commit to user
i
MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI
PT. SUPER UNGGAS JAYA, PASURUAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
RADITYA IMAM PAMBUDI
H3409021
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI
PT. SUPER UNGGAS JAYA PASURUAN
TUGAS AKHIR
Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Sebutan Ahli Madya Peternakan
Program Diploma III Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Program Studi Agribisnis Peternakan
Oleh :
RADITYA IMAM PAMBUDI
H3409021
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI
PT. SUPER UNGGAS JAYA PASURUAN
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
RADITYA IMAM PAMBUDI
H3409021
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal : 24 Juli 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan tim penguji
Penguji I Penguji II
Shanti Emawati, S.Pt, MP. Winny Swastike, S.Pt, MP.
NIP.19800903 200501 2 001 NIP. 19800807 200604 2 042
Surakarta, Juli 2012
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan Tugas Akhir ini,
dengan judul “Manajemen penetasan ayam broiler di PT. Super Unggas Jaya,
Pasuruan”, Tugas Akhir ini merupakan laporan dari hasil magang di PT. Super
Unggas Jaya Pasuruan, yang disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
Ahli Madya Diploma III Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Peternakan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam Tugas Akhir ini tidak lepas akan adanya bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ir. Wartoyo, SP, M.S selaku Koordinator Program D III Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Wara Pratitis, S.S SPt. MP selaku Ketua Minat Program Studi D III
Agribisnis Minat Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Shanti Emawati, SPt, MP. selaku Dosen Pembimbing Magang.
5. Winny Swastike, SPt, MP. selaku Penguji.
6. Pimpinan dan karyawan PT. Super Unggas Jaya yang telah membantu dalam
pelaksanaan magang.
7. Orang tua serta semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dukungan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
Tugas Akhir ini, tetapi penulis selalu berharap semoga laporan Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2012
commit to user
v DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ..
HALAMAN PENGESAHAN ... …
KATA PENGANTAR ... …
DAFTAR ISI ... …
DAFTAR TABEL ... ..
DAFTAR GAMBAR ... ..
DAFTAR LAMPIRAN………..
I. PENDAHULUAN... …
1.1 Latar Belakang ... …
1.2 Tujuan Kegiatan ... …
1.3 Manfaat Kegiatan... …
II. TINJAUAN PUSTAKA ... …
2.1 Penetasan telur ... …
2.2 Grading (Seleksi Telur) ... …
2.3 Fumigasi Telur Tetas . ... …
2.4 Penyimpanan Telur ... …
2.5 Proses Penetasan ... …
2.5.1 Pre Warming……….
2.5.2 Setter……….
2.5.3Transfer Telur Tetas dan Candling……… ….
2.5.4 Hatcher……… …
2.5.5 Pull Chick……… …
2.6 Sanitasi pada Hatchery. ... …
III. METODE PELAKSANAAN ... …
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... …
3.2 Aspek yang dikaji ... …
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... …
commit to user
vi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... …
4.1 Keadaan Umum Perusahaan ... …
4.1.1 Sejarah Perusahaan……….... …
4.1.2 Lokasi Perusahaan……….
4.1.3 Ketenagakerjaan………
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan……….
4.1.5 Peranan Perusahaan………..
4.1.6 Peluang dan Kendala perkembangan Perusahaan………... ..
4.2 Manajemen Penetasan Ayam Broiler. ... …
4.2.1Manajemen grading (seleksi) telur tetas………... …
4.2.2Manajemen penyimpanan telur dan pre warming………...
4.2.3Manajemen penetasan telur dimesin setter………...
4.2.4Manajemen peneropongan atau candling HE……….
4.2.5Manajemen penetasan telur dimesin hatcher………...
4.2.6Manajemen pull chick………...………
4.2.7Sanitasi dan Perawatan di Hatchery………..
V. PENUTUP ... …
5.1 Kesimpulan ... …
5.2 Saran ... …
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
16
16
16
17
20
20
21
22
23
25
26
28
29
30
32
35
35
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan setting temperature pada beberapa jenis mesin…………..
2. Perbedaan setting temperature antara ayam broiler dan layer……...
3. Standar suhu ruangan-ruangan hatchery...
4. Penyebab telur grade out. ...
5. Suhu didalam ruang penyimpanan ...
6. Hubungan lama penyimpanan HE dengan lama pre warming...
7. Setting HE ke Setter...
8. Jadwal Petugas setting per setter ... 9
10
22
24
25
25
26
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lay Out Perusahaan………..
2. Foto-foto kegiatan magang.………..
38
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penetasan telur yang umum dilakukan oleh peternak adalah ada dua
cara yaitu: penetasan telur secara alami dan penetasan telur secara buatan.
Penetasan telur secara alami yaitu penetasan telur dengan menggunakan
induknya untuk mengerami telurnya seperti ayam, entok dan bangsa-bangsa
burung. Itik atau bebek tidak bisa mengeraminya sendiri, biasanya
menggunakan unggas lain untuk membantu menetaskan telurnya.
Penetasan telur secara buatan yaitu menetaskan telur dengan
menggunakan alat yang berupa mesin tetas telur atau alat penetasan telur.
Penetasan telur ini menggunakan mesin tetas, dimana fungsinya
menggantikan induk asli dari unggas tersebut. Sistem kerja mesin tetas sama
seperti sistem kerja induk, suhu dan kelembaban bisa diatur oleh orang yang
menetaskan. Kelebihan dari mesin tetas ini adalah mampu menampung telur
yang akan ditetaskan dalam jumlah yang banyak, dari 100 butir sampai ribuan
butir lebih. Perusahaan pembibitan ternak unggas (breeding farm), yang
sekala usahanya cukup besar seperti PT. Super Unggas Jaya menggunakan
mesin tetas yang modern (komersial) dan kapasitasnya cukup banyak.
Penetasan telur merupakan suatu usaha untuk menghasilkan unggas
baru dalam meneruskan usaha peternakan tersebut dengan cara mengunakan
mesin tetas selama waktu tertentu , sesuai dengan jenis telur yang ditetaskan.
Menetaskan telur adalah usaha untuk menghasilkan anak/keturunan pada
ternak unggas. Penetasan juga merupakan suatu proses biologis yang
kompleks untuk menghasilkan generasi baru dalam usaha untuk
mempertahankan kelangsungan hidup ternak unggas yang berkesinambungan.
commit to user 1.2Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan magang ini adalah :
1. Memahami dan meningkatkan kemampuan manajerial dalam usaha
penetasan ayam broiler.
2. Mengetahui dan memahami secara langsung tentang manajemen
pengelolaan dibidang penetasan ayam broiler.
3. Mengetahui segala aspek yang terkait dengan kegiatan magang dalam
penetasan ayam broiler.
4. Mengetahui teknologi yang digunakan dalam manajemen penetasan
ayam broiler.
1.3Manfaat Kegiatan
Manfaat dari pelaksanaan magang di PT. Super Unggas Jaya ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu teori dalam perkuliahan
kedalam dunia kerja.
2. Mengetahui faktor-faktor eksternal di lapangan yang mempengaruhi
pengaplikasian teori ilmu.
3. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam
lingkungan perusahaan.
4. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan dan kendala dalam
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Penetasan Telur
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas
untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi
dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh
tiga bagian utama yaitu kulit telur, bagian cairan bening, dan bagian cairan
yang berwarna kuning (Rasyaf, 1990).
Bangsa unggas secara alamiah yang salah satunya adalah ayam, akan
mengerami telur-telurnya bila sudah dirasa cukup baginya sebagai bagian dari
memperbanyak keturunannya (species nya). Mesin tetas tentunya memang
diciptakan untuk mengambil alih tugas mengerami dari induk ayam (atau
bangsa unggas lainnya) dalam mengerami telur-telur yang dibuahi dari hasil
persilangan atau perkawinan dengan pejantan. Penetasan telur ini merupakan
suatu upaya untuk menyelesaikan permasalahan kebutuhan unggas
dimasyarakat baik kebutuhan untuk dikonsumsi maupun kebutuhan untuk
dibudidayakan. Penetasan telur ini menggunakan mesin tetas, dimana
fungsinya menggantikan induk asli dari unggas tersebut. Sistem kerja mesin
tetas sama seperti sistem kerja induk, suhu dan kelembaban bisa diatur oleh
orang yang menetaskan, namun kelebihan dari mesin tetas ini adalah mampu
menampung telur yang akan ditetaskan dalam jumlah yang banyak, tetapi
menetaskan telur menggunakan mesin tetas masih belum terlalu banyak
diterapkan dimasyarakat, karena mereka belum memahami teknis penggunaan
dari mesin tetas tersebut (Rasyaf, 1995).
