• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sertifikasi Guru dan Permasalahannya pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sertifikasi Guru dan Permasalahannya pdf"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

1

SERTIFIKASI GURU DAN PERMASALAHANNYA

(Studi Terhadap Guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta)

MUHAMMAD AUFA MUIS

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Muhammadaufamuis25@gmail.com

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru melalui program sertifikasi guru dapat terwujud. Pernyataan tersebut mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sertifikasi guru dengan peningkatan kompetensi guru yaitu penelitian yang dilakukan oleh Andrean Perdana (2014), Roland J. Quezada (2008), dan Fatma Widyastuti (2014). Beberapa peneliti lainnya berbeda pandangan yang menyimpulkan bahwa sertifikasi tidak meningkatkan kinerja guru, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fatchurrohman (2009), Suarman Almasdi Syahza (2013) yang menyimpulkan bahwa program sertifikasi dapat dikatakan tidak efektif karena tidak terjadi peningkatan kompetensi guru setelah memiliki sertifikat pendidik. Penelitian ini menguraikan bahwa program sertifikasi guru meningkatkan kompetensi guru. Perbedaan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait peningkatan kompetensi guru melalui program sertifikasi guru adalah penggunaan teori Intervensi Politik dan Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow untuk menganalisis data.

Keywords: peningkatan, kompetensi, guru, program, sertifikasi

Pemerintah berupaya mewujudkan kecerdasan bangsa sejak awal kemerdekaan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dalam rangka memenuhi hak-hak sosial ekonomi masyarakat.1 Respon pemerintah di bidang pendidikan ditunjukkan dengan pemberian tunjangan profesi sekaligus peningkatan kompetensi guru melalui program sertifikasi.

Terjadi permasalahan yang melibatkan guru bersertifikasi yang ditunjukkan dengan fakta berbagai kasus di media masa yang menjelaskan bahwa guru bersertifikasi bekerja hanya sekedar ingin melaksanakan kewajiban, tuntutan jam mengajarnya saja, tanpa mengutamakan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Padahal

(2)

2

menurut Asril (2011) keberadaan guru yang berkualitas merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.2

Suarman dan Syahza menyimpulkan bahwa guru yang bersertifikasi kemampuan pedagogiknya maupun kemampuan profesionalnya sebagai guru tidak berbeda secara statistik dengan guru yang belum tersertifikasi. Artinya cara guru mengajar maupun persiapan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) belum berbeda nyata.3

Berbeda dengan hasil penelitian Murwati yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh sertifikasi profesi terhadap motivasi kerja guru dan terhadap kinerja guru.4 Padahal menurut Mulyasa (2007) Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata lain sertifikasi guru dapat memberikan kebutuhan peningkatan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.5

Guru ideal adalah yang memiliki empat kompetensi guru yang telah ditetapkan di UU terkait pendidikan, yang diupayakan pemerintah melalui berbagai program, demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun berdasarkan berbagai penelitian yang ada, muncul fakta yang berlawanan terkait ada atau tidaknya peningkatan kompetensi guru yang memiliki sertifikat pendidik.

2Asril, “Sertifikasi Guru Sebuah Harapan dan Tantangan Menuju Guru Profesional,” el-Ghiroh Jurnal Studi Keislaman (Lubuk linggau: Volume I, Nomor 02 September 2011), 88.

3Suarman, Almasdi Syahza, “Dampak Kebijakan Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru di Daerah Riau.”Jurnal Pendidikan, ISSN: 2086-4779, Vol 4, No 2 (2013), 25, http://ejournal.unri.ac.id (diakses pada tanggal 19 Februari 2015).

4Hesti Murwati, “Pengaruh Sertifikasi Profesi Guru Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Guru di SMK Negeri Se-Surakarta,”Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi (BISE), Vol.1 No. 1 (2013), 21, http://eprints.uns.ac.id (diakses pada tanggal 1 Februari 2015).

(3)

3

Menurut Hamzah (2010) Indonesia belum berhasil membangun karakter bangsa yang cerdas dan kreatif, apalagi unggul.6 Capaian mutu pendidikan Indonesia yang masih jauh di bawah capaian negara maju atau bahkan di bawah negara-negara tetangga Indonesia menjadi catatan dalam pembenahan mutu pendidikan di Indonesia. Nilai PISA (Programme for International Student Assessment) Matematika tahun 2012 menunjukan rata-rata capaian kompetensi siswa Indonesia berada pada level 1. Kondisi ini mendudukkan Indonesia di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, atau bahkan Vietnam.7

Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga diuraikan oleh United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)- Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan PBB, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia. Education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965).8 Oleh karena itu salah satu langkah pemerintah sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu Rendahnya profesionalitas guru akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu melalui PLPG9 diupayakan terjadinya peningkatan kompetensinya. Namun guru-guru bersertifikasi ini memiliki kendala dalam mengembangkan keprofesiannya karena rendahnya motivasi berprestasi, keterbatasan waktu, pengetahuan yang kurang dan persepsi terhadap peraturan

6Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), 6.

7Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2015-2019, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia (2015), 18. http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/RenstraKemdikbud2015-2019.pdf (diakses pada tanggal 22 oktober 2015).

8Sri Sumarni Stiyati, “Determinan yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX di SMP Negeri 5 Yogyakarta dan SMP Negeri 8 Yogyakarta” (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010), http://lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 20 maret 2015).

9Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan pola sertifikasi dalam bentuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon LPTK untuk memfasilitasi terpenuhinya standar kompetensi guru peserta sertifikasi. Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun, Buku 2 Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Sertifikasi Guru di Rayon LPTK 2014, 17,

(4)

4

pemerintah yang belum tegas.10 Permasalahan tersebut dapat menyebabkan proses pembelajaran terhadap peserta didik tidak efektif.

Peningkatan kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru masih harus ditingkatkan karena hingga saat ini tidak terdapat hubungan linier antara peningkatan kualifikasi dan sertifikasi profesi pendidik terhadap hasil belajar siswa. Salah satu faktor penting dalam penilaian kinerja guru adalah tingkat rata- rata ketidakhadiran guru yang pada tahun 2013 mencapai 10% (Studi ACDP (Analytical Capacity Development Program)), disamping itu sekolah di mana angka ketidakhadiran guru tinggi, tingkat ketidakhadiran murid juga tergolong tinggi.11

Saat ini kondisi bangsa mengalami berbagai permasalahan seperti korupsi, pergaulan bebas dan berbagai kerusakan moral lainnya. Ditambah lagi banyak kelompok masyarakat yang benar-benar berada di bawah garis kelayakan menyelenggarakan pendidikan dan persekolahan. Terhadap hal ini memang harus ditangani langsung oleh pemerintah.12 Selain itu menurut Soedijarto (2000) pendidikan Nasional yang selama ini dilaksanakan masih kurang bermakna dipandang dari sudut tumbuh dan berkembangnya kemampuan, watak, sikap, dan perilaku manusia Indonesia seperti yang dicita-citakan.13

Guru hendaknya menjadi suri teladan bagi peserta didik agar menjadi generasi masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu peran guru dan tenaga pendidikan akan lebih ditujukan kepada meningkatnya kualitas sikap mereka dalam hal kepribadian, kesolehan dan moral sosial. Hal itu dilakukan dengan tetap melakukan upaya peningkatan mutu, kompetensi, dan profesionalisme guru.14 Untuk mendorong tercapainya

10Kardiyem, “Analisis Kinerja Guru Pascasertifikasi (Studi Empiris pada Guru Akuntansi SMK Se-Kabupaten Grobogan),” Journal of Economic Education, ISSN 2252-6889, JEE 2 (1) (2013), 22, http://journal.unnes.ac.id (diakses pada tanggal 17 februari 2015).

11Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia (2015), 21. http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/RenstraKemdikbud2015-2019.pdf (diakses pada tanggal 22 oktober 2015).

12M. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner (Ciputat: Lentera Hati, 2007), 43.

13Soedijarto, Pendidikan Nasional Sebagai Wahana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Membangun Peradaban Negara-Bangsa (sebuah usaha memahami makna UUD ‘45) (Jakarta: Center for Information and National Policy Studies (CEPS), 2000), 34.

(5)

5

seluruh Sasaran Strategis pemerintah maka salah satu arah kebijakan dan strategi yang diperlukan adalah meningkatkan peran guru.15

Selanjutnya peran guru adalah menjadi pelaksana kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Kurikulum pendidikan di Indonesia beberapa kali mengalami perubahan, dan berdasarkan Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG) maka guru tidak lagi menerapkan kurikulum sebelumnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diubah menjadi kurikulum 2013. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 pada seluruh sekolah mulai tahun 2014, guru harus mampu mengimplementasikan kurikulum 2013 sesuai dengan bidang tugas masing-masing.16

Guru oleh pemerintah telah ditetapkan sebagai salah satu pekerjaan profesi yang setara dengan profesi lainnya seperti dokter, pengacara, musisi, akuntan, dan sebagainya. Sebagai profesi tentu saja kesejahteraan guru akan mengiringi tingkat profeionalitas tersebut.17 Kewajiban guru untuk memliki sertifikat pendidik terdapat pada UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 8 yang menyebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

http://plpg.undiksha.ac.id/uploaded/content/Buku_4_Sergur_2014.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

15Sebagai pendidik/suri tauladan bagi siswa dengan cara memperbaiki tingkat kehadiran/partisipasi guru melalui: (i) pemberdayaan guru untuk mengajar lebih dari satu kelas dan/atau mengajar lebih dari satu mata pelajaran di sekolah yang sama; (ii) pengurangan tugas-tugas administrasi bagi guru; dan (iii) menumbuhkan gerakan/kampanye nasional tentang akuntabilitas guru sebagai pendidik dan panutan di sekolah dan masyarakat. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2014, Buku 4, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan (2014), 76.

http://plpg.undiksha.ac.id/uploaded/content/Buku_4_Sergur_2014.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

16Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2014, Buku 4, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2014), 3. http://plpg.undiksha.ac.id/uploaded/content/Buku_4_Sergur_2014.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

(6)

6

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.18 Melalui program sertifikasi guru diberi kesempatan untuk memiliki sertifikat pendidik, yang sebelumnya guru tersebut memlalui PLPG yang bertujuan meningkatkan kompetensi guru. Dengan demikian dapat dipahami bahwa UU No. 14 Tahun 2005 berpengaruh terhadap guru.

Dalam perspektif Islam, seorang guru menurut al-Ghazali (2001) adalah seorang yang diserahi menghilangkan akhlak yang buruk dan menggantinya dengan akhlak yang baik agar para pelajar itu mudah menuju jalan ke akhirat yang menyampaikannya kepada Allah.19 Seorang guru yang juga sebagai muslim wajib mematuhi ajaran Islam sesuai petunjuk Al-Qur’an dan sunah nabi Muhammad SAW agar memiliki kepribadian yang baik dan berakhlak mulia sebagaimana firman Allah QS. Al-Qalam ayat 4: “Sungguh engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur.”

Menurut Syafe’i Rachmat (2000) akhlak mulia akan dimiliki setiap individu jika sunah nabi Muhammad SAW. dilaksanakan, dan Al-Qur’an

dijadikan sebagai petunjuk dalam hidup.20 Akhlak mulia sangat penting dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari karena pondasi utama dalam pembentukkan pribadi manusia adalah akhlak.21

Menurut Trianto (2006) guru atau dosen yang berjiwa sosial baik adalah, yang mampu untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, guru lain, orang tua, dan masyarakat sekitar.22 Menurut William (2014) guru yang memiliki status sosial yang baik lebih berdampak pada semangat bekerja sehingga meningkatkan motivasi mereka.23

18Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen http://kepri.kemenag.go.id (diakses pada tanggal 23 oktober 2015).

19Imam al-Ghazali, Ayyuba al-Walad (Beiru,: Daar al-Ma’araif, Juz I) 35. Kutipan ini juga merupakan kutipan dalam buku Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid (Studi Pemikiran Tasawuf Al Ghazali) (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2001), 101.

20Syafe’i Rachmat, Al-Hadis (Aqidah, Akhlaq, sosial dan Hukum) (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), 80.

21Selly Sylviyanah, “Pembinaan Akhlak Mulia pada Sekolah Dasar (Studi Deskriptif pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Al-Rahman),” Tarbawi, Volume 1 No 3 (September 2012): 191-203, http://jurnal.upi.edu (diakses pada tanggal 17 februari 2015).

22Trianto, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), 67.

(7)

7

Dalam pandangan Islam, jika dalam komunikasi dan berinteraksi tersebut seorang guru menyampaikan dakwah tentang kebaikan berarti telah menolong agama Allah dan akan mendapatkan pertolongan Allah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Muhammad ayat 7 yang artinya: “Hai orang-orang beriman jika kamu menolong (agama) Allah,

niscaya Allah pun menolong kamu semua.” Dengan demikian dapat

dipahami bahwa Allah SWT tidak membutuhkan pertolongan hambanya, namun hambalah yang membutuhkan pertolongan Allah SWT melalui ajakan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.

Selanjutnya apabila guru mengajarkan kebaikan dengan ikhlas maka akan disenangi oleh penduduk bumi dan langit sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yang artinya:

“Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penghuni-penghuni langit-Nya dan bumi-langit-Nya termasuk semut dalam lubangnya dan termasuk ikan paus di lautan, seluruhnya memberikan shalawat kepada orang yang

mengajarkan kebaikan kepada manusia.”24

Selaras dengan itu Raslullah SAW bersabda bahwa Allah SWT selalu menolong hamba, selama hamba itu menolong saudaranya.25 Dengan mengajak saudara sesama muslim kepada kebaikan berarti kita telah saling tolong menolong untuk kebaikan kehidupan di dunia dan di akhirat. Disamping itu Rasulullah SAW mengumpamakan seorang

mu’min bagi sesama mu’min, bagaikan bangunan yang kuat menguatkan

setengah pada setengahnya.26

Dalam pandangan Islam, seorang guru bertanggung jawab untuk menguasai materi pembelajaran, melaksanakan tugasnya sepenuh kemampuan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena guru bagian penting dalam pembelajaran di sekolah.27 Di sekolah anak tidak hanya mempelajari pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga sikap,

Research, ISSN: 2201-6740, Vol. 2 No. 2 (February 2014), 5, http://www.ijern.com (diakses pada tanggal 28 juni 2015).

