• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI SPIRITUAL BERBASIS PESANTREN KILAT: Studi Pengembangan Model Pembelajaran Pesantren Kilat yang Inovatif dan Efektif untuk Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN NILAI-NILAI SPIRITUAL BERBASIS PESANTREN KILAT: Studi Pengembangan Model Pembelajaran Pesantren Kilat yang Inovatif dan Efektif untuk Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

vii

BAB II PESANTREN KILAT DALAM PERSPEKTIF TEORITIS ………... 22

A. Pesantren dalam Bingkai Pendidikan Nasional ..…………... 22

1. Nilai-nilai Spiritual dalam Sistem Pendidikan Nasional ……. 22

2. Nilai-nilai Historis Pembentukan Pesantren …….……... 24

3. Pesantren dalam Perspektif Pendidikan Luar sekolah …... 33

B. Model Pembelajaran di Pesantren ……… 42

1. Pola Interaksi Kyai dengan Santri ………... 42

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran ………... 45

3. Metode dan Teknik Pembelajaran …………...………. ……. 56

4. Materi Pembelajaran ……….………. ... 67

C. Pesantren Kilat dan Inovasi Pengembangan Nilai-nilai Spiritual .. 71

▸ Baca selengkapnya: susunan panitia pesantren kilat

(2)

viii

2. Inovasi Pesantren Kilat dalam Pengembangan Nilai-nilai

Spiritual ………....……… 79

3. Faktor Pendukung Penerimaan Inovasi Pesantren Kilat ... 86

4. Peranan Pesantren Kilat dalam PendidikanLuar Sekolah ….… 96 D. Model Teoritis Pesantren Kilat ……….. 101

1. Rasional ……… 101

2. Metode dan Teknik Pembelajaran Pesantren Kilat ………….. 104

3. Materi Pembelajaran Pesantren Kilat ………... 105

4. Teknik Evaluasi Pesantren Kilat ………... 105

5. Pola Interaksi Pendidik dengan Peserta Pesantren Kilat …….. 108

E. Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan ………. 110

1. Penelitian Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl ………. 110

2. Penelitian Mastuhu ……… 111

3. Penelitian Zamakhsyari Dhopier ……….. 112

4. Penelitian Lain yang Relevan ………... 113

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 114

A. Pendekatan Penelitian ………. 114

B. Sumber Data ……….. 119

C. Teknik Pengumpulan Data ………. 120

D. Teknik Analisis Data ……….. 121

E. Perancangan Sistem Informasi Model Pembelajaran Pesantren Kilat ……….. 124

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………. 130

A. Deskripsi Model Pembelajaran Pesantren Kilat ………. 130

1. Model Pembelajaran Pesantren Kilat SMUN V Bogor ……… 131

2. Model Pembelajaran Pesantren Kilat SMU Bina Bangsa Sejahtera ………. 141

3. Model Pembelajaran Pesantren Kilat SMU Taman Islam …… 152

4. Model Pembelajaran Pesantren Kilat SMU Ibnu ‘Aqil ……… 162

(3)

ix

B. Pengembangan Model Hipotetik ……… 177

1. Tujuan Pembelajaran Pesantren Kilat ………. 177

2. Materi Pembelajaran Pesantren Kilat ……… 180

3. Metode dan Teknik Pembelajaran Pesantren Kilat …………... 183

4. Teknik Evaluasi Pembelajaran Pesantren Kilat ……… 186

5. Pola Interaksi antara Pendidik dengan Peserta Pesantren Kilat 186 C. Penilaian Para Ahli ………. 188

1. Tujuan Pembelajaran Pesantren Kilat ………. 189

2. Materi Pembelajaran Pesantren Kilat ……… 190

3. Metode dan Teknik Pembelajaran Pesantren Kilat …………... 193

4. Teknik Evaluasi Pembelajaran Pesantren Kilat ……… 193

5. Pola Interaksi antara Pendidik dengan Peserta Pesantren Kilat 194 D. Ujicoba Model Pembelajaran Pesantren Kilat ………..……….. 194

1. Metode Ujicoba Model Pembelajaran Pesantren Kilat ……… 195

2. Perencanaan Ujicoba Model Pembelajaran Pesantren Kilat … 196 3. Karakteristik Peserta Ujicoba Model Pembelajaran Pesantren Kilat ……….…….. 198

4. Pemateri Ujicoba Model Pembelajaran Pesantren Kilat ..…… 206

5. Pelaksanaan Ujicoba Model Pembelajaran Pesantren Kilat … 207 E. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 212

1. Pembahasan Efektivitas Pesantren Kilat .……….. 212

2. Temuan Hasil Penelitian ……… 222

3. Keterbatasan Studi ………. 224

BAB V MODEL AKHIR PEMBELAJARAN PESANTREN KILAT 227 A. Model Akhir Pembelajaran Pesantren Kilat ……….. 227

1. Rasional ………. 227

2. Tujuan Pembelajaran Pesantren Kilat ……… 229

3. Materi Pembelajaran Pesantren Kilat …..……… 230

4. Metode dan Teknik Pembelajaran Pesantren Kilat …………... 232

(4)

x

B. Metode Diseminasi Pesantren Kilat …….………. 240

1. Perangkat Lunak Md-PesanTren Kilat .………..……… 240

2. Petunjuk Operasional Md-PesanTren Kilat ..……… 241

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 251

A. Kesimpulan ……… 251

B. Rekomendasi ………... 254

DAFTAR PUSTAKA ………. 256

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 260

(5)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Kurikulum Pesantren Kilat Departemen Agama 83 Kabupaten Bogor

2.2 Sebaran Waktu Penyampaian Materi Pesantren Kilat 84

2.3 Sebaran Teknik Pembelajaran 85

2.4 Sebaran Materi Pendidikan Agama Islam 99

4.1 Klasifikasi Tenaga Kependidikan SMUN V 133

4.2 Sebaran Siswa SMUN V 134

4.3 Klasifikasi Tenaga Kependidikan SMU Bina Bangsa Sejahtera 144 4.4 Sebaran Siswa SMU Bina Bangsa Sejahtera 145 4.5 Klasifikasi Tenaga Kependidikan SMU Taman Islam 155

4.6 Sebaran Siswa SMU Taman Islam 155

4.7 Klasifikasi Tenaga Kependidikan SMU Ibnu 'Aqil 165

4.8 Sebaran Siswa SMU Ibnu 'Aqil 165

(6)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran Pengembangan Model 20

