• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengubah Body Image Negatif Menjadi Body Image Positif Melalui Pelatihan Body Image pada Siswi SMP "X" Pamanukan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mengubah Body Image Negatif Menjadi Body Image Positif Melalui Pelatihan Body Image pada Siswi SMP "X" Pamanukan."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Mengubah Body Image Negatif melalui Pelatihan

Body Image pada siswi SMP”X” Pamanukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengubah body image negatif pada siswi SMP “X” Pamanukan.

Sampel pada penelitian ini adalah 10 orang siswi SMP “X” Pamanukan

yang memiliki body image negatif. Alat ukur yang digunakan berbentuk kuesioner untuk mengukur body image berdasarkan teori dari Thomas Cash (2002). Kuesioner body image terdiri dari 60 item. Validitas item-item berkisar antara 0.50 – 0.875, hal ini menunjukkan bahwa bahwa item-item tersebut dapat dipakai. Reliabilitas alat ukur sebesar 0.833, hal ini menunjukkan bahwa item-item tersebut tergolong memiliki reliabilitas yang tinggi. Materi pelatihan disusun berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi body image, yaitu : physical characteristics. cultural socialization, interpersonal experiences, dan personality factors.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi SMP “X” Pamanukan yang mengikuti pelatihan body image memberikan reaksi positif terhadap keseluruhan pelatihan dan terjadi perubahan body image, dari body image negatif menjadi body image positif setelah diberikan pelatihan body image.

(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The title of this study is Change Negative Body Image by Body Image Training on Female Students in “X” Junior High School Pamanukan. The purpose of this study is to change negative body image on female students in junior high school Pamanukan.

The sample in this study were 10 female students with negative body image

in “X” junior high school Pamanukan. The main measuring instruments used

were the training program evaluation done by looking at the extent to which participants reactions to the training. Besides, the supporting data used the body image questionnaire which adapted from the theory of body image by Thomas Cash (2002). The body image questionnaire consists of 60 items. The validity of the items range from 0.50 – 0.875, this indicates that the items can be used. While the reliability is 0.833 shows that these measuring instrument relatively have high reliability. The training materials are designed by some factors that has influence on the body image, they are physical characteristics. cultural socialization, interpersonal experiences, dan personality factors.

The result of this study shows that the majority female students in “X”

junior high school Pamanukan who joined the body image training give positive reaction toward the entire training and by the end of the training the body image changing is shown, from negative to positive.

(3)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian ... ii

Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ... iii

Kata Pengantar ... iv

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Bagan ... xiv

Daftar Grafik ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 13

1.3.1 Maksud Penelitian ... 13

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 14

(4)

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Metodologi Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Body Image ... 16

2.1.1 Definisi Body Image ... 16

2.1.2 Cognitive Behavioral Model Mengenai Body Image ... 17

2.1.3 Komponen Body Image ... 17

2.1.4 Pengukuran Body Image ... 19

2.1.5 Proses Pembentukan Body image menurut Cognitive Behavioral Model .... 20

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image ... 24

2.1.7 Body Image Positif dan Body Image Negatif ... 31

2.2 Remaja ... 33

2.2.1 Tugas Perkembangan Remaja ... 33

2.2.2 Karakteristik Remaja ... 34

2.2.3 Perkembangan Body Image pada Masa Remaja ... 42

2.3 Pelatihan ... 43

2.3.1 Pengertian Pelatihan ... 43

2.3.2 Maksud Pelatihan ... 43

2.3.3 Pedoman Umum Merancang Program Pelatihan ... 44

2.3.4 Tujuan Pembelajaran (learning) dalam Pelatihan ... 46

2.3.5 Experiential Learning ... 47

2.3.5.1 Fase-fase dalam Experiential Learning ... 48

(5)

Universitas Kristen Maranatha

2.3.5.3 Metode dalam Experiential Learning ... 53

2.3.6 Evaluasi Program Pelatihan ... 58

2.3.6.1 Penerapan Model Evaluasi Empat Level ... 59

2.4 Kerangka Pemikiran ... 62

2.5 Asumsi Penelitian ... 74

2.6 Hipotesis Penelitian ... 75

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 76

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 77

3.2.1 Variabel dalam Penelitian ... 77

3.2.2 Definisi Konseptual ... 77

3.2.2.1 Definisi Konseptual Independent Variable ... 77

3.2.2.2 Definisi Konseptual Dependent Variable ... 78

3.2.3 Definisi Operasional ... 78

3.2.3.1 Definisi Operasional Independent Variable ... 78

3.2.3.2 Definisi Operasional Dependent Variable ... 79

3.3 Alat Ukur ... 81

3.3.1 Alat Ukur Body Image ... 81

3.3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 83

3.3.3 Prosedur Pengisian Alat Ukur ... 84

3.3.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 85

(6)

Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Evaluasi Modul Pelatihan ... 89

3.4.2 Sistem Penilaian Evaluasi Modul Pelatihan ... 90

3.5 Validitas dan Reliabilitas alat Ukur ... 92

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 92

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 94

3.6 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 95

3.6.1 Populasi Sasaran ... 95

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 95

3.6.3 Teknik Penarikan Sampel ... 95

3.7 Teknik Analisis Data ... 95

3.7.1 Teknik Analisis Data Hasil Pengukuran Reaksi, Belajar dan Perilaku ... 95

3.7.2 Teknik Analisis Alat Ukur ... 96

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Modul Pelatihan ... 97

4.1.1 Gambaran Responden ... 97

4.1.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Level Reaksi ... 98

4.1.3 Hasil Penelitian Berdasarkan Level Belajar ... 104

4.1.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Level Perilaku ... 107

4.1.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Level Hasil ... 109

4.2 Pembahasan Hasil Uji Coba Modul Pelatihan ... 112

4.2.1 Pembahasan Berdasarkan Level Reaksi ... 112

(7)

Universitas Kristen Maranatha BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Penelitian ... 122

5.2 Saran Penelitian ... 122

5.2.1 Saran Teoretis ... 123

5.2.2 Saran Guna Laksana ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

DAFTAR RUJUKAN ... 129

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Pembagian Item-item dalam Kuesioner Body Image Tabel 3.2 Kategori Skor Total Body Evaluation dan Body Investment Tabel 3.3 Kategori Body Image

Tabel 3.4 Aspek Penilaian Evaluasi Modul Pelatihan Tabel 3.5 Penilaian Evaluasi Level Reaksi

Tabel 3.6 Penilaian Evaluasi Level Belajar

Tabel 3.7 Penilaian Evaluasi Level Perilaku (Behavior)

Tabel 4.5. Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Materi Pelatihan Setiap Sesi Tabel 4.6. Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Pembicara Setiap Sesi Tabel 4.7. Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Fasilitas yang digunakan

Setiap Sesi

Tabel 4.8. Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Keseluruhan Pelatihan Tabel 4.9. Evaluasi Belajar Peserta setelah Pelatihan

Tabel 4.10. Evaluasi Perilaku Peserta Setelah Pelatihan Tabel 4.11. Hasil Uji Statistik

Tabel 4.12. Hasil Uji Statistik (per-Dimensi)

(9)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(10)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Usia Siswi Grafik 4.2 Kelas Siswi

(11)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rundown Pelatihan Body Image Lampiran 2. Kuesioner Body Image

Lampiran 3. Lembar Informed Consent Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa

Lampiran 5. Lembar Evaluasi Pelatihan Body Image

Lampiran 6. Rekapan Hasil Pre-Test, Post1-Test dan Post2-Test

Lampiran 7. Pengolahan Uji Statistika (Pre-Test, Post1-Test & Post2-Test) Lampiran 8. Hand Out Materi Pelatihan Body Image

(12)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada masa remaja seseorang akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya (Herawati, 2009). Hal ini sesuai dengan pendapat Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) yang mengatakan bahwa pada masa remaja, biasanya mereka mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik dan ingin mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya.

(13)

2

Universitas Kristen Maranatha otot yang meningkat (Brooks-Gunn & Paikoff dalam Santrock, 2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Winzeler (2005) yang menyatakan bahwa remaja laki-laki yang lebih bangga dengan tubuhnya dan lebih puas dengan berat badannya sebesar 73%, sedangkan remaja perempuan hanya sebesar 47%.

Cash (2002) mengatakan penilaian seseorang terhadap tubuhnya inilah yang disebut body image. Lebih lanjut dijelaskan oleh Cash (2002) bahwa keluhan yang

muncul sebagai rasa tidak puas terhadap bentuk tubuh merupakan salah satu dimensi dari body image yang disebut body evaluation. Selanjutnya usaha yang dilakukan individu untuk memperbaiki penampilan fisiknya, mencerminkan seberapa penting arti penampilan fisik bagi dirinya. Hal ini disebut oleh Cash (2002) sebagai body investment yang juga merupakan dimensi dari body image. Jika body image yang terbentuk mengarah pada penilaian negatif maka akan menjadi hambatan dalam hubungan sosial dan menimbulkan kecemasan, karena menurut Cash (2002) body image merupakan aspek yang sangat penting dalam perkembangan psikologis dan hubungan interpersonal pada masa remaja, khususnya bagi remaja perempuan.

