BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Uraian dari penelitian terdahulu menjelaskan relevansi atau keterkaitan dengan kebaruan penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyaningsih (2019) yang berjudul “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pertupertumbuhan Bank Konvensional Di Indonesia” penelitian ini menggunakan variabel CAR, NPL, ROA, LDR, GDP, dan inflasi terhadap pertumbuhan perbankan konvensional di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan, GDP tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan, dan inflasi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan perbankan titik secara simultan variabel CAR NPL ROA, LDR, GDP, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan perbankan.
Dahlan (2015) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dan Tingkat Inflasi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Di Indonesia” variabel dependen pembiayaan bank syariah sedangkan variabel independen nya menggunakan tingkat bonus SBI dan tingkat inflasi hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap penyaluran pembiayaan bank syariah di Indonesia.
Tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan bank syariah di Indonesia tidak
berpengaruh yang signifikan, semakin tinggi tingkat bonus sertifikat Bank
Indonesia Syariah maka bank syariah akan memiliki kecenderungan untuk mengurangi penyaluran pembiayaan.
Ida Syafrida & Abror (2011) yang berjudul “Faktor-Faktor Internal Dan Eksternal Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah Di Indonesia” penelitian ini menggunakan kan variabel internal ( jumlah kantor, rasio NPF, rasio FDR, biaya promosi, dan jumlah dana pihak ketiga) dan variabel eksternal ( jumlah office channeling dan jumlah uang beredar). Hasil penelitian diperoleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah Jumlah kantor, dan biaya promosi.
Putra (2015) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Total Aset Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2011-2015”.
Penelitian ini bertujuan meneliti bagaimana pengaruh pembiayaan, jumlah kantor, dan inflasi terhadap pertumbuhan asset perbankan syariah di Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada jangka panjang jumlah kantor, dan inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, dalam jangka panjang variabel pembiayaan memiliki pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan asset perbankan syariah di Indonesia
Lestari (2013) yang berjudul “Peranan Kinerja Keuangan Terhadap
Besarnya Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia” penelitian ini
menggunakan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance
(NPF), Biaya Operasional dan Beban Operasional (BOPO), Return On Asset
(ROA), Return On Equity (ROE) dan Financing To Deposit Ratio (FDR) terhadap
besarnya pembiayaan perbankan syariah. Hasil analisis menunjukkan bahwa
secara parsial hanya ROA yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya pembiayaan, sedangkan CAR, NPF, BOPO, ROE dan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya pembiayaan. Secara simultan variabel CAR, NPF, BOPO, ROA, ROE, DPK, dan FDR berpengaruh signifikan terhadap besarnya pembiayaan.
Ali et al., (2018) yang berjudul “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Pertumbuhan Bank Syariah Brunei” penelitian ini menggunakan variabel tingkat pertumbuhan PDB, inflasi, nilai tukar, harga minyak dan jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan bank syariah brunei. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan PDB, inflasi, nilai tukar, harga minyak dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan bank syariah brunei. Harga minyak, PDB, dan inflasi yang paling signifikan sedangkan nilai tukar, jumlah uang beredar adalah penentu pertumbuhan yang paling tidak signifikan.
