• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia

1. Definisi Lansia

Lansia ialah tahap dari perjalanan kehidupan bisa diliat dengan penurunan dalam keupayaan berbagai sistem organ dan fungsi yang mempunyai sifat yang selalu berhubungan atau fisiologi (Suparwati et al., 2017). Sedangkan menurut (Syahruddin, 2020) Lansia ialah seseorang yang umurnya terjadi perubahan fisiologis, psikologi dan sosial. Apabila seseorang terus meningkat usianya, beberapa fungsi penting dalam tubuh ikut terjadi penurunan fungsi seperti pendengaran mulai merosot, penglihatannya menjadi buram, dan fisiknya mulai lemah yang akan mengubah aspek dalam kehidupan.

2. Batasan Lansia

Pertumbuhan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lanjut usia terbagi empat kriteria. Pada usia 45-59 tahun sudah memasuki middle age.

Umur 60-74 tahun memasuki elderly, umur 75-90 tahun sudah lanjut elderly old, di atas 90 tahun sudah memasuki usia sangat tua very old (Naftali et al.,

2017). Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia 2009, umur 0-5 tahun yang baru lahir dari kandungan ibu masuk pada usia masa balita, umur 5-11 tahun sudah terjadi pertumbuhan dan disebut masa anak-anak, umur 12-16 tahun disini sudah pubertas yang disebut masa remaja awal, umur 17-25 tahun proses dimana sudah mulai berfikir secara mandiri yang disebut masa remaja akhir, umur 26-35 tahun sudah memasukki masa dewasa awal, umur 36-45 tahun pada akhirnya memasukki masa dewasa akhir, umur 46-55

(2)

tahun sudah mulai mengalai penurunan fungsi yang disebut pada masa lansia awal, umur 56-65 tahun memasukki masa lansia akhir, umur >65 tahun sudah masuk ke dalam masa manula (Hakim, 2020).

3. Proses Penuaan

Proses penuaan adalah proses hilangnya kekuatan jaringan secara berangansur-ansur dalam memperbaiki atau menggantikan maupun menjaga fungsionalnya, agar dapat lemah terhadap virus maupun bakteri serta penurunan fungsi yang diderita. Proses penuaan yang berlaku pada lansia secara perlahan mengakibatkan penurunan struktur dan fungsi organ, baik aspek, psikologi, mental dan sosial sehingga lansia sensitif terhadap berbagai jenis penyakit (Nurfatimah et al., 2017).

Dari segi fisik, keadaan fisik lansia menjadi lebih lemah dari masa mudanya. Fungsi panca indera yang sering terjadi kemerosotan pada gerak motorik kasar dan halus. Keadaan ini menyebabkan mobilitas lansia menjadi terbatas. Dari segi sosial lansia tidak bisa bersosialisasi seperti sewaktu dimasa muda dan kondisi tertentu, lansia sering kali bergantung pada keluarga maupun orang lain (Hakim, 2020).

Dari segi psikologi lansia mengalami penurunan diakibatkan oleh rasa kesunyian dan gangguan fungsi daya ingat. Bertambahnya pula dengan berkurangnya teman dimasa muda, keadaan ini memudahkan lansia sering berasa sunyi dan lemah secara psikologi. Selain itu, menjadi terpuruk karena terbatasnya keadaan secara finansial. Hal utama karena faktor uang pensiunan yang tidak mencukupi atau tidak dapat lagi bekerja karena

(3)

keadaan fisik maupun psikologi. Kondisi tersebut sering terjadi dan dihadapi lansia (Hakim, 2020).

4. Teori Penuaan

a) Wear and Tear Theory

Fungsi tubuh akan terjadi gangguan apabila digunakan dengan cara berlebih dan jika semakin selalu digunakan berlebih maka banyak terjadi kerusakan sehingga tubuh tidak kuat dalam meregenerasi jaringan tubuh yang baru (Roth, 2013).

b) Theory Neuriendocrinology

Ketidakupayaan keluarnya hormon untuk menimbangi fungsi tubuh akan menjadi terlalu banyak sehngga fisik akan terjadi kurangnya hormon sepenuhnya dan proses penuaan tidak dihindari. Meskipun mekanisme terjadi awalnya dari hypothalamus dan hipofise serta sel tubuh masih berjalan tetapi terkait kerjanya masih terforsir akibatnya fungsi hypothalamus maupun hipofise serta tubuh tidak dapat menyamainya dan alhasil proses penuaan tidak terhindari (Roth, 2013).

c) The Genetic Control Theory

Kontrol genetik mengoperasikan fisik megikuti yang sudah otomatis terformat di dalam deoxyribonucleic acid manusia, tetapi berbagai perkembangan ilmu sains yang membahas penuaan telah diamati dalam memutuskan lajur asid deoksiribonukleik untuk menjaga kehancuran dan perbaikan asid deoksiribonukleik (Roth, 2013).

d) The Free Radical Theory

(4)

Teori ini atom mempunyai elektron yang dipercayai suatu bagian yang mempercepatkan berjalannya penuaan, maka dari itu harus segera dihindari secepatnya (Roth, 2013).

5. Perubahan Yang Sering Terjadi Pada Lansia

Ada beberapa kejadian yang mengalami penurunan secara signifikan pada lansia antara lain :

a) Sistem sirkulasi

Lansia seiring dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan kecepatan konduksi sel miokard, hipertrofi ventrikel kiri. Peningkatan jumlah sel jaringan ikat dan deposisi kalsium, lipofuscin dan degenerasi amiloid serta degenerasi lemak. Klasifikasinya terdapat fibrosus katup dan aparatus mitral. Perluasan diameter arteri didiagnosis bersamaan dengan penebalan membran medial dan internal serta kekakuan pada dinding membran (Dziechciaż & Filip, 2014).

b) Sistem Pernafasan

Dengan bertambahnya usia pada lansia terjadi perubahan ukuran trakea dan bronkus yang mwnyebabkan penurunan terhadap kapasitas vital pada pernafasan maksimum. Selain itu, perubahan juga terjadi pada elastisitas paru-paru dan jumlah bronkiolus yang menyebabkan kelemahan otot dan gangguan silia (Dziechciaż & Filip, 2014).

c) Sistem Muskuloskeletal

Lansia akan mengalami perubahan dan penurunan pada sistem muskuloskelatal. Dengan bertambahnya usia pada lansia akan terjadi perubahan kepadatan tulang yang menurun yang mengakibatkan

(5)

degenerasi tulang rawan sendi dan terjadi keterbatasan mobilitas. Hal ini akan berdampak pada hilangnya massa otot secara perlahan dan terjadi penurunan pada kekuatan otot lansia (Dziechciaż & Filip, 2014).

d) Sistem Saraf

Lansia terjadi banyak penurunan dan fungsi pada bagian otak, usia tua menyebabkan penurunan diotak yang timbul plak pikun yang mengandung amiloid, lipofuscin terakumulasi dalam sitoplasma sel. Hal ini menyebabkan gangguan pada mekanisme neurotransmisi dan transduksi sinyal (Dziechciaż & Filip, 2014).

e) Sistem Pencernaan

Pada lansia juga akan mengalami penurunan gusi dan kehilangan gigi, penurunan sekresi saliva dan mukus, serta penurunan motilitas saluran cerna yang bersamaan dengan pengosongan lambung dan perlambatan ketegangan otot. Di lambung terjadi penurunan sekresi asam lambung dan sekuen gastrin dalam penguranganfungsi endokrin dan kapasitas regeneratif hati menjadi terganggu (Dziechciaż & Filip, 2014).

f) Sistem Urogenital

Seseorang dengan seiring berjalannya waktu akan mengalami penurunan fungsi laju kreatinin yang mengarah pada penurunan kapasitas kantung kemih. Selain itu terjadi penurunan ukuran dan berat ginjal yang secara bertahap terjadi penurunan aliran darah ginjal dan volume filtrasi glomerulus (Dziechciaż & Filip, 2014).

6. Faktor Resiko

(6)

Faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kebugaran yaitu gaya hidup, seperti konsumsi pangan, pola asupan gizi, pola aktivitas keseharian, keseringan merokok maupun penyakit-penyakit degeneratif (Nugraheni, 2013).

B. Senam Tera

1. Definisi Senam Tera

Senam tera Indonesia telah berdiri pada tanggal 12 November 1985.

Pemula senam tera berasal dari Cina bernama Bambang Sutomo atas desakan istrinya. Senam tera yang dilakukan hasil evaluasi group Tai Chi Qing Kong ke bapak Presiden Soeharto dan sesuai usulan Menteri, Presiden

sepakat senam ini namanya dirubah menjadi senam tera. Senam tera suatu latihan pernapasan yang dipadukan oleh gerak tubuh. Olahraga ini perpaduan dengan senam tai chi yang asal mula negara Cina. Kata tera dari makna therapy (Richi et al., 2018).

Senam tera ialah olahraga yang melatih fisik dan mental yang dipadukan pergerkan anggota badan dengan teknik pernapasan melalui penumpuan pemikiran dan dijalankan secara teratur, harmoni dan berterusan yang mempunyai pengaruh terhadap fungsi kerja jantung serta mengontrol peredaran darah (Nasution et al., 2021).

2. Manfaat Senam Tera

Senam tera memiliki manfaat dalam mengurangi ketergantungan pada orang lain, mencegah kerentanan penyakit, memperbaiki keadaan fungsi jantung, peredaran darah maupun hipertensi (Nasution et al., 2021). Selain itu, memiliki segudang manfaat disetiap gerakan. Gerakan peregangan

(7)

bertujuan supaya otot menjadi lentur, selanjutnya gerakan sendi yang memiliki manfaat bagi kesehatan fisik. Terakhir gerakan pernafasan yang memiliki gerakan lembut dan rileks yang mengadopsi dari senam tai chi yang bermanfaat dalam rasa rileksasi dan meningkatkan peredaran darah ke jantung (Richi et al., 2018).

Selain itu, dapat mempercepat kinerja jantung dan paru-paru pada lansia, peningkatan tersebut adalah dengan adanya senam tera yang dilakukan secara berkala supaya otot terlatih, tidak mengalami kekakuan terutama dalam pernafasan yang akan terjadi pada paru-paru dapat berkembang dengan maksimal (Parwati et al., 2013b).

3. Fisiologi Senam Tera

Peningkatan senam tera yang mengadopi dari senam tai chi terhadap peningkatan kebugaran tubuh yang memiliki gerakan lembut dan rileks jika dijalankan secara teres menerus dapat meningkatkan daya tahan jantung, daya tahan kardiopulmanary terpengaruhi oleh kapasiti paru-paru dalam keupayaan hemoglobin untuk mengikat O2 , keupayaan mompa jantung dan perfusi dan O2 dari pembuluh darah perifer kedalam otak. Senam tera termasuk senam aerobik menjadi lebih baik terhadap meningkatkan daya tahan kardiopulmanary akibat peningkatan kapasiti paru-paru hasil dari gerakan senam tera yang rileks, perlahan dan dilakukan secara konstan yang disertai dengan tarikan dan penghembusan yang panjang. Senam tera dilakukan dengan dosis 45 menit 3x/minggu selama 4 minggu (Parwati et al., 2013). Hal tersebut mengakibatkan peningkatan keupayaan otot pernafasan, meningkatkan fleksibilitas rongga dada dan paru-paru sehingaa

(8)

keupayaan untuk mengembangan paru-paru dan dinding dada mengalami peningkatan, dan reaksi difusi O2 ke pembuluh kapiler paru juga akan terjadi peningkatan (Utami et al., 2018).

4. Gerakan Senam Tera

Terdapat tiga poin gerakan inti ialah peregangan, persendian dan pernapasan (Ghani, 2009):

a. Tahap Gerak Peregangan

Latihan regangan memiliki tujuh belas pergerakan, berawal melalui pemanasan tubuh seperti berlari ditempat, dan berakhir dengan pendinginan tubuh. Teknik regangan ini berguna untuk keadaan fisik, seperti meningkatkan metabolisme, meningkatkan kadar denyutan jantung, menjadikanya lebih mudah untuk menerima jantung, menjadikannya lebih mudah menerima beban latihan, mempercepat peredaran darah ke otot-otot, dan secara berangsur-ansur dapat menaikkan temperatur otot untuk menghindari cedera (Tera Gymnastics Community, 2009).

b. Tahap Gerak Persendian

Dalam gerakan sendi ini terdapat sebanyak 25 gerakan, durasinya sekitar 7 menit, dan diiringi musik pengiring. Latihan ini bertujuan untuk menggerakkan otot dan persendian tubuh. Latihan ini menggunakan energi paling sedikit, sehingga tiap individu tidak merasa berat pada lutut, dapat menghindari cedera selama latihan, dan dapat merespon sel- sel tulang terbaru hingga dapat terjadi kenaikan tulang yang bertambah kuat (Tera Gymnastics Community, 2009).

(9)

c. Tahap Gerak Pernapasan

Latihan pernapasan pada senam tera adalah jenis latihan yang mencakup berbagai gerakan tubuh, pernapasan perlu dipertahankan, benar dan mengikuti musik pengiring (Ghani, 2009).

5. Teknik dan SOP (Standart Operating Procedure)

Tabel 2.1 Gerakan senam tera

NO Gerakan Pernafasan NONNo Gambar 1 Mengatur Nafas

2 Bangkit mengatur nafas

3 Melapangkan dada

4 Mengayun pelangi

5 Membelah awan

(10)

6 Mengayunkan Lengan

7 Menggayuh di danau

8 Mengangkat Bola

9 Memandang rembulan

10 Mendorong telapak

11 Membelai mega

12 Meraup air

13 Mendorong ombak

(11)

14 Membentangkan sayap

15 Menjulurkan tinju

16 Terbang melayang

17 Memutar roda

18 Menepuk bola

19 Meredakan nafas

Sumber : (Tera Gymnastics Community, 2009)

C. Square Stepping Exercise

1. Definisi

Square stepping exercise (SSE) suatu program latihan yang dibuat

Shigematsu dan Okura. Square stepping exercise memiliki program latihan yang membutuhkan tenaga fisik dan fungsi kognitif, khususnya berfokus pada memori dan fungsi eksekutif (Fisseha et al., 2017). Square stepping exercise (SSE) adalah latihan berbasis berbiaya rendah dan mudah

(12)

dilakukan bagi setiap orang yang melibatkan replikasi pola loncatan, pola gerak maju, melintas dikarpet lantai lurus tidak menanjak (Gill et al., 2016).

2. Manfaat Square Stepping Exercise

Square stepping exercise memiliki manfaat terhadap kognitif,

mengurangi resiko jatuh, fleksibilitas, meningkatkan ekstremitas bawah dan kebugaran tubuh (Gill et al., 2016). Selain itu square stepping exercise memiliki manfaat yang dapat meningkatkan kecepatan pemrosesan suatu informasi dan proses informasi. Square stepping exercise suatu latihan jalan kaki memiliki efek menguntungkan pada keseimbangan, kelincahan, tekanan darah, kadar kolesterol dan kebugaran kardiorespirasi (Ashim, 2017).

3. Fisiologi Square Stepping Exercise

Latihan square stepping exercise dengan dosis waktu 15-30 menit, frekuensi 3x/minggu, 16 repetisi/1 set (Ashim, 2017). Olahraga ini melibatkan banyak sistem sensorik (multi sensori faktor). Sistem sensorik yang dirangsang dalam olahraga ini ialah sistem propioceptive yang ada di persendian dan juga sistem sensori visual. Informasi propioseptik yang masuk melewati kolumna dorsalis yang di hantar ke cereblum. Pada cerebellum dan sebagiannya akan dikirimkan ke kortek serebrum yang kemudiannya sensorik motorik menerima respon dari otak untuk meningkatkan daya tahan otot dalam tubuh (Pramita & Susanto, 2018).

4. Teknik dan SOP (Standart Operating Procedure)

Square stepping exercise jenis latihan yang dilakukan diatas tikar tipis dibagi menjadi 40 kotak dan masing-masing kotak berukuran 25 cm. Suatu

(13)

teknik latihan jalan kaki, dimana metode ini dilakukan diruang terbuka dan bisa dilakukan didalam ruangan (Ashim et al., 2017).

Tabel 2.2 Latihan square stepping exercise No Nama dan Gambar Pola Prosedure Pelaksanaan 1 Latihan SSE pola

pertama

1) Sebelum dilakukan latihan SSE, lansia terlebih dahulu diberikan leaflet atau brosure mengenai pola latihan

2) Selanjutnya, peneliti terlebih dahulu memberikan contoh kepada responden terkait langkah pertama hingga akhir.

3) Lalu peneliti memberi waktu untuk lansia mencoba dengan sendiri dahulu dengan awasan peneliti.

4) Setelah dirasa resonden memahami pola, maka respond diminta untuk melakukan latihan SSE pada pola pertama

2 Latihan SSE pola kedua 1) Sebelum dilakukannya pola ke 2 ini, terlebih dahulu responden diberikan leaflet atau brosure mengenai pola latihan.

2) Pada latihan pola kedua, tingkat kesulitan sedikit lebih tinggi dari pola pertama. Latihan pola kedua ini mengharuskan untuk gerak ke samping kanan dan kiri sesuai dengan pola yang telah ditentukan.

3) Kemudian,responden diberikan kesempatan mencoba dahulu sebelum dilakukannya latihan pada pola kedua.

3 Latihan SSE pola ketiga 1) Sebelum dilakukannya pola ketiga ini, terlebih dahulu responden diberikan leaflet atau brosure mengenai pola latihan.

2) Pada latihan pola kedua, tingkat kesulitan sedikit lebih tinggi dari pola pertama. Latihan pola ketiga ini mengharuskan untuk gerak ke samping kanan dan kiri sesuai dengan

(14)

pola yang telah ditentukan.

3) Kemudian,responden diberikan kesempatan mencoba dahulu sebelum dilakukannya latihan pada pola ketiga.

4 Latihan SSE pola keempat

1) Sebelum dilakukannya pola ke 2 ini, terlebih dahulu responden diberikan leaflet atau brosure mengenai pola latihan.

2) Pada latihan pola kedua, tingkat kesulitan sedikit lebih tinggi dari pola pertama.

Latihan pola kedua ini mengharuskan untuk gerak ke samping kanan dan kiri sesuai dengan pola yang telah ditentukan.

3) Kemudian, responden kembali diberikan kesempatan mencoba dahulu sebelum dilakukannya latihan pada pola keempat.

Sumber : (Shigematsu et al., 2007)

D. Kebugaran Jasmani

1. Definisi

Kebugaran tubuh ialah upaya tubuh manusia dalam menjalankan aktivitas keseharian dalam jangka masa yang panjang dan tidak menyebabkan keletihan yang berlebih (Nuraeni et al., 2019). Sebagai seseorang mestinya bisa disiplin terhadap kesehatan dan kebugarannya dengan cara tingkah laku hidup sehat. Kebugaran tubuh berkaitan dengan

(15)

keadaan tubuh seseorang dalam menjalankan aktivitas fisik dengan cepat dalam jangka masa yang panjang serta tidak mengakibatkan rasa letih yang maksimal untuk melakukan aktivitas fisik lainnya (Tripayana, 2020).

2. Komponen Kebugaran Jasmani

Tingkat kebugaran dapat di lihat dari komponen kebugaran tubuh yang dibagi menjadi dua yaitu :

a. Kebugaran berhubugan melalui kesehatan tubuh (related fitness) 1) Komposisi lemak tubuh

Suatu gambaran pada masa jaringan tubuh yang terlibat aktif dalam proses metabolisme energi. Keseimbangan perkembangan badan bergantung dengan perbandingan tebal lemak bersama tualng maupun otot. Seseorang yang mempunyai badan tidak berlemak atau gemuk akan mempunyai bertambahnya otot yang dapat mengakibatkan suatu kondisi kebugaran jasman yang lebih sehat seta bugar dibandingkan dengan seseorang yang berlebihan lemak (Sukamti, 2016).

2) Fleksibilitas

Suatu kemampuan badan dalam menjalankan ketersedian ruang pergerakan tubuh secara optimal. Fleksibilitas gerak diakibatkan kelentukan otot maupun tendon serta ligament disekitar sendi (Sukamti, 2016).

3) Kekuatan dan ketahanan otot

Isotonic ialah ketahanan dalam keupayaan beberapa otot untuk menghasilkan kemampuan tenaga secara terus menerus dalam jangka

(16)

masa tertentu dan isometric ialah tahanan suatu pergerakan otot dalam jangka masa tertentu.Sedangkan kekuatan otot suatu kemampuan oot untuk mengeluarkan kekuatannya terhadap sesuatu rangsangan dalam kekuatan tenaga lawan (Sukamti, 2016).

4) Daya tahan jantung paru (kardiorespirasi)

Daya tahan kardiovaskular yaitu secara progresif jantung mempunyai daya tahan yang lebih kuat terhadap kinerja, sebelum seseorang membiasakan diri dengan olahraga secara rutin yang akan lebih banyak dan lebih cepat dalam kinerjanya, seperti halnya latihan aerobic. Kekuatan irama gerak dari latihan aerobic dengan durasi panjang menyebabkan otot menjadi kuat untuk bertahan dari suatu keseimbangan system peredarahan darah dan pernapasan (Sukamti, 2016).

b. Kebugaran yang berkaitan dengan kemampuan (skill related fitness) 1) Kecepatan

Suatu upaya tubuh dalam menjalankan fungsi gerak dengan masa yang cepat. Olahraga memiliki berbagai jenis tingkatan dalam melakukan kecepatan yang terdiri dari laju intensitas tinggi, laju sedang, dan laju lamban (Sukamti, 2016).

2) Waktu reaksi

Suatu masa antara respon dan awal mula gerak motorik (otot).

Durasi reaksi melibatkan penggabungan pusat sistem saraf atau pemahaman stimulus (bunyi, sinar) dan dimulai dari kinerja gerak yang betul (Sukamti, 2016).

(17)

3) Daya ledak (power)

Suatu upaya otot atau kumpulan otot untuk menyelesaikan tahanan beban dengan intensitas tinggi dalam gerak cepat yang mnyeluruh. Selain itu dapat diartikan, suatu upaya melakukan aktivitas fisik secara mendadak dengan respon yang tanggas dengan seluruh kekuatan otot yang dimilikinya dalam masa yang sebentar (Sukamti, 2016).

4) Kelincahan (agility)

Suatu upaya tubuh dalam mengarahkan gerak tubuh dengan bersungguh-sungguh tanpa disertai gangguan keseimbangan dan gangguan resiko jatuh (Sukamti, 2016).

5) Keseimbangan

Suatu upaya untuk menjaga postur tubuh dngan seimbang tanpa jatuh dan benar pada saat bergerak. Keseimbangan terdiri dari dua jenis yaitu keseimbangan static dengan aktivitas berdirinya dan keseimbangan dinamis pada aktivitas gerak tertentu (Sukamti, 2016).

3. Faktor Menurunya Kebugaran Jasmani

Perlu diketahui untuk mencapai VO2maks yang optimal yang paling penting diutamakan ialah ketahanan cardiovaskuler. Daya tahan cardiorespirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor fisiologis yakni :

a. Genetik

Berdasarkan 93,4% VO2maks ditentukan oleh faktor genetik yang mana terbukti kuat dalam memberitahukan bahwasanya genetik memiliki

(18)

perberbedaan rangsangan pada kebugaran tubuh yang terkait dengan kesehatan seseorang (Sudiana, 2014).

1) Umur

Sejak berusia anak-anak dan selanjutnya mengapai titik peningkatan diusia 18-20 tahun pada saat itu terjadi kenaikan kekuatan kardiorespirasi. Aktivitas fisik berkembang diusia 13 tahun yang akan terjadinya peningkatan VO2maks 10-20% yang memiliki efek lebih besar dari yang tidak melakukan aktivitas fisik (Sudiana, 2014).

