• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Negosiasi “Harga Kawan” (Studi Fenomenologi Negosiasi “Harga Kawan” Pada Jasa Fotografi di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fenomena Negosiasi “Harga Kawan” (Studi Fenomenologi Negosiasi “Harga Kawan” Pada Jasa Fotografi di Kota Medan)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Manusia adalah makhluk sosial, mereka diciptakan untuk menjadi teman

bagi manusia lainnya. Seperti kisah penciptaan manusia pertama yaitu Adam

‘alaihi salam, diciptakan baginya dari tulang rusuknya yang bengkok seorang

wanita bernama Hawa. Begitu juga kita, sejak lahir sudah dibantu oleh manusia

lainnya, dalam menjalani kehidupan pun demikian. Manusia dalam berinteraksi

dengan manusia lainnya menggunakan simbol-simbol yang dimengerti dalam

bahasa yang sederhana disebut dengan komunikasi.

Ada banyak ragam definisi komunikasi, masing-masing definisi dilahirkan

sesuai atau dipengaruhi bidang yang menjadi spesialisasi dari ahli yang

mengeluarkan definisi tersebut. Hal ini wajar, mengingat ilmu komunikasi muncul

memang bukan karena diahirkan oleh ahli komunikasi, melainkan ahli-ahli di luar

ilmu komunikasi itu sendiri.

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata,

gambar-gambar, angka-angka yang disengaja dari sumber terhadap penerima

dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak-pihak penerima (Partao: 2006).

Sama halnya dengan definisi komunikasi itu sendiri, tujuan komunikasi juga

mengandung pengertian yang beraneka ragam. Apabila diformulasikan secara

lebih sederhana maka tujuan komunikasi adalah untuk memengaruhi, menarik

perhatian, menarik simpati, menimbulkan empati dan menyampaikan informasi

dari dan/atau ke seseorang, kelompok, organisasi atau perusahaan.

Tujuan komunikan dalam memenuhi kehendak komunikator selain

membantu komunikator tentu ada tujuan lain, yaitu untuk memperoleh dukungan,

memperoleh simpati dan juga makna dalam hidupnya. Dalam proses komunikasi

yang merupakan usaha untuk menuju keselarasan tersebut pasti melibatkan lobi,

negosiasi dan komunikasi persuasif.

(2)

1. Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau

menerima guna mencapai kesepakatan antara satu pihak (kelompok atau

organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) lain.

2. Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara

pihak-pihak yang bersangkutan. Secara ringkas dapat dirumuskan, bahwa

negosiasi adalah suatu proses perundingan antara para pihak yang berselisih

atau berbeda pendapat tentang sesuatu permasalahan.

Negosiasi adalah proses konsensus yang digunakan para pihak untuk

memperoleh kesepakatan diantara mereka. Dalam komunikasi bisnis, negosiasi

adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan

yang sama atau bertentangan bertemu dan berbicara untuk mencapai suatu

kesepakatan. Perbedaan kepentingan memberikan alasan terjadinya suatu titik

temu dan dasar motivasi untuk mencapai kesepakatan baru. (Margono: 2000).

Berdasarkan pengertian di atas negosiasi dipahami sebagai sebuah proses

dimana para pihak ingin menyelesaikan permasalahan, melakukan persetujuan

untuk melakukan suatu perbuatan, melakukan penawaran untuk mendapatkan

suatu keuntungan tertentu, dan atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk

keuntungan bersama(win-win solution).

Sebagai sebuah bentuk pertemuan dua pihak yang memiliki tujuan,

negosiasi memiliki beberapa manfaat. Berikut manfaat yang diperoleh dari proses

negosiasi, melalui proses negosiasi akan tercipta jalinan kerjasama antar institusi

atau badan usaha ataupun perorangan untuk melakukan suatu kegiatan atau usaha

bersama atas dasar saling pengertian. Dengan adanya jalinan kerjasama inilah

maka tercipta proses-proses transaksi bisnis dan kerjasama yang efektif. Di

samping itu, bagi suatu perusahaan, proses negosiasi akan memberikan manfaat

bagi jalinan hubungan bisnis yang lebih luas dan pengembangan pasar.