Pembelajaran Pesantren Kilat

2.1 Perbedaan Jenis Pesantren dalam Penguasaan Ilmu 31 2.2 Penggunaan Metode dan Teknik dalam Pembelajaran

di Pesantren 67

3.1 Tahapan Penelitian Model Pembelajaran Pesantren 116 Kilat

3.2 Konfigurasi Model Sistem Informasi Pesantren Kilat 125 3.3 Alur Model Sistem Informasi Pesantren Kilat 127 4.1 Struktur Organisasi SMUN V Tahun 2003-2004 132 4.2 Klasifikasi Materi Pesantren Kilat SMUN V 137

4.3 Model Pesantren Kilat SMUN V 140

4.4 Struktur Organisasi SMU Bina Bangsa Sejahtera

Tahun 2003-2004 143

4.5 Klasifikasi Materi Pesantren Kilat SMU Bina Bangsa Sejahtera 148 4.6 Model Pesantren Kilat SMU Bina Bangsa Sejahtera 151 4.7 Struktur Organisasi SMU Taman Islam Tahun 2003-2004 154 4.8 Klasifikasi Materi Pesantren Kilat SMU Taman Islam 158 4.9 Model Pesantren Kilat SMU Taman Islam 161 4.10 Struktur Organisasi SMU Ibnu 'Aqil Tahun 2003-2004 164 4.11 Klasifikasi Materi Pesantren Kilat SMU Ibnu 'Aqil 168

4.12 Model Pesantren Kilat SMU Ibnu ‘Aqil 175

4.13 Pesantren Kilat Model Hipotetik 188

(7)

xiii

5.2 Tampilan Program Phpdev 242

5.3 Tampilan Awal Md-PesanTren kilat 243

5.4 Tampilan Instruksi Umum 244

5.5 Distribusi Waktu (Rancangan Sendiri) 245 5.6 Distribusi Waktu (Rancangan Rekomendasi) 246

5.7 Alokasi waktu (Berdasarkan Jam) 247

5.8 Alokasi Waktu (Berdasarkan Menit) 248

5.9 Tampilan Pilihan Materi 249

(8)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

2.1 Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk SLTA 260

3.1 Instrumen Wawancara 263

3.2 Instrumen Tes Pesantren Kilat 276

4.1 Foto Kegiatan Pesantren Kilat SMUN V Bogor 280

4.2 Jadwal Kegiatan Pesantren Kilat SMUN V 281

4.3 Foto Kegiatan Pesantren Kilat SMU Bina Bangsa Sejahtera 282 4.4 Jadwal Kegiatan Pesantren Kilat SMU Bina Bangsa Sejahtera 283 4.5 Foto Kegiatan Pesantren Kilat SMU Taman Islam 284 4.6 Foto Kegiatan Pesantren Kilat SMU Ibnu ‘Aqil 285 4.7 Jadwal Kegiatan Pesantren Kilat SMU Ibnu 'Aqil 286 4.8 Foto Kegiatan Ujicoba Pesantren Kilat di SMU Taman Islam 287 4.9 Jadwal Kegiatan Ujicoba Pesantren kilat 289 4.10 Hasil Pre-test dan Post-test Siswa SMU Taman Islam 290 4.11 Tabel Kerja Uji Korelasi Antara Keikutsertaan dalam

Pesantren Kilat Dengan Nilai Pre-test dan Post-test 291 4.12 Tabel Kerja Uji Korelasi Antara Keikutsertaan dalam

Kegiatan Agama 292

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah Swt. dengan mengemban misi sebagai pemimpin di muka bumi (Al Qur’an, Surat Al Baqarah: 30):

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Tugas utama dari kepemimpinan tersebut adalah menciptakan kemakmuran bagi seluruh penduduk bumi (Al Qur’an, Surat Huud: 61): “…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…..”

(10)

Ilmu pengetahuan, kemudian menjadi “barang” yang berharga bagi manusia dan misi kepemimpinannya. Suatu komunitas manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, maka dia dapat memimpin komunitas yang lainnya. Sebaliknya, suatu komunitas yang “meninggalkan” ilmu pengetahuan, maka mereka akan ditimpa kehinaan dalam kehidupan ini. Dalam Surat Al Baqarah ayat 247 umpamanya, Allah Swt. menceritakan bahwa pengangkatan Thalut sebagai raja Bani Israil disebabkan karena dia memiliki pengetahuan yang luas dan tubuh yang perkasa, sehingga dapat efektif dalam menjalankan kepemimpinannya pada saat itu. Dari perspektif ini dapat dimaklumi, jika kemudian orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dipandang memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah Swt. (Al Qur’an, Surat Al Mujadilah:11): “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Saletore (1983: 129) mengungkapkan bahwa sejarahwan abad pertengahan menentukan hirarki sosial masyarakat muslim yang mengisyaratkan tingginya kedudukan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Hal itu sebagaimana dijelaskan dengan kata-kata sebagai berikut:

(11)

Penghormatan yang tinggi terhadap orang-orang yang berilmu, ternyata berbanding lurus dengan penghormatan terhadap pencari ilmu dan proses pembelajaran. Pencari ilmu disebut oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai orang yang sedang menyelusuri jalan menuju syurga. Secara lengkap, Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Barang siapa yang menempuh jalan dalam mencari ilmu, maka Allah Swt. memudahkan baginya jalan menuju syurga” (Al Bukhari, t.t.: 24). Selain itu, pahala orang yang duduk dalam proses pembelajaran melebihi pahala orang yang mengerjakan shalat sunnah (Al Qasimiy, t.t. 6), bahkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa Allah swt. memiliki satu kelompok malaikat yang selalu berkeliling untuk mencari orang-orang yang mengingat Allah Swt. kemudian mereka memenuhi tempat tersebut sampai ke langit (Al Kandhalawi, 2000: 183-184) dan banyak ungkapan lainnya. Realitas normatif tersebut, pada gilirannya menunjukkan bahwa pendidikan dalam kaca pandang Islam sangat fundamental sekali. Sebab, kepemimpinan manusia di bumi akan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan.

