• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiri (Aleurites moluccana) dikenal dengan nama lain candle nut, merupakan salah satu tanaman industri dari famili Euphorbiceae. Setiap tahun tanaman kemiri terus mengalami peningkatan perluasan area karena pemanfaatannya bukan lagi sebagai penghasil bumbu dapur tetapi dapat juga digunakan untuk keperluan industri dan tanaman obat. Dahulu ketika listrik masih jarang, minyak kemiri menggantikan fungsi minyak tanah untuk menghidupkan lampu minyak atau lampu teplok. Biji kemiri yang sudah diolah menjadi minyak dapat pula difungsikan sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel (Hariani, dkk., 2013).

Kemiri mengandung gliserida, asam linoleat, palmitat, stearat, miristat, asam minyak, protein, vitamin B1 dan zat lemak. Biji kemiri merupakan salah satu jenis hasil pertanian yang mengandung minyak. Selain digunakan sebagai bumbu berbagai masakan, kemiri juga dibudidayakan sebagai sumber minyak nabati, yang digunakan sebagai pengganti linseed oil (minyak yang dapat digunakan sebagai cat dan pernis), karena minyak kemiri mempunyai sifat lebih baik daripada linseed oil. Minyak kemiri termasuk minyak yang lebih mudah menguap dibandingkan linseed oil (Siswani dan Kristianingrum, 2006).

Minyak kemiri mengandung ikatan asam lemak tidak jenuh sekitar 85%.

Minyak biji kemiri bersifat degradable dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (Rahmaniar, dkk., 2009).

Di bidang kosmetika, minyak kemiri digunakan untuk bahan perawatan rambut (zat yang khasiat sebagai penyubur rambut). Biji kemiri mengandung minyak sebesar 55-65%, sedangkan kadar minyak dalam tempurung sebesar 60%. Sedangkan asam lemak yang terkandung dalam kemiri terdiri dari 55% asam pelmitat; 6,7%

asam stearat; 10,5 % linoleat dan 28,5% linolenat (Siswani dan Kristianingrum, 2006).

Kemudahan kemiri untuk tumbuh di berbagai tempat membuat produksi kemiri meningkat dari tahun ke tahun sehingga kemiri menjadi komoditas dalam negeri dan ekspor di Indonesia. Pohon kemiri dapat bertahan hidup selama 40-60

(2)

tahun, tiap tahun pohon kemiri dapat menghasilkan 80 kg biji kemiri per pohon. Hal inilah yang mendasari untuk mengoptimalkan produk minyak kemiri. Untuk mendapatkan minyak kemiri dengan kualitas baik maka perlu diperhatikan metode untuk mengekstraknya. Minyak kemiri dengan kualitas baik dilakukan metode pengepresan dan ekstraksi.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk mengoptimalkan produk minyak kemiri dengan kualitas baik maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses untuk mendapatkan minyak kemiri dari buahnya.

2. Bagaimana proses dan pelarut yang cocok untuk mendapatkan yield minyak kemiri yang optimum.

3. Bagaimana spesifikasi minyak kemiri yang dihasilkan terhadap penghasil bahan bakar alternatif dan industri kosmetik.

4. Bagaimana proses pemurnian minyak kemiri.

1.3 Tujuan

1. Memanfaatkan minyak kemiri sebagai bahan bakar aternatif dan untuk industri kosmetik.

2. Menentukan metode yang tepat untuk mendapatkan ekstrak minyak kemiri yang berkualitas baik.

3. Menentukan proses dan pelarut yang cocok agar diperoleh yield ekstrak minyak kemiri yang optimum.

4. Mengetahui proses mendapatkan minyak kemiri dan pemurniannya 1.4 Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat dari minyak kemiri serta dapat mempelajari proses ekstraksi dan pemurnian produk minyak kemiri

2. Bagi masyarakat

Dapat memanfaatkan minyak kemiri yang tidak mempunyai nilai jual menjadi produk yang lebih berguna dengan nilai ekonomis yang yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alternatif usaha.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. 1. Tanaman Kemiri

Tanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd) adalah suatu tanaman yang berasal dari famili Euphorbiceae. Kemiri pada mulanya berasal dari Hawaii kemudian tersebar sampai ke Polynesia Barat lalu ke Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia sendiri, kemiri tersebar ke berbagai propinsi dan dapat tumbuh dengan baik. Kemudahan kemiri untuk tumbuh di berbagai tempat membuat produksi kemiri meningkat dari tahun ke tahun sehingga kemiri menjadi komoditas dalam negeri dan ekspor di Indonesia. Umumnya kemiri diekspor ke Singapura, Hongkong dan Eropa.

Di kalangan masyarakat Hawaii, kemiri dikenal sebagai candlenut karena fungsinya sebagai bahan penerangan. Kegunaan kemiri sangat beragam. Bagian tanaman kemiri dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia. Batang kayunya digunakan sebagai bahan pembuat pulp dan batang korek, daunnya dapat digunakan sebagai obat tradisonal, bijinya biasa digunakan sebagai bumbu masak, sedangkan tempurung bijinya digunakan untuk obat nyamuk bakar dan arang (Arlene, dkk., 2009).

Gambar 2.1 Buah Kemiri

(4)

Gambar 2.2 Biji Kemiri

Salah satu keunikan pohon kemiri adalah pohon kemiri dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat pada berbagai macam tekstur tanah, misalnya tanah liat, tanah basah, tanah pasir dan tanah kapur. Pohon kemiri dapat bertahan hidup selama 40-60 tahun, tiap tahun pohon kemiri dapat menghasilkan 80 kg biji kemiri per pohon (Estrada, dkk., 2007).

Kemiri (Aleurites moluccana) dikenal dengan nama lain candle nut, merupakan salah satu tanaman industri dari famili Euphorbiceae. Setiap tahun tanaman kemiri terus mengalami peningkatan perluasan area karena pemanfaatannya bukan lagi sebagai penghasil bumbu dapur tetapi dapat juga digunakan untuk keperluan industri dan tanaman obat. Dahulu ketika listrik masih jarang, minyak kemiri menggantikan fungsi minyak tanah untuk menghidupkan lampu minyak atau lampu teplok. Biji kemiri yang sudah diolah menjadi minyak dapat pula difungsikan sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel (Hariani, dkk., 2013).

Jika biji kemiri diperas dalam kondisi dingin, minyak yang keluar akan berwarna kuning muda serta rasa dan bau yang enak. Namun jika diperas dalam kondisi yang panas, minyak yang keluar akan berwarna gelap serta bau dan rasanya tidak enak. Biji kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun, yang disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaaan toxalbumin dapat dihilangkan dengan cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan penambahan bumbu seperti garam, merica, dan terasi. Untuk mengambil kandungan minyak kemiri secara optimal dari dalam bijinya, maka biji kemiri harus disimpan atau dijemur dalam selang waktu tertentu sampai kering.

Buah kemiri terdiri dari:

a. Kulit luar (outer bulk skin) yang merupakan bagian paling luar (berwarna hijau atau coklat tua waktu panen).

(5)

b. Kulit biji kemiri berwarna coklat kehitaman.

c. Bagian yang paling dalam merupakan biji kemiri yang berwarna kuning pucat.

Komposisi biji kemiri (Aleurites Molucanna) tiap 100 gram adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Komposisi Biji Kemiri Tiap 100 Gram

(Estrada, dkk., 2007).

2.4. 2. Minyak Kemiri

Minyak kemiri dikenal dengan istilah candlenut oil. Minyak kemiri mempunyai sifat mudah menguap dibandingkan dengan minyak jenis lain seperti linseed oil (minyak biji rami) sehingga sering digunakan sebagai minyak pengering dalam industri. Minyak kemiri dimanfaatkan pula dalam industri sebagai shampo dan minyak rambut. Minyak biji kemiri digunakan sebagai cat, pernis, dan bahan bakar.