Menetaskan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan
bantuan mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi
tingkah laku (behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa
mengeram, oleh karena itu jika banyak orang yang menyebut alat ini dengan
istilah mesin penetas telur dan ada sebagian orang yang menggunakan istilah
commit to user
telur dalam beternak unggas, khususnya ayam ras, sangat penting. Sebab,
tujuan beternak ayam adalah untuk memproduksi daging maupun telur ayam.
Populasi yang dimiliki semakin banyak, semakin banyak pula keuntungan
peternak, untuk memperbanyak populasi ayam dibutuhkan cara penetasan
telur yang tepat (Yuwanta, 1983).
Pada hakekatnya ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami
(dengan induknya sendiri) dan secara buatan (dengan alat penetas pengganti
induk).
1. Menetaskan telur secara alami.
Proses penetasan telur secara alami perlu mempersiapkan tempat
penetasan telur yang biasa disebut sarang atau sangkar yang terbuat dari
rumput atau jerami yang bersih dan lembut, biasanya seekor induk ayam
dapat mengerami telurnya sebanyak 10 – 15 butir, tergantung pada besar
kecilnya induk ayam itu.
2. Menetaskan telur secara buatan
Menetaskan telur dengan alat dilakukan bila anda ingin
memperoleh anak-anak ayam dalam jumlah banyak, bila dilakukan oleh
induk ayam, jumlah telur yang ditetaskan relatif sedikit dan selama masa
pemeliharaan anak ayam, kegiatan produksi telur terhenti. Mesin tetas
akan membantu ternak dalam memperluas usahanya, pekerjaan yang
bertujuan untuk mendapatkan anak ayam ini merupakan suatu pekerjaan
tersendiri dan memerlukan penguasaan teknologi yang mengarah pada
spesialisasi.
Adapun macam-macam dari mesin tetas adalah sebagai berikut :
1. Alat tetas dengan teknologi sekam dan sumber panas matahari.
2. Mesin tetas listrik dengan lampu bohlam sebagai alat pemanasnya.
3. Mesin tetas dengan menggunakan lampu minyak.
4. Mesin tetas dengan kawat nekelin.
5. Mesin tetas dengan kombinasi beberapa hal diatas.
commit to user
Kelemahan mesin tetas konvensional ini antara lain : (1) pemutaran
dengan tangan masih kurang halus dan menimbulkan getaran yang dapat
mengakibatkan kematian embrio ayam; (2) tidak dapat melakukan pemutaran
yang merata pada semua telur ; (3) frekuensi pemutaran telur sangat terbatas,
yaitu hanya tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore); (4) suhu dan kelembaban
kurang merata; serta (5) panas dalam mesin kurang stabil, untuk itu perlu
penerapan teknologi tepat guna yang mudah dikerjakan, murah, meningkatkan
produksi DOC dan sekaligus dapat meningkatkan efisiensi usaha (Kamsi,
1986).
Mesin penetas telur bisa difungsikan sebagai setter (pengeraman) saja
atau hatcher (penetasan) atau bisa kedua-duanya dalam waktu yang
bersamaan. Periode setter berlangsung mulai hari pertama telur masuk ke
dalam mesin penetas telur sampai 3 hari menjelang telur menetas, sedang
periode hatcher berlangsung hanya 3 hari yaitu setelah periode setter berlalu
atau tiga hari sebelum menetas (Yuwanta, 1983).
2.2 Grading (Seleksi Telur)
Tahap awal dari proses penetasan dimulai dari penyeleksian telur
(grading). Grading adalah proses seleksi telur menjadi dua bagian yaitu, telur
yang layak ditetaskan disebut Heaching Egg (HE) dan telur yang tidak layak
ditetaskan (Grade Out).
Klasifikasi telur yang tidak ditetaskan atau afkir :
1. Telur kotor (dirty).
2. Telur cacat (benjol, bulat, lonjong).
3. Telur besar (jumbo).
4. Telur kerabang tipis, warna tidak seragam.
5. Kerabang bintik – bintik kasar.
6. Telur retak dan hancur (damage) (Rasyaf, 1995).
Menurut Sudaryani dan Santoso (2003), tujuan seleksi telur tetas adalah
untuk mendapatkan anak ayam yang sesuai dengan yang diharapkan. Kriteria
commit to user
bobot telur 55-70 gram, bentuk telur normal dengan indeks 74%, ketebalan
kerabang 0,33 mm diharapkan dengan kualitas tersebut dapat menghasilkan
kualitas DOC yang baik yaitu berat minimal 37 gram (Standar Nasional
Indonesia) dan sehat.
Sudaryani dan Santosa, (2003) mengatakan untuk mendapatkan
telur-telur yang bagus untuk ditetaskan harus yakin bahwa telur-telur - telur-telur tersebut
berasal dari induk - induk ayam yang baik. Memilih atau menyeleksi telur
tetas sesuai dengan kriteria telur tetas yang baik yaitu telur yang kulitnya
terlalu kotor perlu dibersihkan, akan tetapi perlu ke hati-hatian dalam
membersihkan kulit telur jangan sampai lapisan kulit ikut hilang dan pisahkan
telur retak, kerabang tebal/tipis. Telur yang tidak masuk ke dalam kriteria telur
tetas dimasukkan ke dalam gudang telur untuk dijual sebagai telur konsumsi.
Telur yang lolos seleksi ditempatkan di egg tray.
Grading adalah proses pemisahan telur yang layak tetas dan telur yang
tidak layak tetas. Ciri – ciri telur yang layak ditetaskan:
· Berat telur normal yaitu 50 – 60 gram.
· Bentuk telur normal yaitu berbentuk oval dengan perbandingan 2:3
· Warna kulit telur berwarna coklat gelap
· Kerabang telur tidak tipis, berukuran 0,3mm
· Kulit telur tidak kasar dan tidak berbintik – bintik
Grading bertujuan untuk menyeleksi telur tetas yang sesuai standar
untuk ditetaskan, terdapat dua gramade yang digunakan yaitu grade A 56-60
gram dan gramade B 53-55 gram. Proses grading dilakukan oleh tiga operator
hatchery dengan pencucian tangan dengan disinfektan sebelum melakukan
grading telur. Alat-alat yang digunakan dalam proses gramading antara lain
timbangan digital, spons, dan cutter untuk pembersihan telur yang kotor.
Telur yang lolos grading disebut hatching egg (HE), sedangkan telur yang
tidak masuk grade disebut Grade Out dengan ketentuan telur terlalu kecil atau
besar (jumbo), kerabangnya kotor lebih dari 50 persen, bentuk tidak normal,
commit to user
akan dipisahkan dan dikirim ke gudang telur sebagai telur komersil (Yuwanta,
1983).
2.3Fumigasi Telur Tetas
Fumigasi telur dilakukan dengan takaran 200 gram PK 400 cc formalin.
Ukuran ruangan fumigasi 5 x 5 m. Fumigasi adalah proses sterilisasi telur
dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi kontaminan bibit bakteri yang
menempel pada permukaan telur agar telur benar-benar terbebas dari bakteri
maupun jamur (Sudaryani dan Santosa, 2003).
