• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB I"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dalam proses kehidupannya membutuhkan pasangan hidup yang

secara biologis dapat melahirkan keturunan. Pernikahan adalah tradisi yang

dilakukan manusia untuk membangun rumah tangga yang bahagia dan

perkawinan adalah cara yang dilakukan manusia untuk mendapatkan

keturunannya. UU Tentang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pasal 1 yang berbunyi: ‘Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa’ dan Pasal 2 yang berbunyi: ‘Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu’, oleh karena itu, Pernikahan

dianggap sakral atau suci oleh agama, oleh karena itu hendaknya manusia

menikah sekali seumur hidup dan tanpa adanya paksaan. Perkawinan umumnya

dilakukan oleh orang dewasa, karena jika dilakukan diusia muda tidak baik untuk

kesehatan janin dan mengakibatkan banyak faktor seperti kekerasan dalam rumah

tangga dan perceraian. Kultur pernikahan dini di Indonesia sepertinya belum

berakhir. Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs

(UNDESA), Indonesia merupakan Negara ke-37 dengan jumlah perkawinan dini

terbanyak di dunia. Untuk level ASEAN, Indonesia berada pada urutan kedua

terbanyak setelah Kamboja1. Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), tahun 2014, presentase pasangan yang menikah

diusia dini yaitu kisaran usia 15-19 tahun mencapai 46 %, sedangkan yang

menikah dibawah usia 15 tahun sekitar 5%. Kepala Perwakilan BKKBN Jawa

1

(2)

Tengah mengungkapkan, Provinsi Jawa Tengah masuk kategori tinggi dalam

angka kelahiran pada usia remaja (15-19) tahun mencapai 36 dari 1000 kelahiran2. Menurut penelitian Choe, Thapa, dan Achmad, ditinjau dari segi

demografis menunjukkan bahwa pernikahan sebelum usia 18 tahun pada

umumnya terjadi pada wanita di Indonesia terutama di kawasan perdesaaan. Hal

ini dikarenakan tingkat ekonomi serta pendidikan yang rendah di daerah

perdesaan dan tidak memadainya akses informasi di Indonesia3. Salah satu contohnya yang terjadi pada warga di sebuah desa Kawasan Lereng Gunung

Merapi, tepatnya di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Sudah menjadi hal

biasa dii daerah ini, jika perempuan yang masih duduk di bangku SMP atau kelas 1 SMA sudah melangsungkan pernikahan. Angka pernikahan dini di Kecamatan

Selo terhitung tinggi. Berdasarkan catatatan KUA, pada tahun 2013 angka

pernikahan dini di kecamatan Selo Boyolali mencapai 30 persen dari total seluruh

angka pernikahan yang terjadi4. Berdasarkan data yang dimiliki oleh BKKBN Kabupaten Boyolali, pada tahun 2013-2016 jumlah perempuan yang menikah

pada rentang usia 15-20 tahun di Kecamatan Selo tergolong tinggi. Menurut data

tersebut, perempuan yang menikah pada rentang usia 15-20 tahun lebih tinggi

daripada perempuan yang menikah pada rentang usia 20-25 tahun atau 25 tahun

keatas.5

Menurut Camat Selo, Wurlaksono, ada banyak faktor mengapa orangtua di

daerah Kecamatan Selo Boyolali itu cenderung menikahkan anak perempuannya

yang masih di bawah umur atau ketika masih usia sekolah. Salah satunya yaitu

masih kurangnya kesadaran para orang tua untuk melanjutkan pendidikan

anaknya kejenjang yang lebih tinggi, bahkan mereka memiliki anggapan bahwa

tanpa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, mereka tetap saja

dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Lebih tragisnya ialah tak jarang

2

m.tribunnews.com/kesehatan/2014/04/29/pernikahan-dini-di-indonesia-tergolong-tinggi. (terakhir diakses pada tanggal 5 Oktober 2015 20:54 WIB)

3

Marriage and Childbearing in Indonesia and Nepal, 2001: 10-13

4

Selanjutnya dapat dibaca di www.jurnalperempuan.org/pernikahan-dini-yang-jadi-pilihan-mereka.html (terakhir diakses pada tanggal 5 oktober 2015 pukul 21.30 WIB)

5

(3)

orangtua yang menjodohkan anak-anak mereka yang masih berusia dini.