24Imam Abu Zakaria Yahya, Shahih Riyadus Shalihin (terjemahan) (Kingdom of Saudi Arabia: Dar al-Kitab wa al-sunnah, 2007), 427.

25Imam Abu Zakaria Yahya; alih bahasa oleh Salim Bahreisy, Tarjamah Riaduhus Shalihin I (Bandung: PT. Alma’arif, 1987), 234.

26Imam Abu Zakaria Yahya; Alih bahasa oleh Salim Bahreisy, Tarjamah Riaduhus Shalihin I (Bandung: PT. Alma’arif, 1987), 223.

(8)

8

nilai dan norma-norma.28 Oleh karena itu hendaknya guru dapat menjadi suri teladan bagi peserta didik.

Lebih lanjut dalam pandangan Islam, penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam mutlak dimiliki guru yang profesional. Dengan demikian mereka dapat mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Seorang guru juga memiliki keterampilan serta kebiasaan membaca baik secara tekstual maupun kontekstual. Keterampilan dan strategi membaca dengan pemahaman yang diajarkan dan disertai dengan latihan-latihan yang banyak dapat membantu seorang guru dalam mengembangkan kemampuan pemahaman membaca mereka.29 Dalam pandangan Islam, seorang guru penting untuk memiliki dan menambah ilmu pengetahuan karena seseorang ditinggikan derajatnya apabila memiiki ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surah. Al–Mujadalah ayat 11:

تاجرد ْ عْلا اوتوأ نيذهلاو ْ كْنم اونمآ نيذهلا هّا عف ْري

Artinya: … niscaya Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman di antaramu dan orang–orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa ketika seseorang beriman kepada Allah SWT. maka ada keyakinan didalam hatinya bahwa segala yang terjadi adalah atas izin Allah. Diantara contoh wujud nyata seseorang yang beriman adalah, apabila sesorang menghadapi suatu permasalahan dalam hidupnya, dan ia berusaha untuk mendapatkan solusinya, serta bertawakal (berserah diri kepada kehendak Allah), maka ia akan bersabar atas apapun hasil dari upayanya. Sedangkan bagi orang yang berilmu, ilmu bukan hanya sekedar untuk diketahui, dipahami, diajarkan atau disampaikan tapi juga diamalkan sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk Rasul-Nya.

Manusia diberikan kelebihan yang tidak dimiliki oleh ciptaan Allah yang lainnya yaitu akal. Allah mengangkat dan memuliakan seseorang dengan ilmu sebagaimana diuraikan dalam surah Al Mujadalah (58):11.30 Inilah kemuliaan yang hanya diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan berilmu. Akan tetapi perlu diingat bahwa orang-orang

28Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007),183.

29Martini, “Pengembangan Kemampuan Membaca dengan Pemahaman Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang,” Jurnal Akuntansi &

Manajemen, Vol 3 No.2, ISSN 1858-3687 (Desember 2008), 117, http://download.portalgaruda.org (diakses pada tanggal 17 februari 2015).

(9)

9

yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan menganggap pengetahuan yang dimilikinya yang paling benar dan paling baik. Padahal ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi permasalahan adalah program sertifikasi guru dan kompetensi guru. Sedangkan fokus utama dalam penelitian ini adalah mengenai program sertifikasi guru dan kompetensi guru. Oleh karena itu, permasalahan penelitian ini dibatasi pada penelusuran mengenai pengaruh program sertifikasi guru dan peningkatan kompetensi guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Pembatasan masalah harus dilakukan agar kita tidak membahas masalah hingga terlalu jauh. Dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah ataupun mana yang akan dibuang.31

Selanjutnya berdasarkan uraian buku Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, dan keterampilan seseorang berkenaan dengan tugas, jabatan maupun profesinya.32 Lebih lanjut kompetensi menurut Usman (2005) merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.33

Berikutnya kompetensi menurut Abdul Khobir (2007) diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.34 Dengan demikian kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki untuk mencapai keberhasil suatu kegiatan. Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, seberapa besar pengaruh sertifikasi guru terhadap peningkatan kompetensi guru?

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan terkait sertifikasi guru adalah penelitian yang dilakukan oleh: Mark John Pogliano dalam

31Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2000), 63.

32Trianto, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), 62.

33Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 14.

(10)

10

program penelitiannya yang menyatakan bahwa program Career and technical teacher education (CTE) “Karir dan pendidikan teknis guru”

sebagai persiapan guru bisa memberikan dampak positif pada pengalaman pendidikan siswa.35

Selain kesimpulan Pogliano di atas, juga diuraikan beberapa hasil penelitian terkait pengaruh positif dari program sertifikasi guru sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Fatma Widyastuti yang berbicara tentang kinerja guru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kemudian melalui penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa kinerja guru di pengaruhi oleh faktor internal guru, faktor internal dari motivasi, kepuasaan dan penghargaan, hal ini tidak lepas dari pemberian kompensasi berupa tunjangan profesi dari serttifikasi.36

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan yang menyimpulkan bahwa guru berkualitas yang terbukti dari hasil sertifikasi dijadikan dasar untuk memberikan tunjangan profesi. Guru yang memperoleh tunjangan profesi dikategorikan sebagai guru yang profesional.37

Ketiga, hasil penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Bianca Elizabeth Montrosse yang berbicara tentang program sertifikasi guru dan kinerja guru serta prestasi peserta didik. Selanjutnya disimpulkan bahwa adanya hubungan antara sertifikasi guru dengan kinerja guru di lapangan dan prestasi siswa.38

Di sisi lain beberapa penilitian menunjukkan kesimpulan yang berbeda dan menyatakan bahwa program sertifikasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi guru, yaitu: Pertama, Fatchurrohman yang menyimpulkan bahwa dampak negatif dari penentuan peserta

35Mark John Pogliano, “The Preparation And Certification Of Career And Technical Education Teachers: A Descriptive Case Study,” UMI Dissertations Publishing, ISBN 9781109064650 (Oktober 2008): 1-182,

http://search.proquest.com (diakses 25 agustus 2014).

36Fatma Widyastuti, “Pengaruh Diklat, Sertifikasi, dan Kompetensi Terhadap Kinerja Guru” (19 Mei 2014), http://bdksemarang.kemenag.go.id (diakses 21 Juni 2014).

37I Wayan Santyasa, “Dimensi-Dimensi Teoretis Peningkatan Profesionalisme Guru,” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, ISSN 0215–8250, Edisi Khusus TH. XXXXI (Mei 2008), 473, http://pasca.undiksha.ac.id, (diakses pada tanggal 6 April 2015).