(14)

3

Universitas Kristen Maranatha physical characteristic, personality attributes, interpersonal experiences, dan cultural socialization (Cash, 2002). Masa puber pada remaja perempuan disertai oleh penambahan berat badan dan munculnya ciri-ciri seksual. Proses biologis yang

normal ini membuat banyak remaja perempuan semakin menjauh dari bentuk badan

yang ideal. Secara umum masa transisi ini menimbulkan stress dan meningkatkan

rasa tidak aman pada remaja perempuan terhadap physical characteristics yang

dimilikinya. Faktor yang kedua adalah interpersonal experiences, yaitu penilaian

terhadap penampilan fisik yang diberikan lingkungan kepada remaja perempuan yang

merupakan umpan balik. Umpan balik dari orang lain ini dapat menjadi pertimbangan

yang kuat pada remaja perempuan ketika mempersepsikan dirinya atau tubuhnya.

Tantleff-Dunn & Gokkee, dalam Cash (2002) menyatakan bahwa umpan balik yang

berupa ejekan dan kritik yang dialami seseorang akan mempengaruhi ketidakpuasan

akan tubuhnya. Faktor yang selanjutnya adalah cultural socialization, yaitu

pesan-pesan dari lingkungan yang menyisipkan suatu standar atau harapan mengenai

penampilan dan karakter fisik, dan media massa memegang peranan penting dalam

hal ini. Cash (2008) mengatakan bahwa body dissatisfaction disebabkan karena

individu membandingkan dirinya dengan image yang ditunjukkan media (unfair

comparison). Disebut sebagai unfair comparison karena individu merupakan manusia

dan memiliki ketidaksempurnaan, sementara media membentuk model ideal yang

tidak realtistis sebagai sumber pembandingan (Cash, 2008). Faktor yang terakhir

adalah personality attributes. Atribut kepribadian individu juga mempengaruhi

(15)

4

Universitas Kristen Maranatha yang paling penting mempengaruhi body image adalah self esteem. Self esteem yang

tinggi menyebabkan perkembangan yang positif terhadap tubuh dan bertindak sebagai

pelindung (buffer) terhadap kejadian-kejadian yang dapat membahayakan body image

seseorang. Sebaliknya self esteem yang rendah dapat menambah kecemasan terhadap

body image individu.

Dalam sebuah seminar yang berjudul “Shape Your Body, Enhance Your

Confidence” (diadakan pada tanggal 30 Oktober 2012 di Aula Terapung,

Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia). Ketua umum dari Ikatan Dokter Indonesia

(IDI) Abidin (2012), mengatakan bahwa body image adalah pandangan seseorang

terhadap ukuran dan bentuk tubuh serta perkiraan mengenai pandangan orang lain

terhadap diri sendiri. Seseorang yang tidak puas terhadap tubuhnya (body image

negatif) cenderung berlomba untuk mulai menyesuaikan diri dengan definisi bentuk

tubuh ideal dengan berbagai cara, termasuk menganiaya diri sendiri dengan diet ketat.

Beliau juga menambahkan bahwa konsep yang salah mengenai body image seringkali

terjadi pada usia remaja karena pada masa remaja seseorang belum memiliki kondisi mental yang stabil, sehingga mudah terpengaruh orang lain.

(16)

5

Universitas Kristen Maranatha bahwa adanya hubungan bermakna antara body image dan pola makan. Semakin positif body image maka semakin baik pula pola makannya. Begitu pun sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka semakin buruk pola makan yang dimiliki. Dari 160 responden, diperoleh 66.3% siswi mempunyai gambaran body image positif yang diikuti dengan pola makan yang baik. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Setyorini Kartika (2010) pada remaja kelas X dan XI SMA di Semarang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara self body image dan gangguan makan. Sebanyak 12,9 % remaja perempuan yang memiliki gambaran body image positif, sudah menjalankan perilaku makan yang baik, sedangkan sebagian besar (87,1%) remaja perempuan yang memiliki gambaran body image negatif, belum menjalankan perilaku makan yang baik.

