• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Identitas Etnis Suku Simalungun di Sidamanik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Identitas Etnis Suku Simalungun di Sidamanik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 IDENTITAS ETNIS

2.2.2. Pengertian Identitas Etnis

Phinney (1992) menyatakan bahwa identitas etnis sebagai suatu konstruksi yang kompleks yang mencakup komitmen dan perasaan bersama pada suatu kelompok, evaluasi positif tentang kelompoknya, adanya minat dan pengetahuan tentang kelompok, serta keterlibatan dalam aktivitas sosial dari kelompok. Phinney juga menjelaskan identitas etnis sebagai suatu identitas seseorang atau sense of self sebagai seorang anggota dari sebuah kelompok etnis dan pemikiran, persepsi dan perasaan yang dirasakan seseorang sebagai bagian dari anggota kelompok tersebut.

(2)

secara internal dengan menggunakan pikiran dan perasaan dan secara eksternal menyesuaikan tingkah laku dengan keadaan psikologikal internal (Jenkins, 1996). Secara eksternal identitas etnis meliputi:

1. Penggunaan bahasa tertentu, 2. Melakukan tradisi-tradisi etnis

3. Berpartisipasi dalam jaringan etnis personal, seperti keluarga, pertemanan, termasuk ke dalam institusi etnis seperti gereja, sekolah perusahaan dan media, berpartisipasi dalam asosiasi sukarela yang bersifat etnis, dan

4. Keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang disponsori organisasi etnis Secara internal identitas etnis mengacu pada gambaran, ide, sikap dan perasaan yang termasuk didalamnya empat dimensi berikut:

1 Dimensi kognitif, tentang bagaimana pandangan mengenai diri, kelompok dan tradisi yang dianut. Dimensi ini juga terdiri dari nilai sebuah kelompok, heritage dan sejarah masa lalu.

2 Dimensi moral, tentang menurunkan rasa kewajiban kepada kelompok dan berasosiasi dengan komitmen individu kepada komunitasnya, begitu pula dengan implikasi sebuah kelompok terhadap tingkah laku seseorang. Mengajari anak-anak bahasa nenek moyang, membantu anggota kelompok menemukan pekerjaan dan menikah dalam komunitas etnis.

(3)

kelompok, dan (2) perasaan nyaman dengan sebuah kelompok lebih dari kelompok lain.

4 Dimensi kepercayaan merujuk kepada kepercayaan yang dimiliki seorang individu terhadap kelompoknya dan rasa aman yang di peroleh.

Melalui cara pemahaman tersebut dapat dilihat bagaimana seseorang membangun defenisi internal dan ekstenal dalam membentuk identitasnya (Jenkins, 1996; Evans et al, 2010).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa identitas etnis adalah sebuah konstruksi yang kompleks yang mencakup komitmen, perasaan dan sikap positif yang meliputi kebanggan, kepuasan dan kesukaan terhadap kelompok etnisnya yang merujuk pada bahasa, karakter dan adat-istiadat yang digunakan seseorang pada dirinya.

2.1.2. Model Perkembangan Identitas Etnis

Ada tiga tahap model pengembangan identitas etnis individu: 1. Unexamined ethnic identity

Individu pada tahap ini belum mengetahui tentang pandangan positif atau negative dari kelompok etnisnya. Seseorang tidak mengalami periode eksplorasi (krisis) dan juga tidak membuat komitmen (Marcia, 1993). 2. Ethnic identity search

(4)

moratorium. Individu juga telah memiliki komitmen terhadap identitasnya tetapi belum mengekplorasi lebih jauh lagi atau yang disebut foreclosure. 3. Achived ethnic identity

Individu bereksplorasi terhadap keanggotaan kelompok etnisnya dan memaknai arti etnisitas tersebut dalam hidupnya (Phinney, 1992). Pada masa dewasa, sebagian besar orang telah mencapai rasa aman sebagai anggota kelompok etnis dan hal ini relative stabil atau telah sampai pada tahap achived ethnic identity.

Berdasarkan tiga tahap model perkembangan identitas etnis tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan identitas etnis individu akan melalui tahapan-tahan dimulai dari melakukan pengenalan pada etnis nya yang kemudian dilanjutkan pada tahap mencari makna sebagai anggota kelompok etnisnya dan kemudian individu akan bereksplorasi terhadap keanggotaan kelompok etnisnya dan memaknai etnis tersebut dalam hidupnya.

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi Identitas Etnis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi identitas etnis diantaranya: 1. Peer (teman sebaya)

(5)

Remaja lebih nyaman dengan diri mereka dan mengeksplor etnisitas mereka jika dengan teman yang memiliki etnis yang sama dengan mereka.