Seiring dengan nilai-nilai normatif di atas, temuan komisi internasional dalam bidang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan memainkan peranan yang fundamental dalam pengembangan individu dan sosial. Tanpa pendidikan, perdamaian, kebebasan dan keadilan sosial sangat sulit untuk terwujud (Delors, 1996: 13). Oleh karena itu, pendidikan sebagai hak asasi manusia merupakan kemutlakan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

(12)

anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan yang hanya mencapai 1,5 persen dari GNP. Padahal, India mengeluarkan anggaran 4 persen dari GNP dan Republik Rakyat Cina mencapai 5 persen dari GNP. Kedua, dilihat dari pengeluaran per kapita penduduk Indonesia dalam bidang pendidikan yang hanya US$4 per tahun. Hal itu terasa sangat kecil jika dibandingkan dengan Singapura dengan US$322, Korea Selatan dengan US$223, Malaysia dengan US$126 dan Thailand dengan US$54 (Semiawan dan Natawidjaja, dalam Marzurek, dkk.: 2000: 406-407). Rendahnya perhatian terhadap pendidikan, baik dari perspektif pemerintah maupun masyarakat --yang tercermin dari pengeluaran untuk pendidikan--, pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan. Dengan perkataan lain, selama perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap pendidikan masih relatif rendah, maka tujuan pendidikan nasional akan sulit dicapai.

(13)

yang besar dan rumit), tetapi mencerminkan perpaduan pengembangan intelligence quotient (IQ), emotional quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ).

Pengembangan IQ terakomodir dari tujuan mendidik manusia yang menguasai ilmu, cakap, dan kreatif. Pengembangan EQ terakomodir dari tujuan mendidik manusia yang berkepribadian mandiri, demokratis dan mempunyai rasa tanggungjawab. Adapun pengembangan SQ terakomodir dari tujuan mendidik manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan tersebut, pada setiap jenjang pendidikan diberikan materi pembelajaran yang sesuai dengan tifologi ketiga pengembangan di atas. Untuk pengembangan IQ diberikan materi yang berkenaan dengan sains dan penguasaan ketrampilan; untuk pengembangan EQ diberikan materi yang berkaitan dengan individu, sosial dan negara; sedangkan untuk pengembangan SQ, diberikan materi pendidikan agama.

(14)

negatif dan merugikan orang lain. Dengan perkataan lain, suatu bangsa akan berkembang dan maju, jika mental spiritual warganya kokoh dan kuat. Sebaliknya, bangsa tersebut akan hancur dan kehilangan identitasnya, jika mental spiritual warganya lemah. Seperti diungkapkan oleh Syauqi Beik: ‘sesungguhnya eksistensi suatu bangsa terletak pada akhlak mereka. Apabila akhlaknya hancur maka hancur pula bangsa tersebut’ (Djatnika: 1990:15).

Pendidikan agama sebagai salah satu kegiatan untuk membangun fondasi mental spiritual yang kokoh, ternyata belum dapat berperan secara maksimal. Indikator yang sangat nyata adalah semakin banyaknya para pelajar yang terlibat dalam tindak pidana, seperti tawuran, penggunaan narkoba, perampokan dan yang lainnya. Berdasarkan data Humas Polwil Bogor menyebutkan bahwa dari rentang Agustus 2000 sampai dengan Nopember 2001 telah terjadi sedikitnya 23 kasus tawuran dengan menelan korban jiwa sebanyak 4 orang dan melibatkan 15 sekolah SLTA di daerah Bogor (Mujahidin, 2004: 75). Adapun data Humas Polda Metro Jaya menyebutkan bahwa tahun 2003-2004 terjadi tawuran antar pelajar sebanyak 92 kasus dengan jumlah pelajar yang terlibat sebanyak 19 orang pelajar SLTP dan 100 orang pelajar SLTA dengan korban luka ringan sebanyak 38 orang, luka berat 3 orang dan tewas 2 orang (Republika, 29 Mei 2004). Jika realitas ini dibiarkan seperti adanya, maka bukan mustahil jika frekuensi tawuran dan jumlah korban akan meningkat.

(15)

dihimpun berbagai faktor penyebab kurang efektifnya pendidikan agama di sekolah (Arifin, 1995: 98-100) antara lain yaitu:

1. Faktor internal, yaitu faktor yang mucul dari dalam diri guru agama yang meliputi: kompetensi guru yang relatif masih lemah, penyalahgunaan manajemen pengunaan guru agama, pendekatan metodologi guru yang tidak mampu menarik minat murid kepada pelajaran agama, solidaritas guru agama dengan guru non agama masih sangat rendah, kurangnya waktu persiapan guru agama untuk mengajar, dan hubungan guru agama dengan murid hanya bersifat formal serta tidak berlanjut di luar kelas.

2. Faktor eksternal, yang meliputi sikap masyarakat/orang tua yang kurang concern terhadap pendidikan agama yang berkelanjutan, situasi lingkungan

sekitar sekolah banyak memberikan pengaruh yang buruk, pengaruh negatif dari perkembangn teknologi, seperti internet, play station dan lain-lain.

3. Faktor institusional, yang meliputi sedikitnya alokasi jam pelajaran pendidikan agama Islam dan kurikulum yang terlalu overloaded.

Kurang efektifnya pendidikan agama seperti diungkapkan di atas, pada gilirannya menimbulkan kekhawatiran terhadap mentalitas bangsa pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan agama di berbagai jenjang pendidikan, patut untuk disempurnakan. Hal itu dapat dilakukan dengan mencari alternatif model pembelajaran lainnya yang dapat mendukung efektivitas penyelenggaraan pendidikan agama tersebut.

(16)

bahwa mayoritas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di kota-kota besar tiap tahun menyelenggarakan pesantren kilat, sehingga dari segi kuantitatif, pesantren kilat merupakan model yang potensial untuk dikembangkan.

Model pesantren kilat diadopsi dari model pembelajaran di pondok pesantren. Disebut pesantren kilat, karena waktu yang dipergunakan relatif singkat yaitu antara satu minggu sampai satu bulan dan diselenggarakan pada musim liburan sekolah atau pada bulan Ramadhan.

Dilihat dari waktu penyelenggaraannya yang relatif singkat, model pembelajaran ini memang tidak dapat diharapkan untuk mampu merubah perilaku peserta didik secara mendasar. Sebab, perubahan perilaku hanya dapat terjadi dalam rentang waktu yang relatif panjang. Perubahan yang dapat terjadi dalam rentang waktu tersebut adalah perubahan sikap mental (attitude change) untuk tingkat individu dan perubahan normatif (normative change) untuk tingkat kelompok (Zaltman, 1972). Meskipun demikian, beberapa kegiatan pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan dalam rentang waktu dua mingguan dapat menghasilkan perubahan yang signifikan, baik dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hal ini seperti telah ditunjukkan oleh murid-murid yang mengikuti SuperCamp pada Learning Forum (DePorter, et al, 2000:4). Dengan demikian, perubahan yang terjadi dalam diri peserta pada dasarnya sangat tergantung kepada efektivitas penyelenggaraan kegiatan tersebut.