(11)

11

sertifikasi oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga adalah: (a) Guru yang terpilih menjadi peserta sertifikasi belum tentu guru yang terbaik; (b) Semakin berkembang dan berkuasanya birokrat di lembaga pendidikan; (c) Menciptakan iklim kerja yang tidak harmonis, jika proses penentuan calon peserta tidak fair dan transparan.39 Kedua, Kardiyem menyimpulkan bahwa kinerja guru tersertifikasi tidak baik.40

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang relevan terkait program sertifikasi guru maka ditemukan beberapa perbedaan dengan penelitian ini di antaranya: Pertama, Perbedaan dari segi metodologi jenis penelitian, bahwa penelitian yang akan dilakukan ini jenisnya adalah penelitian kualitatif, data diambil melalui angket dan wawancara terstruktur41 di lembaga pendidikan MAP UIN Jakarta. Kedua, perbedaan lainnya adalah, untuk menganalisis program sertifikasi guru digunakan teori Hierarki Kebutuhan (Abraham Maslow)42 dan teori intervensi pemerintah yang akan diuraikan di bab berikutnya.

Disebabkan belum adanya penelitian terkait program sertifikasi guru yang dihubungkan dengan teori Intervensi Politik secara singkat serta teori Hierarki kebutuhan (Abraham Maslow) yang dilakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini layak untuk dilaksanakan. Selanjutnya tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sertifikasi guru dapat meningkatkan kompetensi guru.

39Fatchurrohman, “Pengaruh Sertifikasi Bagi Peningkatan Kinerja Guru SMP Negeri 1 Salatiga”, Vol. 1 No. 2. ISSN 2085-2061 (2009), 18, http://eprints.stainsalatiga.ac.id (diakses pada tanggal 9 februari 2015).

40Kardiyem, “Analisis Kinerja Guru Pascasertifikasi (Studi Empiris pada Guru Akuntansi SMK Se-Kabupaten Grobogan),” Journal of Economic Education, ISSN 2252-6889, JEE 2 (1) (2013), 22, http://journal.unnes.ac.id (diakses pada tanggal 17 februari 2015).

41Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data yang dalam melakukan wawancara, pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Deni Riza Kurniawan dkk, “Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan Penataan Kawasan Taman Poci Kota Tegal,” Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 2 Nomor 3 (2013), http://id.portalgaruda.org (diakses pada tanggal 6 Juni 2015).

(12)

12 METODE

Adapun uraian metode dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Setiap penelitian memiliki kriteria khas masing-masing, adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif.43 Selanjutnya penelitian ini juga dilaksanakan dengan rancangan konsep penelitian deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel.44 Dalam hal penelitian ini fenomena yang diuraikan adalah sertifikasi dan kompetensi guru.

Selain itu menurut Arikunto (2010) melaksanakan penelitian salah satunya dengan cara penelitian deskriftif45 dengan berjenis penelitian korelasi serta bersifat korelasi sebab akibat. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini untuk mengetahui bagaimana korelasi antara program sertifikasi guru terhadap peningkatan kompetensi guru. Dalam penelitian ini penyelidikian dilakukan terhadap kondisi kompetensi guru setelah bersertifikasi.

Sifat penelitian ini adalah studi kasus yaitu menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu secara rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh.46 Dalam penelitian ini yang diuraikan adalah kompetensi guru setelah memiliki sertifikat pendidik dilihat perbedaannya antara sebelum dan sesudah bersertifikat.

43yaitu suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 140.

44Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 54.

45Maksudnya adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 3.

(13)

13

Melalui hasil penelitian sebelumnya dan menganalisa teori47 -teori48 terkait peningkatan kompetensi guru, serta berita media masa, maka hipotesis awal penelitian ini kompetensi guru meningkat setelah mengikuti program sertifikasi guru.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Tringulasi data. Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data49 dan sumber data yang ada.50 Data dicari di lokasi penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain.51 Data bersumber dari informan yang terdiri dari, Kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kurikulum, dan lima orang guru yang belum bersertifikasi.

Agar lebih meyakinkan, maka perlu diambil data dari informan lainnya. Bukan karena ketiga informan tidak dapat dipercaya, namun ketiga jenis informan tersebut manusia yang mempunyai sifat-sifat ingin menceritakan angan-angan lebih banyak dibandingkan fakta.52 Oleh karena itu perlu diwaspadai dengan mengambil sumber data lain, yaitu peserta didik yang mengalami atau mengenal perubahan kompetensi guru bersertifikasi. Adapun pengumpulan data penelitian ini dengan beberapa sumber yaitu:

47Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. KBBI, http://kbbi.web.id/teori (diakses pada tanggal 16 Mei 2015).

48Teori memiliki dua kriteria, yaitu cocok dengan situasi empiris, dan melakukan fungsi teori, yaitu meramalkan, menerangkan, dan menafsirkan. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2000), 17.

49Teknik pengumpulan data Angket, wawancara, observasi, dokumentasi dan buku panduan PLPG.

50Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 327.

51Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta , 2010), 3.

(14)

14

Pertama, a) Undang-ndang No. 14 tahun 2005;53 b) Undang-ndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;54 c) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005;55 d) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008;56 e) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007;57 f) Permendiknas No. 18 Tahun 2007;58 g) Permendiknas No. 40 Tahun 2007.59

Kedua, Buku pedoman pelaksanaan sertifikasi guru: a) 4,60 Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2014); b) Buku 261 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Guru di Rayon LPTK 2014.

53Muh. Ilyas Ismail, “Kinerja dan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran,” Lentera Pendidikan, Vol. 13 No. 1 (2010), 57, http://www.uinalauddin.ac.id (diakses pada tanggal 15 Juni 2014).

54Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Ketentuan Umum, http://eprints.dinus.ac.id (diakses pada tanggal 25 November 2015).

55Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, http://www.telkomuniversity.ac.id (diakses pada tanggal 30 maret 2015).

56Departemen Pendidikan Nasional, “Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru,” Materi Pelatihan KTSP 2009, http://www.slideshare.net (diakses pada tanggal 26 Februari 2015).

57Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, http://sdm.data.kemdikbud.go.id (diakses pada tanggal 25 november 2015).

58Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, http://luk.staff.ugm.ac.id (diakses pada tanggal 25 November 2015).

59Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007, http://psg15.um.ac.id (diakses pada tanggal 31 maret 2015).

60Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2014, Buku 4, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2014), 6. http://plpg.undiksha.ac.id (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015).

(15)

15

Ketiga, Wawancara.62 Untuk mengumpulkan data melalui wawancara maka harus ditetapkan informan. Informan yang dipilih adalah yang sesuai dengan kriteria yang penulis tetapkan yaitu mereka yang berperan dan pengetahuannya luas tentang daerah atau lembaga tempat penelitian, dan yang suka bekerja sama untuk kegiatan penelitian yang sedang dilakukan.63

Penggunaan beberapa infoman dalam pencarian data ini untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya. Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya untuk merinci kekhususan yang ada dalam konteks yang unik.64 Berdasarkan uraian tersebut maka wawancara dilakukan terhadap kepala madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, guru yang belum bersertifikat, guru yang bersertifikat serta peserta didik.