Pada umumnya minyak kemiri tidak dapat dicerna secara langsung karena bersifat laksatif dan biasanya digunakan sebagai bahan tinta cetak, pembuatan sabun dan sebagai pengawet kayu (Darmawan, 2011).

Minyak kemiri merupakan semi drying oil, berbentuk cair pada suhu kamar, berbentuk padat pada suhu -15 ºC dan lebih cepat mengering di udara terbuka dibandingkan dengan linseed oil. Oleh karena itu minyak kemiri dapat digunakan sebagai minyak pengering dalam industri cat dan pernis. Cake oil dari kemiri mengandung 46,2% protein, 4,4% P2O5, dan 2,0% K2O serta gliserida dari asam linolenat, asam oleat dan asam linoleat.

(6)

Gambar 2.3 Hasil Ekstraksi Minyak Kemiri

Tabel 2. Sifat Kimia Dan Fisika Minyak Kemiri Menurut SNI 01-4462-1998

(Estrada, dkk., 2007)

Minyak kemiri mempunyai sifat-sifat unik, yaitu minyak ini mudah mengering bila dibiarkan di udara terbuka. Oleh karena itu minyak kemiri. dapat digunakan sebagai minyak pengering dalam industri minyak dan varnish. Minyak pengering memiliki derajat ketidakjenuhan yang tinggi karena sebagian besar tersusun oleh asam lemak tak jenuh dan memiliki sifat mudah teroksidasi dan membentuk polimer berupa lapisan film. Minyak kemiri memiliki bilangan iodin 136–167 yang berarti memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi dan memang dapat berfungsi sebagai minyak pengering.

Selain itu, minyak biji kemiri juga dapat terbakar sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar, misalnya bahan bakar untuk penerangan dan bahkan sekarang ini sudah mulai diteliti kegunaan minyak kemiri untuk dijadikan bahan bakar kendaraan bermotor pengganti solar, yaitu biodiesel. Minyak kemiri yang dihasilkan

(7)

per hektar tanaman kemiri adalah 1800-2700 liter dengan ekivalen energi 17000- 25500 kWh (Estrada, dkk., 2007).

Komponen utama penyusun minyak kemiri adalah asam lemak tak jenuh.

Disamping itu, minyak biji kemiri mengandung asam lemak jenuh dengan presentase yang relatif kecil. Di Filipina, minyak kemiri sudah lama dikenal dan digunakan untuk melapisi bagian dasar perahu agar tahan korosif terhadap air laut. Minyak kemiri dipulau Jawa digunakan sebagai bahan pembatik, dan untuk penerangan.

Kandungan minyak dalam biji kemiri tergolong tinggi, yaitu 55 – 66% dari berat bijinya (Darmawan, 2011).

Komposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak biji kemiri disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 3. Komposisi Asam Lemak (%) Minyak Kemiri Asam Lemak Jumlah (%) Asam Linolenat 28,5

Asam Oleat 10,5

Asam Linoleat 48,5

Asam Palmitat 55

Asam Stearat 6,7

(Darmawan, 2011)

2.4. 3. Ketengikan (Rancidity) Pada Minyak

Ketengikan (rancidity) suatu minyak menunjukkan adanya kerusakan atau perubahan bau dan rasa dalam minyak atau lemak. Kemungkinan kerusakan atau ketengikan ini dapat disebabkan oleh reaksi hidrolisis, oksidasi dan kerusakan oleh enzim.

2.3.1 Hidrolisis

Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan mengakibatkan terjadinya reaksi hidrolisis yang menghasilkan rasa dan bau tengik pada minyak. Reaksi hidrolisis minyak berlangsung menurut persamaan:

(8)

Gambar 2.4 Reaksi hidrolisis minyak 2.3.2 Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tahap selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. Rancidity terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida. Jadi kenaikan peroxide value (PV) hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik. Oksidasi yang lebih lanjut dapat menghasilkan keton, karena reaksi ini reaksi disertai hidrolisis. Peristiwa ini dikenal dengan ketonic rancidity.

