BIMBINGAN PERKAWINAN UNTUK MEMBANGUN RESILIENSI KELUARGA DI KANTOR URUSAN AGAMA
KECAMATAN CANDIMULYO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Oleh :
Siti Hana Nazihah Nurhayati 17102020083
Pembimbing :
Zaen Musyrifin, S.Sos.I.M.Pd.I NIP. 19900428 00000 1 301
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2022
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 515856 Fax. (0274) 552230 Yogyakarta 55281
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Nomor : B-2030/Un.02/DD/PP.00.9/12/2022
Tugas Akhir dengan judul : BIMBINGAN PERKAWINAN UNTUK MEMBANGUN RESILIENSI KELUARGA DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN CANDIMULYO
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : SITI HANA NAZIHAH NURHAYATI
Nomor Induk Mahasiswa : 17102020083
Telah diujikan pada : Selasa, 13 Desember 2022 Nilai ujian Tugas Akhir : A-
dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
TIM UJIAN TUGAS AKHIR
Valid ID: 63a3e0cf04aad
0Ketua Sidang
0Zaen Musyrifin, S.Sos.I.M.Pd.I.
0SIGNED
Valid ID: 63a3b84681ae5
0Penguji I
0Drs. Muhammad Hafiun, M.Pd
0SIGNED
Valid ID: 639fdc5d7b2e8
0Penguji II
0Anggi Jatmiko, M.A.
0SIGNED
Valid ID: 63a3eedb3eb0e
0Yogyakarta, 13 Desember 2022
0UIN Sunan Kalijaga
0Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
00Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd.
0SIGNED
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
1/1 22/12/2022
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil’alamin atas segala nikmat dan karunia Allah SWT. telah melancarkan segala proses yang panjang dan rumit, penulis dengan sangat bangga mempersembahkan skripsi ini kepada :
Ayahanda Ahmad Hakim Jarnawi dan Ibunda Tercinta HZ. Lina Tatik Nurhayati
Terimakasih yang tak terhingga kepada Beliau, atas dukungan dan doa yang tiada habisnya untuk mengiringi perjalanan panjang penulis dalam menyelesaikan kewajiban sebagai mahasiswa.
vii MOTTO
اَل اَّمِم َو ا مِهِسُفنَأ ا نِم َوا ُض رَ لْٱاُتِبۢنُتااَّمِمااَهَّلُكاَج ََٰو زَ لْٱاَقَلَخاىِذَّلٱاَن ََٰح بُس اَنوُمَل عَي
Artinya :
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan makhluk-makhluk semuanya berpasangan; sama ada dari yang ditumbuhkan oleh bumi, atau dari diri mereka, ataupun dari apa yang mereka tidak mengetahuinya.*
*https://quran.kemenag.go.id/surah/36
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah nya sehingga penulis dapat menuntaskan kewajibanاiniاdenganاskripsiاberjudulا“BimbinganاPerkawinanاuntukاMembangunا Resiliensi Keluarga di Kantor Urusan Agama Kecamatanا Candimulyo”.ا Selamaا penyusunan skripsi telah banyak pihak yang memberikan bimbingan, dukungan, bantuan, serta dorongan, serta selalu memberi semangat kepada penulis agar dapat segera menyelesaikan tanggung jawab ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Phil. Al Makin MA, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Marhumah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
3. Bapak Slamet, S.Ag, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling Islam yang telah memberikan banyak kebijakan , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagaimana mestinya.
4. Bapak Zaen Musyrifin, S.Sos.I, M.Pd.I selaku Pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bantuan, bimbingan, arahan, motivasi dan juga semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
5. Bapak Drs. Muhammad Hafiun, M.Pd dan Bapak Anggi Jatmiko, M.A. selaku Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan arahan serta sarannya.
ix
6. Para Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas segala ilmu yang telah diajarkan dan banyak pengalaman serta moral value yang diberikan
7. Seluruh jajaran staff dan Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang senantiasa membantu kelancaran pengadministrasian selama menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Azis Basuki S.Pd dan Ibu Azizah Herawati S.Ag, M.S.I selaku Kepala KUA Kecamatan Candimulyo dan Penyuluh Agama Fungsional KUA Candimulyo yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Segenap jajaran staf dan seluruh pengawai KUA kecamatan Candimulyo yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Mbak Siti Nurul Hidayah dan suami selaku subjek penelitian yang bersedia diwawancai dalam penelitian ini.
11. Keluarga ku tercinta Ibunda HZ Lina Tatik Nurhayati, adek ku tercinta Pieana Dinda Nurhayati, dan Bapak Apen Cahyono yang selalu memberikan semangat yang tiada habisnya, menopang segala keluh kesah serta memberikan dukungan agar skripsi ini dapat selesai dengan semestinya.
12. Keluaga ku tersayang Ayahanda Ahmad Hakim Jarnawi, Ibu Meti Martina, adek-adek ku tersayang Firyal Siti Khuzaifah Izzatul Hakim, Gazwan Hakim yang telah memberikan dukungan dan doa-doa yang mengiringi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan semestinya.
x
13. Divla Fadila Rahma selaku sahabat penulis yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah dan memberikan semangat serta dorongan kepada penulis agar segera menuntaskan skripsi ini.
14. Dinda Aprilia Puspita S.Sos, selaku Sahabat penulis yang selalu menjadi tempat curhat penulis, selalu bersedia direpotkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
15. Annida, Shakilla, Khilsi selaku teman dekat penulis yang selalu memberikan semangat agar skripsi ini segera selesai dengan semestinya.
16. Hifni Ruwaida, selaku partner skripsian penulis yang menjadi tempat berkeluh kesah seputar perskripsian.
17. Bapak Yusuf Lubis, Ibu Ida Rosyidah, Siti Robiatul Adawiyah, Siti Halimah Sa’diyahا selakuا keluargaا besarا penulisا yangا telahا mensupportا penulisا agarا segera menyesaikan skripsi ini.
18. Kerabat Awesome, Rahma Aulia, Kak Niha, Kak Nisa, Kak Mila, Siti, Kak Fina, Nur selaku teman-teman dekat penulis yang selalu memberikan semangat, support dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
19. Teman-teman BKI 17 yang selalu memberikan informasi serta saling mendukung satu sama lain, terimakasih telah memberikan kenangan yang berkesan tentang pahit manis nya menjadi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.
Terimakasih diucapkan sekali lagi atas segala kebaikan, jasa dan bantuan yang telah diberikan, bantuan dukungan, semangat yang sangat berarti untuk penulis dalam menyelesaikan suka duka skripsi yang panjang ini, semoga Allah SWT.
xii ABSTRAK
Siti Hana Nazihah Nurhayati (17102020083). Bimbingan Perkawinan untuk Membangun Resiliensi Keluarga di KUA Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah : Program Studi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2022.