Telur tetas yang telah lolos seleksi kemudian dimasukkan ke dalam
ruang fumigasi, fumigasi dilakukan untuk membunuh kuman penyakit, untuk
menunjang agar fumigasi yang akan kita lakukan dapat berjalan efektif maka
kita harus memperhatikan beberapa hal :
1. Temperatur ruangan fumigasi 27˚-29˚C.
2. Kelembaban 70-75%.
3. Dosis fumigasi (KMnO4 / PK) dan Formalin 1:2) untuk 1 m³.
- PK = 6,5 gr
- Formalin = 12 cc
4. Volume ruangan dan jumlah telur.
5. Waktu fumigasi 15-20 menit (Sudaryani dan Santosa, 2003).
2.4Penyimpanan Telur
Telur yang telah difumigasi disimpan di cooling room. Cooling room
merupakan ruangan khusus untuk menyimpan telur tetas sebelum dimasukkan
ke setter. Suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan diatur sehingga embrio
tidak berkembang. Lama penyimpanan telur tetas berkisar 3-4 hari pada suhu
20 oC dan kelembaban 70%-80%. Penyimpanan telur tetas yang terlalu lama
dapat mempengaruhi daya tetas telur. Tujuan telur dimasukkan ke ruang
pendingin (cooling room) adalah menunggu sampai jumlah telur yang ingin
ditetaskan tercapai dan juga agar suhu telur semuanya merata dan menekan
pertumbuhan embrio di dalam telur sebelum masuk ke mesin setter sebelum
commit to user
menghindarkan telur dari pengaruh suhu ruangan pendingin dengan kata lain
disebut “ Pre Warming” (Sudaryani dan Santosa, 2003).
2.5Proses Penetasan
2.5.1 Pre Warming
Setelah jumlah telur yang akan ditetaskan terpenuhi,
maka telur tetas dikeluarkan dari cooling room menuju setter. Akibat
jauhnya perbedaan suhu antara cooling room dengan setter, maka
perlu adanya penyesuaian suhu agar embrio yang ada di dalam telur
tidak mengalami cekaman. Proses penyesuaian suhu tersebut disebut
pre warming. Lamanya proses pre warming didasarkan pada
ketebalan kerabang telur.
Temperatur pre warming:
· James way = 27˚-28˚C
· Chick Master = 27˚-30˚C
Kuntungan pre warming yaitu telur tetas (HE) cepat menetas
dalam udara hangat, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan suhu setter dan mampu meningkatkan hatchability
(Sudaryani dan Santosa, 2003).
2.5.2 Setter
Setting adalah proses masuknya telur ke dalam
mesin setter setelah melalui proses pre warming. Telur dari pre
warming dimasukkan ke dalam ruang setter (ruang inkubator). Telur
disetting berdasarkan kandang, kualitas telur, dan umur induk ayam.
Suhu ruang setter 37,5 oC dan kelembaban 55%. Pemutaran telur tetas
di dalam setter dilakukan selama 18 hari dengan frekuensi pemutaran
satu jam sekali. Sudut pemutaran telur 90 o dan kemiringan 45o, bila
commit to user
kerabang telur dan berakibat pada kematian embrio (Sudaryani dan
Santosa, 2003). Setting temperature pada beberapa jenis dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan setting temperature pada beberapa jenis mesin.
Jenis mesin Sett temperatur Sett
humidity
Keterangan
James Way 37,1˚-37,4˚C 29,4˚-30,0˚C Sett point
Chick Master
37,4˚-37,5˚C 28,3˚-29,4˚C Temperature dan humidity harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan
Sumber: Rasyaf, 1990.
Telur berada dalam mesin setter selama 425 jam (18
hari) dengan sistem pembalikan (turning) satu kali perjam dengan
suhu 45˚C dengan sistem otomatis yang bertujuan menghomogenkan
ekspos panas terhadap telur tetas, agar embrio dapat memanfaatkan
protein yang tersedia dan mencegah menempelnya embrio pada sel
membran.
Bagian-bagian mesin setter :
· Temperatur (sesuai sett point)
· Humidity (susuai sett point)
· Damper (inlet dan outlet)
· Oksigen (O₂)
· Karbondioksida (CO₂)
· Egg temperature
· Spray
· Nozzle
· Heater
· Blower
· Cooling
commit to user 2.5.3 Transfer Telur Tetas dan Candling
Transfer adalah proses pemindahan telur tetas dari setter ke hatcher
saat umur embrio 18 hari. Candling dilakukan sebelum masuk ke mesin
hatcher, berfungsi untuk memisahkan telur yang fertil, infertil dan
explode. Telur explode disebabkan telur terkontaminasi bakteri, kotor,
pencucian telur kurang baik dan mesin tetas kotor. Transfer telur tetas dan
candling dilakukan dengan cepat, maksimal 30 menit karena embrio dapat
mati akibat perubahan suhu telur yang drastis. Telur yang sudah
diteropong dipindahkan ke kereta buggy hatcher yang berbentuk keranjang
(Suyatno, 1999).
Transfer adalah proses pemindahan telur yang sudah berusia 432
jam dalam mesin setter ke mesin hatcher. Setting temperature antara ayam
broiler dengan ayam layer berbeda, perbedaan temperatur dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan setting temperature antara ayam broiler dan layer.
Jenis HE Temperatur Kelembaban
Broiler 36,9˚C 30,0˚C
Layer 37,1˚C 30,0˚C
Sumber : Sudaryani dan Santosa, 2003.
Sebelum telur masuk ke dalam mesin hatcher dilakukan pemisahan
antara telur yang memiliki embrio (telur yang dibuahi) dengan telur yang
tidak memiliki embrio (telur yang tidak dibuahi), proses tersebut
dinamakan candling (Sudaryani dan Santosa, 2003).
2.5.4 Hatcher
Telur yang lolos pada saat candling kemudian dimasukkan ke dalam
mesin hatcher selama tiga hari, selama berada di hatcher tidak dilakukan
pemutaran telur karena pada periode ini akan terjadi pipping (anak ayam
berusaha memecah kerabang dengan paruhnya). Telur berada dalam mesin
hatcher selama 72 jam (3 hari), saat telur tetas masuk dalam mesin hatcher
ke-commit to user
19 s.d 20, setting temperature mesin hatcher disesuaikan oleh
masing-masing jenis mesin dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Bagian-bagian mesin hatcher sama dengan bagian-bagian pada mesin setter
(Riyanto, 2001).
Pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan berdasarkan keadaan
telur. Suhu dalam hatcher sekitar 37-38 oC. Kelembaban hatcher sebelum
pipping sekitar 55% dan saat pipping kelembaban dinaikkan menjadi
70%-75%. Kelembaban yang tinggi dapat membantu proses pipping. Saat telur
menetas (setelah pipping) kelembaban diturunkan kembali menjadi
52%-55% dan suhu dalam keadaan lebih rendah dari 37oC untuk membantu
proses pengeringan bulu DOC(Unandar, 1996).
2.5.5 Pull Chick (Penurunan DOC)
Pull chick adalah kegiatan menurunkan DOC dari mesin hatcher,
termasuk sexing DOC (pemisahan DOC jantan dan betina), seleksi sambil
memasukkan DOC ke dalam bok. Sexing dilakukan berdasarkan warna
bulu. DOC jantan memiliki warna bulu kuning dan garis punggung
berjumlah ganjil, sedangkan DOC betina memiliki warna bulu coklat
dengan garis punggung kuning berjumlah genap. DOC jantan langsung
dimasukkan ke bok sebanyak 102 ekor tanpa perlakuan apapun. DOC
betina diseleksi lagi dengan kriteria bobot badan, warna bulu, kondisi fisik
(mata, kaki, perut) dan kesehatan. DOC betina langsung dipotong
paruhnya sepanjang 1/3 bagian dari panjang paruh, menggunakan alat
debeaker. DOC yang telah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam bok
dan dihitung jumlahnya, setiap bok diisi 100 ekor betina ditambah 2 ekor
untuk resiko transportasi, setelah itu DOC betina divaksin Marek’s dan
NDIB. Vaksin Marek’s dilakukan sub cutan (suntik di bawah kulit leher),
sedangkan vaksin NDIB melalui mata. Dosis pemberian vaksin ini 0,2 cc
per ekor, setelah divaksin DOC disemprot dengan vitamin kemudian
dikemas dan diberi label yang berisi keterangan nama perusahaan
commit to user
menetas dan jenis vaksin yang diberikan serta tanggal DOC menetas
(Sudaryani dan Santosa, 2003).
Telur mengalami masa inkubasi dalam mesin setter selama 432 jam
(18 hari) dan dalam hatcher selama 72 jam (3 hari). Proses selanjutnnya
adalah pull chick yang merupakan proses pengambilan atau
dikeluarkannya anak ayam yang sudah menetas.