(17)

Sekolah Menengah Umum Plus Bina Bangsa Sejahtera dan Pondok Pesantren Mahasiswa Al Inayah Dramaga), terdapat beberapa faktor positif yang dapat diperoleh dari kegiatan pesantren kilat, yaitu :

1. Penguasaan guru terhadap materi sangat memadai karena kurikulum disusun oleh guru yang bersangkutan.

2. Kurikulum berorientasi pada hal-hal yang praktis, terutama bidang ibadah sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh peserta didik.

3. Hubungan antara pendidik dengan peserta didik relatif sangat erat, karena kegiatan pembelajaran tidak dilakukan dengan pendekatan yang formal.

4. Sikap-sikap positif seperti kemandirian, solidaritas dengan teman, menghormati guru dan sikap yang lainnya, ditumbuhkembangkan.

5. Untuk model yang diinapkan, perilaku peserta didik dievaluasi secara efektif, sehingga mereka tidak dapat melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama pada saat kegiatan dilaksanakan.

Jika faktor positif tersebut disandingkan dengan kelemahan penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah, maka terungkap bahwa model pesantren kilat dapat berperan untuk menutupi berbagai kelemahan pendidikan agama di sekolah tersebut. Hal ini berarti bahwa pesantren kilat dapat diposisikan sebagai pendidikan luar sekolah yang berperan sebagai pelengkap pendidikan sekolah (supplementary model) (Ulasan mengenai model-model Pendidikan Luar Sekolah dapat dilihat pada Sudjana, 2001:133-120).

(18)

pesantren kilat itu sendiri. Dari observasi terhadap enam lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pesantren kilat di atas, ternyata ditemukan fakta lain sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pesantren kilat baru pada tahap mengisi waktu libur, sehingga konsep “daripada tidak” banyak ditemukan dalam pelaksanaan pesantren kilat. 2. Kurikulum pesantren kilat didesain sesuai dengan keinginan dan kemampuan panitia. Kurikulum tersebut tidak didesain untuk melengkapi Pendidikan Agama Islam yang kurang efektif dan kebutuhan siswa.

3. Alokasi waktu tidak didesain secara efisien, sehingga banyak waktu yang terbuang percuma.

4. Alat evaluasi kegiatan tidak dibuat dengan lengkap sehingga efektivitas kegiatan tidak dapat diketahui

(19)

B. Masalah dan Fokus Penelitian

Berdasarkan realitas yang telah diungkap di atas, penyelenggaraan pesantren kilat dapat dianggap sebagai sebuah pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah yang sangat strategis. Meskipun demikian, persoalan yang muncul adalah belum adanya model pembelajaran pesantren kilat bagi siswa SLTA yang dapat dijadikan pijakan penyelenggaraan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Atas dasar hal tersebut, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah model

pembelajaran pesantren kilat yang efektif bagi siswa SLTA sebagai inovasi

dalam pengembangan nilai-nilai spiritual ?”

Berdasarkan rumusan permasalahan umum di atas dan untuk mengarahkan proses pengumpulan data, maka permasalahan penelitian dapat dirinci kedalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah tujuan penyelenggaraan pesantren kilat dan mengapa tujuan tersebut dirumuskan?

2. Apakah materi pembelajaran dalam kegiatan pesantren kilat dan mengapa materi tersebut dipilih?

3. Apakah metode/teknik pembelajaran pesantren kilat dan mengapa metode/teknik tersebut digunakan?

4. Bagaimana metode evaluasi yang paling tepat untuk pembelajaran pesantren kilat?

(20)

6. Bagaimana model pembelajaran pesantren kilat yang inovatif dan efektif bagi siswa SLTA?

7. Bagaimana metode diseminasi yang dapat dikembangkan untuk menyebarluaskan model pembelajaran pesantren kilat?

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya penafsiran yang variatif terhadap berbagai konsep yang terdapat dalam rumusan masalah, maka dianggap perlu adanya penjelasan istilah terhadap konsep-konsep tersebut, yaitu:

1. Nilai-nilai spiritual adalah nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan agama seseorang. Dalam penelitian ini, nilai-nilai tersebut lebih ditekankan kepada kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap individu muslim (fardhu ‘ain) yang mencakup masalah tauhid, fikih dan akhlak.

(21)

kemampuan peserta pesantren kilat secara efektif dalam bidang mental spiritual.

3. Pesantren kilat adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan tingkat SLTA untuk meningkatkan pemahaman nilai spiritual peserta didik dan diselenggarakan pada musim liburan.

4. Tujuan, yaitu nilai-nilai yang menjadi tujuan dalam penyelenggaraan pesantren kilat. Tujuan ini sangat penting diungkap karena dia akan mewarnai kegiatan pesantren kilat.

5. Materi pembelajaran pesantren kilat, yaitu rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pesantren kilat. Rencana tersebut meliputi topik bahasan yang akan disampaikan pada kegiatan pesantren kilat.

6. Metode dan teknik pembelajaran pesantren kilat adalah:

a. Metode pembelajaran adalah cara kerja yang digunakan oleh guru yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini meliputi metode individual, metode kelompok dan metode pembangunan masyarakat (community development) atau metode yang dikenal dalam sistem pendidikan pesantren seperti bandongan, lalaran, sorogan, hapalan dan musyawarah.

(22)

pelatihan tanpa bicara dan pelatihan ketrampilan praktis, maupun yang dikenal dalam pendidikan pesantren seperti nasihat, uswah, hikayat, ‘adat atau talqin.

5. Metode evaluasi hasil belajar adalah cara yang dijadikan alat untuk menilai keberhasilan kegiatan pesantren kilat. Metode evaluasi ini dapat berbentuk metode evaluasi lisan atau tulisan.

6. Pola interaksi adalah bentuk hubungan dua arah antara pendidik dengan peserta pesantren kilat. Pola ini sangat penting untuk diidentifikasi karena pendidikan pesantren yang menjadi acuan kegiatan pesantren kilat memiliki pola interaksi yang khusus antara kyai dengan santrinya.

