• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERILAKU INTERPERSONAL DAN PENGEMBANGAN PROFESI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERILAKU INTERPERSONAL DAN PENGEMBANGAN PROFESI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI KOTA BANDUNG."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK…... i

ABSTRACT…... ii

KATA PENGANTAR …... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI…... vii

DAFTAR TABEL…... x

DAFTAR GAMBAR …... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….………....……….………. xiii

BAB I PENDAHULUAN …... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ……... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ………... 7

C. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH …... 8

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 10

1. Tujuan Penelitian……... 10

2. Manfaat Penelitian ………... 10

E. ASUMSI DASAR ………..………..…... 11

F. HIPOTESIS …..……... 13

G. METODE PENELITIAN ... 14

H. LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN ……... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. DEFINISI PENJAMINAN MUTU ... 16

1. Penjaminan Mutu Pendidikan ………... 18

2. Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia... 22

B. KARAKTERISTIK GURU………... 26

(2)

3. Guru Profesional ……….…... 32

C. TINJAUAN TEORI KOMPETENSI…... 34

1. Kompetensi Guru ………. …………... 35

2. Kompetensi Pedagogik ……... 39

3. Kompetensi Profesional ………... 42

4. Kompetensi Sosial ……... 43

5. Kompetensi Kepribadian... 45

6. Kompetensi Guru RSBI ……… 46

D. TINJAUAN TEORI PERILAKU INTERPERSONAL... 49

1. Definisi Perilaku Interpersonal ………. 49

2. Teacher Interpersonal Behaviour ………. 52

E. TINJAUAN TEORI PENGEMBANGAN PROFESI GURU .57 1. Kegiatan Pengembangan Profesi Guru ………. 58

2. Tujuan Kegiatan Pengembangan Profesi Guru ……… .58

3. Rincian Macam Kegiatan Pengembangan Profesi Guru .59 4. Faktor yang Mempengaruhi Guru dalam Pengembangan Profesi ………. 63

BAB III METODE PENELITIAN ... 68

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN... 68

(3)

F. PROSEDUR PENELITIAN ……….………….… 77

G. UJI COBA VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN 79 1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ……….80

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ………. 82

H. TEKNIK PENGOLAHAN DATA ……… 82

BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN... 87

A. ANALISIS HASIL PENELITIAN …... 87

1. Analisis Data Responden ……….88

2. Analisis Data Deskriptif ………..…97

3. Uji Persyaratan Analisis ……….……….. 116

4. Pengujian Hipotesis ……….……… 122

B. PEMBAHASAN ………..… 131

1. Pengaruh Perilaku Interpersonal terhadap Kompetensi Pedagogik ……….……….…131

2. Pengaruh Pengembangan Profesi terhadap Kompetensi Pedagogik ………..…………135

3. Pengaruh Perilaku Interpersonal dan Pengembangan Profesi terhadap Kompetensi Pedagogik………. 139

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……..… 145

A. KESIMPULAN ………..………...145

B. REKOMENDASI ………..…148

DAFTAR PUSTAKA ………152

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang sangat cepat. Berbagai program telah dirancang dan diluncurkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang didukung oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.

Dalam proses panjang pendidikan tersebut, guru merupakan tokoh sentral yang menjalankan peran sedemikian penting, baik dalam mentransformasikan pengetahuan, maupun menanamkan nilai dan membangun karakter peserta didik. Guru bersama-sama dengan peserta didik adalah subjek yang melihat dan menganalisis realitas yang ada di sekitarnya sebagai suatu objek pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran, ataupun menjadi figur yang diposisikan sebagai yang maha tahu.

(5)

Pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 disebutkan bahwa guru memiliki kewajiban sebagai berikut. a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,

dinamis, dan dialogis;

b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan

c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Secara umum guru merupakan salahsatu faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Proses belajar mengajar (PBM) yang bermutu akan muncul dari guru yang profesional, sehingga dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas pula.

Proses pembelajaran yang berkualitas adalah aktifitas yang akan memberikan pengalaman belajar paling produktif dan menguntungkan bagi siswa yang akan membantu mengembangkan potensinya sebagai pelajar. Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2004), proses belajar mengajar adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan kegiatan pendidikan di dalam lingkungan sekolah dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar lingkungan sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik.

(6)

dimiliki guru untuk menunjang kapabilitas mereka dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai agen pembelajar. Hal ini tertuang dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, disebutkan bahwa guru harus memiliki sertifikat pendidik, kualifikasi minimal s1 dan juga harus menguasai empat kompetensi berikut: kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Kompetensi pedagogik khususnya merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: a. Memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek, sosial, moral,

kultural, emosional, dan intelektual;

b. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik; c. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik;

d. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik;

e. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran;

f. Merancang pembelajaran yang mendidik; g. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik;

h. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya;

i. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

(7)

mendapatkan sertifikat pendidik dan juga mengikuti berbagai program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dilakukan oleh berbagai lembaga in-service training, untuk meningkatkan kompetensinya.