B. Tinjauan Pustaka
Perkembangan Bank Syariah
Berdasarkan UU RI No.21 Tahun 2008 mengenai perbankan syariah pasal 1
ayat 12 disebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Syariah. Prinsip syariah
merupakan aturan perjanjian hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, kegiatan lainnya yang sesuai
dengan syariah seperti pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). Oleh karena itu itu bank syariah dapat didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang dapat memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui kegiatan jual beli sewa maupun investasi berdasarkan prinsip syariah yaitu hukum Islam seperti membuat perjanjian antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan investasi dan konsumsi (Mutamimah & Chasanah, 2012; Rifai et al., 2017; I. Syafrida & Aminah, 2015; Ascarsa, 2007:30)
Total Aset
Perbankan syariah terdiri dari kas, penempatan dana pada Bi, penempatan pada
bank lain, pembiayaan yang diberikan, penyertaan, penyisihan penghapusan
aktiva produktif, aktiva tetap dan inventaris, serta rupa-rupa aktiva. Aset
merupakan sumber daya yang dimiliki oleh bank syariah yang mempunyai
manfaat ekonomi masa depan bagi bank syariah kedepannya. Asset termasuk
dalam neraca dengan saldo normal debit yang diakui didalam neraca, jika besar
kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang akan datang diperoleh bank syariah,
dan aset tersebut mempunyai biaya ataupun nilai yang dapat diukur. Aset bank
atau disebut aktiva merupakan harta kekayaan yang dimiliki oleh bank pada
tanggal tertentu yang mampu menimbulkan aliran kas positif. Aktiva bank juga
digolongkan menjadi alat liquid yang menghasilkan dan aktiva yang tidak
menghasilkan. Selain itu, sebagai ukuran suatu bank dapat menentukan pengaruh
bank syariah terhadap perekonomian Indonesia (Lubis, 2016; Noerirawan, 2012)
Pembiayaan
Pembiayaan bank syariah meliputi pembiayaan diterima pembiayaan investasi pembiayaan likuiditas, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja, pembiayaan persediaan, dan pembiayaan piutang. Pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan kesempatan kerja sesuai dengan nilai-nilai islam. Pembiayaan dapat dinikmati oleh pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang produksi, kesempatan kerja dan distribusi barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri (Kusnianingrum, 2016; Lubis, 2016)
Secara umum fungsi bank syariah terdiri atas empat fungsi utama yaitu sebagai berikut (Mutamimah & Chasanah, 2012) :
a. Bank syariah sebagai manajemen investasi
Dalam menjalankan fungsi ini bank syariah berdasarkan atas kontrak mudharabah dan kontrak perwakilan, dalam kontrak mudharabah bank hanya menerima presentase keuntangan dalam keadaan untung.
Sedangkan jika terjadi kerugian semuanya menjadi resiko dana (shahibul mal).
b. Bank syariah sebagai investasi
Dalam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia usaha,
bank syariah menggunakan alat-alat investasi yang sesuai dan selaras
dengan prinsip syariah.
c. Bank syariah sebagai jasa keuangan
Berbagai jenis jasa keuangan lainnya dapat ditawarkan oleh bank syariah berdasarkan wupah (fee based) dalam sebuah kontrak penyewaan atau perwakilan.
d. Bank syariah sebagai jasa sosial
Sesuai dengan konsep perbankan syariah dalam memainkan peran untuk mengembangkan sumber daya insani, pengembangan lingkungan hidup serta menyumbang dana bagi pemeliharaannya melalui dana qardh, zakat dan dana sosial.
Menurut Djuwita & Muhammad (2016) ada empat tujuan dari bank syariah yakni sebagai berikut :
1. Sebagai sarana untuk memajukan taraf kehidupan social ekonomi masyarakat banyak melalui peningkatan kualitas dan kegiatan usaha.
2. Memajukan peran serta masyarakat banyak dalam proses pembangunan.
3. Melatih dan memlihara masyarakat untuk berpikir secara ekonomis dan berkarakter bisnis dalam memajukan kualitas hidup.
4. Berikhtiar untuk membuktikan konsep bank syariah dalam beroperasi dan berkembang melampaui lembaga keuangan yang beroperasi dengan system lain.
Industri perbankan syariah mempunyai spesifikasi umum yang
melekat pada industri perbankan yakni industri yang berdasarkan pada
kepercayaan dan industri yang pada regulasi. Sistem perbankan syariah di
Indonesia dilakukan dan dilaksanakan dengan prinsip bagi hasil dengan
lebih mengedepankan nilai kebersamaan, ukhuwah serta pengelakan dan penghindaran unsur spekulatif dalam setiap transaksinya (Rifai et al., 2017; Syariah & Syariah, 2014).
Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi pekembangan bank syariah semakin tingginya inflasi maka dalam perspektif produsen hal tersebut dapat berarti terjadinya kenaikan output pasar jika tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan seperti gaji maupun upah masyarakat, maka hal tersebut dapat menekan jualan produk di pasar. Sebagai akibatnya produsen akan kesulitan menjual barang yang dihasilkannya kondisi ini pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan bank syariah di mana dana yang ada merupakan dana yang diperoleh dari pinjaman bank.
Pada sisi lain juga dapat dijelaskan bahwa inflasi dapat mempengaruhi tingkat perkembangan bank komersial melalui terjadinya diminishing terhadap nilai riil dari aset dan liabilitas yang dimiliki oleh bank jika bank tersebut bukan merupakan net monetary creditors maka aset nominal bank akan lebih besar dari utang yang dimilikinya, inflasi akan menurunkan nilai aset nominal bank menjadi lebih besar daripada kenaikan yang terjadi pada utang nominal dari bank (Rifai et al., 2017; Sudarsono, 2018; I. Syafrida & Aminah, 2015).
Teori Kuantitas
a. Inflasi hanya bisa terjadi jika ada penambahan jumlah uang beredar
seperti uang kartal atau giral tanpa adanya perubahan yang signifikan
dalam jumlah produksi suatu barang.
b. Laju inflasi dapat ditentukan oleh keinginan masyarakat terhadap kenaikan harga-harga barang dimasa yang akan datang.
Teori Keynes
Konsep dasar teori Keynes dalam inflasi adalah teori makro-nya, yang terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Hal ini terjadi dikarenakan permintaan masyarakat akan barang melebihi jumlah barang yang tersedia. Inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan oleh masyarakat dan baru akan berhenti jika total permintaan tidak melebihi harga-harga yang berlaku (Santosa, 2017).
𝐼𝑁𝐹𝑡 = (𝐼𝐻𝐾𝑡− 𝐼𝐻𝐾)
𝐼𝐻𝐾𝑡−1 𝑥 100%
BI Rate
BI rate merupakan suku bunga kebijkan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan di umumkan ke publik. Kebijaksanaan moneter terutama yang terkait dengan penghimpunan data yang biasa dikeluarkan oleh bank sentral salah satunya adalah tingkat suku bunga Indonesia atau BI rate, tingkat suku bunga harus dipatuhi oleh bank dan diterapkan dalam bentuk pengaturan dan persyaratan yang tentunya berbeda untuk masing-masing bentuk simpanan masyarakat seperti tabungan deposito, tabungan haji serta produk penghimpunan dana lainnya.
Upaya peningkatan penghimpunan dana dalam rangka mengimbangi
peningkatan perkreditan yang juga ditargetkan oleh bank sentral dapat
meminimalisir menjaga kestabilan nilai rupiah, dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga bank atau BI rate yang ditentukan oleh bank sentral dapat membantu perbankan dalam meningkatkan dana pihak ketiga nya dimana hal tersebut juga akan berimplikasi pada tingkat inflasi dan nilai rupiah yang stabil (Megasuri et al., 2018; Zulfiah & Susilowibowo, 2014)
Kurs atau Nilai Tukar
Kurs atau nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain. Karena nilai tukar mencakup dua mata uang maka titik keseimbangannya ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang tersebut. Jika nilai tukar rupiah merosot dapat menyebabkan menurunya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah, dikerenakan meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Apabila nilai tukar rupiah semakin meningkat maka kinerja di pasar uang semakin mambaik dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat berpengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal.
Nilai tukar adalah salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian
dikarenakan pengaruh yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-
variabel makro ekonomi lainnya. Selain itu, nilai tukar bisa mengalami naik turun
dengan berbagai cara, bisa dengan secara resmi oleh pemerintah suatu negara dan
bisa juga karena tarik menariknya penawaran dan permintaan di dalam pasar
(Mutamimah & Chasanah, 2012; Rifai et al., 2017; Saputra, 2017).