Faktor-faktor yang dapat mempercepat oksidasi dapat dibagi menjadi 4 kelas, yaitu:

a. radiasi, misalnya oleh panas dan cahaya;

b. bahan pengoksidasi (oxidizing agent) misalnya: peroksida, ozon, asam nitrat dan beberapa senyawa organik nitro dan aldehida aromatik;

c. katalis metal khususnya garam dari beberapa macam logam berat dan;

d. sistem oksidasi, misalnya adanya katalis organik yang labil terhadap panas.

(9)

Lebih lanjut faktor-faktor yang dapat mempercepat dan menghambat oksidasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempercepat Dan Menghambat Oksidasi

(Estrada, dkk., 2007).

2.4 Proses Produksi Yang Digunakan 2.4.1. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari material yang mengandung kadar air yang tinggi dengan cara pemanasan.

Pemanasan dapat dilakukan dengan air panas (wet rendering). Lemak akan mengapung di permukaan sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan tanpa air (dry rendering), biasanya dipakai untuk mengekstrak lemak susu. Secara komersial, rendering dilakukan dengan menggunakan ketel vakum. Protein akan rusak oleh panas, dan air akan menguap sehingga lemak dapat dipisahkan (Pamata, 2008).

2.4.2. Cara Mekanis

Salah satu cara pengambilan minyak atau lemak terutama yang berasal dari biji-bijian pada tumbuh-tumbuhan adalah dengan pengepresan mekanis.

Cara ini dilakukan untuk mengambil kandungan minyak yang kadarnya berkisar antara 30-70%.

Cara mekanis dapat dilakukan dengan pengempaan hidrolik atau pengempresan menggunakan pengempaan berulir. Pengepresan umumnya dilakukan untuk mengekstrak komponen-komponen dari bahan-bahan biologis seperti tanaman. Komponen-komponen biologi tersebut terletak di dalam struktur sel-sel tumbuhan, sehingga sel-sel tersebut perlu dirusak agar dapat diambil komponen yang diinginkan.

(10)

Dua cara umum dalam pengepresan mekanis, yaitu:

1. Hydraulic pressing (pengepresan hidrolis), di mana bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 psi tanpa menggunakan media pemanas sehingga cara ini sering juga disebut sebagai cold pressing.

2. Expeller pressing (pengepresan berulir) dimana untuk mengambil minyak atau lemak perlu dilakukan proses pemasakan atau tempering terlebih dahulu pada suhu sekitar 115,5°C dan tekanan 15000– 20000 psi.

Banyaknya minyak atau lemak yang diperoleh dari pengepresan mekanis tergantung pada:

 Ukuran partikel

Untuk biji yang berukuran relatif besar harus dikecilkan agar mudah dibentuk menjadi flake sehingga dapat mudah dipress dan akhirnya meningkatkan yield minyak

Moisture content

Moisture content bahan berpengaruh secara signifikan terhadap yield minyak hasil pengepresan. Moisture content optimum masing-masing bahan untuk mencapai yield tinggi bervariasi.

 Suhu dan waktu pemanasan

Suhu dan waktu pemanasan mempengaruhi yield, karena dengan pemanasan ini dapat memecah sel tumbuhan dan dapat juga mengkoagulasi protein yang ada dalam biji, sehingga viskositas minyak turun dan akan mempercepat aliran minyak ke luar. Pada suhu yang tinggi dan waktu lama mungkin akan memberi efek negatif pada kualitas cake oil dan minyak hasil pengepresan

 Tekanan

Secara umum yield berbanding lurus dengan akar tekanan yang digunakan dan akhirnya konstan. Untuk pengepresan yang lama akan mengakibatkan kualitas minyak turun, karena mempercepat terjadinya ketengikan.