2) Jenis Gender

Semasa akil baliqh pada kanak-kanak tidak terdapat perbedaan dalam VO2max antar jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Perbedaan anatomi maupun fungsi gerak serta aktiviti fisik yang terjaga dalam kedua jenis gender mengakibatkan perbedaan fleksibilitas dalam kestabilan otot juga beda diantara kedua jenis gender (Sudiana, 2014).

3) Aktivitas Fisik

Seseorang yang melakukan aktivitas fisik akan mempengaruhi dalam laju pemakaian O2 yang meningkat seiring peningkatan intensiti aktivitas fisik hingga tahap maksimum. Aktivitas fisik ialah gerakan badan yang dihasilkan oleh otot rangka dalam meningkatnya pengeluaran energi dan menyebabkan dalam terjadinya kontraksi otot (Sudiana, 2014).

4) Status Gizi

(19)

Seseorang sejak kecil yang masih mulai tahap pertumbuhan memiliki efek besar terhadap tumbuh kembang tubuh dan intelek seseorang. Pertumbuhan gizi ialah ukuran keadaan gizi seseorang yang mempertimbangkan kandungan gizi yang cukup yang didapat oleh makanan dan minuman yang dimakan tiap keseharianya (Sudiana, 2014).

E. Six Minute Walking Test (6-MWT)

1. Definisi

Six minute walking test merupakan uji berjalan yang mudah, praktikal,

terjangkau, tiada peralatan khusus atau pelatihan lanjutan, mudah digunakan, terpercaya, dan realibilitas pada lanjut usia (Nuraeni et al., 2019). Six minute walking test memiliki tujuan untuk menjaga resiko jatuh, keseimbangan, kebugaran dan untuk menilai prognosis dalam tolak ukur kesehatan tiap manusia (Harikatang et al., 2016).

2. Metode

Alat ukur ini dilakukan pada lintasan panjang yang digunakan berkisar 30 meter. Protokol 6MWT dalam uji VO2 menggunakan lintasan 30 meter dengan marka setiap 3 meter. Lintasan beralas datar, tidak menanjak, bebas hambatan dan harus ada tanda dilantai yang menunjukkan tempat dimulai dan berakhirnya jarak 30 meter (Gochicoa-Rangel et al., 2019). Alat ukur ini melihat sejauh lansia jalan kaki dengan waktu 6 menit dan tidak diperbolehkan untuk lari (Rahayu & Supriyadi, 2019).

(20)

Gambar 2.1 Lintasan Six minute walking test (Nusdwinuringtyas et al., 2018).

3. Kategori Kebugaran Lansia Berdasarkan Six Minute Walking Test

Untuk melihat kebugaran lansia menggunakan persamaan sebagai berikut : VO2maks = 0,03 x Jarak (Meter) (1) Tabel 2.3 Kategori kebugaran menggunakan six

minute walking test

NO Kategori Tingkatan Jarak

1 Kategori 1 Sangat buruk <300

2 Kategori 2 Sedang (S) 300-400

3 Kategori 3 Baik (B) 400-500

4 Kategori 4 Baik Sekali (BS) >500

Sumber : (Gochicoa-Rangel et al., 2019)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pelingkupan No Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan Komponen Rona Lingkungan Terkena

Proses ini adalah proses yang terakhir, dimana akan ditampilkan hasil yang berupa saran pilihan kecamatan alternatif atau perumahan alternatif untuk pendirian

Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex, equatorial periphery lobulate , periphery axial dengan jelas oleh keel, dinding cangkang berpori, permukaan pada

Pendidik yang memiliki dan menguasai berbagai keterampilan pendidik dalam mengajar dan dapat menerapkan dalam proses pembelajaran akan dinilai oleh peserta didik

Ukur absorbansi masing-masing larutan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang yang telah ditentukan pada butir 6.4.2.2.3 dengan larutan blanko sebagai titik nol,

Dengan kegiatan mengamati video pembelajaran tentang contoh pantun, siswa dapat menjelaskan isi pantun yang disajikan secara tertulis dengan benar.. Dengan kegiatan

“menahan ( menunda-nunda pembayaran hutang) orang yang mampu itu adalah kedholiman (HR. Sikap tegas ini diwujudkan pihak BMT Surya Dana Makmur dengan menyita jaminan yang