2. Tempat tinggal

Area atau tempat tinggal juga merupakan faktor yang mempengaruhi identitas etnis. Tempat tinggal digunakan untuk melihat jumlah atau proporsi dari anggota kelompok etnis yang sama dalam area tempat tinggal para individu. Huang ,1998 (dalam Kiang & Fuligni, 2009) menemukan bahwa remaja Asia-Amerika merasa lebih menjadi orang Asia saat mereka berada di rumah, dan merasa menjadi orang Amerika saat di sekolah.

3. Kelompok sosial

Partisipasi dalam klub-klub etnis, kemasyarakatan atau organisasi, misalnya, penelitian pada beberapa orang telah menemukan bahwa individu menampilkan diri mereka dan berperilaku berbeda di seluruh konteks sosial yang berbeda (Oyserman & Markus 1993, dalam Kiang & Fuligni, 2009). Demikian pula, konsep relasional self-worth menunjukkan bahwa individu mengevaluasi diri tergantung pada hubungan tertentu di mana mereka berinteraksi.

4. Family cohesion

(6)

Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi identitas etnis. Teman sebaya, tempat tinggal, kelompok sosial dan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi identitas etnis individu.

2.1.4. Komponen Identitas Etnis

Keempat dimensi internal identitas etnis yang dikemukakan oleh Jenkins, 1996 mengenai ketiga dimensi yaitu dimensi kognitif, moral, afektif dan kepercayaan sejalan dengan teori identitas etnis dari Phinney. Dimensi tersebut menghasilkan komponen identitas etnis menurut Phinney (1990) diantaranya adalah:

1. Ethnicity and ethnic self-identification

Identitifikasi diri dalam hal ini adalah merujuk pada label etnis seperti bahasa, karakter, adat-istiadat yang digunakan seseorang untuk dirinya. Pada remaja dan dewasa, pelabelan ini bersifat kompleks karena di tentukan oleh latar belakang keluarga juga dipengaruhi oleh bagaimana mereka memandang diri mereka secara etnis.

2. Sense of belonging

Perasaan memiliki pada kelompok etnisnya. Individu memiliki perasaan dekat dan terikat dengan kelompok dalam etnisnya.

3. Positive and negative attitudes toward one’s ethnic group

(7)

tampak dari penolakan, ketidakpuasaan, perasaan inferior atau keinginan menyembunyikan identitas etnisnya.

4. Ethnic involvement, social participation and cultural practice

Keterlibatan dalam kehidupan sosial dan praktik-praktik budaya dalam kelompok etnis seseorang merupakan indikator-indikator keterlibatan etnis. Individu dalam hal ini memiliki perasaan kewajiban dan berkomitmen terhadap kelompok etnisnya.

Berdasarkan komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen identitas etni mencakup identifikasi mengenai etnis, perasaan akan kelompok etnisnya, penilaian posotif akan etnis yang dimiliki dan juga keterlibatan individi dalam kegiatan dan praktik budaya yang kelompok etnisnya lakukan.

2.1.5. Aspek Identitas Etnis

Menurut Phinney, 1998 (Robert et al., 1999) menyatakan bahwa aspek identitas dianggap sebagai aspek dari akulturasi karena aspek identitas etnis mencakup perilaku yang terlibat dengan etnisitas seperti adat-istiadat, tradisi dan interaksi sosial. Menurut Berry, 2006 menyatakan aspek akulturasi sebagai berikut:

a. Cultural maintenance

(8)

b. Contact and Participation

Merupakan tindakan individu untuk melakukan kontak dan berpartisipasi dengan kelompok mayoritas bersama dengan kelompok budaya lainnya. Perilaku dalam beradaptasi terhadap budaya yang berbeda mencakup peran dan status kelompok, identifikasi, pertemanan dan penilaian ideology. Perilaku pertemanan merupakan salah satu cara dalam melakukan kontak dengan anggota kelompok lain yang dapat meningkatkan persepsi dan evaluasi dari kelompok lain. Pertemanan dapat meningkatkan emosi positif yang mengarah pada perilaku yang lebih baik dari kelompok lain.

Dapat disimpulkan bahwa aspek identitas etnis mencakup perilaku individu dalam mempertahankan budaya dan identitas etnisnya yang terlihat melalui kegiatan yang dilakukan dalam kehidupannya seperti penggunaan bahasa, pakaian dan juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya.