(11)

2.4. 1. Ekstraksi

a. Ekstraksi Padat–Cair (Leaching)

Ekstraksi padat–cair (leaching) merupakan kontak antara fase padat dan fase cair di mana solut berdifusi dari fase padat ke fase cair, sehingga komponen-komponen solut dalam padatan dapat dipisahkan. Kegunaan proses leaching dalam industri antara lain untuk memproduksi minyak kacang, minyak tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan pelarut organik seperti acetone dan heksan.

Mekanisme yang terjadi pada proses leaching adalah sebagai berikut:

 Perpindahan pelarut ke permukaan padatan;

 Pelarut berdifusi kedalam padatan;

 Solut larut ke dalam pelarut pelarut;

 Solut berdifusi melalui campuran pelarut dan zat padat ke permukaan partikel;

 Perpindahan solut ke larutan bulk.

Waktu ekstraksi harus cukup agar pelarut dapat melarutkan solut sampai mencapai kesetimbangan. Pada ekstraksi biji-bijian, efisiensi proses leaching tergantung pada kontak antara pelarut dan padatan yamg mengandung solut yang akan dipisahkan. Kecepatan leaching menunjukkan besarnya laju perpindahan solut dari satu fase ke fase lain.

Kecepatan leaching tergantung pada :

 Ukuran partikel

Kecepatan transfer massa berbanding lurus dengan luas permukaan partikel partikel. Oleh karena itu semakin kecil ukuran partikel menyebabkan luas permukaan partikel semakin besar, sehingga pelarut yang berdifusi bertambah banyak;

 Jenis pelarut

Pelarut yang dipilih harus selektif untuk pemisahan solut yang bersangkutan dan viskositasnya rendah supaya lebih mudah tersirkulasi;

 Suhu

Koefisien difusi dalam partikel akan naik dengan kenaikan suhu, sehingga kecepatan leaching bertambah (Estrada, dkk., 2007).

(12)

b. Ekstraksi Pelarut Dengan Menggunakan Alat Soxhlet

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada prinsipnya adalah melarutkan minyak dalam bahan ke dalam pelarut organik yang sesuai/selektif.

Metode ekstraksi menggunakan alat soxhlet merupakan penyaringan secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang murni. Dalam ekstraksi soxhlet digunakan kertas saring yang dalam tabung soxhlet berbentuk melingkar atau sering disebut timbel, dimana timbel ini adalah tempat sampel yang akan diekstrak atau diisolasi. Ekstraksi kontinu dengan alat soxhlet ini merupakan salah satu cara ekstraksi yang efisien karena alat ini membatasi volume pelarut yang dibutuhkan. Faktor yang menentukan berhasilnya proses ekstraksi adalah mutu dari pelarut yang digunakannya (Darmawan, 2011).

2.5 Pemurnian Minyak Secara Umum

Cara-cara pemurnian minyak dapat dilakukan dalam beberapa tahap 1. Pengendapan dan pemisahan lendir/getah

Untuk menghilangkan partikel-partikel halus yang tersuspensi atau berbentuk koloidal. Pemisahan ini dilakukan dengan sentrifugasi atau penyaringan.

2. Netralisasi dengan alkali atau penyabunan

Untuk memisahkan senyawa-senyawa terlarut seperti fosfatida, asam lemak bebas, dan hidrokarbon. Lemak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi dipisahkan dengan menggunakan uap panas dalam keadaan vakum, kemudian ditambah alkali. Sedangkan lemak dengan asam lemak bebas yang rendah cukup ditambahkan basa, seperti koh dan naoh sehingga asam lemak bebas yang membentuk sabun ikut fase air dan terpisah dari lemaknya.

(13)

3. Bleaching

Pada tahap ini zat-zat warna dalam minyak dihilangkan dengan menambahkan adsorbing agent, seperti arang aktif. Setelah penyerapan warna, lemak disaring dalam keadaan vakum.