Menurut L.A. Ricciardelli (2005) dan E. Ruutel (2005), body image negatif

dapat berkembang menjadi gangguan makan (anorexia nervosa, bulimia nervosa),

body dysmorphic disorder, social phobia, mood disorder, etc., apabila tidak

mendapatkan penanganan yang memadai. Body image negatif juga berkaitan dengan

resiko bunuh diri pada remaja perempuan (L.Dittrich, 2005). Menurut National

Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders (2011), gangguan pola

makan akan menyebabkan penderitanya mengalami malnutrisi dan akhirnya

mengakibatkan kematian. Meskipun beberapa pasien bisa sembuh tetapi mereka tetap

memiliki resiko komplikasi dan 20% di antaranya akan lebih cepat meninggal

daripada rekan – rekannya. Selain itu seorang penderita anorexia dapat mengalami

(17)

6

Universitas Kristen Maranatha behavior (SIB). Mereka juga rentan mengalami penyakit lambung, dan pelaggra.

Kematian akibat anorexia merupakan dampak akhir dari adanya komplikasi yang

dialami oleh penderita anorexia (Sullivan, 1998).

Sederet model cantik juga telah menjadi korban dari anorexia. Diantaranya Ana

Carolina Reston, seorang model di Brazil yang meninggal dunia pada tahun 2006

dalam kondisi mengenaskan setelah menjalani perawatan di rumah sakit karena

mengalami kerusakan ginjal akibat anorexia. Sebelumnya diketahui bahwa ia sudah

melakukan diet ketat dalam waktu yang lama dengan hanya memakan buah apel dan

tomat yang pada akhirnya membuat tubuhnya menjadi seonggok tulang belulang.

Selain itu pada tahun 2006 di Uruguay, seorang model bernama Luisel Ramos jatuh

pingsan pada saat peragaan busana berlangsung. Setelah memperoleh pertolongan

medis ternyata nyawanya juga tidak tertolong. Luisel mengalami serangan jantung

akibat anorexia nervosa yang dideritanya. Selama tiga bulan Luisel menjalani diet

hanya makan daun selada dan diet coke. Tak lama kemudian, adik perempuan Luisel

Ramos yang juga seorang model meninggal dengan sebab yang sama (Wordpress,

2007).

Penelitian mengenai eating disorder cukup banyak dilakukan di Indonesia.

(18)

7

Universitas Kristen Maranatha atau “yoyo” di klinik LightHOUSE Jakarta pada tahun 2013. Ditemukan bahwa 14% mengalami binge eating dan 27% binge disertai dengan emotional eating disorder, sisanya menderita compulsive overeating disorder (Kahl, 2013). Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Tantiani, T. (2007) kepada 397 remaja di Jakarta. Hasil penelitian menemukan sebanyak 34,8% remaja di Jakarta mengalami penyimpangan perilaku makan. Jika dispesifikasikan menurut tipenya, sebanyak 11,6% remaja menderita anorexia nervosa dan 27% remaja menderita bulimia nervosa. Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh Putra, W.K. (2008) pada 262 orang siswi kelas 1 dan 2 SMAN 70 Jakarta Selatan diketahui 88.6% responden memiliki kecenderungan penyimpangan perilaku makan, dengan spesifikasi 11.8% anorexia nervosa, 23.3% bulimia nervosa, 5% binge eating, dan 48.5% Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS).

Informasi lain mengenai remaja yang mengalami penyimpangan perilaku makan peneliti peroleh melalui wawancara dengan seorang penderita bulimia di rumah sakit “X” Jakarta (SM, usia 15 tahun). Gangguan makan yang SM alami

(19)

8

Universitas Kristen Maranatha memuntahkan secara paksa makanan yang telah ia konsumsi. Setelah memuntahkan makanan, SM akan merasa lebih aman dan dapat terhindar dari kegemukan. Dalam tiga bulan SM berhasil menurunkan berat badannya sebanyak 10 kg. Semakin lama SM merasakan bahwa tubuhnya lemas dan ia harus selalu berhati-hati saat pergi ke suatu tempat atau saat melakukan sesuatu. SM banyak menghabiskan waktunya untuk menyendiri dan beristirahat di kamar. Saat ini SM masih mengikuti treatment kesehatan yang diberikan dokter dan tetap berkeinginan untuk menjaga berat badannya agar tidak menjadi gendut.

(20)

9

Universitas Kristen Maranatha dan menganggap bahwa hal tersebut adalah biasa, karena teman-teman yang lain pun memiliki sebutannya masing-masing. Orang tua pernah memberi tahu bahwa tidak ada yang perlu diubah dari penampilan fisik mereka dan masa remaja merupakan masa yang penuh keceriaan, jadi dinikmati saja, tidak perlu berusaha mengubah bentuk tubuh atau penampilan fisik.