Keempat, Angket65 yang diisi oleh guru yang bersertifikat, peserta didik, dan guru yang belum bersertifikat. Angket berisi pertanyaan terkait indikator-indikator empat kompetensi guru. Dalam hal penelitian ini, setelah diketahui indikator-indikator yang dapat dimiliki guru bersertifikasi, maka akan dapat dipahami apa saja kompetensi guru bersertifikasi yang telah meningkat ataupun belum mengalami peningkatan. Jika semua bagian yang kecil sudah bagus, semua dapat menjelaskan untuk unsur-unsur yang lebih besar-barulah kita dapat menyimpulkan.66 Dalam pengukuran kompetensi guru bersertifikasi dilakukan dengan cara, membagi empat kompetensi menjadi indikator-indikator yang disusun menjadi angket dalam bentuk Rating Scale dan kemudian diajukan kepada guru yang bersertifikasi dan peserta didik.

62Informasi digali lebih dalam apabila jawaban informan kurang memuaskan karena masih bersifat terlalu umum, kurang mengkhususkan dan inilah yang disebut menggali informasi lebih dalam (probing). Irawati singarimbun, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2008), 198.

63Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 1998), 199.

64Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 1998), 224.

65Kuesioner (angket) merupakan reknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011) dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 193.

(16)

16

Kelima, Observasi. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi terus terang atau tersamar.67 Melalui observasi pada proses pembelajaran di kelas akan diketahui bagaimana kompetensi guru bersertifikat.

Keenam, Dokumen.68 Adapun dokumen yang dikumpulkan adalah kurikulum madrasah, absensi peserta didik, buku harian peserta didik, raport peserta didik, buku profil madrasah, buku kegiatan peserta didik, data jumlah peserta didik dan guru, serta prestasi yang telah diraih peserta didik dalam berbagai kegiatan. Keenam sumber data tersebut sebagai sumber data primer69 dalam penelitian ini.

Sedangkan sumber data lainnya untuk melengkapi penelitian ini adalah kajian-kajian terdahulu yang relevan, yaitu tulisan-tulisan para ahli dalam bentuk tesis, disertasi, jurnal.Sedangkan berita-berita media masa cetak dan online terkait sertifikasi guru bertujuan untuk memperdalam, dan memperkaya data yang ada, semua data tambahan tersebut sebagai sumber data sekunder.70

Terjadi atau tidaknya peningkatan kompetensi guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta setelah bersertifikasi bisa diketahui melalui instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen

67Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 312.

68Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya, sejarah, ceritera, peraturan kebijakan. Sedangkan dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 326.

69Definisi sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2013), 308.

Menurut KBBI Off Line sumber data primer adalah sumber data pokok atau utama, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data tambahan.

(17)

17

akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan mengahasilkan data kuantitatif, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.71 Dengan skala pengukuran ini, maka data yang dikumpulkan melalui angket akan dapat mengukur peningkatan kompetensi guru yang dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih akurat, efisien, dan komunikatif.72 Oleh karena itu dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah Rating Scale73. Skala ini digunakan untuk mengetahui kompetensi guru sebelum dan sesudah bersertifikasi, sehingga ada atau tidaknya peningkatan kompetensi guru setelah bersertifikasi dapat diketahui.

3. Populasi dan Sampel Penelitian a) Populasi Penelitian

Menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.74 Oleh karena itu maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta berjumlah 25 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki, dan 10 orang perempuan. Selain itu populasi dari peserta didiknya berjumlah 370 yang terdiri dari kelas X 129 orang, kelas XI 117 dan kelas XII 124 orang (kelas XII terbagi menjadi empat kelas)75

b) Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2010) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.76 Selanjutnya menurut Emzir (2008) sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima.77 Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini

71Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 135.

72Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 136.

73Data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014),141.

74Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 173.

75Wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, di ruang kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, Drs. Rusli Ishaq, M.Pd, 19 Agustus 2015, pukul 15.00 WIB.

76Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 174.

(18)

18

mewakili dari guru dan peserta didik yang telah memenuhi ukuran sampel minimal, karena angket diberikan kepada 36 peserta didik, dan lima orang guru bersertifikasi. Ditambah dengan wawancara terhadap dua orang kepala madrasah,78 empat orang peserta didik,79 satu orang guru bersertifikasi, serta satu orang guru yang belum bersertifikasi.

Adapun teknik dalam penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik sampel purposive sampling80 yang pengambilan subjeknya bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.81 Selain itu teknik ini dipilih karena memiliki beberapa alasan.82

Walaupun peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu: a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu sesuai ciri-ciri pokok populasi; b) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi; c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.83 Berdasarkan uraian tersebut penulis menentukan beberapa kriteria sampel sebagai berikut: 1) Guru Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang bersertifikasi dan yang belum bersertifikasi, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan karena dapat mewakili berbagai kategori; 2) Guru yang telah mengajar di MAP UIN

78Ketika melakukan penelitian terjadi pergantian kepala madrasah 79Perwakilan dari setiap kelas XII yang terdiri dari empat kelas.

80Walaupun cara seperti ini (Sampel Bertujuan atau Purposive Sample) diperbolehkan, yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu: a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi; b) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi; c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta , 2010), 183.

81Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 183.

82Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dana, sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 183.

(19)

19

Jakarta lebih dari lima tahun84 karena guru tersebut telah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang Madrasah Aliyah Pembangunan. 3) Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum atau guru yang bersedia menjawab pertanyaan wawancara.

Sedangkan Kriteria sampel dari populasi peserta didik adalah: 1) Peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang diambil dari empat kelas. Pemilihan kriteria sampel dari peserta didik di kelas ini karena mereka telah lebih lama berinteraksi dengan guru-guru bersertifikasi dibanding peserta didik di kelas X dan XI; 2) Peserta didik yang bersedia menjawab angket dan diwawancarai, karena tidak baik jika dipaksa untuk memberikan informasi.

Guru yang diukur kompetensinya melalui angket yang diajukan kepada peserta didik adalah guru yang bersertifikasi antara tahun 2014-2015, karena peserta didik dapat melihat kondisi kompetensi guru sebelum dan sesudah bersertifikat. Namun guru yang bersertifikasi ditahun 2013 (disaat peserta didik dikelas X) tidak dapat diukur kompetensinya melalui angket atau wawancara karena peserta didik tidak mengetahui kompetensi guru tersebut ketika belum bersertifikasi.

Berdasarkan kriteria sampel yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditentukan bahwa sampel yang sesuai dengan kriteria dari populasi guru ada lima orang guru bersertifikasi. Sedangkan dari 124 orang peserta didik kelas XII, maka sampel yang sesuai dengan kriteria ada 31 orang (25%) .

4. Metode Analisis Data

Metode anaisis data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Dalam pengujian kredibilitas triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Selanjutnya untuk menguji kredibilitas data dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber. Untuk melakukan pengujian kredibilitas data tentang kompetensi guru bersertifikat, data diperoleh dari peserta didik, kepala madrasah, dan sesama guru. Semua informan tersubut

(20)

20

adalah orang-orang yang dapat melihat langsung perubahan kompetensi guru bersertifikat.

Selanjutnya data dari ketiga sumber tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Dengan demikian maka data yang telah dianalisis akan menghasilkan suatu kesimpulan.85 Lebih lanjut, untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik, yaitu pengujian kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.86 Disamping itu untuk menganalisis data terkait kompetensi guru bersertifikat di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, digunakan teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow.