2.2 SIMALUNGUN

2.2.1. Arti dan Makna Kata Simalungun

(9)

kata Simou dan lungun berarti sunyi atau lengang. Kesunyian atau kelengangan itu disebabkan oleh keadaan wilayah yang dulunya terdiri dari hutan belantara dan penduduknya hampir tidak kelihatan. D. Kenan Purba SH berpendapat bahwa kata Simalungu berasal dari kata sim-lungun. Sima berarti sisa dan Lungun berarti kesedihan, maka Simalungun artinya sisa dari kesedihan.

Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa nama “Simalungun” berasal dari dua suku kata yakni kata “malungun” yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “sunyi atau tenang”, sedangkan kata “si” merujuk pada

kata penunjuk bagi orang yang memiliki sesuatu (baik identitas, kepemilikan benda dan lainnya) dan juga sering dipakai sebagai kata penunjuk orang. Sehingga kata “Simalungun” memiliki arti “ orang yang suka dengan kesunyian atau ketenangan”.

2.2.2.Gambaran Umum Wilayah Simalungun

Kabupaten Simalungun terletak anatara 02036’-0301’ Lintang utara. Letaknya

(10)

2.2.3.Filosifi Hidup Orang Simalungun

Dalam bukunya yang berjudul “Orang Simalungun”, Sortaman (2008)

mengungkapkan filosofi hidup masyarakat Simalungun, yaitu:

a. Habonaron do Bona (Kebenaran adalah Pangkal)

Budaya terdiri dari adat istiadat. Berdasarkan hasil seminar budaya yang diadakan, maka ditetapkan dasar budaya Simalungun adalah “Habonaron Do Bona” yang

artinya kebenaran adalah pangkal. Filosofi ini telah dijadikan sebagai motto lambang kabupaten Simalungun. Terdapat suatu pemahaman yang sangat kental pada orang Simalungun bahwa Naibata (Tuhan) adalah Maha Kuasa, Maha Adil dan Maha Benar. Sehingga manusia sebagai ciptaan juga dituntut untuk bersikap benar dan segala sesuatu harus didasarkan pada hal yang benar. Inilah prinsip dasar dari Filosofi “Habonaron Do Bona” pada masyarakat Simalungun. Falsafah Habonaron Do Bona

merupakan filosofi hidup bagi orang Simalungun. Habonaron Do Bona artinya adalah “ kebenaran adalah dasar segala sesuatu”. Artinya masyarakat simalungun menganut

aliran pemikiran dan kepercayaan segala sesuatu harus dilandasi oleh kebenaran. Begitu juga dengan “Sapangambei manoktok hitei” yang artinya adalah

bersama-sama membangun jembatan atau gotong royong/bahu-membahu untuk membangun. Falsafah budaya Simalungun tercermin pada “Tolu Sahundulan Lima Saodoran”. Tolu Sahundulan artinya tiga pada satu tempat yaitu, sanina, tondong,

(11)

semarga sebagai tempat bermusyarah, pihak marga pemberi istri sebagai pemberi Nasehat, kepada teman semarga harus sopan, berhati-hati. Kepada pihak marga pemberi istri harus tetap hormat dan kepada pihak kelompok marga lelaki yang mengawini putri marga pemberi istri harus berpengertian).

b. Marbija (Bersumpah)

Untuk membuktikan kejujuran dulu sering dilakukan “bersumpah” dalam

bahasa simalungun disebut marbija. Apabila orang lain mencurigai seseorang melakukan kejahatan, maka orang tersebut bisa mengangkat sumpah dengan mempertaruhkan sesuatu miliknya yang sangat berharga. Misalnya jiwa anaknya. Jika terbukti melakukan kejahatan tersebut maka anaknya akan menjadi tumbal. Dalam bersumpah seseorang harus jujur karena jikalau bersumpah palsu maka tumbal sumpahnya menjadi nyata. Orang tidak berani berdusta hanya untuk menutupi kesalahan sesaat. Cara untuk mengangkat sumpah bermacam – macam. Ada yang bersumpah dengan sederhana, yakni hanya menyebut tumbalnya. Tetapi jika tidak ada yang ditumbalkan maka dapat juga bersumpah dengan menumbalkan dirinya sendiri. Disamping bersumpah di Simalungun dulu ada suatu cara menguji kejujuran yakni dengan menyerukan sumpah kepada Naibata (Tuhan). Artinya biarlah Naibata yang nantinya akan membalas kan kepada pelaku kejahatan tersebut. Dan juga sebaliknya kalau seseorang menerima perlakuan yang kurang pantas orang itu tidak perlu terburu – buru melakukan pembalasan, mereka yakin Naibata yang maha adil akan tetap

(12)

hidup dengan sesama. Falsafah ini membimbing manusia untuk hidup dalam kejujuran.