7. Metode diseminasi adalah cara kerja yang disusun secara sistematis untuk menyebarluaskan model pembelajaran pesantren kilat kepada pihak pengguna.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini berbentuk developmental research, sehingga tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran pesantren kilat yang inovatif dan efektif bagi siswa SLTA. Untuk mencapai tujuan ini, secara operasional dilakukan enam langkah pokok, yaitu :

1. Mengumpulkan, mencari, menyingkap, mendeskripsikan dan merumuskan tujuan dan latar belakang penyelenggaraan pesantren kilat.

(23)

3. Mengumpulkan, mencari, menyingkap, mendeskripsikan dan merumuskan metode dan teknik pembelajaran pesantren kilat.

4. Mengumpulkan, mencari, menyingkap, mendeskripsikan dan merumuskan metode evaluasi hasil pembelajaran yang paling tepat untuk pembelajaran pesantren kilat.

5. Mengumpulkan, mencari, menyingkap, mendeskripsikan dan merumuskan pola interaksi antara pendidik dengan peserta pesantren kilat.

6. Mengembangkan model pembelajaran pesantren kilat yang inovatif dan efektif bagi siswa SLTA

7. Merumuskan metode diseminasi yang dapat dikembangkan untuk menyebarluaskan model pembelajaran pesantren kilat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan dan kajian pendidikan luar sekolah, khususnya pengembangan model pendidikan luar sekolah yang berperan sebagai pelengkap pendidikan sekolah (suplementary model). Selain itu, model yang dihasilkan dari penelitian ini dapat memperluas kajian materi-materi yang dikembangkan dalam nuansa pendidikan luar sekolah.

(24)

1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan pesantren kilat, seperti lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial keagamaan, dan sebagainya.

2. Bermanfaat sebagai bahan kajian bagi pihak lain yang berminat untuk meneliti permasalahan ini lebih lanjut.

F. Paradigma Penelitian

Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk “memanusiakan” manusia. Dalam perspektif Islam, “kemanusiaan” manusia terletak kepada kemampuannya untuk menjadi pemimpin di bumi ini. Hal itu berarti bahwa manusia harus mampu mengembangkan potensinya baik yang bersifat jasmani maupun ruhani melalui proses pendidikan.

Pengembangan potensi ruhani menduduki posisi yang sangat fundamental karena potensi inilah yang menjadi penentu arah perilaku seseorang. Oleh karena itu, pendidikan untuk mengembangkan potensi ruhani hendaknya menjadi prioritas utama.

Dalam sistem pendidikan nasional, pengembangan potensi ruhani dilaksanakan melalui pendidikan agama. Tujuan dari pendidikan ini adalah agar setiap warga Indonesia memiliki fondasi mental spiritual yang kokoh, sehingga mereka memiliki integritas kepribadian yang baik yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan.

(25)

Indikator yang sangat nyata adalah semakin banyaknya para pelajar yang terlibat dalam tindak pidana yang telah menelan korban jiwa yang relatif banyak.

Kurang efektifnya pendidikan agama seperti diungkapkan di atas, pada gilirannya menimbulkan kekhawatiran terhadap mentalitas bangsa pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan agama diberbagai jenjang pendidikan, patut untuk disempurnakan. Hal itu dapat dilakukan dengan mencari alternatif model pembelajaran lainnya yang dapat mendukung efektivitas penyelenggaraan pendidikan agama tersebut.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah model pembelajaran pesantren kilat. Model ini diadopsi dari model pembelajaran di pondok pesantren. Disebut pesantren kilat, karena waktu yang dipergunakan relatif singkat yaitu antara 1 minggu sampai 1 bulan dan diselenggarakan pada musim liburan sekolah atau pada bulan Ramadhan.

Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa faktor positif dalam model pesantren kilat yang jika disandingkan dengan kelemahan penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah, maka model pesantren kilat dapat berperan untuk menutupi berbagai kelemahan pendidikan agama. Hal ini berarti bahwa pesantren kilat dapat diposisikan sebagai pendidikan luar sekolah yang berperan sebagai pelengkap pendidikan sekolah (suplementary model).

(26)

pesantren kilat juga memiliki berbagai kelemahan. Hal ini terjadi karena sampai saat ini, belum ada desain model pesantren kilat yang dirumuskan secara sistematis, sehingga berbagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pesantren kilat, mendesainnya dengan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, model pesantren kilat yang komprehensif sangat dibutuhkan sehingga dapat diterima oleh lembaga-lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pesantren kilat.

Model pesantren kilat yang konfrehensif dirumuskan berdasarkan model pesantren kilat yang ada dan berkembang sekarang di lembaga-lembaga pendidikan. Selanjutnya, model yang ada dikembangkan dan diujicoba sehingga menjadi model pesantren kilat yang ideal. Beberapa konsep yang dianggap dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan pembelajaran pesantren kilat antara lain:

1. Tujuan penyelenggaraan pesantren kilat. 2. Materi pembelajaran pesantren kilat.

3. Metode dan teknik pembelajaran pesantren kilat. 4. Metode evaluasi hasil pembelajaran.

5. Pola interaksi antara pendidik dengan peserta pesantren kilat.

(27)
(28)
(29)
(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini dikemukakan metode yang digunakan dalam penelitian, yang terdiri dari: (A) pendekatan penelitian, (B) sumber data, (C) teknik pengumpulan data, (D) teknik analisis data, dan (E) perancangan sistem informasi model pembelajaran pesantren kilat.

A. Pendekatan penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk merumuskan pengembangan model pembelajaran pesantren kilat. Dengan demikian, pendekatan pada penelitian ini adalah developmental research (Arikunto, 1993:9). Adapun langkah dalam proses penelitian ini, sebagaimana dikemukakan oleh Borg dan Gall (1979: 626) adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan penelitian, langkah ini meliputi kegiatan review literatur, penyusunan model teoritis dan persiapan penelitian.

2. Penelitian pengumpulan informasi, langkah ini meliputi kegiatan observasi lapangan mengenai kegiatan pesantren kilat di SMUN V Bogor, SMU Bina Bangsa Sejahtera, SMU Taman Islam dan SMU Ibnu ‘Aqil.

(31)

4. Uji coba rancangan model pembelajaran pesantren kilat yang dilakukan selama satu minggu di SMU Taman Islam, langkah ini difokuskan kepada menganalisis variabel inti dalam penelitian.

5. Revisi terhadap rancangan model pembelajaran pesantren kilat, dilakukan berdasarkan hasil temuan pada uji coba di lapangan. Rancangan ini sekaligus merupakan rancangan yang siap diimplementasikan.