Waktu Pull Chick :
· Masa inkubasi normal untuk telur broiler 504 jam.
· Kontrol secara berkala kondisi DOC khususnya pada 4-6 jam
menjelang waktu panen normal.
· Anak ayam yang baru menetas memerlukan waktu istirahat 2-4 jam.
Proses selanjutnya yaitu penentuan grade, yang terdiri dari grade A
(DOC yang berkualitas) dan grade B (DOC yang diafkir) (Unandar, 1996).
Pemasaran DOC dapat melalui 2 cara, yaitu :
1. Didistribusikan dengan cara internal, DOC diperlukan oleh mitra
usaha itu sendiri.
2. Didistribusikan dengan cara eksternal, di jual ke luar wilayah untuk
dijual dipeternakan-peternakan yang berskala kecil hingga besar.
Pendistribusian DOC setiap pelanggan harus mengambil DOC dari
satu kelompok, jadi DOC yang diterima pelanggan relatif seragam,
meliputi:
· Strain atau jenis
· Mesin
· Fisik
· Usia induk
· Pull chick
Pendistribusian yang baik, packing atau pengemasan DOC
dilengkapi data-data yang sesuai dengan yang tertera di boks DOC. Data
tersebut meliputi strain, jumlah, tanggal menetas. Boks DOC harus sesuai
standar kebutuhan seperti ventilasi, kepadatan dan keselamatannya, selain
commit to user
untuk menjaga kenyamanan anak ayam selama dalam pengiriman DOC
segera setelah packing selesai (Rasyaf, 1995).
2.6Sanitasi pada Hatchery
Program sanitasi yang perlu dilakukan pada perusahaan hatchery adalah
membersihkan kendaraan dan peralatan yang dipakai pada saat membawa
telur tetas dengan desinfektan agar dalam kondisi bebas dari organisme
patogen pembawa penyakit. Desinfektan yang digunakan adalah jenis TH-4
atau biodes dengan dosis 1 cc/liter air. Telur tetas setelah terkumpul, sebelum
dibawa ke hatchery terlebih dahulu difumigasi dengan menggunakan
formalin 40 % sebanyak 240 cc dengan 96 g forcen/PK untuk ukuran ruangan
8 m³, hal ini dimaksudkan agar telur yang baru diperoleh dari kandang bebas
penyakit atau bakteri sebelum masuk ruang penyimpanan telur (cooling
room) (Paimin, 2003).
Peralatan dan bagian ruangan disemprot dengan air bertekanan tinggi
setelah selesae kegiatan pull chick, setelah itu dilakukan desinfeksi ruangan
hatchery menggunakan desinfektan long live dengan dosis 5 cc/liter air. Hal
ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada di
commit to user BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1Tempat dan Waktu Magang.
Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT. Super Unggas Jaya, Jln
Raya km 57, Dusun Bulu Agung, Desa Sengon Agung, Kecamatan Purwosari,
Kabupaten Pasuruan. Pelaksanaan magang di PT. Super Unggas Jaya
dilaksanakan pada tanggal 20 Februari – 15 Maret 2012, pada hari dan jam
kerja karyawan selama satu bulan.
3.2Aspek yang dikaji
1. Pengamatan secara umum mengenai keadaan umum dari perusahaan
diantaranya sejarah perusahaan, kondisi perusahaan dan struktur organisasi
di PT. Super Unggas Jaya.
2. Pengamatan secara khusus mengkaji tentang tata cara manajemen di PT.
Super Unggas Jaya
3.3Teknik pengumpulan data
Data yang diperlukan harus akurat sehingga tercapai keyakinan akan
suatu kebenaran untuk memperoleh data-data yang relevan. Tehnik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan (observasi)
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung
hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan magang.
2. Magang Kerja
Pengumpulan data dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di perusahaan melalui bekerja dan berdiskusi dengan seluruh
karyawan perusahaan.
3. Wawancara (Interview)
Proses untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab secara
langsung dengan responden. Responden yang di wawancarai adalah
manajer operasional, staf maupun anak kandang di perusahaan.
commit to user 4. Pencatatan (Recording)
Proses pengumpulan data dengan cara mencatat setiap hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan magang di perusahaan.
5. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mendokumentasikan berbagai kegiatan
yang dilakukan.
6. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia, yang
berhubungan dengan kegiatan magang. Data yang dimaksud dapat berupa
buku, jurnal, arsip dan lain sebagainya yang relevan dan informatif.
3.4Sumber data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan
ada dua jenis data yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara
langsung dari responden seperti manajer perusahaan, staf, karyawan, dan
masyarakat sekitar perusahaan.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumber. Dalam kegiatan magang perusahaan ini yang menjadi data
sekunder adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh
selama berada di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan
commit to user BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery berdiri pada
tahun 2008 dengan dipimpin oleh bapak Aries Wibowo. Bangunan
sistem kontrak dengan pemilik bangunan adalah bapak Sie Iwan
Gunawan dari Malang.
PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo ha tchery mempunyai
peralatan ha tcher yang terdiri dari inkubator yang terbagi atas setter
dan hatcher. Perusahaan ini dari awal berdiri sampai sekarang
mempunyai 14 mesin setter dan 14 mesin hatcher dengan tipe mesin
chick master. Disetiap satu mesin setter berkapasitas mencapai 93.312.
telur. Peralatan pendukung lainya seperti troli, eggs tra y, ba cky untuk
hatcher, alat untuk ca ndling, boks karton DOC, chiller, power spra yer
dan peralatan kantor.
4.1.2 Lokasi Perusahaan
Kantor PT Super Unggas Jaya terletak di Jln. Raya km 57,
Dusun Bulu Agung, Desa Sengon Agung, Kecamatan Purwosari,
Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur, berada dipinggir jalan
utama, sehingga sangat mudah untuk diakses.
PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery, Pasuruan berdiri
di atas lahan seluas 1 ha. Wilayah perusahaan ini termasuk ke dalam
Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan,
bertempat tidak jauh dari kantor utama perusahaan, tepatnya masuk
kurang lebih 1 km dari jalan utama dan jauh dari pemukiman, sehingga
memenuhi kriteria untuk berdirinya perusahaan ternak.
Perusahaan ini mempunyai fasilitas yang memadai dan
memenuhi persyaratan sebagai perusahaan peternakan. Fasilitas yang
commit to user
tersedia antara lain bangunan gedung, mess karyawan, mess tamu,
ruang administrasi, pos satpam, biosecurity area, tempat parkir dan
mushola. Perusahaan ini setiap kali panen mampu menghasilkan DOC
rata-rata 800 box yang berisi sekitar 8000 DOC. Hasil sampingan dari
perusahaan ini adalah berupa telur gra de out yang dibeli oleh
perusahaan roti yang telah menjalin kerjasama dengan perusahaan.
PT Super Unggas Jaya unit Sukorejo hatchery Pasuruan berada
di dataran tinggi diatas permukaan laut. Kabupaten Pasuruan
mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19 –
310 C. Curah hujan rata-rata dibawah 3000 mm per tahun dengan hari
hujan di bawah 150 hari per tahun.
4.1.3 Ketenagakerjaan
Bapak Aries Wibowo sebagai manajer perusahaan ini
mengangkat satu orang supervisor yang berwenang untuk memimpin
dan mengatur semua kegiatan produksi. Supervisor dibantu oleh 2
a dmin, 1 formen mekanik dan 1 orang GA (Genera l Affa ir) dan HR
(Huma n Resources). Formen mekanik berwenang untuk mengatur dan
memimpin maintena nce dan mekanik, setiap bagian produksi dipimpin
oleh seorang lea der yang bertanggung jawab untuk kegiatan produksi
di daerah kewenangannya., setiap bagian yang dipimpin lea der
terdapat beberapa operator yang bertugas sesuai degan bidang
masing-masing.