Lembaga in-service training yang diamanatkan pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru salah satu contohnya adalah PPPPTK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) IPA, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional, berdasarkan Permendiknas No.8 Tahun 2007 Tanggal 17 Februari 2007 adalah melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan PTK IPA. Sehingga secara tidak langsung, menjaga atau meningkatkan mutu guru IPA di Indonesia adalah tugas dari lembaga ini. Lembaga ini sangat penting keberadaannya karena yang terjadi di lapangan adalah sebagian besar guru tidak siap menjalankan tuntutan tersebut. Kurangnya kompetensi, pengetahuan, kemampuan guru untuk mempraktekan, dan kurangnya sosialisasi UU atau Permendiknas di beberapa daerah, menjadi kendala bagi para guru di lapangan. Perbedaan keadaan yang terjadi antara kebijakan pemerintah dengan kondisi guru di lapangan haruslah ditangani dengan benar. Oleh karena itu PPPPTK IPA merancang berbagai program pengembangan profesionalisme guru untuk memperkecil gap yang terjadi pada saat ini.

(8)

adalah pekerjaan dengan rutinitas yang hampir sama yang dilakukan berulang-ulang, sehingga relatif mudah dilakukan dan dievaluasi. Guru yang baik bukanlah guru yang hanya mengajar; tapi juga mereka berpikir tentang apa yang mereka rencanakan dalam mengajar, mereka mengajar, dan mereka berpikir kembali. (Stronge, 2006)

Akan tetapi dalam pelaksanaan kesehariannya, terdapat berbagai faktor yang mendukung ataupun menghambat para guru tersebut dalam mengajar dimana mereka harus menguasai kompetensi pedagogik untuk membantu tugas mereka sebagai pendidik. Faktor-faktor tersebut ada yang muncul dari dalam diri mereka sendiri (factor internal) dan ada juga yang muncul dari luar diri guru (faktor eksternal). Faktor-faktor seperti usia, latar belakang pendidikan, keadaan social dan ekonomi, masa kerja, pengalaman, kepribadian, perilaku, teknik berkomunikasi, kemauan, kemampuan, dan kesempatan untuk mengembangkan diri.

(9)

termasuk di dalamnya fikiran, perasaan, aktivitas fisik untuk mengerti keadaan siswanya. Perilaku ini menggambarkan kemampuan seorang guru dalam mendengarkan dan mengerti secara akurat pikiran, perasaan, masalah orang lain terutama siswanya yang tidak terucapkan atau yang tidak sepenuhnya disampaikan. Kemampuan ini akan sangat menunjang guru dalam menguasai kompetensi pedagogiknya dalam pembelajaran di kelas. Guru yang dapat memahami siswanya tentu akan lebih banyak membantu siswanya dalam belajar.

Banyak hal yang dilakukan guru dalam membantu siswanya dalam belajar, salah satunya adalah dengan selalu mengembangkan dirinya melalui pengembangan profesi. Pengembangan profesi yang dilakukan guru akan membantu guru untuk senantiasa fresh dan up to date terhadap perkembangan ilmu yang ada sehingga dapat mengimbangi informasi yang didapatkan siswanya di luar sekolah. Guru yang senantiasa mengembangkan dirinya akan membantunya lebih percaya diri ketika menghadapi siswanya baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

(10)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berbagai upaya dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi guru sebagai bagian dari perbaikan mutu pendidikan. Upaya perbaikan dari dalam dan dari luar diri guru tentu memberikan pengaruh yang berbeda. Pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penguasaan kompetensi guru menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat penguasaan kompetensi guru, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri guru (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri guru (eksternal). Faktor internal meliputi:

1. tingkat pendidikan;

2. keikutsertaan dalam berbagai pelatihan dan kegiatan ilmiah; 3. masa kerja dan pengalaman kerja;

4. tingkat kesejahteraan;

5. kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani; serta 6. perilaku interpersonal.

Sedangkan faktor eksternal meliputi: 1. besar gaji dan tunjangan yang diterima; 2. ketersediaan sarana dan media pembelajaran; 3. kepemimpinan kepala sekolah;

4. kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan, dan 5. peran serta masyarakat.

(11)

faktor internal yang dipilih adalah perilaku interpersonal guru terhadap siswanya yang menggambarkan kemampuan guru dalam mendengarkan dan mengerti secara akurat keadaan siswanya. Faktor eksternal yang diambil adalah kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru yaitu seluruh aktifitas yang dilakukan guru dalam mengembangkan dirinya untuk lebih meningkatkan komepetensinya baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga muncul pertanyaan bagaimana pengaruh dari perilaku interpersonal guru sebagai faktor internal dan pengembangan profesi sebagai faktor eksternal memberikan dampak pada kompetensi khususnya kompetensi pedagogik agar tercapai proses belajar mengajar yang bermutu?

C. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

1. Batasan Masalah

Dari sekian banyak permasalahan yang ingin diteliti berkaitan dengan identifikasi masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, akhirnya penulis membatasi masalah hanya pada:

(12)

perilaku interpersonal ini akan menunjang guru dalam penguasaan kompetensi pedagogiknya sebagai tuntutan dari Undang-undang.

b. Pengembangan profesi sebagai faktor eksternal merupakan tantangan, tuntutan, tujuan, dan dukungan bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan mutunya sebagai pendidik dan meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan melaksanakan pengembangan profesi maka pengetahuan guru akan selalu terperbaharui, terkini, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat.

c. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki guru dalam menjalankan profesinya sebagai agen pembelajaran professional yang tercermin dengan pengelolaan pembelajaran yang bermutu.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pengaruh perilaku interpersonal guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMA RSBI di kota Bandung?

b. Bagaimanakah pengaruh pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru SMA RSBI di kota Bandung?

(13)

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai secara jelas dan akurat sebagai berikut:

a. Untuk menguji pengaruh dari perilaku interpersonal terhadap kompetensi pedagogik guru SMA RSBI di kota Bandung.

b. Untuk menguji pengaruh dari pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru SMA RSBI di kota Bandung.

c. Untuk menguji pengaruh dari perilaku interpersonal dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru SMA RSBI di kota Bandung.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap guru, PPPPTK IPA, pemerintah, dan pengembang ilmu:

a. Manfaat Akademis

1) Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam mengembangkan profesionalismenya melalui peningkatan kompetensi pedagogik dengan menjalankan pengembangan profesi dan mengenali perilaku interpersonalnya. 2) Bagi PPPPTK IPA, sebagai bahan masukan dalam pengembangan selanjutnya

(14)

3) Bagi Pemerintah, sebagai gambaran dalam pengembangan ilmu terutama kontribusi perilaku interpersonal dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru.

4) Bagi Pengembang Ilmu, sebagai sebuah pengayaan dalam pengembangan teori perilaku interpersonal dan pengembangan profesi.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi guru, sebagai bahan refleksi dalam meningkatkan kompetensi pedagogik sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran.

2) Bagi PPPPTK IPA, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam perancangan program peningkatan kompetensi guru ke depannya.

3) Bagi Pemerintah, sebagai gambaran mengenai kompetensi pedagogik guru sehingga menjadi landasan dalam membuat kebijakan yang tepat.

4) Bagi Pengembang Ilmu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang kajian yang sama.

E. ASUMSI DASAR

(15)

professional yang menguasai berbagai kompetensi seperti yang diamanatkan undang-undang.

Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut untuk mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebab kegagalan dan mencari jalan keluar bersama dengan peserta didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.

Proses mendampingi peserta didik adalah proses belajar. Karena sekolah merupakan medan belajar, baik guru maupun peserta didik terpanggil untuk belajar. Guru terpanggil untuk bersedia belajar bagaimana mendampingi atau mengajar dengan baik dan menyenangkan; peserta didik terpanggil untuk menemukan cara belajar yang tepat.

(16)

Faktor-faktor yang mempengaruhi guru dalam penguasaan kompetensi pedagogik diantaranya adalah prilaku interpersonal yang memberikan gambaran kemampuan guru dalam pengenalan dan penguasaan terhadap peserta didiknya. Dengan semakin baiknya perilaku interpersonal guru terhadap siswanya maka semakin mudah guru membantu siswanya dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Faktor lainnya adalah pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kompetensinya. Hal ini sangat penting dilakukan oleh guru dalam mengembangkan karirnya sebagai seorang yang profesional. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Johnson J. (2009):

“Professional development is about making progress in the teaching profession — increasing the teachers' skills, knowledge and understanding as outlined in the professional standards for teachers.”

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Melalui penelitian ilmiah, hipotesis diuji kebenarannya hingga diperoleh hasil apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Maka dalam penelitian ini hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

(17)

G. METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengungkapkan tentang sikap dan perilaku guru dalam menguasai peserta didiknya yang tercermin melalui perilaku interpersonal (interpersonal behaviour) guru terhadap siswanya yang senantiasa mengembangkan dirinya melalui pengembangan profesi yang bertujuan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya sebagai seorang yang professional. Oleh karena itu dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah perilaku interpersonal, pengembangan profesi, dan kompetensi pedagogik. Adapun objek penelitian adalah para guru RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di kota Bandung

(18)

H. LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang relevan dengan maksud dan tujuan. Penelitian adalah suatu kegiatan mengaji (study) secara teliti dan dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah (metode) tertentu (Notohadiprawiro, 2006). Jadi metode penelitian merupakan tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian yang meliputi pengumpulan, penyusunan, analisis, dan interprestasi data yang diperoleh.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh dari prilaku unterpesonal guru dan pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMA RSBI di kota Bandung. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini termasuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode analisis statistik deskriptif-inferensial teknik korelasi dan regresi baik tunggal maupun ganda.