6. Pembuatan metode diseminasi, dilakukan dengan merancang sistem informasi pembelajaran pesantren kilat dalam bentuk bahasa pemrograman umum.

(32)

Pola Interaksi 3. SMU Taman Islam Bogor

(33)
(34)

Merujuk pada langkah-langkah di atas, maka dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah operasional sebagai berikut:

1. Studi bibliografi, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis bagi pengembangan model. Kegiatan ini meliputi:

a. Mengkaji dan menetapkan konsep dan teori-teori pokok yang akan dijadikan sandaran dalam pengembangan model, yang terdiri dari: teori sistem pendidikan pesantren, teori pembelajaran, teori metode dan teknik pembelajaran, teori evaluasi, pola interaksi dan teori inovasi.

b. Mengkaji dan menetapkan konsep dan teori-teori yang mendukung dalam pengembangan model pembelajaran pesantren kilat, meliputi: teori manajmen organisasi, teori kurikulum dan teori lain yang mendukung. 2. Studi eksploratif, meliputi kegiatan untuk mendeskripsikan model

pembelajaran pesantren kilat yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga pendidikan. Deskripsi tersebut meliputi:

a. Manajemen penyelenggaraan pesantren kilat. b. Proses pembelajaran pesantren kilat.

3. Penyusunan model konseptual, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menemukan model awal pembelajaran pesantren kilat. Kegiatan ini terdiri dari:

a. Melakukan analisis perbandingan antara kerangka teoritis dengan temuan model di lapangan.

(35)

c. Menyusun kerangka rancangan model konseptual pembelajaran pesantren kilat.

d. Menetapkan instrumen penelitian dan pengembangan model.

4. Verifikasi model, yaitu kegiatan untuk menguji rancangan model yang telah dibuat, meliputi:

a. Melakukan validasi teoritis kepada para ahli. b. Melakukan validasi kelayakan kepada para praktisi. c. Mengadakan uji coba terbatas mengenai kelayakan model. d. Melakukan analisis terhadap hasil uji coba terbatas.

5. Implementasi model, yaitu kegiatan untuk menguji model yang telah dirumuskan. Uji coba model dilakukan dengan desain semu (tidak murni) dengan model “the one shot case study” dan tanpa kelompok pembanding. Kegiatan pada tahap ini meliputi:

a. Orientasi dan sosialisasi model pesantren kilat kepada tim pelaksana pesantren kilat.

b. Mengorganisir siswa yang akan mengikuti pesantren kilat.

c. Mengukur kondisi awal karakteristik siswa yang akan mengikuti pesantren kilat.

d. Penerapan model pembelajaran pesantren kilat.

(36)

6. Evaluasi dan pengembangan, yaitu kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi sebagai bahan dalam memperbaiki upaya pengembangan model pembelajaran pesantren kilat.

7. Diseminasi hasil implementasi, dilakukan dengan membuat teknologi informasi pesantren kilat dalam bentuk program yang dapat digunakan oleh penyelenggara pesantren kilat.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dibagi kepada 2 kelompok: sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah warga belajar pesantren kilat yang mengikuti program uji coba model. Mereka adalah siswa SMU Taman Islam yang berjumlah 30 orang. Pemilihan SMU Taman Islam sebagai lokasi uji coba model didasarkan kepada pertimbangan:

1. Kesediaan pengelola SMU Taman Islam, baik dari pihak Yayasan maupun Kepala SMU.

2. SMU Taman Islam setiap tahun senantiasa menyelenggarakan pesantren kilat dengan berbagai format uji coba.

Adapun penentuan jumlah peserta sebanyak 30 orang semata-mata didasarkan kepada efektivitas kegiatan belajar dan tidak didasarkan kepada asumsi representasi siswa.

(37)

mempunyai hubungan erat dengan pelaksanaan pesantren kilat juga diwawancarai sebagai sumber pendukung. Mereka adalah pejabat Departemen Agama pada bidang Mapanda, Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah, MUI dan organisasi Islam yang menyelenggarakan pesantren kilat..

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjaring data dari fenomena-fenomena yang berkaitan dengan konsep utama yang merupakan fokus penelitian, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan eksperimentasi. Pemilihan keempat teknik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai.

Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaaan lapangan, kegiatan peserta pesantren kilat dan situasi sosial dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Dalam penelitian ini, teknik observasi dilakukan pada saat pengumpulan data untuk pembuatan model dan pada saat uji coba model dilaksanakan.

Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi langsung dari subyek penelitian mengenai penyelenggaraan pesantren kilat. Pelaksanaan wawancara ini, dilakukan pada saat pembuatan model, pada saat uji coba model, dan sesudah pelaksanaan uji coba model pesantren kilat. Instrumen wawancara dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

(38)

itu, juga sebagai studi terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

Eksperimentasi dimaksudkan untuk menguji model yang telah dirumuskan. Faktor yang paling mendasar pada teknik ini adalah efektifitas model pesantren kilat bagi siswa SLTA sebagai inovasi dalam pengembangan nilai-nilai spiritual.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, pada pokoknya didasarkan kepada analisis kualitatif. Tahapan analisis kualitatif dilakukan dengan mereduksi data, menyaji data, menyimpulkan dan memverifikasi data (Moleong, 1989).

Mereduksi data mencakup kegiatan menyeleksi, memfokuskan kepada hal-hal yang pokok sesuai dengan tujuan penelitian, dan mengabstraksi data kasar yang muncul dalam catatan lapangan, sehingga data yang dipandang tidak perlu disingkirkan.

(39)

Menyimpulkan adalah proses penemuan model yang dihasilkan berdasarkan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, model tersebut adalah model pesantren kilat yang dianggap dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan nilai-nilai spiritual.

Verifikasi data adalah proses pengujian model yang telah dibuat. Suatu model dianggap layak, semata-mata berdasarkan pengamatan dari peneliti di lapangan. Oleh karena itu, keberhasilan dalam penelitian ini sangat bergantung kepada kemampuan dari peneliti itu sendiri.

Analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya sudah dilakukan sejak awal kegiatan penelitian dan secara terus-menerus berlangsung selama penelitian, sampai dengan penelitian selesai. Dengan demikian, data yang diperoleh di lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan analisis, tanpa menunggu kegiatan penelitian selesai.

(40)

berpasangan (Mattjik, 2002: 46-47). Uji yang dilakukan dengan metode ini adalah uji beda nilai tengah populasi. Bentuk hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho : µd ≤ 0 H1 : µd

> 0

Adapun statistik uji yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah:

thitung =

n d

s

d d

µ

0

Keterangan:

d : Rata-rata selisih pre-test dengan post-test

µ

d0 : Nilai tengah 2 populasi, dalam hal ini nilainya adalah nol.