Pemasaran memegang peranan yang sangat penting dalam suatu usaha,

terlebih dalam kondisi persaingan yang semakin kompetitif seperti sekarang ini.

Maka fungsi pemasaran sangatlah penting untuk mengantisipasi adanya

persaingan dan perubahan pasar, untuk kemudian diadakan kebijaksanaan di

dalam perusahaan agar terus berusaha memuaskan pelanggan secara

(3)

mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu

dari definisi pemasaran terpendek adalah memenuhi kebutuhan secara

menguntungkan.

Banyak pakar pemasaran jasa yang telah mendefinisikan pengertian jasa.

Adapun pengertian jasa menurut pakar sebagai berikut: Menurut Kotler dalam

Lupiyoadi (2014:7): Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat

ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan

tidak mengakibatkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin

berkaitan dengan produk fisik atau tidak.

Jasa terkadang cukup sulit dibedakan secara khusus dengan barang. Hal ini

disebabkan pembelian suatu barang kerap kali disertai jasa-jasa tertentu dan

begitu pula sebaliknya dengan pembelian jasa yang sering melibatkan

barang-barang tertentu untuk melengkapinya. Jasa (service) menurut Kotler dan Keller:

“any act or performance that one party can offer another that is essensially

intangible and does not result in the ownership of anything. It’s production may

or not be tied to a physical product.”

Kotler mendefinisikan jasa adalah setiap aktifitas, manfaat atauperformance

yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang bersifat intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun dimana dalam produksinya dapat

terikat maupun tidak dengan produk fisik.

Menurut Kotler dan Armstrong (2012:223) salah satu karakteristik jasa ialah

tidak berwujud (intangibility). Jasa bersifat abstak dan tidak berwujud. Tidak seperti halnya produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar,

dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidak pastian tersebut, maka

para calon pembeli akan mencari tanda atau bukti dari mutu jasa. Konsumen

mencari bukti kualitas pelayanan jasa berdasarkan enam hal berikut ini :

a. Tempat(place)

Tempat yang mendukung seperti kebersihan yang terjaga, kenyamanan

untuk konsumen, dan suasana yang mendukung.

b. Orang(people)

Orang yang menangani mampu melaksanakan tugas dengan baik. Sudah

(4)

c. Peralatan(equipment)

Peralatan penunjang seperti komputer, meja, mesin fax, kamera, dan lain

sebagainya.

d. Komunikasi material(communication material)

Bukti-bukti berupa teks tertulis dan foto, misalnya kontrak atau hasil

jadi dalam foto.

e. Simbol(symbol)

Nama dan symbol pemberi jasa mencerminkan kemampuan dan

kelebihannya dalam melayani konsumen.

f. Harga(price)

Harga yang masuk akal dan dapat pula dipadukan dengan berbagai macam

promosi penjualan, seperti bonus, diskon dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu jasa yang termasuk seperti

defenisi di atas yang sering kita nikmati saat ini ialah jasa fotografi. Di mana jasa

ini tidak berwujud namun dapat ditunjukkan dengan tempat, orang yang mampu

menguasai bidangnya, peralatan, hasil jadi dalam foto, dan harga.

Fotografi adalah sebuah seni melihat. Karena fotografi mengajarkan pada

kita cara yang unik dalam melihat dunia sekaligus memberikan penyadaran baru

akan segala keindahan yang ada di sekitar kita. Fotografi juga mengajarkan pada

kita untuk melihat lebih dalam, menggali makna dan memahaminya sehingga

menumbuhkan rasa cinta yang dapat menciptakan inspirasi untuk melangkah lebih

jauh, melompat lebih tinggi, berlari lebih kencang, berbuat lebih banyak dan

melahirkan energi positif yang mampu menjadi katalis perubahan ke arah yang

lebih baik untuk semua.