Financing to Deposit Radio (FDR)
Rasio pembiayaan dengan simpanan digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank syariah dengan cara membagi jumlah pembiayaan dengan jumlah dana simpanan yang bisa menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya dalam menyediakan dana debitur nya dengan modal yang dapat dikumpulkan dari masyarakat yang harus dipenuhi pada saat adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan menyebabkan jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan menjadi semakin besar, batas aman dari FDR adalah sekitar 80- 100% tetapi Bank Indonesia menyatakan Bang masih dianggap sehat jika FDR nya masih di bawah 110% .
𝐹𝐷𝑅 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%
Non Performing Finanicing (NPF)
Menurut surat edaran Bi nomor 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001 NPF
diukur dari rasio perbandingan antara kredit pembiayaan bermasalah terhadap
total kredit yang diberikan, NPF dikenal dalam konsep bank syariah yang
merupakan tingkat risiko yang dihadapi bank. NPF merupakan jumlah kredit yang
bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih semakin besar nilai MPR maka
semakin buruk kinerja bank tersebut (Muhammad, 2005). Dengan aturan yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia besarnya NPF yang baik adalah di bawah
5%.
𝑁𝑃𝐹 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑋 100%
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Kurs Terhadap Perkembangan Perbankan Syariah
Kurs riil tinggi barang dari luar negeri akan lebih murah dan barang domestik menjadi mahal dan sebaliknya (Rifai et al., 2017). (Aini, 2017;
Fatimah, 2019; Hernawati & Puspasari, 2018) menyatakan bahwa nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap pembiaayan bank syariah.
Dalam penelitian (Wasiuzzaman, 2018) juga menyatakan bahwa setiap nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap pembiaayan bank syariah di Malaysia. Oleh sebab itu, mata uang negara lain dapat mengakibatkan permintaan barang dan jasa menurun dan terjadi subtitusi yang menekan permintaan, apabila permintaan menurun produsen akan menurunkan pasokan dan mengakibatkan terjadinya keseimbangan yang baru (Permana, 2017). Sedangkan dalam penelitian terdahulu (Muslikhati, 2017) menyatakan bahwa secara signifikan fluktuasi nilai tukar rupiah memperngaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah. Dalam penelitian (Aini, 2017) juga menyatakan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total aset perbankan syariah. Oleh karena itu setiap kenakian nilai tukar dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan aset perbankan syariah (Rifai et al., 2017)
H1 : Nilai tukar berpengaruh positif terhadap perkembangan
perbankan syariah.
2. Hubungan Inflasi Terhadap Perkembangan Perbankan Syariah
Dalam penelitian terdahulu (Mukhlis, 2012; Purnamasari & Musdholifah, 2018) menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap pembiayaan ketika terjadinya kenaikan tingkat inflasi justru malah menyebabkan kenaikan pembiayaan. Dalam penelitian (Ali et al., 2018; Wasiuzzaman, 2018) juga menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan bank syariah di Malaysia dan Brunei. Inflasi dapat melemahkan semangat menabung masyarakat, mencerminkan stabilitas ekonomi, meningkatkan kecenderungan berbelanja dan mengarahkan investasi pada hal yang non-produktif (Mutamimah & Chasanah, 2012).
Sedangkan dalam penelitian terdahulu (Permana, 2017) menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total aset serta memiliki hubungan yang sangat kuat dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah. Dalam penelitian (Ida Syafrida & Abror, 2011) juga menyatakan bahwa inflasi merupakan faktor eksternal yang signifikan mempengaruhi total asset bank syariah. Akan tetapi jika tingkat inflasi mengalami berbanding negatif dengan total aset bank syariah maka semakin turun tingkat inflasi akan semakin naik total asset perbankan syariah (Septiawan, 2018)
H2 : Inflasi berpengaruh positif terhadap perkembangan perbankan
syariah.