Adanya penelitian ini dipicu oleh banyak nya perceraian yang semakin meningkat setiap tahunnya di Kabupaten magelang terutama daerah Candimulyo karena banyak pasangan belum siap usia menikah dan banyaknya pasangan menikah tanpa persiapan psikis dan mental. Kehidupan rumah tangga yang tidak luput dari masalah akan menjadi penyebab terjadinya perceraian ketika tidak mendapatkan problem solving yang tepat, untuk mencegah terjadinya perceraian Kemenag mengeluarkan kebijakan untuk mengadakan Bimbingan Perkawinan yang diharapkan dapat mengurangi angka perceraian. Bimbingan perkawinan diisi dengan banyak materi tentang pondasi keluarga yang diharapkan dapat menjadi bekal bagi calon pengantin untuk mempertahankan rumah tangga nya. Metode bimbingan perkawinan menjadi salah satu faktor yang menentukan materi terserapnya materi bimbingan oleh calon pengantin.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek empat orang yaitu Kepala KUA Kec. Candimulyo, Penyuluh Agama Fungsional dan Peserta Bimbingan Perkawinan. Objek penelitian ini adalah metode Bimbingan perkawinan untuk membangun resiliensi keluarga dan cara pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode atau cara penyampaian yang diaplikasikan dalam bimbingan perkawinan sangat berpengaruh terhadap terserapnya materi untuk calon pengantin dan dalam penerapan sehari-hari materi bimbingan perkawinan cukup membantu namun tidak selalu diaplikasikan oleh pasangan pengantin. Metode diskusi dan tanya jawab adalah metode yang paling digemari oleh peserta bimbingan perkawinan karena metode ini dirasa lebih mudah diterima dalam penyampaian materi.
Kata Kunci : Bimbingan Perkawinan, Resiliensi Keluarga, Suscatin
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv
SURAT PERNYATAAN MEMAKAI JILBAB ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
MOTTO ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Penegasan Judul ... 1
B. Latar Belakang ... 3
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan dan Manfaat penelitian ...8
E. Manfaat Penelitian ...8
F. Tinjauan Pustaka ... 9
G. Keranga Teori ... 15
BAB II GAMBARAN UMUM BIMBINGAN PERKAWINAN DI KUA KECAMATAN CANDIMULYO A. Profil Kantor Urusan Agama Candimulyo... 45
B. Visi, Misi Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 45
C. Sasaran Masyarakat Kantor Urusan Agama Candimulyo... 45
D. Alur Pendaftaran Bimbingan Perkawinan Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 46
E. Pelayanan Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 47
F. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 47
G. Sarana dan Prasarana Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 49
H. Letak Geografis dan Denah Wilayah Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 49
I. Program-Program Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 51
J. Profil Subjek ... 52
K. Gambaran Umum Bimbingan Perkawinan Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 54
BAB III METODE DAN TAHAP-TAHAPAN BIMBINGAN PERKAWINAN UNTUK MEMBANGUN RESILIENSI KELUARGA DI KANTOR URUSAN AGAMA CANDIMULYO ... 56
A. Metode Bimbingan Perkawinan ... 59
1. Metode Langsung ... 59
H. Metode Penelitian ... 38
xiv
a. Percakapan Pribadi ... 61
b. Kunjungan Rumah ... 64
c. Kunjungan Observasi Kerja ... 65
d. Diskusi Kelompok ... 65
e. Karyawisata ... 69
f. Sosiodrama dan Psikodrama ... 70
g. Group Teaching ... 72
2. Metode Tidak Langsung ... 75
a. Metode Individual ... 75
b. Metode Kelompok ... 75
B. Tahap-Tahapan Bimbingan Perkawinan ... 76
1. Tahap Persiapan ... 76
2. Tahap Keterlibatan ... 77
3. Tahap Menyatakan Masalah ... 78
4. Tahap Interaksi ... 79
5. Tahap Konferensi ... 81
6. Tahap Penentu Tujuan ... 82
7. Tahap Akhir dan Penutup ... 83
C. Uraian tentang Bimbingan Perkawinan untuk Membangun Resiliensi Keluarga ... 83
BAB IV PENUTUP ... 88
A. Kesimpulan... 88
B. Saran ... 88
C. Penutup ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
LAMPIRAN ... 94
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Candimulyo ... 48 Tabel 2.2. Struktur Penyuluh Non PNS Kantor Urusan Agama Candimulyo . ... 48 Tabel 2.3. Wilayah Hukum ... 50
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Penelitian ini berjudul “Bimbingan Perkawinan untuk Membangun Resiliensi Keluarga di Kantor Urusan Agama Kecamatan Candimulyo, guna menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah-istilah dalam judul penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan dan penegasan istilah dari judul tersebut.
1. Bimbingan Perkawinan
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang yang profesional kepada individu untuk mencapai pemahaman, potensi diri dan pemahaman terhadap lingkungannya secara optimal.2
Perkawinan adalah konotasi atau memiliki persamaan kata dengan pernikahan. Hal itu dijelaskan dalam pasal 1 UU Perkawinan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3
Bimbingan perkawinan merupakan proses pemberian bantuan kepada calon pengantin yang dilaksanakan baik secara individu maupun kelompok agar dapat memperoleh kehidupan yang selaras dengan aturan agama Islam.4
2 Kamaruzzaman, Bimbingan Konseling, (Pontianak: Rumah Pustaka Aloy, 2016), hlm. 2
3 R. Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan di Indonesia (Airlangga :University Press, 1988) Hlm. 38.
4 Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. ix
2
Bimbingan Perkawinan dalam penelitian ini adalah proses pengarahan atau bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang professional kepada calon pasangan suami istri agar kedepannya dapat menjalankan rumah tangga sesuai dengan ajaran Allah SWT. Sehingga dapat memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
2. Membangun Resiliensi Keluarga
Pengertian membangun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu bangkit berdiri; naik (tentang awan dan sebagainya).5
Resiliensi Keluarga adalah kondisi sebuah kelurga yang mampu beadaptasi dalam masalah dan berhasil mengatasi stress baik dalam waktu sekarang maupun waktu-waktu berikutnya.6 Keluarga yang memiliki resiliensi yang baik adalah keluarga yang dapat bekerjasama dalam menghadapi persoalan yang sulit sehingga keluarga dapat kembali ke kondisi stabil seperti semula.7
Dalam hal ini yang dimaksud dengan membangun resiliensi keluarga adalah pembangkitan karakter, sikap dan pembekalan ilmu untuk mengatasi permasalahan yang kompleks dalam keluarga sehingga sebuah keluarga dapat bertahan dalam masa krisis dan kembali ke masa yang semula.
3. Kantor Urusan Agama Kecamatan Candimulyo
Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan kantor yang melaksanakan sebagian tugas kantor Kementrian Agama Indonesia di kabupaten dan
5 Dendy Sugono, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm.
1529
6 Wiwin Hendriani, Resiliensi Psikologis, (Jakarta : Kencana Prenadamedia, 2022), hlm.
90
7 Ibid hlm. 91
3
kotamadya di bidang urusan agama Islam dalam wilayah Kecamatan Candimulyo. Tugas KUA berdasarkan keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 Tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama kecamatan, melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementrian Agama Pusat di tingkat kecamatan.
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud Bimbingan Perkawinan untuk Membangun Resiliensi Keluarga di Kecamatan Candimulyo adalah proses pengarahan atau bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang professional kepada calon pasangan suami istri untuk membangkitkan karakter, sikap dan pembekalan ilmu guna mengatasi permasalahan yang kompleks dalam keluarga sehingga sebuah keluarga dapat bertahan dalam masa krisis di Kantor Urusan Agama Kecamatan Candimulyo.
B. Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan, maka dari itu tidak perlu risau dengan perkara jodoh, jodoh tidak akan tertukar maupun keliru karena hal ini juga tercantum dalam surat Az-Zariyat ayat 49
artinya : ”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).” 8
Diciptakannya manusia secara berpasang-pasangan yang dipererat dengan tali pernikahan menunjukkan bahwa bukti kekuasaan Allah SWT. karena dengan
8 Departemen Agama RI, Alhidayah Al-Qur’anاTafsirاPerاkataاTajwidاkodeاAngkaا(Tangerangا Selatan: Kalim, 2011), hlm. 523
4
adanya pernikahan Allah menjadikan pahala di setiap perbuatan baik yang dilakukan di dalamnya.