Sebaliknya delapan dari sepuluh responden (80%) mengaku bahwa penampilan fisik merupakan hal yang penting dan masih banyak bagian-bagian tubuh yang ingin diubah (body image negatif). Empat dari delapan responden (50%) mengaku ingin menurunkan berat badannya sampai kurang dari 40 kg. Mereka berpendapat bahwa standar karakteristik yang ideal bagi seorang perempuan adalah seperti model yang ditampilkan di media massa, seperti Cinta Laura, Angel Chibi, Agnes Monica dan Olla Ramlan. Para artis tersebut memiliki penampilan yang ideal dikarenakan memiliki tubuh yang langsing dan tinggi. Selain itu keluarga (ibu, kakak) menuntut mereka agar menurunkan berat badannya. Mereka sering mendapatkan panggilan khusus dari teman-teman sekelas karena keadaan fisik mereka, misalnya si “gendut”, si “gemuk”, si “kerbau”. Mereka mengaku merasa kesal dan sakit hati karena ejekan

(21)

10

Universitas Kristen Maranatha negatif tentang bentuk tubuh. Apabila di sekolah mereka lebih nyaman bergaul dengan teman yang juga gendut dan apabila di rumah lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Mereka lebih suka berada di dalam rumah daripada di tempat umum, karena merasa banyak mata yang memandang dan memperhatikan bentuk tubuh mereka. Selain itu mereka merasa kesulitan apabila sedang mencari pakaian yang sesuai dengan tren, karena kebanyakan pakaian-pakaian tersebut berukuran kecil. Oleh karena itu mereka bekerja keras agar berhasil menurunkan berat badan. Untuk menurunkan berat badan, mereka melakukan berbagai upaya seperti : melakukan diet ketat, mengkonsumsi jamu/ obat untuk menurunkan berat badan, dan berolahraga. Karena diet yang terlalu ketat, mereka akhirnya memiliki penyakit maag dan bahkan pernah beberapa kali pingsan di sekolah. Namun hal tersebut tidak mengurungkan niat mereka melakukan diet ketat. Mereka memiliki anggapan bahwa tidak ada pria yang menyukai perempuan gendut, sehingga kaum perempuan wajib memiliki tubuh yang langsing atau kurus agar banyak teman pria yang tertarik.

(22)

11

Universitas Kristen Maranatha ideal dikarenakan berkulit putih, bersih serta mulus. Para responden mengaku mendapatkan tuntutan dari keluarga (ibu, kakak) agar memutihkan warna kulit mereka dan menghilangkan jerawat dan noda-noda hitam yang membuat kulit terlihat tidak bersih dan halus. Mereka mendapatkan panggilan khusus dari teman-teman sekelas karena keadaan fisik mereka, yaitu si “budug”, si “hitam”. Mereka merasa

(23)

12

Universitas Kristen Maranatha pemutih, meminum jamu/obat yang dapat menghilangkan jerawat dan membersihkan kulit, pergi ke salon untuk luluran dan facial.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa para siswi yang memiliki body image negatif di SMP “X” Pamanukan perlu diberikan upaya pencegahan (preventif) agar tidak sampai melakukan perilaku yang menyimpang atau mengalami gangguan klinis. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memberikan pelatihan guna mengubah body image negatif menjadi body image positif. Di dalam penelitian sebelumnya ditemukan beberapa pelatihan yang bertujuan untuk mengubah body image negatif, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wood, KA (2004) mengenai pengaruh program intervensi media terhadap body image dan perilaku makan pada anak yang berusia 5 – 11 tahun (laki-laki dan perempuan). Dalam pelatihan tersebut, peserta diberikan pengetahuan mengenai ukuran tubuh berdasarkan biologi, keterampilan analisis dalam mengkiritik media massa, dan perilaku gaya hidup sehat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa body image serta perilaku makan dari peserta setelah mengikuti pelatihan mengalami peningkatan antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan, bahkan peningkatan yang signifikan terjadi pada peserta perempuan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Richardson & Paxton (2010) yang memberikan pelatihan “Happy Being Me” kepada siswi kelas 1 SMA. Dalam pelatihan tersebut peserta diberikan

(24)

13

Universitas Kristen Maranatha lingkungan tersebut. Hasil dari pelatihan ini menunjukkan bahwa body dissatisfaction dan simptom eating disorder para peserta mengalami penurunan antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan, bahkan setelah jangka waktu dua tahun setelah dilakukannya pelatihan.