Tugas dan pemegang jabatan dalam struktur organisasi tersebut
adalah:
a. Ma na ger Hatchery merupakan pemilik perusahaan yang
mempunyai modal sekaligus mengurusi masalah keuangan
perusahaan.
b. Admin bertugas membantu supervisor dalam mengurus
administrasi perusahaan, mengontrol kedatangan telur, pemasaran
commit to user
c. Supervisor bertugas mengatur, mengawasi kegiatan produksi,
mengkoordinir para karyawan serta melaporkan seluruh kegiatan
kepada pemilik perusahaan.
· Lea der Termina l bertugas untuk mengurusi pekerjaan dibagian
terminal.
· Lea der Transfer bertugas untuk mengurusi pekerjaan dibagian
tra nsfer.
· Lea der Pull chick bertugas untuk mengurusi pekerjaan
dibagian pull chick.
· Setter bertugas untuk mengurusi pekerjaan dibagian setter.
· Wa shing bertugas dibagian membersihkan dan mencuci.
· Borongan bertugas jika terdapat pekerjaan tambahan.
d. Formen mekanik bertugas mengawasi dan membantu kegiatan
mekanik.
· Maintenance bertugas untuk perbaikan meliputi perawatan dan
reparasi.
· Mekanik bertugas mengecek dan mengontrol mesin
e. GA (Genera l Affa ir) dan HR (Human Resources) bertugas
mengurusi masalah kekaryawanan dan masalah umum (Perizinan
atau surat menyurat)
· Security menjaga keamanan perusahaan dan menjaga situasi
agar selalu kondusif.
· Wa ker bertugas dimalam hari untuk menjaga dari gangguan
luar.
f. Operator bertugas memberi sesuai dengan bidangnya masing -
masing seperti gra ding telur, tra nsfer, pull chick, setter dan
wha shing.
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah hubungan timbal balik antara orang yang
commit to user
perusahaan. Jabatan tertinggi PT Super Unggas Jaya unit Sukorejo
hatchery dipegang oleh pemilik perusahaan selaku direktur perusahaan.
Direktur membawahi manajer operasional yang bertanggung jawab
terhadap kelancaran seluruh kegiatan operasional peternakan. Struktur
organisasi di PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo ha tchery dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur organisasi PT. Super Unggas Jaya unit Sukorejo.
Berikut nama pemegang setiap jabatan :
1) Ma na ger Hatchery adalah Aries Wibowo.
2) Supervisor adalah Zaenal Arifin.
3) Admin adalah Martanti Dwi dan Masrur Daki.
4) Formen Mekanik adalah Eka Didik Naika.
5) GA dan HR adalah Andri Adi Wijaya
6) Termina l adalah Edi Handoko, Ratno Hidayat, Slamet, Sudibyo, Ali
Mahrus, Eko Nurohman dan Alex Sugandi.
7) Tra nsfer adalah Irianto, Imron, Eko Purwanto, Anggi, Imron Rosadi,
Roni, Purwanto dan Ahmad. Ma na ger Hatchery
Supervisor
GA & HR Formen mekanik
Admin
Clea ning a rea Maintenence
dan mekanik
Lea der Tra nsfer Lea der
Teminal
Lea der Pull chick
Setter Wa shing
OB Security
Wa ker
commit to user
8) Pull chick adalah Nur Cholis, Zainul Arifin, Dian Wirasandi, Kartono,
Andik Siswoyo, Djulianto, Vian Andis, Sutrisno, Dimas, Cahyo dan
Rio Setiawan.
9) Setter adalah Septian Agus.
10)Wa shing adalah Zakariya dan Nurdianto
11)Borongan adalah Roni Wijaya
12) Ma intena nce adalah Nur Hasan
13)Mekanik adalah Prayogi, Fathur Roji, Biltazar dan Bayu Sutrisno.
14)Office Boy adalah Edi Susanto
15)Security adalah Amanu, Toni, Wiyono, Wawan, Didik, Agung, Sonhaji,
Indra dan Solikin.
16)Clea ning a rea adalah Shodik.
17)Wa ker adalah Sholeh.
4.1.5 Peranan Perusahaan
PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery memiliki peranan
baik bagi masyarakat sekitar lokasi maupun bagi dunia pendidikan di
Indonesia. Peranan bagi masyarakat sekitar antara lain menyediakan
lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, karena semua tenaga kerja yang
direkrut merupakan penduduk sekitar perusahaan, selain itu juga
membantu pembangunan jalan desa yang secara tidak langsung sebagai
jalan akses ke peternakan. Bagi dunia pendidikan di Indonesia PT Super
Unggas Jaya Unit Sukorejo ha tchery salah satu lokasi peternakan yang
sering digunakan sebagai tempat pelatihan kegiatan praktik lapang bagi
mahasiswa.
PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo ha tchery visi dan misi yang
selain berorientasi pada perkembangan perusahaan juga pada
kesejahteraan masyarakat. Visi dari PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo
hatchery adalah gaya hidup global perusahaan yang menciptakan
kesehatan, kegembiraan dan kenyamanan. Salah satu misinya adalah kita
commit to user
produk dan layanan dan memberikan kontribusi kepada masyarakat
manusia.
4.1.6 Peluang dan Kendala Perkembangan Perusahaan
PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery masih memiliki
peluang yang sangat besar untuk mengembangkan perusahaanya, karena
permintaan DOC semakin meningkat sehingga pemasaran masih terbuka
lebar, selain itu keuntungan perusahaan yang dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan dan ketersediaan SDM yang handal bisa dijadikan
modal untuk mengembangkan perusahaan, namun dalam mengembangkan
usaha peternakan tersebut juga tidak lepas dari hambatan-hambatan,
diantaranya dengan seiring waktu lokasi peternakan semakin dekat dengan
pemukiman penduduk, sehingga untuk perluasan kandang harus mencari
lokasi yang lain. PT Super Unggas Jaya merupakan perusahaan baru dalam
dunia perunggasan oleh karena itu perlu usaha besar dalam persaingan
dengan kompetitor lainnya yang lebih dahulu.
4.2 Manajemen Penetasan Ayam Broiler.
PT Super Unggas Jaya adalah salah satu perusahaan peternakan yang
bergerak dalam bidang pembibitan atau breeding fa rm dan penetasan atau
hatchery. Perusahaan ini hasil utamanya adalah DOC fina l stock ayam
pedaging strain ross yang akan dikomersialkan untuk memenuhi kebutuhan
bibit bagi masyarakat yang ingin beternak ayam pedaging. Pemeliharaan
ayam bibit merupakan pemeliharaan ayam induk (parent stock) yang sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam penetasan dan hasil DOC. Usaha
pembibitan adalah usaha peternakan yang menghasilkan ternak untuk
dipelihara lagi dan bukan untuk dikonsumsi. Pembibitan (breeding) dalam
usaha peternakan ayam pedaging komersial sangat penting dan sangat perlu
mendapat perhatian yang khusus, hal ini dilakukan untuk menjaga dan
mendapatkan kualitas DOC fina l stock yang bagus serta menghindari
terjadinya inbreeding dalam suatu peternakan. Jika pemeliharaan ayam pa rent
commit to user
apabila induk terserang penyakit menular maka penyakit tersebut bisa
ditularkan secara vertikal pada keturunannya.
Pengelolaan penetasan di PT. Super Unggas Jaya dilakukan di unit
hatchery. Kegiatan yang dilakukan pada unit hatchery antara lain penanganan
telur sebelum ditetaskan, proses penetasan, pull chick (penurunan DOC).
Manajemen penetasan ayam broiler terdiri dari beberapa fase antara
lain manajemen gra ding (seleksi) telur tetas menjelaskan tentang proses
grading (seleksi) telur tetas dan proses fumiga si telur yang terdapat pada
ruang terminal, manajemen penyimpanan telur dan pre wa rming, manajemen
penetasan telur dimesin setter (mesin pengeraman), manajemen
peneropongan atau ca ndling HE, manajemen penetasan telur dimesin hatcher
(mesin penetas), manajemen pull chick (pengepakan/pengemasan DOC),
sanitasi dan perawatan di ha tchery.