S

d : Simpangan baku dari selisih pre-test dengan post-tes

n : Jumlah sampel penelitian

Nilai pre-test dan post-tes diduga dipengaruhi oleh latar belakang peserta pesantren kilat, yang terdiri dari variabel keikutsertaan dalam pesantren kilat dan kegiatan agama yang diikuti di luar sekolah. Oleh karena itu, untuk membuktikan dugaan tersebut dilakukan uji statistik tata jenjang dengan menggunakan Rank Spearman Correlation (Siegel, 1997: 253). Uji ini hanya dilakukan untuk

(41)

rs =

rs : Koefisien korelasi Rank Spearman 1 & 6 : Nilai konstanta

d : Difference yaitu perbedaan antara jenjang setiap variabel N : Jumlah populasi

E. Perancangan Sistem Informasi Model Pembelajaran Pesantren Kilat

Model pembelajaran pesantren kilat yang telah dihasilkan, dilengkapi dengan sistem informasi yang dapat memudahkan pengguna (penyelenggara pesantren kilat) dalam merancang pesantren kilat yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Pengembangan sistem informasi tersebut dapat dilakukan dengan bahasa pemrograman umum seperti Basic C, Pascal, ASP dan lain-lain atau mempergunakan bahasa-bahasa yang secara khusus dirancang untuk penerapan kecerdasan buatan, seperti LISP dan PROLOG.

Dalam pengembangan sistem ini digunakan bahasa pemrograman berbasis web yaitu PHP (PHP: Hypertext Preprocessor). Hal ini dengan pertimbangan yaitu terciptanya interaksi yang mudah antara pengguna dengan sistem dan dapat diakses melalui internet. Software untuk mengelola basis data ini dipilih MS SQL Server 2000, dengan pertimbangan keamanan data lebih terjaminin. Adapun

(42)

Gambar 3.2 Konfigurasi Model Sistem Informasi Pesantren Kilat

Pengetahuan Basis Data Basis Model

(43)

Untuk memperjelas sistem informasi model pembelajaran pesantren kilat, dibawah ini disajikan beberapa contoh operasionalnya:

1. Pada langkah awal, penyelenggara pesantren kilat dapat memilih menu mengenai rancangan sendiri atau rancangan rekomendasi. Jika penyelenggara mengetahui penguasaan siswa, maka dia dapat meng-klik pilihan Rancangan Sendiri untuk selanjutnya mengisi persentase alokasi waktu sesuai dengan penguasaan siswa terhadap materi tersebut. Jika penyelenggara pesantren kilat tidak mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pesantren kilat, maka dia dapat meng-klik pilihan Rancangan Rekomendasi. 2. Langkah berikutnya, penyelenggara pesantren kilat dapat mengisi alokasi

waktu (dalam jam) untuk penyelenggaraan pesantren kilat. Selanjutnya alokasi waktu tersebut akan didistribusikan (dalam menit) kepada materi yang akan disampaikan sesuai dengan persentase dalam rancangan yang dipilih.

(44)
(45)

Sistem informasi pesantren kilat ini, selain praktis dan menggunakan teknologi sederhana juga akan memberikan keuntungan yang sangat besar, baik kepada pemerintah maupun penyelenggara pesantren kilat. Keuntungan tersebut antara lain:

1. Penyelenggara pesantren kilat dapat melakukan kegiatan pesantren kilat sesuai dengan keadaan siswa. Hal ini sangat penting karena keberhasilan kegiatan pembelajaran, salah satunya ditentukan oleh ketepatan pemberian materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan dan kemampuan siswa. Desain program pesantren kilat yang dibuat, dirancang untuk dapat mengantisipai permasalahan ini.

2. Penyelenggara pesantren kilat dapat mengakses seluruh informasi mengenai materi yang ditawarkan beserta referensinya. Dengan perkataan lain, penyelenggara hanya tinggal mencetak seluruh materi beserta uraiannya sesuai dengan tuntutan kurikulum, sehingga tidak terlalu banyak biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan untuk mempersiapkan penyampaian materi pesantren kilat.

3. Pemerintah, baik itu Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional tidak perlu mencetak buku panduan pesantren kilat. Sebab, kurikulum pesantren kilat antara satu sekolah dengan sekolah yang lainnya akan berbeda sesuai dengan perkembangan siswa di sekolah tersebut.

(46)

1. Penyelenggara pesantren kilat harus menyediakan seperangkat komputer. Bagi sekolah di daerah perkotaan, hal ini tidak menjadi masalah. Akan tetapi, bagi sekolah di perdesaan, konsekuensi ini akan menimbulkan masalah.

2. Uraian materi yang disajikan, mungkin tidak sehaluan dengan paham yang dianut penyelenggara pesantren kilat. Akan tetapi, peneliti telah berusaha untuk menghindar dari pendapat yang diperselisihkan, sehingga materi yang disajikan adalah materi yang disepakati oleh mayoritas umat Islam.

3. Isi dari program ini, harus di-upgrade minimal dalam setiap 3 tahun, sehingga materi yang disajikan senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman.

4. Pada tahap awal diperlukan sosialisasi kepada para penyelenggara pesantren kilat sehingga sistem informasi ini dapat diaplikasikan di lembaganya masing-masing.

Sistem informasi pesantren kilat ini akan terasa manfaat dan keuntungannya, jika dapat sampai di tangan penyelenggara pesantren kilat dengan cepat. Oleh karena itu, untuk memperlancar penyebarannya, dilakukan beberapa langkah, yaitu:

1. Mengadaptasi model pembelajaran pesantren kilat dalam bentuk CD, sehingga dapat diperoleh dengan mudah oleh penyelenggara pesantren kilat.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Azra, A. (1999). Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. PT. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Ahmad, A. (Editor). (1985). Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Jogyakarta: PLP2M.

Arifin, H.M. (1995). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Al Bukhari, M. T.t. Shahih Al Bukhari. Semarang: Syirkah An Nur Asia.

Al Kandhalawi, M.Z. (2000). Fadzail Amal. Terjemahan oleh M. Abdul Wahib. Bandung: Pustaka Da’i.

Amin, M. (1991). Ijtihad Ibnu Taimiyyah. Jakarta: Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies.