Dari penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa intervensi pelatihan merupakan salah satu perlakuan yang efektif digunakan untuk mengubah body image negatif, baik pada anak-anak, remaja maupun dewasa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memberikan sebuah pelatihan yang bertujuan untuk mengubah body image negatif siswi SMP “X” Pamanukan menjadi body image positif dengan berdasar pada teori body image dari Cash (2002).

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah body image negatif pada siswi SMP “X” Pamanukan dapat diubah menjadi body image positif melalui pelatihan body image ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

(25)

14

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengubah body image negatif pada siswi SMP “X” Pamanukan menjadi body image positif melalui pelatihan body image.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan bagi :

 Memberikan informasi bagi bidang psikologi khususnya Psikologi Klinis

mengenai program pelatihan sebagai intervensi untuk mengubah body image negatif pada siswi SMP “X” Pamanukan menjadi body image positif.

 Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian

mengenai body image pada siswi SMP serta melakukan intervensi sebagai upaya untuk mengubah body image negatif menjadi body image positif.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Body image negatif pada siswi SMP “X” Pamanukan dapat diubah menjadi

body image positif melalui pelatihan body image.

 Memberikan informasi kepada para psikolog atau para guru (pihak sekolah)

(26)

15

Universitas Kristen Maranatha body image negatif menjadi body image positif yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga-lembaga lainnya.

1.5 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental dengan desain penelitian one group pre-test and post-test design (before-after). Pre-post test design menjelaskan perbedaan dua kondisi sebelum dan sesudah intervensi dilakukan (Graziano & Laurin, 2000). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel diambil dari unit populasi yang ada pada saat penelitian dan semua individu yang memenuhi karakteristik sampel penelitian.

(27)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan Penelitian

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai uji coba modul pelatihan Body Image dalam rangka mengubah body image negatif pada siswi SMP “X” Pamanukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Pelatihan body image dapat digunakan untuk mengubah body image negatif siswi SMP “X” Pamanukan menjadi body image positif.

2. Setelah dilakukannya pelatihan body image, perubahan perilaku sebagian besar peserta yang berkaitan dengan body evaluation dan body investment terlihat cukup konsisten. Mereka mempersepsi secara positif penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan tubuhnya dan mereka menjadi memiliki kegemaran serta usaha yang adaptif dalam mengelola kondisi tubuh serta penampilan fisiknya.

3. Sebagian besar peserta memiliki penghayatan yang positif terhadap pelatihan body image dalam hal materi pelatihan, pembicara dan fasilitas pelatihan

5.2. Saran Penelitian

(28)

123

Universitas Kristen Maranatha 5.2.1 Saran Teoretis

Untuk peneliti yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut disarankan : 1. Melakukan uji efektivitas dari modul pelatihan Body Image untuk dapat

digunakan pada subjek penelitian lainnya.

2. Berdasarkan saran yang diberikan oleh peserta, sebaiknya metode yang lebih banyak digunakan adalah games.

3. Sebaiknya pelatihan dimulai pada pagi hari tanpa ada kegiatan belajar mengajar sebelumnya, agar para peserta dapat konsentrasi dalam mengikuti kegiatan pelatihan.

4. Dalam pemilihan video, disarankan untuk memilih video berbahasa Indonesia agar mudah untuk dipahami oleh peserta.

5.2.2. Saran Guna Laksana

1. Untuk peserta yang tetap memiliki body image negatif, disarankan untuk melakukan konseling kepada guru BK sesuai dengan kebutuhan peserta untuk mengubah body image negatif menjadi body image positif, melatih teknik dari materi yang diberikan pada berbagai situasi dan mengevaluasi pengaruhnya terhadap kondisi mereka, membaca beberapa buku atau informasi berkaitan dengan body image.

(29)

124

Universitas Kristen Maranatha 2. Untuk para psikolog atau para guru (pihak sekolah), modul pelatihan body image dapat digunakan di sekolah atau lembaga-lembaga lainnya untuk mengubah body image negatif menjadi body image positif.

(30)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2015). Penyusunan Skala Psikologi Ed.2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bergstorm, R.L., Neighbors, C. (2006). Body Image Disturbance and The Social Norms Approach : An Integrative Review of The Literature. Journal of Social and Clinical Psychology Vol. 25: Issue : 9: Pages 975 – 1000. Guilford Press.

Burns, D. & Auerbach, A. (1996). Therapeutic Empathy in Cognitive Behavioral Therapy. Does It Really Make a Difference ? In P.M. Salkovskis (Ed.), Frontiers of Cognitive Therapy. New York : Guliford Press.

Cash, T. F., & Lavallee, D. M. (1997). Cognitive-behavioral body-image therapy: Further evidence of the efficacy of a self-directed program. Journal of Rational-Emotive and Cognitive-Behavior Therapy, 15, 281-294.