Penanganan telur pada divisi ha tchery dimulai dari gra ding (seleksi)
telur tetas, fumigasi telur, penyimpanan cooling room (ruang pendingin), pre
wa rming (penetralan suhu), setting pemasukan telur dalam setter (mesin
pengeraman), ca ndling (peneropongan), pemasukan telur ke dalam hatcher
(mesin penetas), pull chick (pengeluaran DOC dari ha tcher),
pengepakan/pengemasan DOC, dan sanitasi ruangan tempat setter dan
hatcher dengan menggunakan disinfektan yang disemprotkan, sedangkan
standar suhu antar ruangan berbeda-beda, standar suhu yang ditetapkan PT.
[image:31.595.136.510.589.695.2]Super Unggas Jaya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar suhu ruangan-ruangan hatchery.
Ruang Temperatur Kelembapan
°C (%)
Gra ding & holding 18-20 60-65
Setter 24-27 55-62
Ha tcher 24-27 55-62
Pull chick 22-24 65-70
Pengepakan DOC 22-24 65-70
commit to user 4.2.1 Manajemen gra ding (seleksi) telur tetas.
Seleksi telur atau sering disebut dengan istilah gra ding adalah
pemisahan antara telur yang layak tetas dan tidak layak tetas.
Keseragaman kualitas telur tetas juga mempengaruhi kinerja mesin.
Telur dengan berat dan ukuran sama akan memudahkan setting dan
control yang berimbas pada produksi, panas dari mesin tetas akan
merata dan stabil. Ruang penerimaan HE harus bersih dan tersanitasi
sebelum telur tetas (Ha ching Egg/HE) datang, setelah telur datang dari
fa rm langsung diterima oleh karyawan ha tchery kemudian HE
dikelompokkan berdasarkan kandang dan asalnya, setelah
pengelompokan selesai kemudian dilakukan pemeriksaan fisik antara
jumlah yang tertera disurat jalan dengan aktual yang diterima oleh
hatchery antara lain, jumlah telur dengan egg tra y, asal kandang dan
usia induk.
Seleksi telur atau grading HE dilakukan setelah pengelompokan
menurut kandang dan pengecekan data dari fa rm selesai. Cuci tangan
dilakukan sebelum gra ding menggunakan desifektan yang sudah
disediakan di baki (ember sanitasi tangan), hal ini bertujuan agar telur
tidak terkontaminasi bakteri yang terdapat pada tangan, pelaksanaan
grading dilakukan dengan memisahkan HE gra de out dengan HE yang
baik.
Gra ding HE yaitu memilih HE yang seragam besar dan
beratnya, pisahkan letak telur gra de out dengan telur yang baik.
Klasifikasi HE gra de out antara lain HE retak, kotor, jumbo, kecil,
benjol, lonjong memanjang, kerabang tipis, kerabang bintik-bintik
kasar, kerabang putih, jumlah HE rata-rata tiap grading sekitar 230
ribu telur tetas dan rata-rata gra de out sekitar 2,5%. kemudian HE
yang terpilih ditempatkan egg tra y setting yang selanjutnya
commit to user
HE yang mempunyai berat 48-50 gr. Jumlah HE rata-rata tiap gra ding
sekitar 230 ribu telur tetas dan rata-rata gra de out sekitar 2,5%.
[image:33.595.166.516.196.486.2]Penyebab telur gra de out dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penyebab telur gra de out.
Keadaan HE Jumlah
Telur (%)
Penyebab
Retak 0,
8 %
Kurang hati-hati dalam perjalanan dan saat grading
Kotor 0,
2 %
Tempat bertelur dipeternakan kurang memadai.
Jumbo dan
lonjong
0, 5 %
Gizi dalam pakan, Umur ayam, Penyakit.
Kecil 0,
2 %
Gizi dalam pakan, Umur ayam, Penyakit.
Kerabang tipis
0, 6 %
Gizi dalam pakan, Umur ayam, Penyakit.
Kerabang kasar
0, 3 %
Gizi dalam pakan, Umur ayam, Penyakit.
Sumber : Data primer, 2012.
HE grade out kemudian dilakukan seleksi ulang atau dinamakan
HE grade out layak setting, hal ini dilakukan untuk mencapai target
produksi. HE gra de out layak setting kriterianya lonjong tidak ekstrim,
kotor tidak lebih dari 30%, cangkang putih tebal dan posisi HE di tra y
terbalik. Telur yang selesai diseleksi kemudian ditempatkan pada egg
tra y setting yang selanjutnya dimasukkan pada troly setting,
diusahakan dalam troly setting berasal dari satu kandang dan satu
umur, jika tidak memungkinkan diusahakan tidak lebih dari 5 minggu
dan pemberian kode pada telur yang berisi kandang, tanggal setting,
tanggal tra nsfer, tanggal menetas dan lain – lain.
HE yang baik dan gra de out layak setting difumigasi dengan
cara burning formalin dengan double dosis selama 15 sampai 25
menit, sedangkan HE gra de out yang tidak layak setting dijual. Fungsi
fumigasi untuk meminimalkan adanya bakteri yang dapat
commit to user
4.2.2 Manajemen penyimpanan telur dan pre wa rming.
HE yang telah difumiga si dimasukkan kedalam cooling room
atau tempat penyimpanan telur dan diletakkan pada egg tra y dengan
lama penyimpanan ± 7 hari yang bertujuan memenuhi kapasitas mesin
setter. Pendingin setter menggunakan Air Conditioner (AC) untuk
menjaga kelembaban ruangan dan untuk menghambat perkembangan
[image:34.595.166.515.192.486.2]embrio. Suhu ruang penyimpanan atau cooling room dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Suhu didalam ruang penyimpanan.
Waktu Penyimpanan
Temperatur Kelembapan
1 s/d 3 hari 18,3-21,1°C 75%
4 s/d 7 hari 15,0-17,0°C 75%-80%
>7 hari 12,8-13,9°C 80%
Sumber : Data Primer, 2012.
HE dari cooling room kemudian dilakukan pre wa rming, lama
pre wa rming tergantung lama penyimpanan di cooling room. Pre
wa rning yaitu dengan mengeluarkan telur tetas dari cooling room dan
menempatkan pada ruang dengan temperatur normal 24°C-27°C.
Waktu pre wa rming ditentukan dengan waktu lama di cooling room,
lama pre wa rming dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan lama penyimpanan HE dengan lama pre wa rming.
Waktu Penyimpanan Waktu Pre wa rming
0-3 hari 3-6 jam
4-7 hari 6-12 jam
Sumber : Data Primer, 2012.
Kuntungan pre wa rming yaitu telur tetas (HE) cepat menetas
dalam udara hangat, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan suhu setter dan mampu meningkatkan ha tcha bility.
Pre wa rming berfungsi untuk menstabilkan kondisi telur setelah keluar
dari cooling room sehingga jarak antara suhu cooling room yang
bersuhu <21°C dengan temperatur mesin setter bersuhu >37°C tidak
[image:34.595.168.516.546.593.2]commit to user
Pre wa rming PT. Super Unggas Jaya ditempatkan pada lorong
jalan depan ruang cooling room, suhu diatur dengan bantuan kipas
besar atau blower yang diarahkan pada telur dengan tujuan agar telur
tidak mengembun dan setelah beberapa jam dilakukan pengecekan
telur untuk memastikan saat setting kondisi HE tidak berembun.
4.2.3 Manajemen penetasan telur dimesin setter.
Setting adalah proses memasukkan telur kedalam mesin setter.
Setting dalam satu mesin tetas harus mempunyai keseragaman umur
induk dan strain yang sama, jadwal setting telur tetas ke setter dapat
[image:35.595.168.516.245.511.2]dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Setting HE ke setter.
Jam setting Jenis HE Usia induk Jumlah mesin
08.00 Gra de Out 55 s/d 65 Minggu 0,5 s/d 1
09.00 HE Setting 28 s/d 54 Minggu 1 s/d 4
11.00 HE Setting 28 s/d 54 Minggu 1 s/d 3
08.00 HE Setting 25 s/d 27 Minggu 0,5 s/d 1
Sumber : Data primer, 2012.
Mesin tetas setiap setting sudah memiliki jadwal yang bertugas
setting telur tetas ke setter, jadwal petugas setting per setter (Perset)
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jadwal Petugas setting Per setter.