3. Hubungan Bi Rate Terhadap Perkembangan Perbankan Syariah
Dalam penelitian terdahulu (Syah, 2018) menyatakan bahwa bi rate berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan bank syariah. Dalam penelitian (Arumdhani & Septiani, 2012) juga menyatakan bahwa bi rate berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan bank syariah. Dalam hal ini, bi rate mampu berikan balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang menjual maupun membeli produknya maka bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank jika nasabah yang memperoleh pinjaman (Noerirawan, 2012). Sedangkan dalam penelitian terdahulu (Megasuri et al., 2018) menyatakan bahwa bi rate berpengaruh positif signifikan terhadap total aset. Dalam penelitian (Septiawan, 2018) juga menyatakan bahwa bi rate berpengaruh positif signifikan terhadap total aset bank syariah. Dalam hal ini bi rate yang ditentukan oleh bank sentral dapat membantu perbankan dalam meningkatkan total asetnya (Aisy, 2015).
H3 : Bi Rate berpengaruh positif terhadap perkembangan perbankan syariah.
4. Hubungan NPF Terhadap Perkembangan Perbankan Syariah
Dalam penelitian terdahulu (Fatimah, 2019) menyatakan bahwa NPF
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan jika semakin
rendah tingkat maka akan semakin tinggi jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank. Dalam penelitian (Dendawijaya, 2014) juga
menyatakan NPF berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan bank syariah. Disamping itu, pada kredit bermasalah disebabkan oleh kegagalan pihak debitur untuk memenuhi kewajibannya membayar angsuran cicilan pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit (Bakti, 2018). Sedangkan dalam penelitian terdahulu (Djuwita & Muhammad, 2016) menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap total asset. Dalam penelitian (Nadhiera Ahya Dhiba, 2019) juga menyatakan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap total asset perbankan syariah. Dengan demikian total asset bank menunjukkan strategi dan kegiatan manajemen yang berkaitan dengan tempat pengumpulan dana meliputi kas rekening pada bank sentral, pinjaman jangka pendek dan jangka panjang dan aktiva tetap (Aisy, 2015) H4 : NPF berpengaruh positif terhadap perkembangan perbankan syariah
5. Hubungan FDR Terhadap Perkembangan Perbankan Syariah
Dalam penelitian terdahulu (Djuwita & Muhammad, 2016) menyatakan bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.
Dalam penelitian (Purnamasari & Musdholifah, 2018) juga menyatakan
bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan bank
syariah. Jika FDR semakin tinggi maka semakin rendah kemampuan
likuiditas bank yang disebabkan jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar (Husaeni, 2017). Karena itu
semakin besarnya penyaluran dana pembiayaan dibandingkan dengan
deposito atau simpanan masyarakat pada suatu bank maka konsekuensi semakin besarnya resiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2014). Sedangkan dalam penelitian terdahulu (Djuwita &
Muhammad, 2016)menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif signifikan terhadap total aset yang menunjukkan semakin baik bank syariah dalam menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan maka semakin besar pula total asetnya. Dalam penelitian (Mokoagow, 2020) juga menyatakan bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap total aset perbankan syariah. Jika FDR mengalami peningkatan maka likuiditas bank menjadi lebih berkurang, jumlah aset lancar bank berkurang dan aset secara total juga menjadi berkurang (Ida Syafrida & Abror, 2011)
H5 : FDR berpengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu
Inflasi, Bi Rate, Nilai Tukar, Finance Deposit to Ratio (FDR), dan Non
Perfoming Financing (NPF) diduga berpengaruh terhadap Perkembangan
Perbankan Syariah di Indonesia. Maka dari itu secara sederhana kerangka
pemikiran disajikan sebagai berikut
Gambar 2.1 Kerangka Pemikir
Sumber : diolah dari berbagai sumber Hipotesis :
1. Inflasi berpengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah.
2. Bi rate berpengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah.
3. Nilai tukar berpengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah.
4. Finance Deposit to Ratio (FDR) berpengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah.
5. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap
perkembangan perbankan syariah.
Inflasi
Bi Rate
Nilai Tukar
Finance Deposit to Ratio (FDR)
Non Perfoming Financing (NPF) Perkembangan
Perbankan Syariah
Pembiaayan Total Aset