• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Rendahnya Cakupan AKDR di Puskesmas Langsa Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Rendahnya Cakupan AKDR di Puskesmas Langsa Tahun 2011"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO expert Commite, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : 1). Mendapatkan objektif-objektif tertentu, 2). Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, 3). Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, 4). Mengatur interval diantara kelahiran, 5). Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri, 6). Menentukan jumlah anak dalam keluarga.( Pinem, 2009 : 188)

Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan, kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. ( handayani, 2010 : 28)

2. Tujuan Program Keluarga Berencana

Menurut Handayani, (2010 : 29), tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

(2)

Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah :

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga berencana.

B. Kontrasepsi

1. Pengertian

Menurut Cunningham 1989 dalam pinem (2008 : 27), Kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.

2. Macam metode kontrasepsi

Adapun macam metode yang ada dalam program keluarga berencana adalah:

a. Metode kontrasepsi sederhana

Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.

(3)

Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu : kondom, diafragma, cup serviks dan spermesida.

b. Metode kontrasepsi hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormone progesterone dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesterone saja.

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan . sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant

c. Metode kontrasepsi dengan Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormone (sintetik progesterone) dan yang tidak mengandung hormone.

d. Metode kontrasepsi mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsipnya memotong atau mengikat saluran tuba falopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu mengikat atau memotong saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak ejakulasi e. Metode kontrasepsi darurat

(4)

C. AKDR

1. Sejarah AKDR

AKDR secara ilmiah diperkenalkan pada awal abad ke 20 dan menjadi popular sekitar tahun 1960 an. Pada tahun 1909, Richard Richter memperkenalkan cincin intrauterine yang terbuat dari usus ulat sutera. Pada tahun 1928 Ernst Grafenberg di Jerman memperkenalkan AKDR bebrbentuk cincin yang terbuat dari tembaga dan perak. Pada waktu yang hamper bersamaan, Tenrei Ota dari Jepang memperkenalkan cincin yang serupa tetapi fleksibel. Ternyata cincin Grafenberg banyak menimbulkan peradangan panggul sehingga tidak popular dan akhirnya tidak lagi mendapat peminatnya. Karena efek samping nya sangat tinggi banyak dilakukan penelitian untuk menciptakan AKDR baru baik dari segi bentuk maupun dari materialnya. (Emilia,2008 :31)

(5)

2. Pengertian

Alat kontrasepsi dalam rahim AKDR adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif dan aman dan reversible bagi wanita tertentu,terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan. AKDR adalah suatu alat plastic atau logam kecil yang dimasukan keuterus melalui kanalis servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak diketahui, dihipotesakan bahwa AKDR mengganggu motilitas sperma dan perjalanan ovum. (WHO, 2006,20)

3. Jenis-jenis AKDR

Saat ini AKDR yang ada termasuk dalam tiga golongan yaitu : 1). Alat inert ( tanpa obat ),tipe ini tidak diproduksi lagi. 2). Alat yang mengandung tembaga, AKDR yang mengandung tembaga umumnya dilisensi untuk digunakan 5 sampai 10 tahun. 3). Alat yang melepaskan hormon.(Galsier 2006 : 118)

Menurut pinem,( 2008 : 87 ), jenis - jenis AKDR yang beredar :

a. AKDR generasi pertama : disebut lipesloop, berbentuk AKDR dan huruf S ganda, terbuat dari plasti (poyethyline).

b. AKDR generasi kedua :

1) Cu T 200 B; berbentuk T yang batang nya dililit tembaga (Cu) dengan kadungan tembaga.

2) Cu 7 ; berbentuk angka 7 yang batang nya dililit tembaga.

(6)

c. AKDR generasi ketiga`:

1) Cu T 380 A : berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang lebih banyak dan perak.

2) Ml Cu 375 ; batang nya dililit tembaga berlapis perak. 3) Nova T.Cu 200 A ; batang dan lengannya dililit tembaga. d. AKDR generasi keempat

Ginefix, merupakan AKDR tanpa rangka, terdiri dari benang polopropilen monofilament dengan enam butir tembaga.

4. Cara kerja

Sebuah AKDR dimasukan melalui saluran serviks dan dipasang dlam uterus. AKDR memiliki benang yang menggantung turun dalam vagina, yang dapat diperiksa oleh wanita guna memastikan alat tersebut pada posisi yang benar. AKDR mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum melalui perubahan pada tuba falopi dan cairan uterus; ada reaksi terhadap benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Tembaga pada AKDR dipercaya bersifat toksit terhadap sperma dan ovum. ( Everett,2008 : 197)

(7)

5. Efektifitas

Efektifitas AKDR dalam mencegah kehamilan mencapai 98 % hingga 100% bergantung pada jenis AKDR. AKDR terbaru seperti cop[er T 380 memiliki efektifitas cukup tinggi,bahkan selama 8 tahun tidak ditemukan adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan ektopik. (Niken ,2010: 119)

Efektifitas AKDR dipengaruhi oleh karakteristik alat, keterampilan penyedia layanan (dalam memasang alat), dan karakteristik pemakai (misalnya usia dan paritas). (WHO, 2007 :20)

6. Keuntungan

Menurut Niken ,(2010: 120), keuntungan AKDR adalah a. Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan b. Reversibel dan sangat efektif

c. Tidak mengganggu hubungan seksual d. Metode jangka panjang ( 8 tahun ) e. Tidak mengganggu produksi Asi

f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus

(8)

7. Kerugian

Menurut saifuddin (2006 MK-76), adapun kerugian dari AKDR adalah: a. Efek samping yang umumnya terjadi :

1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).

