KARYA TULIS ILMIAH
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) V
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah AIK V Dosen Mata Kuliah : Wahyu Fajar Nugraha, S.HI., MA
Anisah Nurjanah (13040003) Dian Aida Ardi (13040008) Latif Yudha Arditama (13040021)
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH JL. RAYA SERANG KM. 14,5
TANGERANG 2014
INT EGRAS I ISLAM DAN IL MU PENGET AHUAN
[Hakikat Ayat-Ayat Allah][Kesatuan Antara Ayat Qauliyah Dan Kauniyah][Interkoneksitas Dalam Memahami Ayat Qauliyah Dan Kauniyah]
KARYA TULIS ILMIAH
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) V INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah AIK V Dosen Mata Kuliah : Wahyu Fajar Nugraha, S.HI., MA
Anisah Nurjanah (13040003) Dian Aida Ardi (13040008) Latif Yudha Arditama (13040021)
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH JL. RAYA SERANG KM. 14,5
TANGERANG 2014
IntegrasiIslamDanIlmuPengetahuanii
ABSTRAK
Allah menciptakan ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Ayat qauliyah yaitu ayat yang berupa ayat-ayat yang Allah firmankan dalam kitab-kitab-Nya. Ayat qauliyah mencangkup berbagai aspek seperti cara mengenal Allah, cara beribadah kepada-Nya, cara bertindak terhadap alam, cara bersosialisasi dan berbagai aspek lainnya. Dan ayat kauniyah yaitu ayat-ayat (tanda-tanda) Allah yang berupa segala bentuk ciptaan-Nya yang ada di alam semesta dan segala isinya. Segala fenomena, kejadian, peristiwa yang terjadi di alam ini dan segala yang ada di alam ini merupakan bagian dari ayat kauniyah. Dalam penyampaiannya, ayat qauliyah disampaikan oleh Allah melalui perantara malaikat jibril sedangkan ayat kauniyah tanpa perantara melalui malaikat jibril. Kedua ayat tersebut Allah ciptakan antara lain bertujuan untuk menunjukan kebenaran adanya Allah, pengetahuan dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas, serta tiada sekutu bagi-Nya.
Selain terdapat banyak ayat qauliyah yang mengajak manusia untuk merenungkan secara mendalam tentang ayat kauniyah untuk dapat mengetahui pengetahuan Allah., Sebenarnya ayat qauliyah dan ayat kauniyah juga memiliki sudut interkonektisitas lainnya yaitu ayat kauniyah mampu membuktian secara ilmiah maupun secara nyata langsung hal-hal alamiah yang terdapat pada ayat qauliyah baik yang diungkapkan secara tersurat maupun tersirat, sehingga dengan pembuktian tersebut maka, akan lebih meyakinkan kembali tentang kebenaran dan betapa menakjubkannya ayat-ayat qauliyah dan selanjutnya akan lebih memperkokoh rasa keimanan kita kepada sang pencipta dan pemilik segala ayat- ayat qauliyah dan kauniyah tersebut, yakni Allah SWT. Sebagai contoh dalam Q.S. Al-Mu‟minun [23] : 12-14 yang menyatakan bahwa asal mula manusia berasal dari sari pati tanah, dan sari pati tanah inilah dijadikan air mani/sperma yang merupakan awal/syarat terbentuknya manusia, hal ini dibuktikan secara ilmiah saat era modern ini oleh ilmu embriologi yang pernyataannya juga sependapat yaitu bahwa sperma merupakan awal/syarat terbentuknya manusia.
IntegrasiIslamDanIlmuPengetahuaniii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
PEMBAHASAN ... 1
A. Hakikat Ayat-Ayat Allah ... 1
1. Pengertian ayat qauliyah dan kauniyah ... 1
2. Fungsi Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah ... 2
B. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah Dan Kauniyah ... 5
C. Interkoneksitas Dalam Memahami Ayat Qauliyah Dan Kauniyah ... 7
1. Hati sebagai pusat tubuh ... 7
2. Sperma ... 8
3. Bulan sebagai cahaya dan matahari sebagai pelita ... 10
4. Hukum gravitasi ... 11
5. Perhitungan waktu akherat sehari sama dengan 1000 tahun atau sehari sama dengan 50.000 tahun ... 12
6. Al-Qur‟an menyebutkan bahwa alam semesta ini bermula dan berasal dari asap/gas ... 13
7. Bentuk alam semesta ... 14
KESIMPULAN ... 17
SARAN ... 18
DAFTAR PUSTAKA
IntegrasiIslamDanIlmuPengetahuan1 PEMBAHASAN
INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGEAHUAN
A. Hakikat Ayat-Ayat Allah
Allah dalam menampakan keberadaan-Nya berbeda dengan makhluk- Nya. Allah tidaklah menampakan wujud dzat-Nya pada kita saat di dunia ini.
Namun, meskipun wujud dzat-Nya tidak Ia tampakan, kita sebagai hamba- Nya harus meyakini tentang kebenaran adanya, karena Allah memang benar- benar ada. Lalu bagaimana kita dapat meyakini kebenaran ada-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya? Dan bagiamana cara kita mengenal-Nya?
1. Pengertian ayat qauliyah dan kauniyah
Allah telah memberikan bukti-bukti keberadaan-Nya kepada kita melalui ayat-ayat yang Allah ciptakan. Ayat-ayat yang Allah ciptakan itu ada yang melalui perantara malaikat jibril (ayat qauliyah) dan ada yang tanpa melalui malaikat jibril (ayat kauniyah).
a. Ayat Qauliyah
Ayat qauliyah merupakan ayat-ayat yang Allah firmankan dalam kitab-kitab-Nya. 1 Ayat qualiyah ini diturunkan melalui perantara malaikat jibril. Ayat-ayat qauliyah ini mencangkup berbagi aspek termasuk cara mengenal Allah, cara beribadah kepada-Nya, cara bersosialisi, cara bagaimana seharusnya bertindak terhadap alam dan berbagai aspek lainnya.
b. Ayat Kauniyah
Ayat kauniyah merupakan ayat-ayat (tanda-tanda) Allah yang berupa segala bentuk ciptaan-Nya yang ada di alam semesta dan segala isinya. Mulai dari yang berukuran paling kecil sampai yang paling besar bahkan diri kita sendiri merupakan ayat kauniyah. Segala peristiwa, fenoma, kejadian, dan segala yang terjadi di alam semesta ini merupakan ayat-ayat kauniyah.
1 Yantigobel. Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah, dimuat di Harian Fajar, https://yantigobel.
wordpress.com/tag/ayat-qauliyah/, diakses 28 september 2014 jam 20:47 WIB
IntegrasiIslamDanIlmuPengetahuan2 2. Fungsi Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah
Gelar jagad raya yang demikian hebat serta serba teratur ini pasti ada penciptanya, penalaran otak yang primitif pun dengan mudah dapat membenarkannya. Tetapi bahwa sang pencipta tersebut berwujud berhala atau dewa atau tuhan yang direkayasa berbentuk manusia misalnya, maka persoalannya tidak lagi sesederhana pemikiran otak primitif tadi. Sebab ada juga otak orang-orang modern yang percaya akan tahayul tentang berhala atau dewa yang beranak pinak. Persoalan tidak lagi sesederhana yang kita bayangkan justru karena dalam sistem keimanan islam adanya kepercayaan berhala tersebut akan memasuki wilayah paling berbahaya dan dosa tak terampunkan, yakni dosa musyrik (mempersekutukan Allah).2
Sebagai kitab agama yang berdimensi seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat maka ayat-ayat Al-Qur‟an lebih mengedepankan dimensi rohani yang bermuara kepada pengakuan kebesaran Allah. Artinya bahwa masalah-masalah keduniaan (termasuk gelar jagad raya) tidak akan memiliki arti sama sekali apabila tidak mampu menyentuh rasa keagamaan kita yang benar dan hakiki, dalam arti apabila pemahaman keduniaan itu justru menjauhkan kita dari Allah dan agama islam karena kemusyrikan, pemujaan akal dan ilmu pengetahuan/teknologi atau kesombongan.3
Sehingga seharusnya karunia akal dan kebebasaan yang hakekatnya tak terlepas dari bimbingan dan rahmad Allah serta sangat terbatas dibandingkan dengan gelar semesta ini tidak menyebabkan manusia lupa diri. Itulah karakteristik tampilan ayat-ayat Al-Qur‟an, yakni bahwa penyampaian berbagai tampilan duniawi adalah bertujuan untuk memperoleh hikmah atau rahasia-rahasia tersirat dari Al-Qur‟an besar (ayat kauniyah) yakni alam semesta, dibalik yang tersurat dalam ayat-ayat Al-Qur‟an kecil (ayat qauliyah) yang selama ini sudah kita kenal. Oleh karena itu sistematika Al-Qur‟an dengan 114 surat dan 6.236 ayat yang ada di dalamnya juga dapat bercampur dan berisi masalah kehidupan umat manusia secara acak berdasarkan urgensi ajaran akhlak, hukum dan tauhid
2 Ranusemito, Machmud. Memahami Peta Kandungan Al-Qur‟an, Cetakan Pertama. (Tangerang : Hikmah Mahligai Pilihan, 2000), hlm. 129
3 Ibid., hlm. 136
IntegrasiIslamDanIlmuPengetahuan3 sehingga penyampaian masalah-masalah dunia lebih merupakan tamsil
untuk mencapai ajaran akhlak, hukum dan pengakuan terhadap kebesaran Allah yang dimaksud.
Tetapi sebaliknya umat manusia wajib bersyukur diberi kesempatan oleh Allah untuk mencicipi hidup di dunia. Sebab berbeda dengan kehidupan akhirat maka dengan hidup di dunia yang dibekali pula oleh Allah dengan akal dan kebebasan azazi maka umat manusia dapat mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupannya di dunia. Pesan-pesan dan tamsil yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur‟an misalnya dapat diserap dan dikembangkan oleh umat manusia kedalam ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi sedangkan di sisi lain dapat pula diserap hal-hal yang lebih filosofis bahkan lebih hakiki. Dari pesan-pesan Al-Qur‟an dimaksud misalnya dapat ditransenderkan oleh manusia dari hal-hal yang bersifat duniawi (syari‟ah) menjadi hal-hal yang lebih bersifat hakekat dan bahkan makrifat dalam mencari pendekatan kepada Allah.
Tetapi apabila kita mampu menangkap secara harfiah dan ilmiah atas pesan dan tamsil Al-Qur‟an barangkali sudah sangat memadai dalam peningkatan kualitas hidup sekaligus lebih memantapkan pengenalan terhadap Allah.4
Dalam banyak ayatnya, kitab suci Al-Qur‟an mengajak orang arif, orang yang berfikir, dan orang yang waspada/ingat untuk merenungkan secara mendalam, dunia ini dan keajaiban-keajaiban dan bahkan untuk merenungkan peristiwa-peristiwa alamiah wajar dan sebab-sebabnya agar dapat mengetahui pengetahuan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu, Yang Maha Arif dan Pencipta Yang Maha Pengasih. Ayat-ayat ini sebagian besar dimaksudkan untuk menyadarkan manusia dan menarik perhatian manusia pada isu-isu yang muncul setelah eksistensi penciptaan seperti tak bersekutu, pengetahuan dan kekuasaan tak terbatas, kearifan ,kemurahan hati, dan sifat-sifat lain, khususnya kekuasaan untuk membangkitkan kembali manusia dari kematiaannya, kemudian memberi manusia kehidupan abadi dan selama kehidupan inilah manusia akan
4 Ibid., hlm. 137
IntegrasiIslamDanIlmuPengetahuan4 mendapat pahala atau hukuman selaras dengan kehidupan yang
dijalaninnya di bumi.
Namun, dalam semua ayat Al-Qur‟an ini, untuk dapat menyadari realitas-realitas metafisika, manusia diminta untuk memperhatikan dengan seksama segala sesuatu di dunia dan untuk membuat kesimpulan tentang tanda-tanda ini melalui penerapan presepsi-presespsi batiniah intuitif dan penilaian sehingga dengan demikian manusia memperoleh pengetahuan yang bermanfaat dan andal tentang dunia di luar panca indra.5
Jika seluruh alam semesta dan setiap bagiannya, dari atom sampai galaksi dan dari mineral sampai manusia, merupakan tanda-tanda jelas yang menunjukkan, kearifan, kekuasaan, berkehendak, keesaan, pengasih, dan sifat-sifat lain pencipta alam semesta, apakah tidak berarti bahwa alam semesta ini juga merupakan suatu bukti yang jelas dan tidak terbantahkan tentang eksistensi pencipta itu sendiri?