Penikahan adalah salah satu perintah Allah SWT dan Sunnah Rosululah SAW, selain itu pernikahan juga dianggap sebagai setengah dari penyempurna agama. Hal-hal dalam pernikahan adalah ladang pahala bagi keduanya. Melalui ikatan suci sebuah pernikahan maka terbentuklah sebuah keluarga. Dalam penerapannya hidup berkeluarga tidak semudah yang banyak orang bayangkan.
9maka dari itu untuk mengantisipasi dan mengurangi kasus perceraian di Indonesia, Kantor Urusan Agama mengadakan program Bimbingan Perkawinan yang di dalamnya terdapat berbagai materi atau bekal untuk pasangan muda mudi yang akan menjalankan ibadah terpanjang dalam hidupnya.
Keluarga adalah unit pertama dalam sebuah struktur sebelum memasuki struktur yang lebih luas seperti sekolah, lingkungan kerja, dan masyarakat. Adanya keluarga yang kokoh dan harmonis dapat melahirkan generasi yang berpotensi di masa depan akan tetapi dalam membentuk keluarga yang harmonis diperlukan banyak tantangan dan perjuangan.10 Menurut Olson and Fower, perkawinan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab dan sumber pendapatan, yang dapat mengalami krisis disuatu waktu. Seiring berjalannya waktu cepat atau lambat setiap keluarga khususnya pasangan baru akan mengalami masa-
9 Wahyu Wibisama, Pernikahan dalam Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol. 14 No. 2, 2016, hlm. 185
10 Amorisa Wiratri, Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat Indonesia (Revisiting The Concept Of Family In Indonesian Society), Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol 13 No. 1, 2018, hlm. 15
5
masa krisis dalam pernikahan. Masa-masa kritis dalam pernikahan umumnya terjadi pada usia awal pernikahan kisaran satu hingga lima tahun pertama.11
Pada pernyataan nya pernikahan akan langgeng ketika sepasang pengantin dapat melewati masa-masa sulit itu namun, hal itu belum terbukti karena terjadi peningkatan kasus perceraian yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Menurut penjelasan Dwi Hadya Jayani selaku Jurnalist Katadata dalam databooks katadata menyatakan bahwa Tren perceraian di Indonesia menurut pengadilan agama saat ini semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2022, angka perceraian Indonesia mencapai 447,743 kasus, meningkat 54% dibandingkan tahun 2021.
Penyebab terbesar perceraian pada 2022 adalah perselisihan dan pertengkaran terus menerus dengan 279.205 kasus. Faktor ekonomi menempati urutan kedua sebanyak 113.343 kasus. 12
Sementara masalah lainnya adalah suami/istri pergi (42.387 kasus), KDRT (4.779 kasus), dan mabuk (1.779 kasus). Salah satu kriris keluarga yang tertuang dalam RUU Ketahanan Keluarga adalah perceraian sebagaimana dalam Pasal 74 ayat 3c. Pemerintah daerah juga wajib melaksanakan penanganan krisis keluara karena perceraian dalam Pasal 78 RUU Ketahanan. 13
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa kasus perceraian di Indonesia semakin tahun semakin meningkat dan mencapai tingkat tinggi setiap tahunnya.
11 Anggia Kargenti Evanurul Marretih, Psikologi Perkawinan dan Keluarga, (Pekanbaru : Al-Mujtahadah Press, 2016), hlm. 3.
12 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/20/ramai-ruu-ketahanan-keluarga- berapa-angka-perceraian-di-indonesia di akses pada tanggal 01 September 2022 pukul 12.12
13 Ibid hlm. 01
6
Dari tahun 2021 yang terus meningkat pada tahun 2022 mencapai 447,734 kasus.
Hal itu membuktikan bahwa tingkat relisiensi pasangan di Indonesia masih sangat lah rendah dan perlu adanya pembelajaran tentang bagaimana cara menghadapi masalah yang berat, apalagi bagi pasangan-pasangan muda yag masih awam dan beberapa masih mempunyai pemikiran yang labil. Adanya bimbingan perkawinan diharapkan dapat meberikan bekal kehidupan berupa teori yang nantinya dapat diterapkan saat hidup berkeluarga. 14
Pada saat ini kasus perceraian yang terjadi di Kabupaten Magelang termasuk kasus perceraian yang tertinggi se jawa tengah. Hal ini dilansir dari data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri, persentase penduduk berstatus cerai Kota Magelang sebesar 2,66% dari total penduduk yang mencapai 127,25 ribu jiwa pada Desember 2021.15Pada kecamatan Candimulyo setiap tahunnya mengalami peningkatan kasus. Pada tahun 2021 mencapai angka 504 orang yang memiliki akta cerai hidup dan sebanyak 344 orang berstatus cerai hidup namun tidak memiliki akta cerai.16
Kecamatan candimulyo adalah kecamatan di salah satu desa di Kabupaten Magelang. Desa ini cukup jauh dari Kota Magelang. Masih cukup sedikit pemuda pemudi yang melanjutkan pendidikan ke tahap kuliah, kebanyakan dari mereka setelah lulus SMA langsung bekerja atau bahkan menikah. Pada desa Candimulyo terus mengalami peningkatan tentang pernikahan anak di bawah umur. Hal itu
14 Ibid
15 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/05/17/penduduk-berstatus-cerai- hidup-kota-magelang-tertinggi-se-jawa-tengah-pada-2021 diakses pada 16 Desember 2022
16 Disdukcapil Magelang yang diakses melalui
https://pusaka.magelangkab.go.id/penduduk/agregat/jumlahKepemilikanAkta pada 16 Desember 2022
7
tercantum dalam data disdukcapil Kota Magelang bahwa yang berstatus kawin dan memiliki akta nikah berjumlah 16.160 orang dan yang menikah tanpa memiliki akta nikah berjumlah 10.207 orang. 17 hal ini menjadi fokus bagi KUA Cndimulyo untuk memberikan bimbingan perkawinan agar pengantin baru bisa menyelesaikan konflik dalam rumah tangga dan menjalankan hak kewajiban sebagaimana mestinya supaya mengurangi berdebatan dalam rumah tangga, mengacu pada hal ini juga bahwa KUA Candimulyo sebisa mungkin memberikan bekal dan arahan untuk memelihara pernikahan dan mengurangi angka perceraian.
Berdasarkan pemaparan pemikiran tersebut peneliti bermaksud membahas mengenai materi bimbingan perkawinan yang dapat menjadi bekal calon pengantin untuk dapat bertahan dalam masalah krisis di kehidupan berkeluarga dengan menyusun penelitian yang berjudul “Bimbingan Perkawinan untuk membangun Resiliensi Keluarga di KUA Kecamatan Candimulyo”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikerucutkan menjadi rumusan masalah yang dipandang relevan untuk dikaji dan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana Metode Bimbingan Perkawinan yang dilakukan di Kantor Urusan Agama Candimulyo untuk Membangun Resiliensi Keluarga?
2. Bagaimana Tahapan-Tahapan dalam Bimbingan Perkawinan yang digunakan di Kantor Urusan Agama Candimulyo untuk Membangun Resiliensi Keluarga?
