• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pendidikan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pendidikan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Kemiskinan

Berdasarkan Undang-Undang No.24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi

sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya

hah-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermatabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompokorang

meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air

bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari

perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam

penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan

Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra)

Tahun 2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga

berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan pokok/ dasar.

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan

memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan

maupun non makan. Membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis

kemiskinan atau jumlah rupiah untuk konsumsi orang perbulan. Sedangkan bagi

dinas sosial mendefinisikan orang miskin adalah mereka yang sama sekali tidak

mempunyai sumber mata pencaharian dan tiak mampu memenuhi kebutuhan

dasar mereka yang layak bagi kemanusiaan dan mereka yang sudah mempunyai

mata pencaharian tetapi tidak dapat memnuhi kebutuhan dasar yang layak bagi

kemanusiaan.

2.1.1.1 Jenis Kemiskinan

Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk yaitu:

1. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan

(2)

papan, sandang, pangan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang

dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga

menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

3. Kemiskinan kultural, mengacu pada sikap seseorang tau masyarakat yang

disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki

kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari

pihak luar.

4. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oeh rendahnya

akses terhadapa sumber daya yang terjadi dalam suatu system sosial

budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan,

tapi sering kali menyebabkan suburnya kemiskinan. (Suryawati; 2005).

Kemiskinan juga dapat dibedakan jadi dua jenis: kemisikinan alamiah,

berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum serta

keadaan tanah yang tandus. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh

system modernisasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat

mnguasai sumber day, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.

(Suryawati; 2005).

2.1.1.2 Penyebab kemiskinan

(Sharp; 1996) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari

sisi ekonomi, yaitu: pertama, Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya

ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi

pendapatan yang timpang. Kedua, Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam

kualitas sumberdaya manusia. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses

dalam modal. (Kuncoro,2003)

2.1.2 Luas Wilayah

Wilayah dapat diartikan sebagai suatu ruang pada permukaan bumi. Pengertian

permukaan bumi dapat menunjuk pada tempat atau lokasi yang dilihat secara

(3)

sering dibedakan artinya dengan kata daerah atau kawasan. Wilayah diartikan

sebagai satu kesatuan ruang yang mempunyai tempat tertentu tanpa terlalu

memerhatikan soal batas dan kondisinya. Daerah dapat didefinisikan sebagai

bagian ruang di permukaan bumi dengan batas secara jelas berdasarkan jurisdiksi

administrasi. Pengertian kawasan dapat disamakan dengan istilah area yang

mempunyai batas-batas yang jelas berdasarkan unsur-unsur yang sama.

2.1.2.1 Pengaruh Luas Wilayah terhadap Tingkat Kemiskinan

Berbagai kritik terhadap program penanggulangan kemiskinan menunjukkan bahwa beberapa aspek perlu diperhatikan dalam menanggulangi kemiskinan di setiap kawasan. Faktor-faktor penyebab kemiskinan perlu terlebih dahulu diperhatikan agar kebijakan penanggulangan kemiskinan sesuai dengan kondisi wilayah dan masyarakat di setiap wilayah. Karena luasnya wilayah di Indonesia mungkin saja menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat pendidikan. Hal ini saling berhubungan, dimana semakin luas suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat kemiskinannya ataupun sebaliknya.

2.1.3 Jumlah Penduduk

Sumatera utara merupakan Provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di

Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil

pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26

juta jiwa, kemudian dari hasil SP2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar

11,51 juta jiwa. Selanjutnya dari hasil Sensus Penduduk pada tahun 2013,

penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.326.307 jiwa yang terdiri dari 6.648.190

jiwa penduduk laki-laki dan 6.678.117 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis

kelamin/sex ratio sebesar 99,55.

2.1.3.1 Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap kemiskinan

Menurut Maier (di kutip dari Mudrajad Kuncoro, 1997), jumlah penduduk dalam

pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan permasalahan mendasar. Karena

pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak

tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu keejahteraan rakyat serta

(4)

Menurut Todaro (2000) bahwa besarnya jumlah penduduk berbengaruh positif

terhadap kemiskinan. Hal itu dibuktikan dalam perhitungan indek Foster Greer

Thorbecke (FGT), yang mana apabila jumlah penduduk bertambah maka

kemiskinan juga akan semakin meningkat.

2.1.4 Pengangguran

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama

sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau

seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para

pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang

mampu menyerapnya (Wikipedia;2014).

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan

kerja,yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat uoah tertentu,

tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sadono

Sukirmo;2014).