Al Qasimiy, M.J. T.t. Mau’idzah al Mu’minin min Ihya Ulum al Din. Indonesia: Daar Ihya al Kutub al ‘Arabiyyah.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Abdul Wahhab, M. (1956). Mukhtashar Sirah Ar Rasul. Saudi Arabia: Al Jami’ah Al Islamiyyah bil Madinah Al Munawwarah.

Abdullah, T. (1987). Islam dan Masyarakat. Jakarta: LP3ES.

Al Zarnuji, B. T.t. Ta’limul Muta’allim. Surabaya: Maktabah Syekh Muhammad bin Ahmad Nabhan.

Boland, B.J. (1985). Pergumulan Islam di Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers.

Borg dan Ball. (1979). Educational Research An Introduction. New York: Southen Press.

Bakry, N. (1996). Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Chirot, D. dan Merton, R.K. (1986). Social Change In The Modern era. San

Diego: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.

(48)

Chirzin, M.H. (1974). “Agama dan Ilmu dalam Pesantren”, dalam Wahid, A., dkk. (1974). Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.

Djamari. (1985). Nilai-nilai Agama dan Budaya yang Melandasi Interaksi Sosial di Pondok Pesantren Cikadueun Banten. Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

DePorter, B., Reardon, M., dan Nourie, S.S. (2003). Quantum Teaching (Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit Kaifa.

Delors, J. (Editor). (1996). Learning: The Treasure Within. UNESCO Publishing. Djatnika, R. (1992). Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka

Panjimas.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. (1999). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.

Dhofier, Z. (1994). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

Echols, J.M. (1993). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Hasyimi, B.A. (1948). Mukhtar al Hadits An Nabawiyyah. Jeddah: Al Haramain.

Horikoshi, H. (1987). Kyai dan Perubahan Sosial. Terjemahan Umar Basalim dan Andi Muarly Sunrawa. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).

Ibrahim, (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Imarah, M.M. T.t. Jawahir Al Bukhori wa Syarh al Qisthalani. Jeddah: Penerbit Al Haramain.

Imansyah, M. (2003). PHP dan MySQL untuk Orang Awam. Palembang: CV. Maxikom.

Ibnu Sina. (1906). As Siyasah fi at Tarbiyah. Mesir: Al Masyriq.

Joyce, B. dan Weil,M. (1996). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Joesoef, S. (1999). Konsep Dasar Pendidikan luar Sekolah. Jakarta: Penerbit

(49)

Khotib, M.A. (1989). Ushul al HaditsUlumuh wa Mutstolahuh. Beirut: Daar al Fikr.

Langgulung, H. (2000). Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Al Husna Zikra. Mastuhu, (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta:

Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies.

Mattjik, A.A. (2002). Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press.

Meier, D. ( 2000). The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw Hill.

Moleong, L.J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Muslim. T.t. Shahih Muslim. Bandung: Penerbit Dahlan.

Mujahidin, E. (2004). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Umum. Buletin Penelitian Universitas Djuanda Vol. 8 No. 1 (April 2004).

Moeliono, dkk. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Morris, W. (1976). The American Heritage Dictionary of the English Language. Boston: Houghton Mifftin,Co.

Nata, A. (2000). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Quthb, M. (1993). Sistem Pendidikan Islam. Terjemahan Salman Harun. Bandung: PT. Alma’arif.

Qardhawi, Y. (1986). Sistem Pendidikan Ikhwanul Muslimin. Jakarta: Penerbit Media Da’wah.

Republika. (2004). “Media Terus Memicu Faktor Negatif”. Republika (29 Mei 2004).

Rogers, E.M. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The free Press a Division of Macmillan Publishing Co.

(50)

Saletore. (1983). “Ulama”, dalam Kartodirdjo, S. (1983). Elite dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES.

Shalih. (1998). Kitab Tauhid. Terjemahan Agus Hasan Bashori. Jakarta: Yayasan Al Sofwa.

Semiawan, C.R. dan Natawidjaja. (1997). “The Dynamic of an Education System in a Developing Country: The Case of Indonesia”, dalam Marzurek, M., Winzer, M.A., dan Majorek, C. (Ed.). (2000). Education in a Global Society. Boston: Allyn & Bacon..

Sudjana, H.D. (2000). Strategi pembelajaran Pendidikan luar Sekolah. Bandung: Penerbit Falah Production.

____________ (2001a). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung dan Asas. Bandung: Penerbit Falah Production.

____________ (2001b). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Penerbit Falah Production.

Steenbrink, K.A. (1974). Pesantren, Madrasah dan Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES.

Siegel, S. (1997). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Terjemahan oleh Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang. Jakarta: PT. Gramedia. . Tafsir, A. (1991). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit

PT. Remaja Rosdakarya.

Tilaar, HAR. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Wahid, M., Suwendi dan Zuhri, S. (Ed.). (1999). Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah.

Zaltman, G., Duncan, R. dan Holbek, J. (1973). Innovation and Organization. New York, London, Sydney, Toronto: Interscience Publication John Wiley and Sons.

Gambar

Tabel Kerja Uji Korelasi Antara Keikutsertaan dalam  Kegiatan Agama
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengembangan Model Pembelajaran Pesantren Kilat
Gambar 3.1.
Gambar 3.2 Konfigurasi Model Sistem Informasi Pesantren Kilat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Komponen Cristal Report : komponen yang terdapat pada Visual Basic 6.0 yang digunakan untuk memanipulasi data pada database agar dapat ditampilkan menjadi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh diatas ternyata masih banyak keluarga yang memiliki pengetahuan rendah dalam merawat klien gangguan jiwa yang

Hasil yang diperoleh dari usulan penelitian ini adalah mengetahui perilaku peningkatan kuat lentur balok beton bertulang dengan adanya variasi spasi (jarak) begel

Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Kegiatan Pembangunan Jalan Kabupaten I ndragiri Hulu Tahun Anggaran 2012 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur sumber dana BLUD Tahun Anggaran 2014 dengan ini menyampaikan penetapan penyedia jasa sebagai berikut :. ( Seratus tiga belas juta empat ratus

[r]

Pemikiran politik yang dikembangkan oleh Soekarno, Bung Hatta, dan Tan Malaka menjadi sumbangsih berharga dalam konteks kekinian dinamika politik di Indonesia

- Akte Pendirian perusahaan dan perubahan terakhir serta pengesahan Perseroan Terbatas dari Departemen Kehakiman dan HAM (Non Kecil) - Data keuangan Asli, NPWP, SPT Tahun