidak dianggap ada.

46

Para ulama berbeda pendapat tentang talak yang dijatuhkan, karena sebab- sebab di bawah ini:

1. Talak karena paksaan

Paksaan atau terpaksa berarti bukan dengan kehendak dan pilihannya sendiri. Kehendak dan pilihan merupakan dasar taklif (pembebanan agama). Jika hal tersebut tidak ada, taklif juga tidak ada orang.

2. Talak ketika mabuk

Para fuqaha berpendapat bahwa talak ketika mabuk hukumnya sah, karena mabuknya disebabkan oleh keinginannya sendiri. Bagi suami pemabuk, apabila ia mengucapkan talak kepada istrinya, talaknya jatuh seketika dan sah sebagai talak.

3. Talak ketika sedang marah

Talak yang diucapkan dalam kemarahan yang mengakibatkan tidak

terkontrolnya ucapan dan tidak menyadari apa yang dikatakannya, adalah

tidak sah karena kemauan sehatnya hilang. Orang yang marah membabi

buta.

(41)

4. Talak main-main

Para fugaha kebanyakan berpendapat bahwa talak dengan main-main dipandang sah, sebagaimana dipandang sahnya nikah dengan main-main.

5. Talak ketika lupa

Sama hukumnya dengan talak yang diucapkan karena keliru dan main- main adalah orang yang lupa, yakni tidak sah. Perbedaan antara keliru dan main-main, yaitu bahwa talak main-main oleh agama maupun pengadilan dipandang sah.

6. Talak ketika tidak sadarkan diri

Orang yang tidak sadarkan diri, yaitu orang yang tidak tahu lagi apa yang dikatakannya karena suatu kejadian hebat memimpinnya, sehingga hilang akalnya dan berubah pikiran.

47

a. Talak raj’i adalah talak ketika suami masih mempunyai hak untuk merujuk atau talak yang masih memungkinkan bagi suami untuk kembali kepada istrinya tanpa akad nikah baru. Talak pertama dan kedua yang dijatuhkan suami terhadap istri yang sudah pernah dicampuri dan bukan atas permintaan istri yang disertai tebusan (iwad), selama masih iddah disebut juga talak Raj’i, dengan demikian, apabila seorang suami menjatuhkan talak pertama atas istri, suami dapat merujuknya tanpa melakukan akad Secara garis besar, ditinjau dari boleh dan tidaknya rujuk, talak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

47 Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit.,, hlm 74

(42)

nikah baru selama massa iddah-nya belum habis.

48

b. Talak ba’in

Al-Syiba’i berpendapat bahwa talak raj’i adalah talak yang untuk kembalinya istri kepada suaminya tidak memerlukan pembaharuan akad nikah, tidak memerlukan mahar, serta tidak memerlukan persaksian.

Talak ba’in merupakan talak yang tidak memungkinkan suaminya untuk rujuk kepada istrinya, kecuali dengan melakukan akad nikah baru. Talak ba’in ada dua macam, yaitu sebagai berikut:

1) Talak ba’in sughra (kecil), yaitu talak satu atau dua yang dijatuhkan kepada istri yang belum pernah dikumpuli, talak satu atau dua yang dilakukan atas permintaan istri dengan membayar tebusan (iwadh), atau talak satu atau dua yang dijatuhkan kepada istri yang pernah dikumpuli bukan atas permintaan dan tidak membayar iwadh setelah masa iddah-nya habis.

2) Talak ba’in kubra (besar) adalah talak yang telah dijatuhkan sebanyak tiga kali. Suami yang telah menjatuhkan talak sebanyak tiga kali tidak boleh rujuk kepada istrinya, kecual istrinya tersebut telah melakukan pernikahan dengan laki-laki lain dan telah melakukan hubungan jima’

dengan suami baru, kemudian terjadi perceraian. Dalam perceraian

baru itu tidak boleh direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, suami

yang telah menjatuhkan talak tiga kali terhadap istrinya, tiba-tiba

menyesal, tidak boleh meminta orang lain untuk menikahi istrinya itu,

(43)

dengan meminta setelah beberapa waktu menggaulinya kemudian menceraikannya.

49

H. Perceraian Karena Perselingkuhan Melalui Media Sosial 1. Pengertian Dan Dasar Hukum Perselingkuhan

Perselingkuhan secara terminologi adalah kegiatan seksual atau emosional dilakukan oleh salah satu atau kedua individu terikatdalam hubungan berkomitmen dan dianggap melanggar kepercayaan atau norma-norma (terlihat maupun tidak terlihat) berhubungan dengan eksklusivitas emosional atau seksual.

50

49Ibid., hlm 182

50Anwar Bastian, “Perselingkuhan sebagai Kenikmatan Menyesatkan.” Jurnal Psikologi Perkembangan, Volume 8, No. 2, Juni 2012

Selingkuh atau zina dalam Islam dikenal dengan nama al khianah az zaujiyyah yang berarti, seseorang yang sudah berpaling pada orang yang bukan menjadi pasangannya. Selingkuh dalam Islam memiliki arti berkhianat, dan tidak memegang amanat yang sudah diberikan pada pasangannya untuk setia.

Dasar hukum mengenai Perselingkuhan di dalam Kompilasi Hukum Islam ataupun di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak ada pengaturannya.

Namun di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana perselingkuhan disamakan dengan zina yaitu terdapat di Pasal 284 yang dimana bunyinya:

Pasal 284

(1) Dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan:

1.e a. laki-laki yang beristri, berbuat zina, sedang diketahuinya, bahwa pasal 27

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (sipil) berlaku padanya :

(44)

b. Perempuan yang bersuami, berbuat zina

2e a. Laki-Laki yang turut melakukan perbuatan itu, sedang diketahuinya, bahwa kawannya itu bersuami :

b. Perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan itu, sedang diketahuinya, bahwa kawannya itu beristri dan pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (sipil) berlaku pada kawannya itu.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan suami (isteri yang mendapat malu dan jika pada suami (isteri) itu berlaku pada pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (sipil) dalam tempo 3 bulan sesudah pengaduan itu, diikuti dengan permintaan akan bercerai atau bercerai tempat tidur dan meja makan (scheiding van tafel en bed) oleh perbuatan itu juga.

(3) Tentang pengaduan ini pasal 72, 73, dan 75 tidak berlaku.

(4) Pengaduan itu boleh dicabut selama pemeriksaan dimuka sidang pengadilan belum dimulai.

(5) Kalau bagi suami dan isteri itu berlaku pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (sipil) maka penagduan itu tidak diindahkan, sebelumnya meereka itu bercerai, atau sebelum keputusan hakim tentang perceraian tempat tidur dan meja makan mendapat ketetapan..

51

R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta

Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (hal. 209) menjelaskan lebih

lanjut mengenai zinah adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau

perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau laki-laki yang bukan isteri

(45)

atau suaminya. Untuk dapat dikenakan pasal ini, maka persetubuhan itu harus dilakukan atas dasar suka sama suka, tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak.

2.Pengertian Media Sosial

Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari teknologi-teknologi perkebangan web baru berbasis internet, yang memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah jaringan secara online, sehingga dapat menyebar luaskan konten mereka sendiri.

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial.

52

Media Sosial adalah interaksi sosial antara manusia dalam memproduksi, berbagi dan bertukar informasi, hal ini mencakup gagasan dan berbagai konten dalam komunitas virtual.

Media sosial ada dalam ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating, dan bookmark sosial.

53

52 Gusti Ngurah Aditya Lesmana, Tesis: Analisis Pengaruh Media Sosial Twitter Terhadap Pembentukan Brand Attachment (Studi: PT. XL AXIATA), Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. hlm, 10-11

53 Feri Sulianta, Keajaiban Sosial Media Fantastis Menumbuhkan Visitor, Circle, Likes, Koneksi, Retweet, dan Follower. Jakarta, Elex Media Komputindo, 2015, hlm 12

Media sosial mampu menghadirkan serta

mentranslasikan cara berkomunikasi baru dengan teknologi yang sama sekali

berbeda dari media sosial tradisional. Sosial media atau dalam Bahasa Indonesia

(46)

disebut media sosial adalah media yang didesain untuk mempermudah interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah.

54

Pesatnya perkembangan teknologi kian hari makin terasa, terutama yang berkaitan dengan dunia komunikasi. Batas ruang dan waktu tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menyampaikan dan mengakses informasi. Apa yang terjadi di belahan bumi lain, pada jam dan detik yang sama bisa dilihat dan diketahui. Bahkan kemajuan teknologi informasi telah banyak memberikan kontribusi dalam hal efisiensi ruang dan waktu. Maka tak salah, jika era sekarang disebut era komunikasi sebagaimana yang telah diestimasi oleh futurologi seperti Alvin Tofller dalam bukunya the Third Wave dan Jhon Naisbit dalam bukunya the global paradox dan mega trends.

3. Perceraian Karena Perselingkuhan Melalui Media Sosial a. Media Sosial Sebagai Pemicu Perceraian

55

Jejaring sosial merupakan salah satu perkembangan dari komunikasi tersebut. Sekumpulan orang menggunakan wadah ini untuk membangun komunikasi antara satu dengan yang lain. Jejaring sosial yang begitu sering digunakan masyarakat adalah facebook, twitter dan blackberry messenger.

Indonesia menempati peringkat 4 pengguna facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India. Bahkan para pengguna facebook di Indonesia tercatat sebanyak 65 juta yang aktif, belum lagi pengguna sosial media yang lain. Ini menggambarkan bahwa demam jejaring sosial yang terjejaring sudah begitu marak dan sudah menjadi bagian dari kehidupan sebagian orang termasuk yang

54Ibid.