Cash, T.F. (2000). The Multidimensional Body Self Relations Questionnaire : MSRSQ User’s Manual (3rd

rev). Virginia : University Norfolk.

Cash, T.F., & Pruzinsky, T. (2002). Body Image : A Handbook of Theory, Research and Clinical Practice. New York : The Guilford Press.

Cash, T.F. (2004). Body Image : Past, Present, and Future. Body Image : An International Journal of Research. Virginia : Elsevier.

Cash, T.F. (2008). The Measurement of Body Image Satisfaction-Dissatisfaction : Is Rating Importence Important? Body Image : An International Journal of Research. 5, 216-223.

Cash, T. F., Melnyk, S. E., & Hrabosky, J. I. (2004b). The assessment of body image investment: an extensive revision of the appearance schemas inventory. The International Journal of Eating Disorders, 35, 305–316. Cash, T.F., Santos, M.T. & Williams, E.F.(2005). Coping with Body Image

Threats and Challenges: Validation of The Body Image Coping Strategies Inventory. Journal of Psychosomatic Research, 58, 191-199.

Charles & Kerr. 1988. Woman, Food and Families. United Kingdom : Manchester University Press.

Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecendent of Self Esteem. Davis : University of California.

(31)

126

Universitas Kristen Maranatha Crocker, J., & Wolfe, C.T. (2001). Contingencies of Self-Worth. Psychological

Review, 108, 593-623.

Davis, M., Eshelman, E.R. & McKay, M. (1998). The Relaxation & Stress Reduction Workbook 4th Ed. Oakland : New Harbinger Publications, Inc. Davison, E. Tanya dan McCabe, Marita P. (2006). Adolescent Body Image and

Psychosocial Functioning. The Journal of Social Psychology, 146(1), 15-30. Dittrich, L. (2003). About-Face Facts on Body Image.

http//www.about-face.org/r/facts/bi.html.

Frost, J. & McKelvie, S.J. (2005). The Relationship of Self Esteem and Body Satisfaction to Exercise Activity for Male and Female Elementary School, High School, and University Students. Athletic Insight The Online Journal of Sport Psychology.

Graziano, A.M. & Rauli, M.L. (2000). Research Methods : A Process of Inquiry. 4th Ed. London : Allyn & Bacon.

Graber, Julia, A. Jeanne, Roberta, L. (1994). Predicting of Eating Problems. Glesson, K. & Frith, H. (2006). (De) Constructing Body Image. Journal of Health

Psychology. http://web.b.ebscohost.com/eh

Haugaard, J.J. 2001. Problematic Behaviors During Adolescence. New York : Mc Graw-Hill.

Jersild, A.T., (1965). The Psychology of Adolescence. New York : Macmillan Company.

Johnson, David W. & Frank P. Johnson. (1975). Joining Together : Group Theory and Group Skills, Third Edition. United States of America : Prentice-Hall International, Inc.

Kirkpatrick, D.L. (1998). Evaluating Training Programs : The Four Levels. San Fransisco : Berrett-Koehler Publisher, Inc.

Levine, M.R. & Smolak, L. (in press). Ecological and Activism Approaches to The Prevention of Body Image Problems. In T.F. Cash & T. Pruzinsky (Eds), Body Image : A Handbook of Theory, Research, and Clinical Practice. New York : Gulford Press.

Papalia, D.E, Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2011). Human Development (9th Ed.). New york: McGraw-Hill, Inc.

(32)

127

Universitas Kristen Maranatha Pratiknya, A.W. (2003). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran Ed. 1

Cet. 5. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Rice, F.P. (1996). The Adolescent : Development, Relationships and Culture (8th Ed). Massachusetts : Simon & Schuster.

Rice, F.P. (1998). The Adolescent : Development, Relationships and Culture (10th Ed). Boston : Allyn & Bacon.

Rice, F.P. & Dolgin, K.G. (2002). The Adolescent : Development, Relationships and Culture (10th Ed). Boston : Allyn & Bacon.

Richardson, S.M., & Paxton, S.J.(2010). An Evaluation of A Body Image Intervention Based on Risk Factors for Body Dissatisfaction : A Controlled Study with Adolescent Girls. International Journal of Eating Disorders, 43, 112 – 122.

Ricciardellie, L.A. (2005). What Works in Secondary Schools ? A Systematic Review of Classroom-Based Body Image Program. Australia : School of Psychology, Deakin University.