17Disdukcapil Kota Magelang yang diakses melalui
https://pusaka.magelangkab.go.id/penduduk/agregat/jumlahKepemilikanAkta pada 16 Desember 2022
8 D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan Metode Bimbingan Perkawinan untuk Membangun Resiliensi Keluarga di Kantor Urusan Agama Kecamatan Candimulyo.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan Tahap-tahapan Bimbingan Perkawinan untuk Membangun Resiliensi Keluarga di Kantor Urusan Agama Kecamatan Candimulyo.
E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
1) Berguna bagi peneliti khususnya dan para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi Bimbingan Perkawinan yang diterapkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Candimulyo.
2) Bagi jurusan Bimbingan Konseling Islam, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan dokumen akademik khususnya jurusan BKI yang berguna bagi acuan aktivitas akademik selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan pemikiran bagi pasangan calon suami istri/ catin agar bisa mempelajari dan mengulang
9
kembali materi tentang bimbingan perkawinan yang dapat membantu untuk menghadapi krisis masalah di dalam keluarga.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini berjudul Bimbingan Perkawinan untuk meningkatkan Resiliensi Keluarga di Kantor Urusan Agama Candimulyo. Untuk menghindari hasil penelitian yang sejenis, dilakukan penelusuran terkait penelitian terdahulu.
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Hilmi Kurnia Fatimah dengan judul Resiliensi Keluarga pada Keluarga Yang Memiliki Anak Down Syndrome. Hasil dari penelitian skripsi ini adalah Resiliensi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua keluarga memiliki gambaran resiliensi keluarga yang berbeda. Resiliensi keluarga pertama dikuatkan oleh komponen sistem keyakinan, sedangkan keluarga kedua dikuatkan oleh komponen sistem keyakinan dan pola organisasi. Kedua keluarga dalam penelitian ini cenderung memiliki proses komunikasi yang kurang dapat meningkatkan resiliensi pada keluarga tersebut. Hal ini sesuai dengan teori Walsh yang menyatakan bahwa resiliensi keluarga adalah proses yang dinamis dan berbeda pada tiap-tiap keluarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah dua keluarga yang memiliki anak
down syndrome berusia antara 11 sampai 20 tahun. Keluarga pertama terdiri dari ayah, ibu, dan adik perempuan. Keluarga kedua terdiri dari ayah dan ibu. Data dalam penelitian ini dilengkapi dengan keterangan dari seorang significant other
10
dari tiap keluarga. Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang resiliensi keluarga. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu resiliensi keluarga berperan menjadi variabel satu dan di penelitian penulis resiliensi keluarga berperan sebagai variabel kedua dalam penelitian18
Kedua, jurnal yang ditulis oleh Muhammad Andri yang berjudul Implemantasi Bimbingan Perkawinan Sebagai Bagian dari Upaya Membangun Keluarga Muslim yang Ideal. Dari Penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa landasan filosofis adanya suscatin adalah untuk mengurangi angka perceraian namun dalam pelaksanaanya kurang efektif karena masih tingginya angka perceraian. Sehingga pemerintah berupaya untuk mengurangi angka perceraian tersebut dengan memperioritaskan program bimbingan perkawinan (bimwin). Dan pada tahun 2020 program (bimwin), adalah upaya membangun keluarga muslim yang sakinah, mawaddah, warahmah, serta dapat terwujudnya keluarga muslim yang harmonis dan ideal, disamping itu dengan adanya program bimbingan perkawinan (bimwin) dapat melahirkan generasi yang kompeten yang unggul dan berkualitas sehingga mampu mewujudkan nilai-nilai Nawa Cita yang sesuai dengan pembangunan yang berkelanjutan sesuai harapan bangsa. Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama menjelaskan tentang bimbingan perkawinan sedangkan perbedaan nya adalah penelitian terdahulu hanya membahas tujuan bimbingan secara garis besar
18 Hilmi Kurnia Fatimah, Resiliensi Keluarga pada Keluarga yang Memilki Anak Down Syndrom, Skripsi (Jakarta : Program Studi Psikologi Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta 2019) hlm. 89
11
dan di penelitian penulis membahas tujuan bimbingan perkawinan lebih spesifik yaitu untuk membangun resiliensi keluarga19
Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Prayugo Candrakumaratungga Ariyati dengan judul Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Relisiensi pada Remaja di Keluarga Miskin. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan hasil bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap Resiliensi. Kontribusi dukungan keluarga yang diberikan dalam Resiliensi pada penelitian ini sebesar 11,4% dan sisa disumbang oleh faktor lain.
Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan resiliensi remaja agar mampu bertahan dan beradaptasi dari kompleksitas masalah kemiskinan yang dialaminya. Sehingga walaupun berada dalam kemiskinan, dukungan keluarga bagi remaja dapat secara sehat mewujudkan individu yang memiliki pengelolaan emosi yang baik, daya berpikir secara jernih dan akurat, memiliki harapan masa depan dan dapat mengendalikan harapannya, cerdas dalam menganalisis masalah yang dihadapi, peka dalam merasakan emosi orang lain, serta berkeyakinan dapat mengatasi masalah yang mengancam. Sedangkan implikasi bagi penelitian selanjutnya yakni memperluas pengetahuan tentang faktor resiliensi pada responden terkait, khususnya untuk memperluas dukungan yang diteliti, sehingga
19Muhammad Andri. Implementasi Bimbingan Perkawinan Sebagai Bagian dari Upaya Membangun Keluarga Muslim yang Ideal, Adil Indonesia Jurnal, VOL 2:2 (2020). Hlm. 7
12
dapat menambah wawasan mengenai peran dukungan komunitas yang lebih besar bagi kondisi remaja di keluarga miskin.20
Keempat, jurnal yang ditulis oleh Arditya Prayogi dan M.Jauhari dengan judul Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin : Upaya Mewujudkan Ketahanan Keluarga Nasional. Hasil penelitian tersebut adalah Pertama, bahwa pelaksanaan Bimbingan Perkawinan atau yang dikenal dengan istilah Binwin adalah bentuk revitalisasi pelaksanaan pendidikan bagi calon pengantin yang dulu dikenal dengan Kursus Calon Pengantin atau Suscatin. Binwin adalah serangkaian kegiatan pendidikan cara baru bagi calon pengantin yang secara materi dan metode lebih efektif dan efisien dalam rangka menyiapkan calon pengantin agar lebih siap lahir dan batin menyambut kehidupan berumah tangga bersama pasangannya dalam rangka mewujudkan keluarga yang sakinah. Kedua, bahwa terwujudnya keluarga Sakinah, dalam prosesnya juga bermuara pada perwujudan ketahanan keluarga nasional, karena unsur penting dalam ketahanan keluarga nasional adalah lembaga keluarga sebagai unit sosial paling kecil dalam negara/masyarakat. Ketiga, relevansi Binwin dengan pembentukan ketahanan keluarga nasional dapat dilihat dari proses pelaksanaan Bimwin, mulai dari materi, metode, fasilitator, dan lain sebagainya yang tidak hanya terdapat dimensi nilai-nilai vertikal-spiritual berupa keluarga sakinah, namun juga terdapat dimensi horizontal-praktikal berupa persiapan perwujudan ketahanan keluarga nasional. Keempat, bimbingan perkawinan yang secara kelembagaan ditanggung jawabi untuk diselenggarakan
20 Prayugo Candrakumaratungga Ariyanti. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Pada Resiliensi pada Remaja di Keluarga Miskin, Skripsi (Malang: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Malang, 2018) hlm. 24
13
oleh Kementerian Agama, pada dasarnya merupakan upaya kongkrit keterlibatan negara dalam dimensi vertikal dan horizontal ini, yang diharapkan mampu mewujudkan terbentuknya banyak keluarga sakinah di Indonesia yang pada akhirnya akan mewujudkan ketahanan keluarga sebagai salah satu pilar penting pembangunan di Indonesia. Kelima, dalam pelaksanaanya, Bimwin sendiri memiliki beragam peluang seperti adanya modal dan dukungan yang besar. Di sisi lain, Bimwin juga memiliki beragam tantangan seperti kurangnya kesadaran masyarakat dan keberpihakan anggaran yang kurang. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang resiliensi keluarga. Perbedaannya pada penelitian terdahulu resiliensi keluarga meningkat karena adanya dukungan keluarga dan bantuan secara ekonomi sedangkan pada penelitian peneliti lebih ke proses awal dalam membangun resiliensi keluarga pada pasangan yang akan menikah.21
Kelima, skripsi yang ditulis oleh Annisa Rahmawati dengan judul Efektivitas Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin oleh Kementrian Agama Kabupaten Sleman. Hasil dari penelitian dijelaskan bahwa Kesuksesan bimbingan perkawinan ini dapat dipengaruhi dari beberapa faktor : a) peserta yang mengikuti bimbingan perkawinan tidak dipungut biaya. b) materi yang mudah dipahami. c) narasumber yang nyaman, komunikatif dan membuat peserta nyaman.