Fotografi memang merupakan sebuah jendela yang membuka cakrawala

baru bagi kita, untuk menemukan kembali dunia yang ada di sekitar kita, untuk

melihat dan menikmati segala keajaiban yang bisa membawa begitu banyak

kegembiraan dan kebahagiaan pada hidup kita. (Sukarya, 2010: 11)

Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan

menggunakan cahaya. Fotografi konvensional menggunakan film atau melukis

dengan cahaya pada lapisan film. Istilahnya adalah membakar secara permanen

(5)

cahaya yang masuk mengenai film atau CCD/ CMOS pada kamera digital harus

tepat. Pencahayaan berlebihan akan menyebabkan hasil foto washed-out (lazim disebutover exposure/ OE) dan pencahayaan kurang akan menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebtu under exposure/UE). Orang yang melakukan foto disebut juga fotografer.

Kemajuan teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat, jika

dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak

terlalu tajam, kini kamera digital yang hanya sebesar dompet mampu membuat

foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar Koran. Di samping itu, fotografi

juga ikut ambil bagian dalam penyebaran penerangan. Bahkan, penipuan dalam

mengelabui orang dengan informasi palsu. Fotografi mampu dengan cepat

mengingatkan orang akan masa lampaunya dan sarana souvenir serta

kenang-kenangan yang tersebar luas, termasuk di Kota Medan.

Kota Medan seperti umumnya kota-kota lain di Indonesia memiliki

lagu-lagu khas daerah, di Kota Medan salah satunya adalah lagu-lagu Anak Medan. Lagu

Anak Medan yang dipopulerkan oleh Trio Lamtama menggambarkan

kesetiakawanan anak-anak Medan. Lirik “Nang pe 51, solot di gontinghi Siap

bela kawan berpartisipasi” menceritakan bahwa anak-anak medan siap membela

temannya meskipun pisau sudah menusuk pinggang. Lirik selanjutnya “Susah di

donganku soboi tarbereng au. Titik darah penghabisan ai rela do au kawan. Hansur demi kawan, i do au kawan” Anak Medan digambarkan tidak bisa melihat jika temannya susah, hingga titik darah penghabisan mereka rela hancur

demi teman. (sumber: http://www.medanupdate.com/2017/03/kunci-gitar-dan-arti-lagu-anak-medan.html)

Penggambaran anak Medan dalam lagu tersebut menunjukkan bahwa di

Kota Medan ikatan persahabatan di Kota Medan sangat erat, mereka tidak rela

melihat temannya dalam keadaan sulit. Sehingga, tidak jarang jika ada seorang

teman yang memiliki kelebihan dalam bidang lain, fotografi misalnya, mereka

akan menawarkan jasa mereka atau jasa mereka akan ditawar dengan negosiasi

yang dikenal dengan negosiasi “harga kawan”. Fenomena negosiasi “harga

kawan” pada jasa fotografi ini menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti,

(6)

yang ditetapkan, lantas bagaimana ia menghadapi fenomena negosiasi “harga

kawan tersebut.

Hampir setiap pekan akan kita temui acara resepsi pernikahan di berbagai

tempat di Kota Medan. Baliho, papan reklame, videotron menampilkan banyak

iklan-iklan acara besar seperti festival musik, jalan santai, dan acara-acara di pusat

keramaian lainnya yang biasanya menjadi tempat diadakannya lomba foto atau

minimal ada fotografer jurnalis yang mengabadikan kegiatan untuk masuk ke

dalam pemberitaan. Tidak jarang juga berbagai instansi mengadakan lomba foto

dengan berbagai tema semisal tentang Kota, dan lain sebagainya. Berbagai acara

tersebut dapat dijadikan pertanda perkembangan fotografi di Kota Medan sangat

pesat.

Perkembangan pesat fotografi memacu para fotografer menunjukkan

peralatan, kredibilitas dan portofolio masing-masing agar ia dipandang dan jasanya banyak digunakan, semakin kaya ia akan peralatan fotografi, kredibilitas

sertaportofolio yang ia miliki harga bagi orang yang ingin menggunakan jasanya pun akan semakin tinggi.