(47)

sudah memiliki pasangan atau yang belum menikah. Bahkan jejaring sosial sudah menjadi gaya hidup masyarakat sehingga begitu pentingnya bagi seseorang mempunyai akun di dunia jejaring sosial seperti facebook, twitter, Bahan Bakar Minyak dan lain-lain. Update status, posting foto dan kegiatan lainnya seolah-olah sudah merasuki bahkan sudah termasuk kategori ketagihan.

56

Sosial media atau dalam bahasa Indonesia disebut media sosial adalah media yang dirancang untuk memberikan kemudahan dalam berinteraksi, bersifat interaktif atau dua arah. Media sosial berbasis pada teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke banyak audiens.

57

Media sosial merupakan penerbitan online dan alat-alat komunikasi, situs, dan tujuan dari Web 2.0 yang berakar pada percakapan, keterlibatan, dan partisipasi.

58

Jejaring sosial adalah sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi.

59

Banyak definisi dilontarkan untuk mengartikan kata selingkuh, yang dalam 10 tahun belakangan ini menjadi bahan perbincangan. Kata selingkuh menggantikan kedudukan kata-kata lain yang sering di gunakan masyarakat, seperti: affair dan penyelewengan.

60

Sebelumnya penggunaan social media hanya terbatas pada yang berbasis internet saja sehingga untuk dapat menikmati social media pengguna harus sering

56Ibid., hlm 84

57Cindy Rizal Putri Paramitha, “Analisis Faktor Pengaruh Promosi Berbasis Sosial Media Terhadap Keputusan Pembelian Pelanggan dalam Bidang Kuliner” (Skripsi--Universitas Dipenogoro, Semarang, 2011, hlm 21

58Susan Gurnelius, 30-minutes Sosial Media Marketing, United States: McGraw-Hill Companies, 2011, hlm 10

59Hanni Sofia dan Budhlmi Prianto, Panduan Mahlmir Akses Internet, Jakarta, Kriya Pustaka, 2010, hlm 150

60Abdul Aziz Ahlmmad, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya, Bandung: Pustaka Hidayah, 2010, hlm. 81

(48)

bersabar karena biasanya koneksi internetnya lambat dan tidak praktis. Seiring berjalannya waktu, perkembangan social media pun semakin melesat dari yang biasa berkembang menjadi social media yang berbasis social messaging atau instant messengger. Seperti halnya sms, para penggunanya dapat bertukar pesan dengan yang lainnya bahkan dapat juga bertukar foto dan video dengan cepat lebih cepat dari pada sosial media biasa. Hal ini mendorong para pengguna social media biasa beralih kecendrungan ke social messaging.

61

Pada intinya sosial media adalah alat untuk berkomunikasi. Faktanya sosial media tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk komunikasi saja, akan tetapi juga berfungsi untuk berbagai keperluan yang mempunyai dampak positif atau negatif.

Jika social media dipergunakan untuk hal-hal yang baik maka dampaknya pun akan menjadi positif. Tak jarang social media justru dipergunakan untuk hal-hal yang negatif. Seperti contoh penipuan, hipnotis dan lain sebagainya dengan modus-modus tertentu, bahkan terkadang social media dipergunakan sebagai sarana perselingkuhan antara suami dan isteri. Hal ini tentu dapat mengganggu ketentraman keluarga, yang seharusnya dibina oleh setiap pasangan suami isteri justru berujung perceraian sebagai akibat dari sosial media.

62

Di Indonesia situs jejaring sosial yang banyak digunakan adalah facebook dan twitter. Melalui jejaring sosial ini seseorang yang telah memiliki akun bisa menjalin komunikasi dengan orang lain yang telah menjadi pengikut atau follower. Dalam jejaring sosial ini juga bisa menemukan teman yang sudah lama

61 M Saifudin, analisis hukum islam terhadap penggunaan social media sebagai penyebab perceraian (studi kasus putusan pengadilan agama malang nomor : 0905/Pdt.G/2013/PA.Mlg.), Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah Dan Hukum Jurusan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Majelis Hakim Pengadilan Agama Pasuruan dalam memutuskan suatu perkara perceraian dengan alasan suami melakukan perselingkuhan haruslah mempunyai

Berdasarkan paparan data dan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dalam tutorial mata kuliah

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel website quality dan perceived quality terhadap brand image dan

Konflik menjadi terkait dengan topik utama yaitu budaya patriarki dalam penelitian ini dilihat dari bagaimana budaya patriarki dalam konflik yang terjadi di masyarakat yang

Nilai dasar syura ini dapat diturunkan asas hukum mengenai penyelenggaraan pemerintah berupa asas partisipasi masyarakat. Adanya partisipasi masyarakat luas dalam

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, variabel sikap mengeluh berpengaruh positif dan

Berdasarkan latar belakang pe- nelitian yang telah diuraikan maka tu- juan dari penelitian ini tidak lain ada- lah untuk mengetahui dan mengana- lisis pengaruh

Beberapa pasangan error yang sama terjadi pada deteksi tepi Canny dengan deteksi tepi Sobel-X ini adalah (kaca, logam), (kertas, kardus), (kertas, logam) dan (plastik,