4. Deodorisasi

Proses dilakukan dalam botol vakum yang dialirkan uap panas yang akan membawa senyawa volatil. Selesai proses deodorisasi, lemak harus segera didinginkan untuk mencegah kontak dengan oksigen (Pamata, 2008).

2.6 Uraian Proses dan Diagram Alir Proses Pemurnian Minyak Kemiri 2.6.1 Perlakuan Pendahuluan

Perlakuan pendahuluan ini dimaksudkan untuk menentukan perlakuan pemanasan terbaik pada daging kemiri sebelum dibuat minyaknya yang dinilai dari rendemen dan warna minyaknya. Pemanasan daging kemiri dimaksudkan untuk mengkoagulasikan protein dalam biji sehingga diharapkan diperoleh rendemen minyak yang lebih besar, di samping itu juga untuk menurunkan kadar air sehingga mengurangi terjadinya hidrolisis atau kerusakan minyak.

Perlakuan pendahuluan yang diterapkan adalah pemanasan terhadap daging kemiri sebelum dibuat minyaknya. Daging kemiri yang akan dipanaskan, dicincang terlebih dahulu guna mempercepat proses pengeringan dan meningkatkan rendemen minyaknya.

2.6.2 Prosedur Utama Pemurnian Minyak Kemiri

Pemurnian minyak kemiri dilakukan menggunakan arang aktif dan bentonit dengan masing-masing 3 taraf yaitu 2; 3; 4 persen dan kontrol. Minyak kemiri dan bahan tersebut dipanaskan di atas magnetic heating striter pada suhu 100

0C sambil terus diaduk. Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring dibantu dengan alat vakum. Proses selengkapnya dapat dilihat pada bagan proses pemurnian minyak kemiri di bawah ini :

(14)

(Darmawan, 2011).

Pemanasan dengan cara di oven dapat memberikan pemanasan yang konstan dan merata pada setiap permukaan sehingga pada saat pengepresan minyak yang dikeluarkan lebih banyak. Salah satu fungsi pemanasan adalah untuk mengkoagulasi protein sehingga mempermudah minyak yang dikeluarkan dari bahan tersebut. Pada proses penyangraian nampaknya kontak langsung antara bahan yaitu daging kemiri dengan wajan saat pemanasan pada suhu tinggi telah menyebabkan terjadinya pengerakan dan warna kemiri menjadi lebih gelap dibanding sebelumnya.

Pengerakan sebagian besar terjadi pada kemiri yang berukuran kecil di mana semakin lama pemanasan menyebabkan kerak yang dihasilkan juga semakin besar. Sebelum proses pengepresan untuk dibuat minyaknya kerak-kerak tersebut dipisahkan/dibuang sehingga secara langsung akan mengurangi rendemen minyak yang nantinya akan dihasilkan. Pengaruh lainnya adalah warna minyak yang dihasilkan menjadi lebih gelap dibandingkan perlakuan pengovenan dan penjemuran.

(15)

Zat warna di dalam minyak terdiri dari dua golongan yaitu zat warna alamiah dan hasil degradasi zat warna tersebut. Warna gelap pada minyak juga dapat disebabkan oleh proses oksidasi pada sebagian minyak karena pemanasan yang tinggi.

Penjemuran daging kemiri belum mampu menghasilkan rendemen yang lebih baik dibanding perlakuan lainnya namun rendemennya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol. Keunggulan dari perlakuan ini adalah warna minyak yang dihasilkan lebih baik dibandingkan hasil penyangraian.

Pemberian arang aktif dan bentonit pada proses pemurnian minyak kemiri ini memberikan reaksi yang berbeda. Kadar air minyak cenderung menurun dengan meningkatnya konsentrasi arang aktif yang digunakan dan sebaliknya, kadar air cenderung meningkat dengan bertambahnya konsentrasi bentonit. Hal ini menunjukkan bahwa arang aktif mampu mengikat kandungan air di dalam minyak.