Perset setter Nama petugas perset
Setter 1 dan 8 Slamet Sugiantoro Setter 2 dan 9 Alex Sugandi Setter 3 dan 10 Ali Mahrus Setter 4 dan 11 Ratno Hidayat Setter 5 dan 12 Sudibyo Setter 6 dan 13 Team Terminal/ Non
Terminal
Setter 7 dan 14 Team Terminal/ Non Terminal
Perset Eko Nurohman
ADM Lea der Edi Handoko
[image:35.595.165.517.538.710.2]commit to user
HE dimasukkan keruang setter setelah dilakukan pre wa rming
sesuai dengan kode setting, setting merupakan pemasukan telur ke
dalam mesin setter setelah selesai dilakukan pre wa rming, setting tidak
boleh keliru dalam menempatkannya karena setting yang tepat dapat
memudahkan petugas yang mengambil telur saat mau ca ndling. HE
grade out layak setting ditempatkan pada ruang setter nomer 1 dan 8.
Mesin setter merupakan tempat inkubasi atau pengeraman telur
selama 18 – 19 hari, dalam kebersihan mesin setter harus selalu dijaga
baik dalam mesin maupun luar mesin untuk menghindari dari
kontaminasi dengan melakukan program sanitasi rutin 2x sehari, set
point temperatur dan humidity disesuaikan dengan jenis mesin dan
disesuaikan suhu lingkungan sekitar, menurut prosedur mesin chick
ma ster temperatur harus di set 37,4 °C – 37,5 °C dan humidity di set
pada suhu 28,3 °C – 29,4 °C.
Prosedur pengoperasian mesin, checklist dan perawatan mesin
diatur pada item tersendiri, jika mesin dalam setter kepanasan maka
dengan otomatis spra y akan menyemprot dan jika panas kurang maka
heating atau pemanas nyala dan jika mesin setter terjadi masalah
biasanya alarm akan berbunyi sampai tombol alarm ditekan. Mesin
setter proses turning atau pembalikan dilakukan otomatis setiap 60
menit sekali dengan kemiringan 45°, turning berguna untuk meratakan
suhu HE. Spra y dicek tiap hari dengan cara menambah humidity set
pada suhu menjadi kisaran 32°C sehingga secara otomatis spra y
menyemprotkan air, spra y yang tidak menyemprot atau menyemprot
tidak lancar maka terdapat kotoran yang menyumbat spra y, cara
menanganinya dengan cara membersihkan tutup spra y yang tersumbat.
Alat-alat yang digunakan dalam mesin setter antara lain demper
(alat keluar dan masuknya udara) berfungsi menstabilkan suhu
ruangan, apabila suhu ruangan mulai tinggi maka demper akan
membuka dan akan tertutup kembali setelah suhu ruangan mulai
commit to user
berfungsi sebagai pencipta sirkulasi udara. Sistem aliran udara dalam
ruangan setter menggunakan sistem lorong dan sebelum transfer
dilakukan kondisi mesin ha tcher sudah diranning minimal selama 6
jam.
4.2.4 Manajemen peneropongan atau candling HE.
Telur tetas dipindahkan dari mesin setter ke mesin hatcher pada
hari ke 19 atau setelah 432 jam dalam mesin setter yang disebut
sebagai kegiatan tra nsfer, adapun hal-hal yang harus diperhatikan
dalam kegiatan tra nsfer dan candling yaitu
1) Sebelum pelaksanaan transfer siapkan meja tra nsfer dan dipastikan
lampu ca ndling menyala dengan baik.
2) Ba sket hatcher dalam kondisi sudah bersih dan dalam keadaan
kering.
3) Ruangan transfer harus dalam kondisi gelap dan sudah disanitasi
serta sirkulasi udara dibatasi.
4) Pindahkan trolly ke ruang setter secara bertahap utuk menghindari
penurunan temperatur yang drastis dan hindari meletakkan trolly
ditengah koridor mesin untuk menghindari panas dan terganggunya
sirkulasi udara.
5) Lakukan ca ndling dengan meletakkan telur tetas di atas meja
tra nsfer di sinari lampu 25 wa tt berjumlah 2 atau 3 lampu di bawah
meja.
6) Klasifikasi telur yang di ambil pada waktu ca ndling adalah :
· Telur infertil : telur yang tidak ada tunas embrio yang
berkembang, jika di sinari kelihatan terang atau ada embrio
tetapi mati awal, jika di sinari kelihatan remang-remang.
· Telur explode : telur yang terkotaminasi bakteri atau jamur
biasanya telur kelihatan mengeluarkan buih atau busa.
7) Telur tetas yang fertile dipindahkan ke basket hatcher yang
commit to user
8) Telur explode dibuang ke drum yang sudah disiapkan dan diberi air
yang sudah dicampur didesinfektan.
9) Untuk telur infertile ditempatkan di egg tra y dan akan
dikumpulkan dan di jual kepada penadah sebagai pakan bebek,
pakan lele atau pembuat roti.
10)Telur tetas yang sudah di transfer harus tercatat jumlah telur
infertile, explode dan fertile per kandang/ fa rm.
11)Setelah transfer selesai ruang transfer dibersihkan dengan air dan
di sanitasi dengan desinfektan.
4.2.5 Manajemen penetasan telur dimesin ha tcher.
Telur tetas dimasukkan kedalam mesin hatcher selama kurang
lebih tiga hari setelah proses transfer selesai. Mesin hatcher sudah
dihidupkan minimal 6 jam sebelum telur tetas masuk, diberikan
eva porative forma lin dengan dosis 0.1 cc per butir pada hari ke 19 – 20
dengan tujuan agar warna bulu DOC kelihatan berwarna kuning.
Humidity diturunkan menjadi 28.0°C pada waktu 6 jam sebelum pull
chick. Alat-alat dalam mesin hatcher sama seperti yang ada didalam
mesin setter akan tetapi terdapat alat tambahan berupa selang untuk
mengeluarkan uap air. Pengaturan kelembaban sangat penting didalam
proses penetasan karena berhubungan dengan pencegahan dehidrasi
DOC yang akan mengakibatkan DOC berukuran kecil dan kelembaban
yang terlalu tinggi berakibat DOC kembung.
Setting temperature mesin hatcher disesuaikan oleh masing –
masing jenis mesin dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Mesin
yang berada di PT Super Unggas Jaya Sukorejo menggunakan jenis
mesin chick ma ster dengan temperatur 36,7°C – 36,9°C dan humidity
29,4°C – 32,2°C. Settpoint temperatur dan humidity harus disesuaikan
dengan kondisi lingkungan atau a ctua lity. Proses penetasan di dalam
hatcher dilakukan dalam waktu 2 hari atau dari hari ke 19 sampai 21,
commit to user
menetas dan apabila telah berangsur turun maka DOC telah kering
kemudian dilakukan pull chick, setelah selesai pull chick mesin
hatcher dibersihkan dengan air dan dilakukan sinitasi menggunakan
desinfektan serta dilakukan fumigasi dengan single dosis.
4.2.6 Manajemen pull chick.
Proses pull chick dapat dilakukan apabila DOC sudah siap untuk
dikeluarkan dengan ciri-ciri :
· Bulu leher ayam masih basah sekitar 5%.
· Pusar tertutup dengan sempurna tidak bengkak.
· Shank kaki berwarna kuning mengkilap dan tidak kering.
· Remas kulit telur/cangkang akan terasa kering renyah sebagai
indikasinya.
Total waktu tetas normal 500 +/- 6 jam dari setting sesuai jenis
mesin, musim dan umur induk. Keluarkan semua ba sket dari mesin
hatcher dan dipindahkan pada ruang pull chick kemudian pindahkan
DOC ke chick box yang sudah disiapkan sesuai dengan kode kandang
masing – masing saat pemindahan sekalian dilakukan seleksi DOC,
cangkang dimasukkan ke drum, telur dis ditempatkan di egg stra y dan
secepat mungkin dikeluarkan agar tidak terjadi kontaminasi pada
DOC, telur dis biasanya dipakai buat pakan bebek atau pakan lele.
Ba sket yang kosong langsung dibawa diruang pencucian untuk segera
dibersihkan, untuk telur yang tidak menetas harus dihitung dan dicatat
masing-masing kandang, saat proses pull chick berlangsung exha ust
fa n atau blower penyedot udara ruang pull chick harus dalam keadaan
hidup karena akan membantu membuang udara yang kotor penuh
dengan bulu DOC, setelah selesai proses pull chick ruangan harus
segera dibersihkan dengan air kemudian dilakukan sanitasi.
Seleksi DOC di PT Super Unggas Jaya dibagi menjadi tiga
macam gra de, yaitu premium (umur induk 36 – 55 minggu), sta ndart
commit to user
Proses pull chick dilakukan seleksi dan gra ding DOC yang berkualitas
baik atau tipe A, tipe B, nepal atau polos dan DOC afkir, ciri-ciri
DOC yang berkualitas baik atau tipe A meliputi lincah (aktif) dan
seragam, bersuara nyaring, bulu dan kaki tidak kusut dan berwarna
kuning cerah, pusar tertutup sempurna, mata jernih bersinar, shank
kaki berwarna kuning cerah dan memiliki berat 36-39 gra m. Tipe B
ciri-ciri seperti tipe A tetapi bulu bagian dubur berwarna kuning tua
dan agak kotor. Nepal atau polos ciri – cirinya dubur DOC tidak
sempurna atau terdapat benjolan atau kotornya sangat banyak dan
bobot badannya lebih rendah sekitar 34-35 gra m. DOC afkir memiliki
ciri – ciri lemah, kaki kering, bulu kusut, cacat, kembung dan bla ck
na ple (jaringan embrional yang tersisa dan basah).
DOC yang diafkir masukan kedalam bak yang sudah disiapkan,
setelah seleksi selesai dimasukan kedalam sak atau kantong plastik dan
di buang bersama kerabang telur dan telur tidak menetas (dis) ke TPA.
Proses seleksi berdasarkan kelompok kandang, umur, strain dan
dilakukan pemisahan sesuai gra de yang sudah di tentukan, DOC hasil
seleksi langsung di masukan kedalam Chick box dengan jumlah 100
ekor ditambah 2 ekor sebagai jaminan kematian delivery. Seleksi DOC
dilakukan dengan cara berpasangan 2 orang agar bisa saling kontrol
kualitas hasil gra ding.
Pengiriman luar pulau /jauh harus diberi treatment dengan di
beri kecambah / air gula untuk mengantisipasi dehidrasi, DOC
dipisahkan menurut jenis kelamin jantan dan betina untuk konsumen
yang meminta dilakukan pemisahan antara DOC jantan dan betina
dengan ciri-ciri DOC jantan bulu pada ujung sayap sejajar sedangkan
yang betina bulu bagian atas lebih pendek dari bagian yang bawah,
untuk DOC premium diberi segel mengunakan sticker berlogo
premium, untuk DOC yang diseleksi jantan dan betina ditempatkan
commit to user
dan betina, untuk tutup chick box diberi kode yaitu tanggal pull chick,
kode selector dan asal fa rm/flock.
Kualitas hasil seleksi, kebersihan chick box dari cangkang telur,
semua data tersebut di catat hasilnya dengan detail dan benar dan
dilaporkan kepada hatchery hea d, setelah selesai proses seleksi dan
penghitungan jumlah DOC yang didapat secepatnya dilaporkan ke
bagian sales, periksa delivery order dan denah customer dari sales
kemudian dibuat surat jalan sesuai dengan delivery order nya,
pemberian nomer surat jalan dibuat secara berurutan berdasarkan surat
jalan sebelumnya dan kode nama hatchery yang bersangkutan, periksa
dan sanitasi mobil transportasi sebelum DOC dimasukan kedalam
mobil dan didistribusikan kepada customer.
Hal – hal yang perlu diperiksa adalah exha ust fan dan control
exha ust fan dipastikan berfungsi dengan baik, atap dan jendela serta
dinding mobil tidak bocor, box mobil dalam keadaan bersih dan sudah
disemprot dengan desinfektan, kondisi mesin baik dan tidak
menimbulkan bunyi yang mencurigakan, jumlah box DOC pada surat
jalan sesuai dengan jumlah a ctua l pada mobil yang membawanya.
Kegiatan-kegiatan yang meliputi kedatangan telur dari fa rm,
pengelompokan telur, proses fumigasi telur, tra nsfer dan ca ndling, pull
chick dan seleksi DOC kegiatan tersebut tidak dilakukan secara
berurutan.
4.2.7 Sanitasi dan Perawatan di Ha tchery.
Sanitasi di ha tchery dilakukan cukup ketat, hal ini berkaitan
untuk menjaga sterilisasi lingkungan ha tchery. Sanitasi masuk
perusahaan baik operator maupun motor atau mobil harus melalui
penyemprotan disinfektan yang berada disamping kantor pos satpam,
setelah itu semua orang yang masuk memakai baju yang sudah
disiapkan, baju ini hanya khusus untuk diluar bangunan. Masuk
commit to user
didalam ruangan tapi sebelum memakai baju, diwajibkan mandi, setiap
operator maupun orang yang masuk ruangan disediakan pakaian
khusus yang dipakai selama jam kerja. Masuk ruangan grading,
fumiga si, cooling room, setter, transfer, hatcher dan pull chick wajib
membersihkan tangan dan kaki kedalam baki yang berisi desinfektan.
Sanitasi ruangan dan alat dilakukan penyemprotan dengan larutan
disinfektan. Penyemprotan dilakukan dengan tekanan tinggi, misalnya
rak mesin setter, rak mesin hatcher dan ruangan. Penyemprotan
dengan disinfektan dilakukan sesudah penyemprotan menggunakan
detergen dengan tujuan menghilangkan sisa-sisa pelemakan dan
memaksimalkan kerja disinfektan.
Perawatan dan pemeriksaan mesin dilakukan oleh technica l
hatchery, macam kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Kegiatan harian
· Temperatur dan kelembapan tiap jam catat secara tertulis pada
buku check list.
· Sirkulasi udara, sistem pemanas, pendingin apa berfungsi
dengan baik.
· Pembalikan telur tiap jam sudahkan berfungsi.
· Spra y bersih tidak tersumbat, sehingga jalan keluar air tidak
terhambat.
· Pre wa rming dan setting pada jam yang telah ditetapkan.
· Melapor jika keadaan DOC sudah siap dilakukan pull chick.
· Melapor atasan jika terjadi masalah yang tidak dapat diatasi
sendiri.
· Menyiapkan dan memeriksa mesin yang hendak dipakai untuk
commit to user
2. Kegiatan 6 bulanan
· Service dan cuci total mesin setter secara bergantian kemudian
dilakukan sanitasi.
· Perbaikan lantai dan alat-alat pendukung yang rusak.
3. Kegiatan tambahan.
· Kegiatan ini dilakukan untuk membantu personil produksi
seperti mencuci chick basket dan trolley, melaksanakan
fumigasi mesin hatcher, sanitasi mesin setter setiap habis
commit to user BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
1. Seleksi telur yang dilakukan PT Super Unggas Jaya sudah baik hal itu bisa
terlihat dari jumlah telur grade out yang hanya sekitar 2,5 % sehingga
target produksi yang ditetapkan PT. Super Unggas Jaya dapat tercapai.
2. Sterilisasi telur sangat baik karena sebelum melakukan grading diwajibkan
untuk mencuci tangan dan juga telur dilakukan fumigasi sesuai aturan,
sehingga mengurangi bakteri yang dapat membuat telur gagal menetas..
3. Mesin Hatcher diberikan evaporative formalin dengan dosis 0.1 cc per
butir pada hari ke 19 – 20 dengan tujuan agar warna bulu DOC kelihatan
berwarna kuning, sehingga DOC yang dihasilkan lebih bagus.
5.2Saran
1. Sebaiknya saat sanitasi masuk ruangan lebih diperketat lagi, agar semua
petugas benar-benar melakukan sanitasi cuci kaki dan tangan saat ingin
masuk keruangan.
2. Saat melakukan seleksi telur harus benar-benar diteliti karena seleksi telur
sangat berpengaruh pada hasil DOC yang menetas dan seleksi DOC juga
harus teliti karena jika hasil seleksi bagus, konsumen juga senang
membelinya.