PEMBAHASAN

Adanya peningkatan kompetensi guru setelah bersertifikat akan terlihat melalui pencarian data, yaitu: Pertama, wawancara yang dilakukan terhadap kepala madrasah87 terkait berbagai indikator empat kompetensi guru. Ditetapkannya kepala madrasah sebagai informan karena ia orang yang berperan dan pengetahuannya luas tentang daerah atau lembaga tempat penelitian. Selain itu kepala madrasah juga sebagai pimpinan yang diharapkan berupaya dan mencari upaya untuk meningkatkan motivasi guru,88 serta selalu memantau perkembangan guru-guru.

Melalui daftar pertanyaan yang diajukan kepada kepala madrasah, dapat dipahami bahwa guru-guru bersertifikasi telah mengalami peningkatan empat kompetensi. Kedua, wawancara terhadap wakil kepala madrasah bidang kurikulum. Pengajuan pertanyaan kepada wakil kepala madrasah bidang kurikulum dilakukan karena pengetahuannya

85Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 370.

86Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), 371

87Drs. Rusli Ishaq, M.Pd Menjabat sebagai kepala madrasah sejak 10 juli 2015 menggantikan Drs. Samingan. Wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, di ruang kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, Drs. Rusli Ishaq, M.Pd, 19 Agustus 2015, pukul 15.00 WIB.

(21)

21

luas tentang guru-guru dan semua yang terkait dengan lembaga tempat penelitian.

Selain itu wakil kepala madrasah bidang kurikulum juga memiliki pengetahuan tentang seluruh berbagai tugas guru-guru terkait perangkat mata pelajaran yang diterapkan di Madrasah Aliyah Pembangunan. Menurut wakil kepala madrasah bidang kurikulum guru bersertifikasi telah memiliki semua indikator empat kompetensi guru yang dipertanyakan.

Ketiga, angket diisi oleh lima orang guru yang belum bersertifikasi, dan telah mengajar lebih dari lima tahun di Madrasah Aliyah Pembangunan. Pengajuan pertanyaan kepada lima orang guru yang belum bersertifikasi dilakukan karena guru-guru tersebut sering berinteraksi dengan guru bersertifikasi selama bearada di lingkup madrasah Aliyah, sehingga memiliki pengetahuan yang luas tentang perubahan kompetensi yang dialami oleh guru bersertifikasi. Jawaban dari lembar angket yang diajukan terhadap lima orang guru yang belum bersertifikasi menunjukkan bahwa guru-guru yang bersertifikasi memiliki peningkatan kompetensi.

Berdasarkan upaya pencarian data melalui wawancara dan angket kepada tiga klasifikasi informan,89 semuanya menguraikan bahwa guru-guru bersertifikai telah memiliki seluruh indikator empat kompetensi guru yang dipertanyakan. Namun tidak boleh terlalu percaya pada Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, guru yang belum bersertifikasi saja. Bukan karena ketiga informan tersebut tidak bisa dipercaya, tetapi ketiga informan mungkin saja mencita-citakan segala sesuatu yang lebih tinggi dibandingkan fakta. Oleh karena itu data diambil melalui informan lainnya.

Keempat, angket juga diisi oleh 10 orang peserta didik kelas XII IPA. Pencarian data ini dimaksudkan untuk mengukur kompetensi guru secara tidak langsung. Pengukuran kompetensi tersebut untuk melihat indikator apa saja yang ada pada guru bersertifikat. Selanjutnya proses pencarian data melalui angket yang diajukan kepada peserta didik diuraikan sebagai berikut:

Kegiatan ini diawali dengan menjelaskan siapa saja guru yang sudah bersertifikat dan selanjutnya mereka diberikan kesempatan untuk memilih salah satu diantara daftar nama guru bersertifikasi. Kemudian dijelaskan bahwa daftar pertanyaan di angket untuk mengetahui seberapa banyak indikator kompetensi yang telah dimiliki oleh guru bersertifikasi.

(22)

22

Selanjutnya dijelaskan kepada peserta didik bahwa untuk menjawab angket ini diperlukan 10 orang sukarelawan, dan ditanyakan siapa saja diantara seluruh peserta didik dikelas tersebut yang bersedia. Selanjutnya lembaran angket dibagikan kepada peserta didik yang telah bersedia tersebut. Melalui angket tersebut dapat diukur kompetensi guru-guru berserttifikasi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.

Pertanyaan terdiri dari enam indikator kompetensi pedagogik, empat indikator kompetensi kepribadian, tiga indikator kompetensi sosial, dan empat indikator kompetensi profesional, jadi jumlahnya ada 17 pertanyaan mencakup empat kompetensi guru.

Adapun penjelasan jumlah indikator kompetensi yang dimiliki oleh guru bersertifikasi berdasarkan pada penilaian setiap individu peserta didik (PD) dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 1

Jumlah Indikator Kompetensi yang Dimiliki Guru Bersertifikasi Berdasarkan pada Penilaian Setiap Individu Peserta Didik (PD) PD

ke

Kompetensi

Jlh Pedagogik Kepribadian Sosial Profesional

1 4 4 3 3 14

2 6 4 3 3 16

3 1 3 2 3 9

4 4 4 3 4 15

5 6 2 3 3 14

6 6 1 3 4 14

7 6 2 3 3 14

8 6 2 2 4 14

9 5 3 2 4 14

10 3 1 3 3 10

(23)

23

bersertifikasi; dan 34 (85%) kompetensi profesional dimiliki oleh guru bersertifikasi.

Berikutnya ditunjukkan berapa jumlah kompetensi yang dimiliki guru bersertifikasi berdasarkan 17 pertanyaan angket terkait indikator empat kompetensi guru. Hasil jawaban peserta didik berdasarkan angket ditunjukkan dalam bentuk grafik berikut:

Grafik 1

Jumlah Indikator Kompetensi yang Dimiliki Guru Bersertifikasi

Pada grafik 1 ditunjukkan bahwa peserta didik (PD) 1 sampai dengan PD 10 menunjukkan bahwa jumlah indikator yang dimiliki guru bersertifikasi bervariasi. Kompetensi yang dimiliki oleh guru bersertifikasi menurut PD 1: 14 (82%); PD 2: 16 (94%); PD 3: 9 (52%); PD 4: 15 (88%); PD 5: 14 (82%);PD 6: 14 (82%); PD 7: 14 (82%); PD 8: 14 (82%); PD 9: 14 (82%); PD 10: 10 (58%). Selanjutnya dapat dipahami bahwa guru-guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta secara umum memiliki kompetensi, namun belum maksimal.

(24)

24

melalui angket90 yang telah dimuat di lampiran. Tes yang dilakukan yakni meminta para peserta didik menjawab 17 pertanyaan secara tertulis.

Jawaban hanya ada dua pilihan, yakni “ya” atau “tidak”. Satu contoh pertanyaan yang dikemukakan adalah, “Apakah guru “A” mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu?”

Melalui kegiatan tersebut didapatkkan fakta bahwa, menurut enam (60%) peserta didik, guru bersertifikasi tidak mengaktifkan peserta didik dengan melakukan hal-hal produktif atau meminta guru piket atau guru lain untuk mengawasi kelas jika guru bersertifikasi tersebut harus meninggalkan kelas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kompetensi kepribadian guru masih rendah.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa kompetensi guru di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta belum secara maksimal meningkat setelah mengikuti program sertifikasi. Dengan kata lain program sertifikasi guru tidak menjamin secara keseluruhan dalam meningkatkan kompetensi guru. Walaupun memang secara umum kompetensi guru memiliki perbaikan setelah bersertifikasi, namun ada hal-hal yang harus lebih ditingkatkan, seperti kepribadiannya dan kompetensi pedagogiknya.

Peningkatan atau penurunan kompetensi guru dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah terpenuhinya kebutuhan harga diri.91 Sedangkan penurunan kompetensi guru bisa disebabkan oleh faktor internal guru. Sebagai contoh guru tidak lagi memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk meningkatkan kompetensi karena telah bersertifikat, sehingga ia merasa tidak ada lagi yang perlu disiapkannya seperti ketika ia akan mengikuti berbagai proses sertifikasi guru. Kondisi tersebut tidak akan terjadi apabila ada pengawasan dan evaluasi dari pemerintah setelah guru-guru tersebut bersertifikat.

A.Manfaat Program Sertifikasi Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru Setiap program yang diselenggarakan pemerintah dibidang pendidikan bermanfaat untuk kemajuan pendidkan di Indonesia. Salah satu program yang diselenggarakan pemerintah adalah sertifikasi, yang

90Pengajuan angket kepada peserta didik dilaksanakan pada pada hari rabu tanggal 19 agustus 2015 pada pukul 15.00 wib setelah jam pembelajaran selesai, dengan total informan 10 orang peserta didik kelas XII IPA.

(25)

25

diharapkan meningkatkan kompetensi guru. Berikut diuraikan dalam bentuk tabel peningkatan kompetensi guru.

Tabel 2

Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Pedagogik

Kategori Rentang Dampak Indikator Persentase

Tinggi ≥ 31 Meningkat 13 29 %

Sedang ≥ 16 - ≤ 30 Tetap 32 71 %

Rendah ≤ 15 Menurun - -

Jumlah 45 100 %

Tabel 3

Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Pedagogik

Kategori Rentang Dampak Indikator Persentase

Tinggi ≥ 145 Meningkat 60 28 %

Sedang ≥ 73 - 144 Tetap 142 66 %

Rendah ≤ 72 Menurun 14 6 %

Jumlah 216 100 %

Kedua tabel diatas bersumber dari angket yang diisi oleh informan yang berbeda. Tabel 2 diisi oleh guru bersertifikasi dan tabel 3 diisi oleh peserta didik. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru bersertifikasi di MAP UIN Jakarta mengalami peningkatan dalam taraf rendah.

Menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik92 adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.93 Kompetensi pedagogik penting dimiliki oleh guru untuk meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kompetensi pedagogik memiliki signifikansi terhadap mutu pencapaian peserta didik.

Melalui program sertifikasi empat kompetensi guru mengalami peningkatan. Disamping itu keempat kompetensi tersebut memiliki manfaat yang berbeda. Kompetensi pedagogik cenderung membuat guru lebih fokus pada pemahaman peserta didik dalam pembelajaran. Dengan

92Artinya: bersifat mendidik. KBBI Off Line.

(26)

26

demikian guru akan melakukan setiap proses pembelajaran dengan baik, dimulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Apabila setiap proses berjalan baik maka akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi peserta didik.

Setiap peserta didik memiliki kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Dengan demikian apabila guru mampu menggali, mengasah dan mengembangkan potensi tersebut, maka peserta didik akan semakin siap untuk merealisasikannya menjadi suatu kekuatan yang memiliki manfaat nyata dalam kehidupannya.

Tabel 4

Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Kepribadian Kategori Rentang Dampak Indikator Persentase

Tinggi ≥ 24 Meningkat 8 23 %

Sedang ≥ 12 - 23 Tetap 27 77 %

Rendah ≤ 11 Menurun - -

Jumlah 35 100 %

Tabel 5

Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Kepribadian Kategori Rentang Dampak Indikator Persentase

Tinggi ≥ 97 Meningkat 35 24 %

Sedang ≥ 49 - 96 Tetap 87 60 %

Rendah ≤ 48 Menurun 22 16 %

Jumlah 144 100 %

(27)

27

berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.94 Jika seorang guru ingin memiliki kepribadian yang baik maka harus memiliki berbagai jenis kepribadian yang berbeda-beda tersebut dan semuanya saling melengkapi.

Menurut Anwar (2011) setiap perkataan, tindakan, perbuatan dan tingkah laku yang positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.95 Semakin baik kepribadian guru dalam berinteraksi dengan sesama guru atau dengan peserta didik maka akan memberikan peran yang semakin besar terhadap penciptaan hubungan yang baik antar semua orang yang ada di lingkungan sekolah. Dengan demikian akan terus berkembang menjadi terciptanya hubungan baik antar sesama anggota keluarga peserta didik, anggota masyarakat di suatu daerah, penduduk negara, hingga penduduk dunia.

Kepribadian yang baik diawali dengan menciptakan pola berpikir yang positif setiap hari, sehingga setiap orang akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik setiap hari. Dengan kehidupan yang baik seseorang akan merasakan kebahagiaan hidup. kehidupan seseorang yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap orang yang ada disekitarnya.

Begitupun dengan peserta didik menginginkan kepribadian guru yang baik sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat sehingga peserta didik bisa mengambil pelajaran yang baik dari gurunya. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menampilkan kepribadian yang baik agar bisa di tiru dan di teladani oleh peserta didiknya.

Tabel 6

Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Sosial

Kategori Rentang Dampak Indikator Persentase

Tinggi ≥ 24 Meningkat 4 11 %

Sedang ≥ 12 - 23 Tetap 31 89 %

Rendah ≤ 11 Menurun - -

Jumlah 35 100 %

94Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, 5, http://www.slideshare.net/srijadi/uu-no-14-2005-guru-dan-dosen (diakses pada tanggal 26 oktober 2015).

(28)

28 Tabel 7

Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Sosial

Kategori Rentang Dampak Indikator Persentase

Tinggi ≥ 73 Meningkat 25 23 %

Sedang ≥ 37 - ≤ 72 Tetap 73 68 %

Rendah ≤ 36 Menurun 10 9 %

Jumlah 108 100 %

Kedua tabel diatas bersumber dari angket yang diisi oleh informan yang berbeda. Tabel 6 diisi oleh guru bersertifikasi dan tabel 7 diisi oleh peserta didik. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial guru bersertifikasi di MAP UIN Jakarta mengalami peningkatan dalam taraf rendah.

Menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.96 Seorang guru diharapkan untuk dapat berinteraksi dengan semua orang yang ada di sekitarnya agar dapat bekerjasama untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya.

Bagi peserta didik dengan adanya komunikasi yang baik dalam pembelajaran maka akan dapat memenuhi kebutuhan sosial peserta didik. Dengan demikian peserta didik akan merasa bahagia karena adanya perhatian yang diberikan guru sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu apabila guru dapat menghargai perbedaan pendapat, menghargai ide dan aspirasi peserta didik maka guru tersebut telah memiliki kompetensi sosial yang baik.

Menurut Novauli (2012), jika kecerdasan sosial (social intelegence) diajarkan pada peserta didik maka akan dapat membuatnya memiliki hati nurani, rasa peduli, empati dan simpati kepada sesama. Pribadi yang memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat dengan Allah SWT, memberi manfaat kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk membangun orang lain, serta santun dan peduli pada sesama, jujur dan bersih dalam berprilaku.97

96Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, 5 http://www.slideshare.net/srijadi/uu-no-14-2005-guru-dan-dosen (diakses pada tanggal 26 oktober 2015).

(29)

29 Tabel 8

Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Profesional

Kategori Rentang Dampak Indikator Persentase

Tinggi ≥ 16 Meningkat 5 25 %

Sedang ≥ 8 - ≤ 15 Tetap 15 75 %

Rendah ≤ 7 Menurun - -

Jumlah 20 100 %

Tabel 9

Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Profesional

Kategori Rentang Dampak Indikator Persentase

Tinggi ≥ 97 Meningkat 41 29 %

Sedang ≥ 49 - ≤ 96 Tetap 87 60 %

Rendah ≤ 48 Menurun 16 11 %

Jumlah 144 100 %

Kedua tabel diatas bersumber dari angket yang diisi oleh informan yang berbeda. Tabel 8 diisi oleh guru bersertifikasi dan tabel 9 diisi oleh peserta didik. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru bersertifikasi di MAP UIN Jakarta mengalami peningkatan dalam taraf rendah.

Dalam UU No 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.98

Menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.99 Oleh karena itu ketika sesi pendalaman

Volume 6, Nomor 1, (Maret 2012), 29,

http://jurnal.unsyiah.ac.id/JPP/article/view/2026/1986 (diakses pada tanggal 26 oktober 2015).

98Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, 2, http://www.slideshare.net/srijadi/uu-no-14-2005-guru-dan-dosen (diakses pada tanggal 26 oktober 2015).

(30)

30

materi dalam PLPG guru diberikan pendalaman materi sesuai bidangnya serta materinya tepat sasaran.

Peserta didik akan lebih memahami pelajaran dan memliki wawasan yang luas apabila guru yang mengajarnya juga memiliki penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Oleh karena itu guru hendaknya terus meningkatkan kompetensi profesional yang dimilikinya melalui berbagai cara seperti mengikuti pelatihan atau meningkatkan kualifikasi akademik. Sesuai dengan itu ketika penulis melakukan observasi memang terlihat guru bersertifikat memiliki wawasan yang luas tentang materi yang diajarkan.

Ada beberapa data yang dikumpulkan saat dilakukan observasi pada proses pembelajaran di kelas XII Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sebagai berikut: Pertama, Hasil observasi menunjukkan bahwa guru bersertifikat telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang disiapkan. Kedua, terlihat bahwa guru bersertifikat memulai dan menyelesaikan pembelajaran dengan tepat waktu. Guru bersertifikat mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.00 WIB dan diakhiri pada pukul 09.30 WIB. Ketiga, Penerapan media visual pada proses pembelajaran menjadikan peserta didik lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran.

Pada saat pembelajaran terlihat antusias yang cukup tinggi dari peserta didik, suasana proses belajar tampak hidup dan kondusif. Peserta didik lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun di sisi lain ada dua peserta didik terlihat berbincang-bincang saat proses belajar berlangsung dan ada tiga orang yang terlihat hanya mencatat namun tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan. Namun demikian sebagian besar peserta didik aktif dan serius dalam mengikuti proses pembelajaran.100

Selain penyampaian materi, guru bersertifikat juga menguraikan berbagai petunjuk keberhasilan dalam belajar seperti yang pernah dilakukan tokoh yang dibahas dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peran guru bukan saja memberikan pengetahuan, namun juga melakukan bimbingan pada saat pembelajaran melalui contoh-contoh dan diintegrasikan dengan kehidupan sehari-hari.

Untuk menciptakan sistem dan mewujudkan praktik pendidikan yang berkualitas maka syarat yang diperlukan adalah guru profesional. Oleh karena itu melalui program sertifikasi guru pemerintah

(31)

31

meningkatkan kompetensi dan memberikan pengakuan profesionalitas kepada guru sebagai tenaga profesional. Selain itu pemerintah juga memberikan dana tunjangan profesi. Dengan demikian diharapkan program sertifikasi ini efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.

Berbagai cara bisa dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru, diantaranya melalui pembinaan, pendalaman materi tentang keguruan. Untuk guru bidang studi bisa semacam TOT atau program-program yang bagus untuk meningkatkan kompetensi guru seperti pelatihan, dan workshop.101

Tunjangan profesi guru dapat memenuhi kebutuhan pokok guru dan juga dapat digunakan untuk melengkapi media pembelajaran dan berbagai hal terkait kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selaras dengan itu guru bersertifikasi saat diwawancarai di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta berasumsi bahwa apabila guru memiliki dana yang cukup, maka guru dengan mudah melakukan apa yang diinginkan untuk meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran. Selain itu dengan dana yang cukup guru bisa memiliki fasilitas internet di rumah, memiliki leptop sendiri, serta dapat membuat media pembelajaran.102

Manfaat program sertifikasi dapat dirasakan guru, seperti yang disampaikan oleh guru bersertifikasi ketika diwawancarai bahwa berbagai proses sertifikasi memberikan manfaat sebagai berikut: Pertama, mendapatkan banyak ilmu, pengalaman, bisa bersilaturahmi dengan banyak teman-teman yang berasal dari berbagai sekolah, bisa bertukar fikiran, sama-sama belajar, berbagi ilmu tentang media yang digunakan ketika pembelajaran, bertambah relasi, jadi program sertifikasi itu bagus. Kedua, memberikan perhatian kepada guru. Ketiga, dengan adanya program itu guru-guru akan menjadi berkompetensi sehingga mendapatkan sertifikat pendidik.103

Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui program sertifikasi. Penyelenggaraan program sertifikasi telah memberikan dampak terhadap peningkatan kompetensi guru sehingga peserta didik juga dapat lebih memahami materi yang disampaikan ketika pembelajaran. Selaras dengan itu peserta didik dan

101Wawancara dengan Guru Bersertifikasi, di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, Selasa 27 Oktober 2015, pukul 08.00 WIB.

102Wawancara dengan Guru Bersertifikasi, di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, Selasa 27 Oktober 2015, pukul 08.00 WIB.

Gambar

Tabel 1 Jumlah Indikator Kompetensi yang Dimiliki Guru Bersertifikasi
Grafik 1 Jumlah Indikator Kompetensi yang Dimiliki Guru Bersertifikasi
Tabel 2 Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Tabel 4 Kategorisasi Peningkatan Kompetensi Kepribadian
+4

Referensi

Dokumen terkait