(20)

eksperimen. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh, sedang statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan. Sugiyono (2003:169-170) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara umum (generalisasi). Sedang statiktik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode analisis statitik deskriptif.

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati, yang berfungsi sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiyono, 2006).

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua katagori, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Pengertian kedua variabel tersebut menurut Sugiyono (2007:39) adalah:

1. Variabel Independen

(21)

bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).

2. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel out put, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah perilaku interpersonal, pengembangan profesi, dan kompetensi pedagogik. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku interpersonal (X1) dan pengembangan profesi (X2) yang memiliki hubungan timbal balik antara satu dengan yang lain dan keduanya memberikan pengaruh terhadap kompetensi pedagogik (Y) sebagai variabel terikat. Hubungan antar variabel-variabel tersebut secara garis besar dapat digambarkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Hubungan antar variabel Perilaku

Interpersonal (X1)

Pengembangan

Profesi (X2)

Kompetensi

(22)

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi dari perilaku interpersonal adalah keinginan untuk mengerti orang lain. Ini adalah kemampuan untuk mendengarkan dan mengerti secara akurat pikiran, perasaan, masalah orang lain yang tidak terucapkan atau tidak sepenuhnya disampaikan. Kompetensi ini mengukur kompleksitas dan kedalaman pemahaman terhadap orang lain, juga termasuk sensitivitas antar budaya. Fisher, D (2005:6) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa menggambarkan suatu perilaku dan teknik berkomunikasi guru tersebut yang didefinisikan sebagai teacher interpersonal behavior.

Perilaku interpersonal guru terbagi menjadi empat dimensi, dimensi pertama dominance menggambarkan sosok guru yang memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) dan selalu menolong dan bersahabat (helpful/friendly) dengan siswanya. Dimensi kedua adalah cooperation menggambarkan sosok guru yang sabar dan pengertian (understanding) serta senantiasa memberikan kebebasan kepada siswanya untuk menanamkan rasa tanggung jawab (student responsibility/freedom). Dimensi yang ketiga adalah submission menggambarkan sosok guru yang kurang percaya diri (uncertain) dan sosok yang selalu merasa kecewa terhadap siswanya (dissatisfied). Dimensi yang keempat adalah opposition menggambarkan sosok guru dengan emosi tidak stabil, mudah marah (admonishing) dan bersifat kaku (strict). (Lang, 2005:19)

(23)

involving in education with long term impact on student achievement in the classroom (Glossary of No left Behind Act, 2001)

Kegiatan pengembangan profesi dipengaruhi oleh tiga hal yaitu demand yaitu tuntutan profesi yang diembannya terlihat dari goal atau tujuan yang ingin diraihnya, kepercayaan diri (self-efficacy) yang dimilikinya, tugas yang diembannya (growth-facilitating task) dan perbedaan setiap individu yang tercermin dari locus of control masing-masing indvidu. Faktor yang kedua adalah mediator yang menjelaskan bagaimana pengembangan profesi dapat meningkatkan penampilan atau kompetensi seseorang, terlihat dari direction atau arah yang muncul dari proses prioritas, effort and persistence/ upaya yang dimilikinya dan daya tahan terhadap berbagai tantangan, serta task-specific strategies yaitu strategi dalam mengerjakan tugas-tugas. Faktor yang ketiga adalah moderator yaitu faktor pembatas yang dapat meningkatkan atau menurunkan efek dari tuntutan terhadap penampilan seseorang. Faktor ini meliputi ability dan task complexity menggambarkan kemampuan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas yang diembannya, situatuonal constraint dan uncertainty yaitu situasi dan ketidakpastian dari suatu keadaan sangat mempengaruhi seseorang dalam penampilannya, feedback atau umpan balik adalah hal yang dibutuhkan agar orang dapat melakukan perbaikan dan berkembang lebih baik lagi, serta goal commitment menggambarkan seberapa besar komitmen yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ingin diraihnya.

(24)

dibutuhkan guru dalam memberikan proses bimbingan dan pembelajaran dengan metode tertentu kepada peserta didik secara formal. Kompetensi ini meliputi tiga fungsi manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan meliputi penetapan tujuan pembelajaran dan cara mencapainya yang terlihat dari rancangan pelaksanaan pembelajaran, mampu mengembangkan kurikulum yang terkait, dan pemahaman karakter peserta didik dari berbagai aspek. Pelaksanaan atau yang sering disebut juga implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa PBM telah dilaksanakan sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan, meliputi penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip pembelajaran, dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan berkomunikasi secara efektif, dan mampu menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran. Evaluasi yang bertujuan untuk menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, meliputi kemampuan untuk melaksanakan penilaian dan evaluasi, mampu memanfaatkan hasil evaluasi sebagai refleksi untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi Penelitian

(25)

Populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yaitu unit tempat yang diperolehnya, elemen tersebut dapat berupa individu keluarga, kelas, rumah tangga, kelompok – kelompok sosial, sekolah, organisasi, dan lain – lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.