Rombe, S. (2014). Hubungan Body Image dan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Samarinda. Jurnal Psikologi Kepribadian. www.e-jurnal.com.

Rosenblum, G. & Lewis, M. (1999). The Relations Among Body Image, Physical Attractiveness, and Body Mass in Adolescence. Child Development, 70(1), 50-64.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Ed 6. Jakarta : Erlangga.

Santrock, J.W. (2007). Adolescence: Perkembangan Remaja. Ed 11. Jakarta : Erlangga.

Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology : Biopschosocial Interaction Third Edition. New York : John Wiley & Sons Inc.

Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : CV Rajawali.

Siegel, S. (1990). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

(33)

128

Universitas Kristen Maranatha Smolak, L., Murnen, S.K., & Thompson, J.K. (2005). Sociocultural Influences and Muscle Building in Adolescent Boys. Psychology of Men & Masculinity, 6, 227-239, doi : 10.1037/1524-9220.6.4.227.

Steinberg. (2002). Adolescence, 6th Ed. USA : McGraw Hill Higher Education. Suprapto, M.H., & Aditomo, A. (2007). Aku dan Dia, Cantik Mana?

Perbandingan Sosial, Body Dissatisfaction dan Objektivikasi Diri. Anima, Indonesian Psychological Journal, Vol. 22, No. 2, 188-193.

Sullivan, P.F. (1998). Outcome of Anorexia Nervosa : A Case Control Study. American Journal of Psychiatry, Vol. 155, Issue, 7: Pages. 939-946, July. Tantiani, T., & Syafiq, A. (2008). Perilaku Makan Menyimpang pada Remaja di

Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.2, No. 6, Juni. Depok : Universitas Indonesia.

Walter & Marks. (1981). Experiential Learning and Change : Theory Design and Practice. New York : John Wiley & Sons.

Weight & Albert. (1970). Participate Education and The Inevetable Revolution. Journal of Creative Behavior, Vol 4, No. 4: 234-282.

Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.

(34)

129

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Andea, R. (2010). Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Diet pada Remaja. Skripsi. Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Andini, F. (2002). Hubungan antara Persepsi Mahasiswi terhadap Penilaian Keadaan Tubuh oleh Lingkungan dengan Body Image. Skripsi Fakultas Psikologi UNPAD Bandung : tidak diterbitkan.

Chairiah, P. (2012). Hubungan Gambaran Body Image dan Pola Makan Remaja Putri di SMAN 38 Jakarta. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan.

Henderson, J. (2012). Promoting Healthy Body Image in College Men: An Evaluation of a Psychoeducation Program. Thesis. Lincoln : University of Nebraska.

Hutahean, B.S. (2012). Pelatihan untuk Peningkatan Self-Esteem pada Mahasiswa Universitas Indonesia yang Mengalami Distress Psikologis.Tesis. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Julianti, J. (2001). Hubungan Antara Body Image dengan Self Esteem Remaja Putri yang Aktif dalam Perilaku Gymnastic. Jakarta : Fakultas Psikologi Binus Nusantara.

Kristiane, K. (2011). Studi Deskriptif Mengenai Body Image pada Model Catwalk di Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Putra, W. K. Y. (2008). Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan pada Siswi SMAN 70 Jakarta Selatan Tahun 2008. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat – Peminatan gizi kesehatan masyarakat. Prevention & Promotion, Mental Health & Addiction Services. Body Image :

Intervention and Interactive Activities. Promote Healthy Body Image, Tool Kit 2012. 2012. Western Health.

(35)

130

Universitas Kristen Maranatha Australian Medical Association. Body Image and Health 2002 revised

2009.http://ama.com.au/position-statement/body-image-and-health-2002-revised-2009. html, 7 Januari 2015.

Anorexia Nervosa and Associated Disorders. General Information about Eating Disorders.http://anad.org/get-information/about-eating-disorders/general-information/. html, 15 Januari 2015.

Anonim. Anorexia Ancam Wanita Muda.

http://down2earthame.wordpress.com/2007/05/21/anorexia-ancam-wanita-muda/. html, 20 Januari 2015.

Nadya. Isu Seputar Obesitas. http://kulinologi.co.id/baru/index1.php?id=98182. html, 21 Januari 2015.

Lighthouse Indonesia. Treatment for Eating Disorder. http://m-lighthouse-indonesia.com /tummy-talk-blog-d193-family-based-treatment-for-eating-disorder-solusi-gangguan-makan-dari-lighthouse. html, diakses 5 Februari 2015.

Gambar

Grafik 4.2 Kelas Siswi

Referensi

Dokumen terkait