2.3 Gambaran Identitas Etnis Pada Orang Simalungun di Sidamanik

Menurut Phinney , 1990 identitas etnis merupakan suatu konstruksi yang kompleks yang mencakup komitmen dan perasaan bersama pada suatu kelompok etnis, memiliki evaluasi yang positif mengenai kelompok, mempelajari etnis dan terlibat dalam kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok etnis.

Identitas etnik berasal dari pengetahuan atau informasi yang seseorang miliki mengenai kelompoknya dan di dalamnya terkandung nilai dan keterikatan terhadap kelompok tersebut (Tajfel, 1981). Memperoleh informasi mengenai kelompok etnis dapat diperoleh melalui orangtua, teman maupun lingkungan tempat tinggal untuk mempelajari dan membangun ketertarikan dengan kelompok etnis. Berpartisipasi dalam kelompok sosial yang ada dalam kelompok etnisnya juga dilakukan atau dianjurkan oleh orang tua kepada anaknya untuk lebih dekat dengan budayanya. Identitas etnis dapat membedakan individu itu sendiri dengan orang lain. Dengan identitas tentu orang lain dengan mudah mengetahui siapa dan bagaimana seorang individu. Identitas etnis menjadi suatu ciri khas yang dimiliki oleh sekelompok orang yang menjadi bagian inti dari diri mereka. identitas menjadi penting karena dengan itu kita mengetahui jati diri kita yang sebenarnya.

(13)

pandangan mengenai diri, kelompok dan tradisi yang dianutnya, memiliki kewajiban dan komitmen yang ditunjukkan dengan perilaku yang mencerminkan etnis, perasaan nyaman dan aman dengan kelompok etnis yang ditunjukkan dengan keterlibatan dalam dengan aktivitas-aktivitas etnis. Bagi orang Simalungun sendiri, menjaga kelestarian etnis merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan karena Simalungun mengenal istilah ahap Simalungun sebagai falsafah hidup yang menjadi dasar bagi orang Simalungun itu sendiri untuk bertindak. Falsafah ini mengajak orang Simalungun untuk memiliki kemauan dalam menjaga dan melestarikan budayanya. Pada kenyataanya, beberapa daerah di Simalungun seperti di Sidamanik tidak melakukan yang sesuai dengan falsafah mereka sehingga mengakibatkan identitas etnis suku Simalungun mengalami penurunan.

Menurut Ando Sipayung (2013), ahap Simalungun juga mengandung makna bahwa orang Simalungun harus mampu mempelajari dan menguasai budaya lain, tujuannya adalah orang Simalungun mampu melakukan pembaharuan dan memperkaya budayanya sendiri. Dengan tujuan tersebut orang Simalungun akan bida diterima oleh budaya lain, namun akan mempengaruhi budayanya sendiri. Orang Simalungun harus mampu bertindak seimbang, yang mana mereka mempelajari dan menguasai budaya lain namun juga mampu menjaga dan melestarikan budayanya sendiri dengan begitu barulah sikap tersebut mencerminkan orang Simalungun yang sesungguhnya.

(14)
(15)

2.4 Kerangka Teoritis

Positive and negative attitudes toward

one’s ethnic

group

Ethnic involvement,

social participation and

cultural practice

Gambar 1. Kerangka Teoritis SIMALUNGUN

Identitas Etnis

Falsafah hidup

Habonaron Do Bona Ahap Simalungun

Berbanding terbalik

Tidak menjaga kelestarian

Sense of belonging Ethnic and ethnic

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Materi Reaksi Oksidasi-Reduksi Dan Pemanfaatannya Dalam Mengolah Limbah Beralumunium Universitas

penulisan skripsi ini dengan judul “ HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KESEPIAN PADA LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk membangun suatu sistem informasi pengelolaan haji dan umroh pada PT.Arwaniyah Tour dan Travel Kudus

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui volume Overburden, volume batubara dan Striping ratio (SR) dari cadangan batubara terukur serta memahami perbedaan dalam cara

Penelitian ini menggunakan resin komposit nanofiller yang dibuat berbentuk tablet dengan diameter 10 mm dan ketebalan 2 mm sebanyak 30 buah yang dibagi menjadi 3 kelompok

Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam Mata Pelajaran PPKn dengan menggunakan. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

Untuk itu dengan dibuatnya karya ilmiahini diharapkan warga masyarakat dapat sadar dan segera meninggalkan atau mengurangi kebiasaan mereka yang tidak

The population of Sumatran rhino has declined from year to year and based on the Sumatran Rhino Crisis Summit in Singapore in 2013, the Asian Rhino Range State Meeting in Lampung