Populasi adalah "wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya" (Sugiyono, 2006:117). Berdasarkan pendapat tersebut, maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA RSBI di kota Bandung yaitu seluruh guru di SMAN 3 Bandung dan di SMAN 5 Bandung.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Data yang dipergunakan dalam suatu penelitian belum tentu merupakan keseluruhan dari suatu populasi karena beberapa kendala :

a. Kendala biaya b. Kendala waktu c. Kendala tenaga

d. Polulasi yang tidak terdefinisikan

Untuk mengatasi masalah dalam pemakaian data yang mengalami kendala-kendala, maka dapat dipergunakan sampel. Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi

(26)

penentuan ukuran sampel dapat dikelompokkan dalam dua macam pendekatan, yaitu: (1) pendekatan statistika, dan (2) pendekatan non statistika. Pada pendekatan non statistika, subyektifitas peneliti dianggap terlampau besar dalam menentukan ukuran sampel, sehingga terlihat ada kecenderungan preferensi untuk lebih memilih pendekatan statistika.

Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Consuelo S (1993:161) menyarankan, sepanjang sampel yang digunakan porsinya populasi, maka penemuan dan kesimpulan yang diperoleh dari sampling tersebut adalah sah (valid).

Dalam menentukan sampel yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara perhitungan sampel yang didasarkan pada pendugaan proporsi populasi dengan rumus seperti yang dikemukakan oleh Taro Yamane atau slovin dalam Riduwan dan Akdon, (2007: 254) yaitu:

1

(27)

Maka apabila jumlah populasi dari guru di SMAN 3 Bandung adalah sebanyak 66 orang, dan jumlah guru di SMAN 5 juga sebanyak 66 orang, maka total populasi adalah 132 orang, sehingga jumlah sampel adalah

1

Maka jumlah sampel di SMAN 3 dan SMAN 5 adalah sebanyak 99 orang.

E. ALAT PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengedarkan angket

daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden yang dijadikan sampel. Angket

atau kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan

variabel-variabel penelitian.

1. Angket atau Kuesioner

Angket yang digunakan dalam bentuk tertutup. Angket digunakan untuk

menggali dan dapat mengungkapkan hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia

sehingga data yang dihasilkan lebih lengkap, akurat, dan konsisten.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengambilan data sekunder yaitu usaha

menggunakan informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan ada kaitannya

dengan masalah dan variable-variabel yang diteliti. Dengan cara mengumpulkan

(28)

F. PROSEDUR PENELITIAN

Instrumen penelitian pada dasarnya adalah berupa perlengkapan untuk mendapatkan angka (kuantitatif) berdasarkan sikap, perlilaku, dan lain sebagainya dari responden terhadap obyek atau kejadian. Di dalam perancangan instrumen, terdapat suatu kegiatan yang cukup penting, yaitu menentukan skala yang akan digunakan. Pengembangan instrument ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) menyusun indicator variable penelitian, (2) menyusun kisi-kisi instrument, (3) melakukan uji coba instrument, (4) melakukan pengujian validitas (perhitungan nilai skala) dan reliabilitas instrument, (5) konsultasi dengan dosen pembimbing, dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan dan pertanyaan dalam kuesioner.

Dalam penelitian ini digunakan tiga macam angket yaitu:

a. Angket pertama dibuat untuk mengumpulkan data tentang perilaku interpersonal guru

b. Angket kedua dibuat untuk mengumpulkan data tentang pengembangan profesi guru

c. Angket ketiga dibuat untuk mengetahui kemampuan kompetensi guru (kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran 1).

Responden dipersilahkan untuk merespon pernyataan yang diajukan dalam angket sesuai dengan keadaan yang dirasakan.

(29)

umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Sugiyono, 2007:107).

Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Dalam penelitian ini digunakan empat skala pilihan kuesioner skala Likert sehingga orang akan memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia. Alternatif jawaban pada angket penelitian diberi skor nilai 4 sampai dengan 1 untuk pernyataan positif dan 1 sampai dengan 4 untuk pernyataan negatif.

Untuk mengetahui tentang perilaku interpersonal dan pengembangan profesi guru diberikan opsi dengan kata-kata dan diberi skor sebagai berikut: a. Jawaban “Sangat Setuju” diberi nilai 4

b. Jawaban “Setuju” diberi skor 3 c. Jawaban “Tidak Setuju” diberi skor 2

d. Jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 1

(30)

pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah) sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi dari yang diuji dimana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh peserta lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

Secara umum ada dua macam fungsi tes, yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukut tingkat perkembangan atau kemajuan yang dicapai oleh peserta tes. b. Sebagai alat pengukur keberhasilan suatu program, sebab melalui tes ini akan

dapat diketahui sudah seberapa jauh program yang telah dijalankan, telah dapat dicapai.