Jika jawaban untuk pertanyaan tersebut adalah “Ya”, harus kita simpulkan bahwa meskipun Al-Qur‟an tidak mengemukakan argumen- argumen terus terang untuk membuktikan eksistensi Allah karena atmosfer intelektual masyarakat pada zaman itu, tetapi Al-Qur‟an menggunakan suatu metode yang dapat pula bermanfaat untuk meneliti eksistensi Tuhan dan untuk mendapatkan pengetahuan yang jelas dan pasti tentang isu fundamental eksistensi-Nya. Yang menjadi sandaran argumen-argumen Al-Qur‟an ini adalah bahwa setiap ciptaan yang kita jumpai di dunia ini membutuhkan, pada akhirnya , satu pencipta yang mandiri yang memiliki kearifan dan kemampuan untuk menciptakan sedemikian banyak makhluk yang berbeda. Kebutuhan dan kebergantungan fitri segenap makhluk ini dengan jelas menunjukan sangat perlunya eksistensi wujud Maha Mandiri, dan kefanaan segenap makhluk ini menunjukan sangat perlunya eksistensi suatu realitas yang mandiri dan tidak berubah, realitas yang menjadi dasar bagi mereka, Barangkali, ayat 15 sampai 17 surat Fathir berkaitan dengan
5 Beheshti, Sayyid Muhammad Husaini. Metafisika Al-Qur‟an Menangkap Intisari Tauhid, Cetakan Pertama. (Bandung : Diterjemahkan Oleh Penerbit Arasy, 2003), hlm. 44
IntegrasiIslamDanIlmuPengetahuan5 kebutuhan kompleks manusia akan Allah dan kesimpualan yang harus
dibuat darinya:6
“Hai manusia,kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah, Dia- lah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki niscahya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah”
B. Kesatuan antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah
Antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah mempunyai kaitan yang erat sekali karena memang satu sama lain adalah satu kesatuan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ayat-ayat kauniyah berupa ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Secara umum cara memahami ayat qauliyah adalah dengan cara didengar dan dibaca, sedangkan ayat kauniyah dengan cara dilihat. Ayat kauniyah sebagai pembuktian kebenaran dari ayat qauliyah, sedangkan ayat qauliyah merupakan isyarat bagi manusia agar meneliti ayat kauniyah. Ayat kauniyah dan ayat qauliyah memiliki hubungan yang sangat erat karena kedua-duanya berasal dari Allah, dijamin kemutlakannya dan kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainya. 7 Kalau kita memperhatikan ayat qauliyah yakni Al-Qur‟an, kita akan mendapati banyak perintah dan anjuran untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah tersebut adalah firman Allah dalam Q.S.
Adz-Dzariyat [51] ayat : 20-21
6 Ibid., hlm. 45
7Rezalatica. Materi Agama Iman Kepada Qada Dan Qadar, http://bujang-anakbaik.blogspot.
com/2010/10/materi-agama-iman-kepada-qada-dan-qadar.html, diakses 4 desember 2014, jam 15.30 WIB
IntegrasiIslamDanIlmuPengetahuan6
“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri, Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Dalam ayat diatas, jelas-jelas Allah mengajukan sebuah kalimat retoris:
“Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat yang bernada bertanya ini tidak lain adalah perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat-Nya yang berupa segala yang ada di bumi dan juga yang ada pada diri kita masing- masing.
Jadi, kewajiban kita terhadap ayat kauniyah adalah tafakkur, yakni memperhatikan, merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama. Allah SWT. Berfirman dalam Q.S. Al-„Alaq [30] ayat : 1-5
“Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari „alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Dan mengenai kewajiban tafakkur, Allah menjadikannya sebagai salah satu sifat orang-orang yang berakal (ulul albab yaitu orang yang menggunakan pikiran, akal, dan nalar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menggunakan hati untuk menggunakan dan mengarahkan ilmu pengetahuan tersebut pada tujuan peningkatan akidah, ketekunan beribadah dan ketinggian akhlak yang mulia8). Seperti dalam Q.S. Ali „Imran [3] : 190 – 191
8 Abbudin Nata. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy). (Jakarta: PT. Raja Graindo Persada, 2002), hlm.166