Namun, dibalik kesuksekan tak luput dengan adanya kendala yang dipengaruhi beberapa faktor : a) Minimnya SDM di bagian Bimbingan Masyarakat Islam
21 Arditya Prayogi dan M. Jauhari. Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin : Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional, Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol 5 : 2 (2021), hlm. 240
14
Kementrian Agama Sleman. b) biaya yang digunakan dalam pelaksanaan bimwin adalah biaya Pendapatan Negara bukan Pajak Pasangan Nikah Rujuk di luar Kantor, sedangkan pesera bimbingan perkawinan adalah semua catin baik yang menikah di kantor maupun di luar kantor. c) minimnya kesadara calon pengantin tentang manfaat bimbingan perkawinan di kemudian hari. d) narasumber tidak ontime sehingga materi tidak tuntas. e) sarana yang digunakan kurang lengkap. f) kesibukan peserta menyiapkan pernikahannya sehingga tidak dapat mengikuti bimbingan perkawinan hingga akhir. g) tidak adanya bimbingan pengganti bagi peserta yang berhalangan hadir karena sakit. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu adalah memiliki persamaan pada fokus penelitian, sedangkan perbedaan penulis dengan penelitian terdahulu terletak pada metode penelitian, dimana penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif dan penelitian penulis menggunakan metode kualitatif.
Keenam, jurnal yang ditulis oleh R. Willya Achmad, Nunung Nurwati, Nandang Mulyana yang berjudul Resiliensi Keluarga Single Parent dengan anak Skizofrenia. Hasil penelitian itu menyimpulkan Resiliensi keluarga terdiri dari dukungan orangtua, emosional, informatif dan instrumental, dukungan setiap single parent berbeda-beda dari keluarga, tidak semua keluarga memberikan dukungan, dukungan yang sering diberikan hanya dukungan emosional tetapi single parent mengaharapkan dukungan selain itu yaitu dukungan instrumental seperti bantuan ekonomi karena sangat membantu dalam memecahkan solusi pengobatan anak dengan gangguan jiwa skizofrenia. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang resiliensi keluarga.
15
Perbedaannya pada penelitian terdahulu resiliensi keluarga meningkat karena adanya dukungan keluarga dan bantuan secara ekonomi sedangkan pada penelitian peneliti lebih ke proses awal dalam membangun resiliensi keluarga pada pasangan yang akan menikah.22
G. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini maka peneliti membaginya menjadi beberapa bagian yakni:
1. Bimbingan Perkawinan
a. Pengertian Bimbingan Perkawinan
Sebelum membahas tentang bimbingan perkawinan maka akan dibahas terlebih dahulu apa itu bimbingan. Bimbingan dalam bahasa Arab disebut at-Taujih, yang bermakna arahan yang diberikan kepada seseorang untuk mengarahkan. Dalam bahasa Inggris, bimbingan sering disebut guidance, berasal dari kata guide yang memiliki makna to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Winkel mengemukakan bahwa bimbingan mempunyai hubungan dengan guiding : showing a way (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving intructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) giving advice (memeberikan nasihat).23
22 R. Willya Achmad dkk. Resiliensi Keluarga Single Parent dengan Anak Skozofernia, Open Journal system Vol 14 : 8 (2020), hlm. 3066
23 Muhsin Kalida, Langkah-Langkah Bimbingan Konseling Islam bagi Anak & Remaja, (Yogyakarta:Lembaga Ladang Kata, 2022) hlm. 13
16
Menurut Latipun istilah bimbingan (guidance) populer di kalangan lembaga pendidikan. Hal ini muncul karena diperlukan untuk mendampingi berbagai persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, terutama gangguan mental dan penanganan persoalan pendidikan dan pekerjaan di sekolah. Hansen menyebutkan bahwa konsep bimbingan ini berakar dari vocational guidance, populer sejak tahun 1908 yang dipelopori oleh Frank Person, terutama untuk layanan bimbingan pendidikan.24
Menurut Rochman Natawidjaja, meyebutkan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilaksanakan secara seimbang, agar individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga sanggup bergerak dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.25
Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.26
Pelayanan bimbingan akan berjalan dan memiliki dinamika yang hangat untuk mencapai rasa diri (self), sehingga olah rasa menjadi komponen penting dalam bimbingan. Menurut Tjiptono, bahwa kualitas
24 Ibid hlm 13
25 Ibid hlm 14
26 Ibid hlm 14
17
pelayanan dalam bimbingan bisa ditentukan oleh dua hal, yaitu pelayanan yang dirasakan (perceived service) dan pelayanan yang diharapkan (expected service). Pelayanan yang diterima sesuai yang diharapkan, maka kualitas pelayanan yang dipersepsikan adalah kualitas baik, pelayanan yang diterima melampaui harapan memiliki kualitas ideal. 27
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan kepada seorang individu agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara mandiri dan sebaik-baiknya, lurus, benar dan baik atau the best choice. Pada prinsipnya, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.28
Sedangkan perkawinan adalah bentuk persamaan kata dari pernikahan, keduanya mempunyai makna yang sama walaupun dalam penyebutan katanya berbeda. Pengertian dari perkawinan sendiri dijelaskan dalam pasal 1 UU perkawinan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 29