Dalam penelitian pengukuran kompetensi pedagogik guru dilakukan dalam bentuk tes sebagai alat ukur yang menggambarkan kemampuan guru dalam menguasai kompetensi pedagogic yang telah mereka gunakan dalam proses belajar mengajar setiap harinya. Setiap item pertanyaan diberikan empat pilihan jawaban, dengan satu jawaban yang benar.

G. UJI COBA VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

(31)

Instrumen yang tekah dikembangkan disebar kepada populasi penelitian yang tidak termasuk responden penelitian. Hasilnya dianalisis untuk mengetahui validitas butir instrument dan reliabilitas instrument variable setiap penelitian.

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukkan tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrument serta seberapa baik suatu konsep dapat didefinisikan oleh suatu ukuran. Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis factor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor setiap item instrument dengan skor total seluruh item, dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment r dengan taraf signifikasi 5%, yaitu:

Hasil koefisien korelasi selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

ℎ = ∑ − ∑ ∑

. ∑ − ∑ . ∑ − ∑

Dimana:

r hitung = koefisien korelasi

∑ = jumlah skor item

(32)

Butir pertanyaan dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi pada uji signifikansi nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Untuk menghitung t hitung digunakan uji-t dengan rumus:

ℎ = √ − 2 √1 −

Dimana:

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden

Menurut Sudjana (1986:377) jika t hitung > t tabel, maka item dianggap valid, dan sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid. Jika instrument itu valid, maka dibuat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r),sebagai berikut:

Tabel 3.1. Batas-Batas Interval Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah (tidak valid)

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

(33)

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Pengujian reliabilitas ditujukan untuk melihat seberapa besar hasil pengukuran dapat dipercaya, tinggi rendahnya reliabilitas digambarkan melalui koefisien reliability dalam suatu angka. Dalam pengujian keandalan digunakan tes konsistensi internal yaitu sistem pengujian terhadap kelompok tertentu, kemudian dihitung skornya dan diuji konsistensinya terhadap berbagai item yang ada dalam kelompok tersebut. Untuk maksud itu digunakan metode Cronbach Alpha yang dapat menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan skala variable yang ada. Pengukuran reliabilitas ini dianggap handal berdasarkan koefisien Alpha di atas 0,50. Konsep dasar reliabilitas adalah konsistensi yaitu untuk melihat bagaimana data yang dikumpulkan tersebut konsisten dengan melihat dan menentukan tingkat reliabilitas sehingga kualitas dari data hasil penelitian akan lebih terjamin keandalannya.

H. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Untuk menganalisis data menggunakan uji statistik korelasi dan regresi ganda. Analisis korelasi dan regresi berganda ini adalah analisis tentang hubungan antara satu dependent variabel dengan dua atau lebih independent variabel. Penelitian ini menggunakan tiga buah instrumen yang berasal dari kajian teoritis dan instrumen tersebut telah diadakan uji cobakan untuk mengetahui validitasnya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut. 1. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa

(34)

2. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya.

3. Menghitung persentase skor rata-rata dari setiap variabel X1, X2, dan variabel Y. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian dengan menggunakan teknik Weighted Means Scored (WMS), dengan rumus sebagai berikut:

N X X− =

Dimana:

= Skor rata-rata yang dicari

= Jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)

N = Jumlah responden

Hasil penghitungan dijadikan pedoman untuk menentukan gambaran umum variabel di lapangan dengan cara dikonsultasikan dengan tabel kriteria dan penafsiran di bawah ini:

3,01 – 4,00 = Sangat Baik 2,01 – 3,00 = Baik

1,01 – 2,00 = Rendah 0,01 – 1,00 = Sangat rendah

X

(35)

4. Uji Persyaratan Untuk Analisis Regresi

Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan regeresi yaitu :

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Dengan uji normalitas akan diketahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila pengujian normal, maka hasil perhitungan statistik dapat digeneralisasi pada populasinya.

Uji normalitas dilakukan dengan baik secara manual maupun menggunakan komputer program SPSS. Dalam penelitian ini uji normalitas dapat digunakan uji Kolmogorov-smirnov5, kriterianya adalah signifikansi untuk uji dua sisi hasil perhitungan lebih besar dari > 0, 05 berarti berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

(36)

c. Uji Korelasi antar Variabel

Uji ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan secara signifikan antara variabel. Kriteria pengujian thitung >ttabel, maka signifikan.

5. Uji Regresi Linier

Uji regresi digunakan untuk mencari hubungan fungsional (kausalitas) antara variabel. Uji ini menggunakan regresi linier ganda.

Uji Regresi Linier Ganda, digunakan untuk mengetahui pola hubungan fungsional antara perilaku interpersonal dan pengembangan profesi secara bersama-sama terhadap variabel kompetensi pedagogik.