Sebaliknya dengan bentonit, pemakaian sebesar 2% telah berhasil mendapatkan kadar air terendah dan cenderung meningkat dengan bertambahnya bentonit.

Selanjutnya dengan semakin besarnya penambahan konsentrasi adsorben justru menurunkan berat jenisnya walaupun pengaruhnya tidak nyata. Semakin besar konsentrasi adsorben kemungkinan menyebabkan adanya reaksi antara adsorben dengan minyak yang menyebabkan terserapnya asam lemak bebas (ALB) pada minyak sehingga menurunkan berat jenisnya.

Kadar asam lemak bebas menunjukkan kualitas minyak yang dihasilkan.

Minyak dengan ALB tinggi tidak akan tahan disimpan dalam waktu lama atau cepat rusak (Darmawan, 2011).

(16)

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari isi makalah ini antara lain :

1. Biji kemiri merupakan salah satu jenis hasil pertanian yang mengandung minyak

2. Minyak biji kemiri juga dapat terbakar sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar

3. Ketengikan (Rancidity) Pada Minyak disebabkan oleh reaksi hidrolisis dan oksidasi.

4. Proses produksi yang digunakan untuk minyak kemiri adalah rendering, mekanis dan ekstraksi

5. Pemurnian minyak secara umum adalah pengendapan dan pemisahan lendir/getah, netralisasi dengan alkali atau penyabunan, bleaching dan deodorisasi

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arlene, Ariestya. 2009. Pengaruh Rasio Umpan Terhadap Pelarut Dan Temperatur Dalam Ekstraksi Minyak Dari Biji Kemiri Secara Batch Terhadap Perolehan Minyak Dari Biji Kemiri (Aleurites Moluccana). Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan. Simposium Nasional Rapi Viii.

Darmawan, Saptadi. 2011. Pembuatan Minyak Kemiri Dan Pemurniannya Dengan Arang Aktif Dan Bentonit.

Estrada, Ferek., Ruben Gusmao., Mudjijati Dan Nani Indraswati. 2007. Pengambilan Minyak Kemiri Dengan Cara Pengepresan Dan Dilanjutkan Ekstraksi Cake Oil. Widya Teknik Vol. 6, No. 2, 2007 (121-130).

Hariani, Poedji Loekitowati., Fahma Riyanti Dan Mutia Riska. 2013. Pengaruh Variasi Temperatur Dan Konsentrasi Minyak Terhadap Rendemen Dan Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Biji Kemiri (Aleurites Moluccana).

Jurusan Kimia Fmipa, Unsri Kampus Indralaya Ogan Ilir : Sumatera Selatan, Prosiding Semirata Fmipa : Universitas Lampung.

Rahmaniar., Gatot Priyanto dan Basuni Hamzah. 2009. Pembuatan Kompon Karet Dengan Penambahan Minyak Kemiri Epoksi. Dinamika Penelitian BIPA Vol.

20 No. 35 Tahun 2009.

Siswani, Endang Dwi dan Susila Kristianingrum. 2006. Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Pada Ekstraksi Minyak Kemiri (Lewat Model Matematika). J.Kim, No 1, Th, V, Juli 2006.

.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, yang menjadi syarat dapat ditempuhnya upaya hukum luar biasa adalah sangat materiil atau substansial dan syarat yang sangat mendasar adalah

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu

Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu menetapkan Jenis dan

Dengan pelatihan ini manfaat yang diharapkan akan diperoleh diantaranya: kreatifitas siswa dan nelayan dalam mengembangkan potensi pariwisata domestic; mampu berpikir

Fitur traktor Cat yang terkenal seperti kemudi diferensial dan sprocket yang ditinggikan telah digunakan dengan kabin yang baru dan fitur kontrol alat berat opsional

a) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan yang berkitan dengan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap hasil belajar matematika

Medical Surgical and Critical Care Nursing Community Health and Primary Care Nursing Geriatric Nursing. Room 2