27 Ibid hlm. 15
28 Ibid hlm 16
29 R. Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan di Indonesia (Airlangga :University Press, 1988) Hlm. 38.
18
Pernikahan adalah satu bagian yang terpenting dalam pergaulan antara perempuan dan laki-laki yang diridhoi oleh Allah SWT. yang akan menjadi cikal bakal rumah tangga Bahagia dan terciptanya keluarga sejahtera.30
Menurut Munandar pernikahan merupakan unsur penting dalam kehidupan bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan kebahagian, kasih saying, keturunan, dan kepuasan.31
Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan yang diartikan sebagai akad yang sangat kuat atau mitsaaqon gholidzan untuk mentaati perintah Allah SWT. dan menjalankannya temasuk ibadah (Hukuman Ketetapan Islam)32
Dalamاhukumاislam,اpernikahanاdiambilاdariاbahasaاarabا“nikahun”ا yangاmerupakanاmasdarاdariاkataا“nakaha”اyangاdalamاBahasaاIndonesiaا diterjemahkan mejadi pekawinan.اNikahاdalamاsyari’atاislamاadalahاakadا yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram.33
Maka inti dari perkawinan adalah akad yaitu serah terima antara wali calon pengantin perempuan dengan mempelai laki-laki. Penyerahan dan penerimaan ini memiliki arti yang luas untuk mencapai tujuan yang sama.34
30Galuhpritta Anisaningtyas, Yulianti Dwi Astuti, Pernikahan di Kalangan Mahasiswa S-1, Jurnal Proyeksi, Vol. 6 No 4 (2011), hlm. 22
31 Ibid hlm. 23
32 J.M. Henry Wiludjeng, Hukum Perkawinan dalam Agama-Agama, (Jakarta : Universitas Katolik Indonesia Atmajaya, 2020), hlm. 3
33 Ibid hlm. 3
34 Ibid hlm. 4
19
Perkawinan dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah an-nikah. An- nikah bermakna al-wat’u dan ad-dammu wa at-tadakhul, atau bisa juga disebut ad-dammu wa al jam’u yang artinya bersetubuh, berkumpil, dan akad.35
Dengan demikian perkawinan adalah akad atau perjanjian yang menghalalkan pergaulan, membatasi hak dan kewajiban, serta sikap yang menolong perempuan dan laki-laki yang keduanya bukan muhrim.
Semestara makna nikah (kawin) dalam prespektif sosiologis bahwa perkawinan menupakan suatu proses pertukaran hak dan kewajiban sebagai tanda penghargaan dan kehilangan.36
Menurut Aunur Rahim Faqih dalam bukunya menyebutkan bimbingan pernikahan dan keluarga islami merupakan suatu bentuk bantuan terhadap seseorang agar dapat selaras menjalankan pernikahan dan kehidupan berumah tangga dengan ketetapan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kedamaian hidup baik di dunia maupun di akhirat37
Anwar dalam sebuah buku berjudul hukum Islam mengartikan perkawinan sebagai sebuah janji suci. Makna nikah disini tidak hanya dalam unsur biologis namun juga sebagai hal yang sakral demi membangun keluarga yang bahagia.38
35 KumediاJa’far,اHukumاPerkawinan Islam di Indonesia, (Bandar lampung : Arjasa Pratama, 2021), hlm. 13
36 Ibid hlm 15
37 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hlm. 86
38 Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Perkawinan, (Malang : UNMPress, 2020) hlm. 3
20
Nasehat perkawinan (marriage counseling) adalah proses pemberian pertolongan yang diberikan kepada calon suami dan istri sebelum dan sesudah kawin untuk membantu mereka memperoleh kebahagiaan dalam perkawinan dan rumah tangganya.39
Menurut Syubandono, Bimbingan pranikah adalah proses pelayanan sosial berbentuk bimbingan penasehatan, dan juga pertolongan kepada calon suami istri sebelum melangsungkan pernikahan, agar keduanya mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam perkawinan dan kehidupan kekeluargaan.40
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan Perkawinan adalah pemberian bantuan berupa nasehat dan pembelajaran kepada calon pengantin sebelum melakukan pernikahan sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan berumah tangga.
b. Hukum Bimbingan Perkawinan
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang pernikahan yang menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.41
UU nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan, menjadi dasar keluarnya Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 19 tahun 2018 tentang pencatatan
39 Nasaruddin Latif, Marriage Counseling, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2005), hlm. 33
40 Syubandono, Pokok-pokok Pengertian dan Metode Penasehatan Perkawinan “Marriage Counseling”, hlm. 3.
41 UU nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
21
perkawinan yang merevisi Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 11 tahun 2007 tentang pencatatan nikah. Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) tahun nomor 19 tahun 2008 yang telah ditetapkan dalam bab VII tercantum bahwa supevisi memerintahkan pejabat yang mempunyai tugas di bagian Bimas Islam di kankemenag kabupaten/kota untuk melaksnakan supervisi pelaksanaan Bimbingan Perkawinan.42
Di Indonesia lembaga perkawinan dapat dikatakan lumayan rendah karena masih banyaknya kasus perceraian yang terjadi. Untuk menghadapi hal itu dibeberapa kesempatan, Kementrian Agama menyampaikan tentang adanya penguatan lembaga perkawinan melalui revitalisasi pelaksanaan Khusus Calon Pengantin (SusCatin). Perubahan jam bimbingan yang semula dilakukan di dalam KUA dengan durasi 2 hingga jam berubah menjadi bimbingan dengan waktu 16 jam yang dilakukan selama dua hari dan dipandu oleh seseorang yang professional dan bersertifikasi.43 Hal ini juga berhubungan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral Bimas Islam Kementrian Agama Nomor 373 Tahun 2017 yang diintruksikan bahwa setiap laki-laki dan perempuan yang akan melangsungkan pernikahan harus mengikuti Bimbingan Perkawinan yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama serta Organisasi Keagamaan Islam yang telah memiliki akreditasi oleh Kementrian Agama44 dan juga
42 UU nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
43 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika Pressindo, 1995), Cet, ke-2, hlm.114
44 Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 373 Tahun 2017
22
kebijakan Nomor 379 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin.45
Perintah dilaksanakannya Bimbingan Perkawinan juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasa 24, 25, dan Pasal 26. Pasal 24 disebutkan bahwa Pembinaan Penyelenggara pembangunan keluarga sejahteran dilakukan oleh Menteri dan Pimpinan Instansi Pemerintah yang terkait secara terkoordinasi, terpadu dan berlekanjutan. Pasal 26 disebutkan bahwa pembinaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25, dapat dilakukan dengan cara : bimbingan dan penyuluhan, pemberian bantuan tenaga, kehalian, atau bentuk lain, pemberian penghargaan dan cara pembinaan.46
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam telah mengeluarkan surat edaran Nomor DJ.II/PW.01/1997/2009 untuk memberikan instruksi kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk melaksanakan tugas bimbingan dan penasehatan perihal perkawinan melalui kursus calon pengantin. Lahirnya peraturanperaturan tentang kursus calon pengantin tersebut merupakan bentuk kepedulian yang nyata dari pemerintah terhadap tingginya angka perceraian.47
45 Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018
46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 24-26.
47 Hendra, Implementasi Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No.
Dj.Ii/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin Sebagai Upaya Meminimalisasi Perceraian (Studi Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu) Jurnal Kementrian Agama Bengkulu, hlm. 2
23 c. Tujuan Bimbingan Perkawinan
Bimbingan Perkawinan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada calon pengantin untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan tentang kehidupan berumah tangga sehingga terwujud keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. 48
Adapun tujuan khusus dari pemberian bimbingan perkawinan adalah agar pasangan calon pengantin dapat :
1) Mewujudkan keluarga yang kokoh dan kuat dalam membangun rumah tangga
2) Memberikan pengetahuan tentang cara mewujudkan keluarga bahagia 3) Memberikan kesadaran tentang bagaimana membenagun keluarga yang
sehat dan berkualitas.
4) Menyelesaikan masalah yang akan terjadi dalam keluarga.
5) Komitmen dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks49
d. Elemen-elemen dalam Bimbingan Perkawinan
Demi menunjang kesuksesan acara bimbingan perkawinan maka perlu adanya beberapa elemen yang terlibat, di antaranya :
1) Pembimbing
48 Website KanKemenag DKI Jakarta https://dki.kemenag.go.id/ diakses pada 31 Juli 2022
49 Alissa Qatrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan Untuk Calon Pengantin, (Jakarta: Direktorat Bina KUA, dkk, 2016), Cet 1, h. v
24
Pembimbing adalah orang yang bertugas membimbing, mengarahkan atau menjadi pemimpin dalam forum. Pembimbing juga bertugas membawakan materi yang akan menjadi bekal para calon pengantin ke depannya, selain itu pembimbing juga berperan menghidupkan suasana forum agar para calon pengantin tidak jenuh dengan durasi bimbingan yang cukup lama. Para pembimbing juga orang yang sudah bersertifikasi dan memiliki pengalaman dalam berumah tangga.
2) Terbimbing
Orang yang terbimbing adalah peserta yang akan mendapatkan arahan bimbingan dari pembimbing. Peserta ini merupakan pasangan calon pengantin yang mengikuti proses bimbingan perkawinan di Kantor Urusan Agama.50
e. Tahap-Tahapan Bimbingan Perkawinan
Bimbingan dan Konseling pernikahan atau perkawinan diselenggarakan sebagaimana konseling perkawinan. Yang menjadi penekanan pada Bimbingan dan Konseling pernikahan atau perkawinan ini lebih bersifat antisipatif, yaitu mempersiapkan diri untuk menetapkan pilihan yang tepat sehubungan dengan rencana pernikahannya. Adapun prosedur tersebut adalah sebagai berikut:51
50 Pebriana Wulansari, Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin Sebagai upaya Pencegahan Perceraian, (Skripsi S-1 Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Institusi Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), h. 40
51 Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keluarga untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah, (Bandung: fokusmedia, 2018), hlm. 115-116.
25
1. Persiapan, tahap yang dilakukan klien menghubungi konselor
2. Tahap keterlibatan (the joining), adalah tahap keterlibatan bersama klien.
Pada tahap ini konselor mulai menerima klien secara isyarat (nonverbal) maupun secara verbal, merefleksi perasaan, melakukan llarifikasi dan sebagainya
3. Tahap menyatakan masalah, yaitu menetapkan masalah yang dihadapi oleh pasangan. Oleh karena itu, harus jelas apa masalahnya, siapa yang bermasalah, apa indikasinya, apa yang telah terjadi, dan sebagainya
4. Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk penyelesaian masalah. Pada tahap ini anggota keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memahami masalahnya dan konselor dapat melatih anggota keluarga itu berinteraksi dengan cara-cara yang dapat diikuti (misalanya pelan, sederhana, detail, dan jelas) dalam kehidupan mereka
5. Tahap konferensi, yaitu tahap untuk meramalkan keakuratan hipotesis dan memformulasikan langkah-langkah pemecahan. Pada tahap ini konselor mendesain langsung atau memberi pekerjaan rumah untuk melakukan atau menerapkan pengubahan ketidak berfungsinya perkawinan
6. Tahap penentu tujuan, tahap yang dicapai klien telah mencapai perilaku yang normal, telah memperbaiki cara berkomunikasi, telah menaikkan self- esteem dan membuat keluarga lebih kohesif
26
7. Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan mengakhiri hubungan konseling setelah tujuannya tercapai52
f. Metode Bimbingan Perkawinan
Istilah metode secara etimologi diartikan sebagai cara melakukan sesuatu atau jalan. Sedangkan secara istilah metode merupakan titik awal menuju proposisi-proposisi akhir di bidang tertentu.53
Metode juga didefinisikan sebagai langkah-langkah untuk menyampaikan sesuatu.54 Dalam pelaksanaannya bimbingan perkawinan juga menggunakan beberapa metode di antaranya metode ceramah, dialog, diskusi, tanya jawab, serta studi kasus sesuai dengan fakta di lapangan.
1. Metode Langsung
Metode komunikasi langsung adalah metode yang digunakan konselor untuk melakukan komunikasi langsung (face to face) dengan klien yang dibimbing, metode langsung dibagi menjadi dua:55
a) Metode Individual
1) Percakapan pribadi, yaitu konselor bertatapan muka dengan konseli 2) Kunjungan ke rumah (home visit), konselor mengadakan dialog dengan
klien tetapi dilaksanakan di rumah klien.
3) Kunjungan dan observasi kerja, yaitu konselor melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya.
52 Ibid hlm. 116
53 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : CV Mandar Maju, 2008), hlm. 13.
54 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm 99-100
55Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2007)hlm. 53-55
27 b) Metode Kelompok
1) Diskusi kelompok, yaitu konselor melakukan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi bersama para klien dalam suasana kelompok yang mempunyai masalah yang sama.
2) Karyawisata, yaitu bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunkan ajang karyawisata sebagai forumnya.
3) Sosiodrama dan psikodrama, yaitu konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk mencegah serta memecahkan masalah psikologis
4) Group Teaching, yaitu pemberian bimbingan dengan memberikan materi bimbingan tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.
2. Metode Tidak Langsung
a) Metode individual, yaitu tekniknya menggunakan surat menyurat, telpon, dan media lainnya.
b) Metode kelompok, yaitu tekniknya melalui papan bimbingan. seperti, surat kabar, brosur, radio, televisi, dan sebagainya.56
g. Materi Bimbingan Perkawinan
Selain terdapat elemen-elemen bimbingan perkawinan, ada satu hal yang tidak kalah penting yaitu materi bimbingan perkawinan karena hal ini yang menjadi bahan dalam proses berlangsungnya acara.
56 Ibid hlm. 52
28
Menurut modul perkawinan yang ditulis oleh Dr. H. Ali Akbarjono dan Hj. Eliyana, meteri bimbingan perkawinan meliputi :57
1. Filosofi pernikahan
Pernikahan mempunyai dua filosofi , yaitu filosofi jangka pendek dan filosofi jangka panjang.
Dalam filosofi jangka pendek dijelaskan bahwa pernikahan dilakukan untuk menghindari zina. Rasulullah juga menganjurkan anak muda untuk segera menikah karena pernikahan akan menjaga mata dan memelihara kemaluan dari perbuatan zina.