Y = (baca Y topi), subyek variabel terikat yang diproyeksikan

X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y.

Menguji signifikansinya, dengan rumus:

)

(37)

6. Menguji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis akan menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi ganda. Pengujian menggunakan program SPSS versi 15.0 for windows. Semua pengujian dilakukan pada taraf nyata 0,05. Pengujian dilakukan sebagai

Hasil perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui:

1). Pengaruh variabel perilaku interpersonal (X1) terhadap variabel kompetensi pedagogik (Y).

2). Pengaruh variabel pengembangan profesi (X2) terhadap variabel kompetensi pedagogik (Y).

3). Pengaruh Variabel perilaku interpersonal (X1) dan pengembangan profesi (X2) terhadap kompetensi pedagogik (Y)

Analisis regresi ganda dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh perilaku interpersonal dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik. Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y, digunakan rumus: KP = r2 x 100% (Ridwan dan Akdon, 2007: 125). Untuk menginterpretasi kuatnya hubungan antar variabel digunakan pedoman yang dikemukakan Sugiyono (2007:214) sebagai berikut:

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Guru merupakan salahsatu faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Proses belajar mengajar yang bermutu akan muncul dari guru yang professional, sehingga dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas. Proses mendampingi peserta didik adalah merupakan proses belajar. Karena sekolah merupakan medan belajar, baik guru maupun peserta didik terpanggil untuk belajar. Guru terpanggil untuk bersedia belajar bagaimana mendampingi atau mengajar dengan baik dan menyenangkan; peserta didik terpanggil untuk menemukan cara belajar yang tepat.

Guru professional adalah guru yang memiliki standar kualifikasi dan standar kompetensi sesuai dengan yang diamanatkan Undang-undang. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut khususnya kompetensi pedagogik guru menyadari bahwa banyak faktor yang memengaruhinya. Faktor tersebut diantaranya adalah perilaku interpersonal dan pengembangan profesi.

(39)

pembelajaran, mendengarkan dan menghargai hak peserta didik untuk berbicara dalam setiap diskusi, dan meminimalkan bahkan mengeliminasi setiap permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran.

Pengembangan profesi dapat dilakukan dengan penambahan wawasan dan pengetahuan melalui seminar, diklat, diskusi, dan penugasan atau pemberia tanggung jawab tertentu kepada guru sehingga akan menumbuhkan pemenuhan tujuan/sasaran, mengembangkan keampuan strategi atau metode dalam emnghadapi tugas atau permasalahan tertentu, komitmen tinggi serta keinginan untuk selalu mendapatkan umpan balik baik dari rekan maupun atasan.

Dengan demikian tercipta kompetensi pedagogik yang bukan hanya sekedar pemenuhan standar kompetensi secara formal, tetapi terjadi kesadaran bagi guru selalu berorientasi kepada keberhasilan, berpikir konstepsual dan analitis, memahami orang lain dan dapat bekerja dengan baik secara tim maupun bersama-sama

Penutupan tesisi ini akan dikemukan tiga hal pokok yang disajikan sebagai pemaknaan penelitian secara terpadu, terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh. Dari hasil data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dihasilkan beberapa temuan penelitian, sebagai berikut :

(40)

pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik adalah sebesar 62,40%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 37,60% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, baik itu faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal.

2. Perilaku interpersonal memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru. Dimensi perilaku interpersonal yang memberikan pengaruh cukup besar adalah dimensi submission dengan indicator uncertain dan dissatisfied dengan skor 3,53 (kategori sangat baik) dan terendah adalah dimensi cooperation dengan skor 3,14. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kerjasama yang dilakukan guru dengan siswa dalam pembelajaran, karena kurang percayanya guru tersebut terhadap dirinya maupun terhdap siswanya. 3. Pengembangan profesi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

(41)

langsung memengaruhi kompetensi guru. Faktor lain yang memengaruhi dapat terlihat dari karakteristik guru adalah masa kerja dan penghasilan. Sebagian kecil guru belum menyadari pentingnya perilaku interpersonal dan jarang memberikan kesempatan unuk mengikuti berbagai aktivitas pengembangan profesi, seperti seminar dan sebagainya serta kesempatan untuk membimbing peserta didik atau tanggung jawab lainnya.

4. Perilaku interpersonal dan pengembangan profesi memberikan kekuatan pengaruh yang berbeda terhadap kompetensi pedagogik guru. Variabel pengembangan profesi memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan variabel perilaku interpersonal, hal ini terlihat jelas dari perbedaan nilai beta kedua variabel ini. Variabel pengembangan profesi memiliki nilai beta sebesar 0,675 jauh lebih kuat dibandingkan nilai beta variabel perilaku interpersonal yaitu sebesar 0,184.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi penelitian, maka penulis merekomendasikan hal-hal, sebagai berikut:

(42)

layaknya siswa sama-sama akan terus belajar seumur hidup (lifelong learning). Berbagai aktifitas dapat diikuti guru untuk melaksanakan pengembangan profesi ini seperti belajar dari ahli, mengikuti berbagai seminar, workshop, diklat, mengikuti learning community, banyak menulis, membentuk grup membaca,melaksanakan penelitian tindakan kelas, dan sebagainya. Guru yang senantiasa melakukan pengembangan profesi, maka kompetensi terutama kompetensi pedagogiknya pun akan senantiasa terjaga dan akan semakin meningkat. Dengan senantiasa meningkatnya kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, maka guru tersebut telah menjadi seorang pendidik bermutu yang profesionalismenya senantiasa terjaga.