2) Haid lebih lama dan banyak

3) Perdarahan (spooting) antar menstruasi 4) Saat haid lebih sedikit

b. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

c. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang berganti pasangan .

d. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas

e. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan AKDR.

f. Sedikit nyeri dan perdarahan spooting terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang 1-2 hari

g. Mngkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui ( sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan).

h. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

(9)

8. Kontraindikasi

a. Menurut everett, 2008 : 198, Kontraindikasi Mutlak: 1) Kehamilan

2) Perdarahan saluran genetalia yang tidak terdiagnosi, bila penyebab didiagnosis dan diobati, AKDR dapat dipasang.

3) Kehamilan ektopik sebelumnya

4) Infeksi panggul atau vagina, bila telah diobati,AKDR dapat dipasang 5) Kelainan pada uterus,Mis uterus bikornu

6) Alergi terhadap komponen AKDR, mis tembaga 7) Penyakit Wilson

8) Penggantian katup jantung atau riwayat endokarditis bakteri sebelumnya karena peningkatan resiko infeksi

9) HIV dan AIDS karena penurunan system imun dan peningkatan resiko infeksi

b. Kontraindikasi relatif 1) Riwayat infeksi panggul

2) Dismenoroe dan / atau menoragi 3) Fibroid dan endometriosis

4) Terapi penisilamin dapat mengurangi keaktivan tembaga (Guilebaud, 1983).

D. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi

(10)

1. Faktor pribadi meliputi : Usia, Paritas, Usia,pengaruh orang lain, Tujuan reproduksi, Kemudahan metode.

2. Faktor kesehatan umum meliputi : resiko PMS, Infeksi HIV dan pemakaian kontrasepsi, perilaku beresiko.

3. Faktor Ekonomi dan aksebilitas meliputi : biaya langsung dan biaya lain. 4. Faktor budaya meliputi : kesalahan persepsi mengenai suatu metode,

kepercayaan religious dan budaya,tingkat pendidikan, status wanita.

Menurut Handayani (2010 : 16) pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh :

1. Sosial Ekonomi

Keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang tidak mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.

2. Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalm memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religious, serta budaya,tingkat pendidikan, persepsi dan status wanita.

3. Pendidikan

(11)

4. Agama

Diberbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalm memilih metode kontrasepsi. Sebagai contoh : penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagian pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisai dilarang sedangkan sebagian lainnya mengizinkan.

5. Status wanita

Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai metodhe kontrasepsi. Didaerah-daerah yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode-metode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan.

E. Informed Choise

Salah satu komponen pelayanan keluarga berencana adalah konseling. Melalui konseling petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakannya sesuai dengan keinginannya, membuat klien merasa lebih puas, meningkatkan hubungan dan kepercayaanyang sudah ada antara petugas dan klien, membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Petugas mendorong klien untuk berfikir dan membandingkan antar jenis kontrasepsi. Dengan cara ini petugas membantu klien menentukan suatu pilihan (Informed Choise). (pinem, 2009 : 191).

(12)

1. Informed Choise adalah suatu kondisi peserta /calon peserta yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap dari petugas KB

2. Memberdayakan para klien untuk melakukan Informed Choise adalah kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas

3. Bagi calon peserta KB baru, Informed Choise merupakan proses memahami kontrasepsi yang akan dipakainya.

4. Bagi peserta KB mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang dipilih nya

5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul dikalangan masyarakat.

6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, yaitu komplikasi akan cepat berobat ketempat pelayanan.

(13)

F. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Faktor Ekonomi  Biaya

Faktor Budaya

 Kesalahan Persepsi mengenai suatu metode  Kepercayaan religious

dan dan budaya  Tingkat pendidikan  Status wanita 

Pemilihan Metode Kontraseps i

Faktor Pribadi :

 Usia  Paritas

 Usia anak terkecil  Pengaruh Orang Lain  Tujuan Reproduksi  Kemudahan Metode

Informed Choise

(14)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Faktor faktor rendahnya cakupan AKDR berdasarkan cara pemilihan alat kontrasepsi yaitu : pengaruh orang lain, kemudahan metode, biaya, persepsi, kepercayaan religius dan Informed Choise.

Skema 3.1 : Kerangka Konsep

Rendahnya cakupan AKDR Pengaruh Orang Lain

kesulitan metode

Biaya

Kesalahan Persepsi

Kepercayaan religius

(15)

B. Defenisi Operasional

Persentasi Nominal

3 Biaya Pengorbanan sumber ekonomi

Kuisoner Check list

(16)

yang

Persentasi Nominal

Referensi

Dokumen terkait

2 Teknologi Informasi dan Komunikasi SMK 17 Agustus 1945 10.. 3 Teknologi dan Rekayasa SMK 45

Customer Database, Supplier Database, Employee Database, Transaction Management, Inventory Management, Debt Management, Report Management, Payroll Management, Other Income

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan

Mengingat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20, “mengenai perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan

Dengan demikian suatu prinsip baru yang digariskan oleh keputusan yudisial dapat dikatakan sebagai ketentuan legislasi, sedangkan tidak demikian halnya, sebab legislasi

kesimpulan dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil analisis dan interpretasi dari gambar karikatur “Rubrik Opini Pada Harian Kompas Edisi 4 November 2009” pada harian

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG MATERI LINGKUNGAN HIDUP. DI KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI