• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN BEADING DAN EMBROIDERY PADA BUSANA DEMI COUTURE DENGAN INSPIRASI WAYANG PURWA YOGYAKARTA. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN BEADING DAN EMBROIDERY PADA BUSANA DEMI COUTURE DENGAN INSPIRASI WAYANG PURWA YOGYAKARTA. Oleh:"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN BEADING DAN EMBROIDERY PADA BUSANA DEMI COUTURE DENGAN INSPIRASI WAYANG PURWA YOGYAKARTA

Oleh:

NATASYA RIZKY PERMATASARI NIM: 1605184055

(Program Studi Kriya Tekstil dan Mode)

TELKOM UNIVERSITY FAKULTAS INDUSTRI KREATIF

KRIYA TEKSTIL DAN MODE BANDUNG

(2)

PENERAPAN BEADS DAN EMBROIDERY PADA BUSANA DEMI COUTURE DENGAN INSPIRASI WAYANG PURWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan kesenian dan kebudayaan nusantara, Indonesia juga merupakan wisata budaya yang paling banyak diminati oleh negara-negara di berbagai belahan dunia, terutama jawa tengah khususnya D.I.Y Yogyakarta. Salah satu kebudayaan yang menjadi kebanggaannya adalah wayang. Wayang purwa merupakan salah satu dari sekian banyak budaya asli Indonesia, yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Dengan mangangkat motif wayang sebagai inspirasi motif. Wayang merupakan salah satu bentuk kesenian yang mengandung banyak aspek. Sebagai bentuk kesenian ia mencakupi unsur-unsur drama, sastra, musik, tari, dan seni rupa.

Di dalam kesenian itu tidak hanya kandungan nilai estetis yag dapat dinikmati, melainkan juga muatan filosofis dan makna simbolis, berupa pengetahuan hidup, pesan-pesan moral, dan keteladanan yang dipetik. Kesenian wayang telah menembus masa yang panjang, mampu menyesuaikan zaman, dan sebagai sebagian dari kesenian nusantara yang membanggakan. Dunia telah mengakuinya sebagai warisan kebudayaan dunia yang berharga. Karena itu sangat disayangkan apabila pewarisannya ke generasi muda kurang diperhatikan. Pewarisan wayang kepada generasi muda melalui bermacam cara, merupakan langkah konkret dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian wayang yang dapat mengakrabkan anak-anak muda dengan kekayaan Indonesia yang dapat dikembangkan secara visual.

Demi-Couture adalah busana setengah Haute Couture dan Prêt-à-Porter. Menurut Kawamura (2004) Demi-Couture diciptakan oleh para coutouriers di Perancis dengan sedikit melonggarkan aturan dari Haute Couture. Demi-Couture adalah bentuk dari Haute Couture yang sedikit

(3)

dimodifikasi dengan teknik pembuatan yang berbeda namun dengan kualitas yang baik dan harga jual yang lebih terjangkau dibandingkan Haute Couture namun lebih tinggi dibanding Prêt-à- Porter.

kualitas produksi tidak dibuat secara khusus tetapi tidak pula dibuat di pabrik seperti pakaian jadi. Demi couture dibuat sedikit lebih terjangkau dan lebih murah dari Couture namun lebih mahal dari Ready to Wear yang diperkenalkan oleh Couturer. Untuk merancang sebuah busana Demi Couture biasanya menggunakan aplikasi embellishment

Untuk melengkapi dan menambah kesan mewah pada suatu pakaian biasanya menambahkan aplikasi Embellishment. Embellishment merupakan teknik Menurut kamus Oxford, embellishment bisa diartikan sebagai hiasan atau tambahan lain yang membuat sesuatu menjadi lebih indah atau menarik. Menurut Laura (2014). Untuk menambahkan kesan mewah pada busana, dibantu dengan mengaplikasikan Teknik beading. Menurut Myra E.

Widodo (2011 : 156) dalam buku “Permata Tersembunyi Kalimantan Timur” Beading adalah kerajinan manik manik ini disebut pula dengan Teknik beading yang berarti seni menghias permukaan atau membuat perhiasan dengan cara merangkai atau menjahit manik-manik (Wishnu, 2009:3).

Teknik dan material yang dikembangkan beads menjadi salah satu material yang popular untuk dijadikan elemen dekoratif pada pakaian penggunaan beads. Dengan menciptakan desain busana modern dari kesenian Indonesia, bertujuan untuk mempopulerkan Kembali kesenian kebanggaan Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka dapat disusun idetifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Adanya potensi pada kesenian wayang Purwa sebagai inspirasi visual untuk dikembangkan sebagai embellishment.

2. Adanya potensi mengeksplorasi detail tokoh wayang Purwa sebagai Teknik beading 3. Adanya potensi yang dimiliki wayang Purwa untuk dijadikan ispirasi busana demi couture

1.3 Rumusan Masalah

(4)

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di uraikan oleh penulis diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menerapkan inspirasi visual wayang Purwa sebagai embellishment?

2. Bagaimana mengolah Teknik beading yang optimal untuk mengeksplorasi detil tokoh wayang purwa sebagai embellishment?

3. Bagaimana cara menerapkan ornamen pada kesenian wayang Purwa pada rancangan busana demi couture?

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penulis menerapkan objek penelitian dari wayang Purwa 2. Menggabungkan Teknik embellishment yaitu beading

3. Koleksi akhir berupa busana demi couture dengan inspirasi tokoh wayang Purwa

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengaplikasikan cara menerapkan inspirasi visual wayang purwa sebagai embellishment.

2. Dapat mengaplikasikanTeknik yang digunakan untuk mengeksplorasi detail tokoh wayang Purwa sebagai embellishment dengan Teknik beading

3. Dapat mengaplikasikan ornamen kesenian wayang Purwa pada rancangan busana demi couture.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah keragaman motif yang terinspirasi dari kebudayaan wayang di Indonesia yang sudah ada.

2. Menghasilkan referensi teknik eksplorasi embellishment yang terinspirasi dari kebudayaan wayang Purwa pada rancangan busana demi couture

(5)

1.7 Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metodologi kualitatif, sebagai berikut :

1. Observasi:

melakukan observasi secara langsung dengan mengamati keberagaman macam payet dan juga kesenian wayang, melakukan survei untuk mengamati berbagai macam bentuk payet di beberapa toko payet daerah mayestik. Dan juga mendatangi workshop BR 27 Cipta Busana untuk pempelajari beberapa Teknik beading.

2. Studi Pustaka:

melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan topik penelitian berupa Skripsi melalui buku ataupun Internet seperti Jurnal&Website, maupun artikel yang membahas tentang embellishment dengan inspirasi wayang Purwa dan D.I.Y Yogyakarta

3. Eksplorasi:

Melakukan percobaan Teknik beading dan embroidery, serta komposisi warna untuk mendapatkan hasil yang optimal

4. Wawanacara

Melakukan wawancara langsung bersama pemilik Galeri Wayang dan Bersama mas agus selaku pemilik wotkshop beading

(6)

1.8 Kerangka Pelitian

(7)

KONSEP PERANCANGAN

1. Mengambil inspirasi dari Tokoh Wayang Kulit yaitu Purwa 2. Perancangan pada embellishment yang digunakan yaitu teknik beading dan

hand embroidery.

3. Perancangan busana akan menggunakan rancangan Modest Wear ANALISA PERANCANGAN

Berdasarkan hail penelitian data literatur, data lapangan, eksplorasi dan wawancara : 1. Adanya teknik beading dan hand embroidery sebagai teknik utama untuk

diterapkan pada busana.

2. Penerapan bentuk yang terinspirasi dari Tokoh Wayang Kulit Purwa yang akan diterapkan pada busana modest wear EKSPLORASI LANJUTAN Dilakukan dengan mencoba membuat dengan teknik beading dan hand embroidery sehingga memhentuk desain yang diinginkan sesuai konsep EKSPLORASI AWAL

Mengamati bahan material dan teknik tusuk dasar yang cocok untuk digunakan dengan konsep Wavang Kulit Purwa

METODE PENELITIAN

1. Metode penelitian ini yang digunakan didalam penelitian merupakan metode kualitatif yaitu observasi, studi literatur, eksplorasi dan wawancara TUJUAN

1. Mampu mengetahui potensi dari tokoh Wayang Kulit Purwa yang akan di jadikan objek utama pada penelitian ini.

2. Mampu membuat inovasi bentuk modul beading dan hand embroidery dengan Wayang Kulit Purwa.

URGENSI MASALAH

1. Adanya peluang penggunaan teknik beading dan hand embroidery sebagai embellishment pada busana.

2. Adanya peluang untuk Wayang kulit Purwa dijadikan inspirasi bentuk dengan menggunakan teknik beading dan hand embroidery 3. Adanya potensi untuk diterapkan pada busana Modest Wear.

FENOMENA

1. Pada umumnya teknik beading dan embroidery di Indonesia digunakan sebagai objek dekoratif pada produk pakaian

2. Potensi beads yang dapat digunakan untuk membuat banyak item fashion.

(8)

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat menelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

(9)

BAB II STUDI LITERATUR

2.1 Embellishment

2.1.1 Pengertian Embellishment

Di dalam dunia fashion, embellishment adalah dekorasi yang biasanya ditambahkan ke sebuah permukaan kain untuk membuatnya lebih indah, karena sifat pola dekoratif, yang diciptakan. Menurut Collins (2009), definisi yang mudah dari kata embellish adalah:

“untuk membuat sesuatu lebih menarik, dengan menambahkan dekorasi” atau “untuk membuat cerita lebih menarik dengan menambahkan detail, yang mungkin tidak benar”. Dalam banyak hal, embellishment adalah alat utama dekorator. menampilkan handcraft yang baik dari teknik ataupun pengaplikasiannya sehingga menambah nilai dari suatu busana dengan adanya detail tersebut, beberapa contoh embellishment seperti manik-manik, bordir, bunga kain, smocking, pleats, dll (Chandler dkk, 2009) Embellishment juga sebuah cara untuk menambah sebuah dekorasi pada permukaan kain selain printing dan bordir untuk menambahkan kesan 3D dan unik. ( Udale, 2008 ) Manik – manik, potongan kaca, biji, cangkang, bulu dan sebagainya sangat berpotensi menambah warna, motif dan juga tekstur baru pada permukaan sebuah kain.

Source : pinterest

(10)

2.1.2 Klasifikasi Embellishment

Embellishment merupakan ornamen untuk menghias permukaan tekstil dengan berbagai macam teknik misalnya: penambahan warna, pola, tekstur atau desain ke kain melalui penggunaan media luar. Salah satu penerapan embellishment yang banyak digunakan adalah lekapan bordir dan payet. Teknik tersebut banyak dipilih sebagai penambah aksen dekoratif terutama pada busana pesta. Busana pesta termasuk ke dalam houte couture, yaitu busana berkualitas tinggi dengan  eksklusivitas pada bahan, desain, dan kriteria pengerjan. Metode yang digunakan yaitu Project Based Learning dengan hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti:

pemilihan bentuk atau motif, ukuran, dan warna agar hasilnya lebih maksimal (Nursyifa , 2021).

1. Payet

Payet adalah ornamen yang umum digunakan untuk dekorasi pakaian. Penggunaan payet pada pakaian dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk menciptakan kesan dan kesan mewah pada kain.

2. Beads

Beads merupakan material utama Teknik beading. Beads adalah manik manik berbentuk bulat pipih biasanya digunakan untuk dekorasi, dengan lubang tengah untuk memasukkan benang.

3. Embroidery

Embroidery atau biasa disebut sulaman adalah hiasan yang dibuat diatas kain dengan cara menusuk kain dengan jarum.

2.2 Pengertian Demi Couture

Demi-Couture adalah busana setengah Haute Couture dan Prêt-à-Porter. Menurut Kawamura (2004) Demi-Couture diciptakan oleh para coutouriers di Perancis dengan sedikit melonggarkan aturan dari Haute Couture. Demi-Couture adalah bentuk dari Haute Couture yang sedikit dimodifikasi dengan teknik pembuatan yang berbeda namun dengan kualitas yang baik dan harga jual yang lebih terjangkau dibandingkan Haute Couture namun lebih tinggi dibanding Prêt-à- Porter.kualitas produksi tidak dibuat secara khusus tetapi tidak pula dibuat di pabrik seperti pakaian jadi. Demi couture dibuat sedikit lebih terjangkau dan lebih murah dari Couture namun lebih mahal dari Ready to Wear yang diperkenalkan oleh Couturer

(11)

2.3 Pengertian Wayang Kulit

Wayang kulit adalah suatu budaya yang mengajarkan banyak pelajaran-pelajaran hidup manusia di dunia. Wayang penuh dengan nilainilai norma, filsafat hidup, kemuliaan, keagungan, dll. Hal ini sepatutnya yang harus banyak di mengerti oleh masyarakat Indonesia termasuk anak- anak bangsa. (Rizky Tito Permadi, 2011).

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden (Setia, 2014).

Wayang merupakan kebudayaan hasil bangsa Indonesia. Keberadaannya telah teruji lewat perjalanan sejarah yang sangat panjang. Hal tersebut membuktikan bahwa wayang merupakan satu jenis hasil budaya bangsa Indonesia yang terus menerus dapat dukungan dari masyarakatnya.

Wayang belum ditempatkan sebagai karya seni rupa yang memerlukan cara penikmatan khusus.

Bahkan, keberadaannya tidak lebih hanya sebagai pelengkap pertunjukan semata (Jajang Suryana, 2002).

2.3.1 Wayang Kulit Purwa

Wayang Kulit Purwa merupakan salah satu jenis wayang yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, bersama dengan jenis wayang lainnya seperti Wayang Gedog, Wayang Madyo, Wayang Golek, Wayang Beber, Wayang Krucil (Klithik). Wayang berbasis realitas baru akan terus muncul karena mereka tidak berumur panjang dan terbelakang, tetapi akan segera dihapus dan tidak pernah terdengar lagi. Hal ini berbeda dengan Wayang Kulit Purwa yang mampu bertahan dan berkembang mengikuti perkembangan zaman. Jenis wayang ini memiliki banyak pendukung dan dapat bertahan. Kelangsungannya adalah Wayang Kulit Purwa tidak akan mati karena nilai sejarah, filosofis yang mendalam. Wayang Kulit Purwa merupakan salah satu budaya Adhiluhung yang telah mencapai puncak kesempurnaan dari segi nilai etika dan estetika dan biasa disebut sebagai seni klasik.

Wayang kulit purwa dikenal di Indonesia sebagai wayang yang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh wayang lain. Wayang purwa yang dikenal saat ini telah mengalami banyak perubahan, mulai dari materi bahan yang digunakan hingga teknikperwujudannya. Asal mula

(12)

seni rupa pada wayang purwa bersumber pada relief yang terdapat pada Candi Panataran di Jawa Timur, tetapi pada kenyataannya sekarang, seni rupa ini mulai berubah bentuknya dan mencapai puncak kesempurnaan pada zaman kerajaan Mataram (1586-1680). (Mulyono dalam Akbar, 2013 : 52).

2.3.2 Tokoh Arjuna

Kepribadian Arjuna sangat khas baik kepribadian maupun bentuk fisik, mencerminkan kepribadian dan bentuk wayang secara umum. Maka dari itu dipilihlah Arjuna sebagai objek untuk merancang bentuk font wayang.

Dalam cerita Mahabharata, Arjuna dikatakan sebagai ksatria yang baik, bijaksana, tenang, teliti, sopan, berani, dan suka melindungi yang lemah. Karena sifat-sifat mulia ini, dia dicintai oleh para dewa surga sampai dia menerima beberapa pusaka suci. Sedangkan untuk wayang, Arjuna memiliki beberapa aksesoris yang secara fisik berbeda dengan karakter lainnya. Yaitu Kampoo/Kane Limarsawa, Sabuk Limarcatangi, Minan Karagerun, Kalung Kandra Kanta, Cincin Mustika Ampal.

2.4 Desain

2.4.1 Pengertian Desain

Istilah desain berasal dari kata disegno (bahasa Italia), yang berarti menggambar.

Kata disegno tersebut digunakan sebagai basis dari semua seni visual (seni rupa) pada masa Renai sans (abad ke-14 s.d. 15). Kata disegno pada masa Renaisans menurut Vasari (dalam Walker, 1989: 23) menggambarkan fase penemuan dan konseptualisasi yang secara umum mendahului terbentuknya lukisan, patung, dan seterusnya. Widagdo (dalam Sarwono dan Hary Lubis, 2007:1), menyatakan bahwa awal mula kata desain adalah dari kata disegno intern dan kata disegno esterno, yang digunakan oleh Axel von Saldem di Italia pada akhir abad ke-16. Arti kata disegno interno adalah konsep untuk karya yang akan dilaksanakan, sedangkan kata disegno esterno berarti karya yang sudah dilaksanakan.

Berdasarkan pengertian awal tersebut, maka kata desain selalu mengandung penekanan

(13)

pada dihasilkannya gambar rencana. Di antara pengertian desain dari beberapa pakar, cakupan pengertian desain secara luas dalam hal ini dapat dikemukakan pendapat Bruce L. Archer.

Menurutnya, desain adalah bidang keterampilan, pengetahuan dan pengalaman manusia yang mencerminkan keterikatannya dengan apresiasi dan adaptasi lingkungannya ditinjau dari kebutuhan-kebutuhan kerohanian dan kebendaannya. Dalam pengertian yang lebih luas, maka ruang lingkup desain meliputi fenomena benda buatan manusia (Yustiono dalam Sachari, 1986: 22-23).

2.4.2 Unsur Desain a) Garis

Garis dan arah; garis adalah kumpulan titik yang mempunyai tujuan dan arah untuk mengungkapkan emosi, perasaan, dan ekspresi.

b) Bentuk/Bidang

Bentuk dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) bentuk geometris, seperti segi tiga, segi empat, kerucut, lingkaran, trapesium, dan silinder; (b) bentuk bebas, seperti bentuk daun, bunga, dan titik air. Bentuk-bentuk pada busana dapat berupa bentuk lengan, krah, garis leher, motif, bentuk rok, dan saku.

c) Tekstur Texture (tekstur)

Tekstur adalah tampilan permukaan dari suatu benda yang dapat dilihat dan dapat dirasakan (Yulianti, 2007). Tekstur yang terdapat pada permukaan suatu benda dapat diketahui dengan indera penglihatan (berkilau, bercahaya, tembus terang, dan lain-lain) dan dapat dirasakan oleh indera peraba (tebal, tipis, kasar, halus, bergelombang, dan lain-lain).

d) Ruang/Jarak

Ruang dalam unsur seni rupa merupakan wujud dari tiga matra/dimensi yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi (mempunyai volume). Dalam meningkatkan satu matra ke matra yang lebih tinggi dibutuhkan waktu. Sehingga dalam memahami dan menghayati. Seperti yang dipaparkan oleh Dharsono “dalam seni rupa ruang dibagi atas dua macam yaitu ruang nyata dan ruang semu. Ruang semu artinya indra penglihatan yang menangkap bentuk dan ruang sebagai gambaran sesungguhnya yang tampak sepert pada kanvas yang kita lihat pada karya lukis, karya

(14)

desain, ilustrasi dan pada film. Sedangkan ruang nyata artinya bentuk dan ruang yang dibuktikan lewat indra peraba (Sharavia, 2021).

e) Ukuran

Ukuran menentukan panjang pendeknya garis dan besar-kecilnya bentuk menjadi berbeda.

Ukuran pada busana digunakan untuk menentukan panjang rok, yaitu rok mini, kini, midi, maxi, dan long dress.

f) Warna

Warna merupakan pantulan cahaya dari suatu benda yang diinterpretasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut. Menurut Kamila (dalam Hapsari, 2020) warna merupakan daya tarik suatu objek yang dapat menyiratkan kesan dan pesan melalui emosional dan dapat memberi efek psikologis.

2.4.3 Prinsip Desain 1. Harmoni

Harmoni merupakan kesatuan dari unsur-unsur desain. Prinsip ini muncul dari adanya kesamaan, kesesuaian, dan tidak adanya pertentangan (Suparta, 2019).

2. Kontras

Kontras merupakan paduan dari unsur-unsur yang berbeda tajam. Pertentangan merupakan dinamik dari eksistensi menarik perhatian. Kontras merangsang minat, kontras menghidupkan desain, kontras merupakan bumbu komposisi dalam pencapaian bentuk.

3. Repetisi (Irama)

Irama (rhytm) pada suatu desain busana merupakan suatu pergerakan yang teratur dari suatu bagian ke bagian lainnya, yang dapat dirasakan dengan penglihatan.

4. Gradasi

Gradasi merupakan paduan dari interval kecil ke interval besar, yang dilakukan dengan penambahan atau pengurangan secara laras dan bertahap, yang merupakan keselarasan yang dinamik. Gradasi dapat diartikan juga sebagai susunan dari penggambaran monoton menuju dinamika yang menarik.

a. Kesatuan (Unity)

b. Keseimbangan (Balance) c. Kesederhanaan (Simplicity)

(15)

d. Aksentuasi (Emphasis)

e. Proporsi 12 Adapun menurut Kartika dalam Witarsa (Witarsa, 2015) disebutkan bahwa proporsi dan skala mengacu kepada hubungan antara bagian dari suatu desain dan hubungan antara bagian dan keseluruhan.

2.4.4 Surface Design

1. Beading Teknik

payet atau beadwork telah ada sejak lama. Perkembangannya tersebar ke seluruh dunia yang berasal dari benua Eropa melalui hubungan perdagangan. Latar belakang serta tujuan seperti kepercayaan, adat istiadat, kebutuhan sehari-hari dan pariwisata daerah membuat keberagaman motif yang dihasilkan dari setiap negara maupun daerah (Zulkarnaen, 2009). Penggunaan bahan beadwork berupa manik-manik yang terbuat dari emas di Mesir kuno dimaksudkan sebagai alat tukar.

Kemudian, sejak awal budaya Hindu, bahan manik-manik telah ditemukan, dan di zaman Israel, keramik, kerang, batu, tulang, dan kayu ditemukan sebagai hiasan kepala. Sebelum Perang Dunia II, Eropa Timur memiliki industri manik-manik kaca yang disebut Bohemia, yang terus berkembang dengan lahirnya Swarovski dan jenis lainnya pada abad ke-19.

2. Embroidery

Embroidery atau sulaman merupakan sebuah seni pada suatu media yang menggabungkan sisi dekorasi pada desain dan tekstil dengan menggunakan benang dan jarum baik dibuat menggunakan mesin ataupun tidak. Pada umumnya embroidery membentuk suatu motif yang memiliki filosofi maupun makna dengan karakteristik masing-masing. Pada saat itu emboridery telah ada pada zaman Mesir kuno dengan adanya keberadaan ornamen bordir (Kemendag, 2008). Embroidery telah ada sejak zaman perunggu di Siberia . Ditemukannya jarum yang memiliki mata sebagai alat utama untuk embroidery atau sulaman oleh manusia untuk menjahit pakaian yang terbuat dari kulit hewan. Hal tersebut membuat embroidery sebagai bentuk inspirasi dari seni tato pada saat itu (Hapsari, 2020).

Referensi

Dokumen terkait