(43)

semakin tingginya kerjasama yang dibangun antara siswa, maka akan semakin mudah guru tersebut membantu siswa dalam belajar, sehingga proses belajar mengajar di kelas akan menjadi proses pembelajaran yang bermutu.

3. Rekomendasi lain yang disarankan penulis berdasarkan hasil penelitian ini adalah agar guru-guru baik di SMAN 3 mapun SMAN 5 Bandung agar tidak terlalu kaku ketika menghadapi siswanya dan senantiasa menjaga rasa percaya dirinya ketika mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas salah satunya adalah dengan senantiasa memperbaharui ilmunya. Selain itu guru di sekolah ini memiliki tuntutan yang tinggi sebagai guru RSBI, yang tentunya harus menguasai standar kompetensi guru RSBI selain harus menguasai standar kompetensi pendidik. Oleh karena itu pengembangan profesi sangatlah diperlukan untuk meningkatkan kompetensi guru. Masih lemahnya guru di SMAN 3 Bandung dalam perencanaan pembelajaran dan lemahnya guru di SMAN 5 Bandung dalam melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran, mengharuskan guru-guru ini untuk senantiasa melakukan perbaikan performance mereka. Kepada peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengkaji faktor-faktor lain yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru sehingga dapat menambah cakrawala dan wawasan yang lebih luas.

(44)
(45)

______________, (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

______________, (2005). Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

______________, (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Jakarta.

______________, (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 8 Tahun 2007 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Jakarta.

______________, (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta.

______________, (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Asrorun Ni’am sholeh. 2006. Membangun Profesionalitas Guru; Analisis Kronologis Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen. Elsas. Jakarta.

Birzea, C., Cecchini, M, et.al, (2005). Tool for Quality Assurance of Education for Democratic Citizenship in Schools. France: UNESCO.

Brok, P., Fisher, D., Koul R. (2005) The Importance of Teacher Interpersonal Behaviour for Secondary Science Students’ Attitudes in Kashmir. The Journal of Classroom Interaction; 40, 2; Academic Research Library. Cairns, L., & Stephenson, J. (2009). Capability. Melbourne.

Dede Mohamad Riva, S.Pd. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru.Bogor.http://beta.pikiranrakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id= 9232, diakses tgl 9 Maret 2009

(46)

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha

Johnson, Jenny. Ways to continuing professional development. British Council. Diakses 13 February, 2009 - 09:35.

Latham, Gary P., Locke, Edwin A. Fassina, Neil E. (2002), The High Performance Cycle: Standing the test of time dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD. Lang, Q. C., Wong, A. F. L., Fraser, B. J. (2005) Teacher-Student Interaction and

Gifted Students’ Attitudes Toward Chemistry in Laboratory Classrooms in Singapore. The Journal of Classroom Interaction; 40, 1; Academic Research Library.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.

Leary, T. (1957). An Interpersonal Diagnosis of Personality. New York: Ronald Press Company.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta.

Krech et.al.1962. Individual in Society. Tokyo : McGraw-Hill Kogakasha. Riduwan. (2006 ). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Riduwan dan Akdon. (2006). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika.

Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung, Alfabeta.

(47)

Smylie, M. A., & Conyers, J. G. (1991). Changing conceptions of teaching influence the future of staff development. Journal of Staff Development, 12(1), 12-16. EJ 431 936.

Telli, S., Brok, P., Cakiroglu, J. (2008). Teacher-student Interpersonal Behavior in Secondary Science Classes in Turkey. The Journal of Classroom Interaction; 42, 2: Academic Research Library.

Underhill, Adrian. Continuous Professional Development. First published in Issue 149, June/July 1999. Sample pages index IATEFL Issues home page. Diakses tanggal 9 Maret 2009.

Wadell, D. M., Cummings, T.G., and Worley, C.G. (2007). Organization Development and Change (Asia Pacific Third Edition). Victoria: Thomson Wubbels, T. (1993). Teacher-student relationship in Science and Mathematics Classes (What Research says to The Science and Mathematics Teacher). Perth, Australia: National Key Centre for School Science and Mathematics, Curtin University of Technology.

Gambar

Gambar 3.1. Hubungan antar variabel
Tabel 3.1. Batas-Batas Interval Koefisien Korelasi

Referensi

Dokumen terkait