Salah satu yang membantu seorang fotografer menjadi seorang fotografer

yang sukses adalah bagaimana citranya sebagai penyedia jasa di mata klien.

Sedangkan klien adalah seseorang yang memiliki kebutuhan akan jasa fotografi

yang disediakan oleh fotogafer. Klien pasti memiliki keinginan menggunakan jasa

yang berkualitas dan murah, sedangkan seseorang fotografi yang notabenenya

adalah penyedia jasa tentu ingin mendapatkan keuntungan yang besar dari

kemampuan yang ia punya. Sekilas jalan bagi fotografer yang sudah memiliki

banyak peralatan dan pengalaman akan mudah dalam mendapatkan upah besar

dari jasa yang ia tawarkan. Fakta yang sering terjadi, negosiasi harga jasa

fotografi ini sering menguji kesabaran fotografer. Banyak diantara para klien jasa

menggunakan dalih bahwa mereka adalah teman, maka ia seharusnya mendapat

harga "spesial” dari sang fotografer. Harga spesial dalam hal ini adalah potongan

harga jasa fotografi karena mereka adalah teman. Fenomena harga spesial ini di

masyarakatsehingga dikenal dengan istilah “harga kawan”.

Masyarakat Kota Medan memiliki budaya komunikasi konteks rendah

(7)

Gaya bicara linier ini ditandai dengan sifat langsung, lugas dan eksplisit. (Lubis,

2014: 132-133) Ketika mengajukan negosiasi “harga kawan”, perlu diketahui

masyarakat Kota Medan menggunakan bahasa yang lugas dan berterus terang

dalam melakukan negosiasi “harga kawan”.

Fotografer tentu berhak memberi potongan harga jasa fotografi bagi klien

yang ia kehendaki sesuai dengan kriteria fotografer tersebut, seperti misalnya

keluarga dekat, pelanggan yang sudah beberapa kali menggunakan jasa

fotografinya, atau teman sesama fotografer, dan lainnya. Jika setiap negosiasi

yang menggunakan dalih “harga kawan” harus dipenuhi, maka akan menjadi

kerugian bagi fotografer.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Fenomena

Negosiasi “Harga Kawan” Pada Jasa Fotografi di Kota Medan, menggunakan

pendekatan fenomenologi.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka fokus

masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Fenomena Negosiasi “Harga

Kawan” Pada Jasa Fotografi di Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui negosiasi hingga disepakatinya negosiasi “harga kawan”

pada jasa fotografi di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor disepakatinya negosiasi “harga kawan”

pada jasa fotografi di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi sebagai referensi dan kajian

media terkait dengan studi fenomenologi. Penelitian ini juga dapat menjadi

(8)

diharapkan mampu memperkaya kajian ilmu komunikasi khususnya

negosiasi.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan paradigma

konstruktivisme - dan merupakan penelitian kualitatif dengan studi

fenomenologi. Integrasi kajian studi fenomenologi dan paradigma

konstruktivisme dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khasanah ilmu pegetahuan, khususnya di bidang ilmu komunikasi.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi masukan bagi

beberapa pihak khususnya di bagian mengetahui dan memahami bagaimana

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya kemampuan literasi sains bagi siswa khususnya pada jenjang pendidikan dasar, karena hal ini sesuai dengan prinsip literasi sains sebagai penggunaan

Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu disain baru pada antena mikrostrip dengan dimensi yang lebih kompak sehingga dapat digunakan sebagai antena

Namun, pada aspek sikap yang diukur menggunakan skala sikap, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan sikap sains siswa.Dapat disimpulkan

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa transient overvoltages yang dihasilkan oleh pengoperasian capacitor bank switching pada sistem transmisi di Gardu Induk Waru dapat

Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan..

[r]

Memiliki Tempat/Ruang Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana kriteria tercantum pada format IV , dengan memperoleh skor 

(1) Indikasi arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 merupakan pedoman dalam perumusan arahan peraturan zonasi yang ditetapkan