Wurlaksono juga mengatakan terkait dengan budaya lokal yang memandang usia

pernikahan, bagi masyarakat di kecamatan Selo, Boyolali, remaja yang berusia 15

sampai 16 tahun merupakan usia yang sudah cukup untuk menikah bagi

perempuan. Mereka bahkan khawatir jika anaknya yang sudah berusia 17 tahun tapi belum menikah, karena anak mereka akan dianggap perempuan ‘tak laku’ atau ‘perawan tua’. Praktek menikah diusia dini ini disebabkan oleh beberapa macam, yaitu dipengaruhi oleh kuatnya tradisi lokal. Sekalipun ada ketetapan

undang- undang tentang larangan menikah di usia dini, yang diatur dalam UU Perkawinan nomor 1 tahun 1974, yang berbunyi ‘seorang anak perempuan baru boleh menikah diatas usia 16 tahun, sedangkan anak laki-laki diatas usia 18

tahun.’ Tapi pada kenyataannya, Kementrian Agama (Kemenag) Kota Boyolali

masih memberikan dispensasi.

Berangkat dari rasa iba karena banyaknya pemuda desa Samiran

kecamatan Selo yang menikah diusia dini, maka sejumlah ibu-ibu PKK dan bidan

dari bebeapa desa di Kecamatan Selo membentuk sebuah komunitas yang dinamakan ‘Srikandi Merapi’ untuk membantu mengurangi permasalahan warganya seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual dan

pernikahan usia dini di Kecamatan Selo karena akibat dari pernikahan usia dini

tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh komunitas ‘Srikandi Merapi’ untuk mengatasi terjadinya pernikahan usia dini di kecamatan Selo Boyolali?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui strategi komunikasi komunitas ‘Srikandi Merapi’ dalam mengatasi terjadinya pernikahan usia dini di Kecamatan Selo Boyolali.

(4)

 Manfaat teoritis

Memberikan penjelasan baru dengan cara memperdalam strategi

komunikasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima

masyarakat desa Selo, dalam mengatasi terjadinya pernikahan usia

dini.

 Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan baru bahwa dengan menggagas strategi

komunikasi yang tepat, dapat mempermudah dalam menyampaikan

pesan kepada masyarakat, agar terwujudnya semakin rendah

pernikahn usia dini di desa Selo.

1.5. Batasan Masalah

Dalam hal ini peneliti membatasi penelitian dengan hanya fokus pada strategi komunikasi yang dilakukan oleh komunitas ‘Srikandi Merapi’ dengan masyarakat Kecamatan Selo Boyolali yang masih memegang teguh budaya lokal.

1.6. Konsep Yang Digunakan

1. Strategi Komunikasi merupakan perencanaan komunikasi (communication

planning) dan manajemen komunikasi (communications management)

untuk suatu tujuan.

2. Komunitas ‘Srikandi Merapi’ merupakan komunitas yang dibentuk guna

membantu mengatasi permasalahan sosial seperti masalah pada

pendidikan, kesehatan,budaya pernikahan usia dini dan kekerasan terhadap

perempuan yang berada di Kecamatan Selo Boyolali.

3. Pernikahan Usia Dini ialah sebuah pernikahan yang salah satu atau kedua

pasangan masih berusia dini yaitu dibawah usia 18 tahun, atau masih

berusia remaja.

Referensi

Dokumen terkait

Pita tunggal pada betina yang dihasilkan oleh primer P2-P8 dikarenakan.. urutan CHD-Z berukuran lebih kecil daripada

Seluruh Narapidana penghuni LAPAS kelas IIB Sintang yang telah bersedia. meluangkan waktunya untuk mengisi Kuesioner yang dibagikan

Biaya Administrasi Kegiatan Lanjutan Pembangunan Gedung Pusat Promosi dan Pasar Lelang Kopi. 1

Kuas merupakan peralatan yang digunakan untuk membersihkan debu atau kotoran yang. tertinggal

examine how the students realize Mood structure in their Recount texts, and. explore how the use of Mood structure contributes to the fulfilment of

Apabila pemberian WK meliputi areal yang luas di atas tanah Negara, bagian-bagian tanah yang tidak digunakan untuk kegiatan usaha migas dapat diberikan kepada pihak lain oleh menteri

4.2 The Mood structure contribution to the fulfillment of its social purpose of Recount text

The evidence from one trial in Honduras demonstrates poorer iron status in infants exclusively breastfed for 6 months, versus 4 months followed by partial breastfeed- ing to 6