Dalam filosofi jangka panjang dijelaskan bahwa menikah adalah ibadah terpanjang untuk menyempurnakan agama dan termasuk salah satu syiar agama, Sunnah Rosulullah SAW untuk memperbanyak umat dan menentramkan hati.58
2. Pra nikah
Calon pengantin perlu mendapatkan pembekalan tentang norma agama agar bisa menjadi landasan falsafah yang amanah dari kehidupan yang penuh iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Calon pengantin perlu mendapatkan pemahaman tentang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut oleh keluarga lain dan saling hormat menghormati nilai budaya yang berjalan.59
57 Akbarjono, Eliyana, Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon Pengantin, (Bengkulu:Ziglo Utama, 2019) hlm. 15
58 Ibid hlm. 2-3
59 Ibid hlm. 14-15
29 3. Informasi kehamilan
Informasi tentang seputar kehamilan yaitu, kesiapan yang diperlukan calon bapak dan ibu demi menyambut kedatangan anak pertama, perawatan kesehatan pra kehamilan serta imunisasi, perawatan ibu hamil, cara merawat kehamilan, tanda-tanda persalinan, nifas, asi, imunisasi anak dan rencana setelah melahirkan termasuk KB60
4. Pembinaan keluarga sehat dan Bahagia
Pembinaan keluarga sehat dan Bahagia dimulai dari masa balita, masa remaja dan masa pasca pus/lansia.
a. Keluarga Balita
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif bagi anak. Melalui keluargalah anak belajar mengembangkan kemampuannya serta menyimak nilai-nilai sosial yang berlaku dalam liangkungan keluarga, anak diperkenalkan hidup sehat,bersih, makanan yang bergizi,kehidupan beragama dan sebagainya.Periode waktu yang utama dalam pembinaan anak adalah pada masa Balita.61
b. Keluarga Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menuju dewasa. Anak laki-laki akan beralih menjadi pria dewasa ; anak
60 Ibid hlm. 53
61 Ibid hlm. 63
30
wanita akan beralih menjadi wanita dewasa. Dalam tumbuh kembang manusia, masa remaja merupakan tahapan yang sangat menentukan untuk pembentukan pribadi selanjutnya.62
c. Pasca Pus/Lansia
Pasca PUS merupakan suatu proses biasa dan alami yang pasti akan terjadi pada setiap manusai. Proses pasca PUS yang juga sebagai masa lansia tersebut akan sangat terasa teruma bagi wanita dikarenakan adanya perubahan fisik,mental,sosial,ekonomi dan sebagainya. Oleh karena itu calon pengantin perlu mengetahui adanya proses perubahan pada tahap pasca PUS.63
Menurut Modul yang ditulis Direktorat Bina KUA, dijelaskan materi bimbingan perkawinan meliputi :64
1. Perkenalan dan Kontrak Belajar
Pada materi ini akan menjadi pembuka seluruh rangkaian kegiatan pelatihan.
2. Mempersiapkan Perkawinan Kokoh menuju Keluarga Sakinah
Materi ini mengajak peserta untuk memaknai status yang melekat pada setiap manusia sebagai hamba Allah dan amanah sebagai khalifah di muka bumi termasuk dalam kehidupan perkawinan dan keluarga.
3.
Mengelola Dinamika Perkawinan Dan Keluarga62 Ibid hlm. 65
63 Ibid hlm. 70
64Alissa Qotrunnada dkk, Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon Pengantin, Penerbit : Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Ditjend Bimas Islam Kementerian Agama RI Bekerjasama dengan Puslitbang Bimas dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Cet.1, Desember 2016
31
Materi ini mengajak peserta mengeksplorasi ciri kehidupan perkawinan yang sukses dan yang gagal, sehingga dapat menyimpulkan tantangan dalam kehidupan berkeluarga.
4.
Mengelola Konflik Dan Ketahanan KeluargaMateri ini menguatkan pengetahuan peserta tentang tantangan yang semakin kompleks, baik di dalam maupun diluar keluarga.
5.
Refleksi Dan EvaluasiSesi ini merupakan sesi terakhir, dalam sesi ini peserta diajak melakukan refleksi tentang dampak dari proses bimbingan perkawinan pada persiapan mental mereka menuju perkawinan. Selain itu, peserta juga diajak melakukan evaluasi terhadap proses bimbingan, baik secara substansi maupun teknis agar bisa dijadikan dasar peningkatan layanan bimbingan perkawinan selanjutnya.
2. Resiliensi Keluarga
a. Pengertian Resiliensi Keluarga
Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk pulih dari permasalahan yang atau krisis dan tantangan dalam hidupnya.65
Dalam sumber lain dijelaskan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,
65 Ike Herdiana, Reliensi Keluarga : Teori, Aplikasi dan Riset (Surabaya : Universitas Airlangga, 2018) hlm. 01
32
menyelesaikan masalah, bertahan dalam masalah dan melenting dalam menghadapi sebuah masalah.66
Keluarga adalah sebuah sebuah unit terkecil dalam sebuah struktur.
Umumnya sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Resiliensi Keluarga adalah suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh keluarga dalam menghadapi sebuah tekanan, masalah atau konflik yang timbul.
Setiap keluarga pasti mengalami masalah maka dari itu memperkuat keluarga dengan aksi dan komitmen untuk mengatasinya. Keberhasilannya tergantung pada kemampuan keluarga menilai dan menyikapi masalah yang sedang terjadi.67
Resiliensi keluarga adalah suatu kondisi dimana keluarga mampu menyesuaikan diri dan berhasil melalui stress, baik disaat sekarang maupun waktu-waktu berikutnya. Keluarga yang resilien menanggapi secara positif setiap ada kesulitan dengan mempertimbangkan sudut pandang anggota.68
d. Konsep Resiliensi Keluarga
Sebagai sebuah konsep, resiliensi akan dipandang dari beberapa prespektif. Sejauh ini konsep resiliensi keluarga semakin berkembang, salah satunya adalah konsep cara pandang resiliensi keluarga yang
66 Daisy prawitasari, Hamidah, Peran Dukungan Sosial dan Regulasi Emosi terhadap Resiliensi Keluarga Penderita Skizofrenia, Jurnal Psikologi vol 1 No 1 (2016) hlm.
67 IkeاHerdiana,ا“ResiliensiاKeluargaا:اTeori,اAplikasi,اdanاRiset”,اJournal proceeding national conference psikologi UMG (2018), hlm. 6
68 Kandung Isvan Sona, Veronika Suprapti,ا“ResiliensiاKeluargaاpadaاPasanganاDewasaا MadyaاyangاTidakاMemilikiاAnak”اJournal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan vol 1:3 (2012) hlm. 3
33
berbeda. Pertama, cara memandang resiliensi keluarga sebagai sifat dan yang kedua cara memandang resiliensi keluarga sebagai sebuah proses.69
Hal itu dibuktikan oleh peneliti dengan membagi dua kubu, MCcubbin menggunakan resiliensi dari sudut pandang dimensi atau sifat, dimensi yang dimaksud adalah sifat yang dimiliki sebuah keluarga dalam menghadapi krisis dalam rumah tangga. Petterson menggunakan resiliensi keluarga dengan konsep sudut pandang proses dimana dilakukan dengan cara melihat kemampuan keluarga mengaktifasi kekuatan struktur dalam keluarga saat krisis atau kesulitan. Hal tersebut yang akan memungkinkan keluarga dapat berfungsi kembali seperti awal sebelum stressor dialami.70
Namun demikian, saat ini penelitian terbaru masih menekankan interaksi dari sudut pandang sifat dan proses sehingga menghasikan pemahaman secara menyeluruh.
Banyak peneliti yang telah mengkaji tentang konsep resiliensi keluarga, dimana hal ini menjelaskan tentang bagaimana suatu keluarga mampu menjalankan fungsinya sebagai tempat untuk memberikan kasih saying, perlindungan, keamanan, dan support antara satu sama lain, meskipun dihadapkan sebuah stressor yang mengakibatkan krisis.
e. Aplikasi Konsep Resiliensi Keluarga
Berdasarkan pengertiannya, resiliensi melibatkan kekuatan di bawah tahanan saat menghadapi krisis/masalah yang berkepanjangan. Orientasi
69 Ike Herdiana,ا“ResiliensiاKeluargaا:اTeori,اAplikasi,اdanاRiset”,اJournal proceeding national conference psikologi UMG (2018), hlm. 2
70 Ibid hlm 3