2.1.4.1 Jenis Pengangguran

Berdasarkan jam kerja: Pengangguran Terselubung adalah golongan angkatan

kerja yang melakukan pekerjaan tetapi hasilnya tidak mencukupi kebutuhan;

Pengangguran Setengah Menganggur adalah golongan angkatan kerja yang

betul-betul tidak mendapatkan pekerjaan karena pendidikan an keterampilan yang tidak

memadai; Pengangguran Terbuka adalah golongan angkatan kerja yang

betul-betul tidak mendapatkan kesempatan bekerja sehingga tidak mendapatkan

penghasilan (Wikipedia;2014).

Berdasarkan Penyebab: Pengangguran friksional, pengangguran yang

terjadi karena atas perubahan dan dinamika ekonomi; Pengangguran musiman

adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian musim sehingga

mempengaruhi jumlah pekerjaan yang tersedia di beberapa industry seperti sector

pertanian; Pengangguran konjungtural adalah pengangguran yang terjadi karena

berkurangnya permintaan barang dan jasa; Pengangguran structural adalah

(5)

sukarela adalah pengangguran yang terjadi karena adanya orang yang

sesungguhnya masih dapat bekerja tetapi dengan sukarela dia tidak mau bekerja

karena sudah cukup puas dengan kekayaan yang dia miliki; Pengangguran

deflasioner adalah pengangguran yang disebabkan karena lowongan pekerjaan

yang tidak cukup untuk menampung pelamar kerja; Pengangguran teknologi

adalah pengangguran yang disebabkan karena kemajuan teknologi yakni karena

pergantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin.

2.1.4.2 Penyebab Pengangguran

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut:

• Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan Kesempatan kerja

• Struktur lapangan kerja tidak seimbang

• Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang

• Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh

struktur angkatan kerja Indonesia

• Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga kerja antar daerah tidak seimbang

(Sadono,Sukirno;2004)

2.1.4.3 Pengaruh Pengangguran terhadap Kemiskinan

Menurut (Sadono Sukirno, 2004), efek buruk dari pengangguran adalah

mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat

kemakmuran yang telah dapat dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan

masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka

terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

Menurut (Dian Octaviani,2001), jumlah pengangguran erat kaitannya

dengan kemiskinan di Indonesia yang penduduknya memiliki ketergantungan

yang sangat besar atas pendapaan gaji atau upah yang diperoleh saat ini.

Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar

penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Yang artinya

(6)

2.1.5 Pendidikan

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi suatu bangsa. Dengan

bekal pendidikan, suatu bangsa dapat bangkit dari keterpurukannya dan mencapai

kejayannya. Namun, tidak semua orang Indonesia mau dan mampu mengeyam

bangku sekolah.

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai upaya menuntun anak

sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam

dan lingkungannya. Pendidikan sangat penting bagi setiap anak bangsa, karena

dengan ilmu yang didapatnya, seorang anak mampu mempertahankan hidupnya.

2.1.5.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Kemiskinan

Kemiskinan menjadi fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah

kemiskinan di Negara ini selalu bersamaan dengan masalah laju pertumbuhan

penduduk yang kemudia menghasilkan pengangguran, ketimpangan sosial dalam

distribusi pendapatan nasional maupun pembangunan, pendidikan yang menjadi

modal utama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas maka perlu

diimbangi dengan biaya. Sehingga masyarakat yang berekonomi lemah tidak

mampu untuk membayarnya. Akibatnya, pendidikan dan pengetahuan yang

mereka miliki dibawah standar. Bahkan banyak anak-anak yang tidak sekolah dan

putus sekolah karena kemiskinan.

Tidak meratanya pendidikan terutama di daerah terpencil memberikan

peran cukup besar dalam menambah angka kemiskinan, pendidikan selama ini

lebih mengutamakan di kota-kota besar, sehingga hanya masyarakat kota saja

yang memliki pendidikan yang cukup. Sedangkan masyarakat dipelosok tetap

dibayang-banyangi oleh kemiskinan.

2.2 Badan Pusat Statistik (BPS)

Seiring dengan adanya perkembangan jaman, khususnya pada pemerintahan Orde

Baru, untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan,

mutlak dibutuhkan data statistik. Untuk mendapatkan data secara tepat dan akurat,

(7)

Dalam masa Orde Baru ini, BPS telah mangalami empat kali perubahan struktur

organisasi :

1. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1980 tentang organisasi BPS

2. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1980 tentang organisasi BPS

3. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi,

susunan dan tata kerja BPS

4. Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang statistik

5. Keputusan Presiden RI No. 86 Tahun 1998 tentang BPS

6. Keputusan Kepala BPS N0. 100 Tahun 1998 tentang organisasi dan data kerja

BPS

7. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan statistik

Tahun 1968, ditetapkan peraturan pemerintah No. 16 tahun 1968 yaitu yang

mengatur organisasi dan data kerja di pusat dan daerah. Tahun 1980,

peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti

peraturan pemerintah No. 16 tahun 1968. Berdasarkan peraturan pemerintah

No. 6 tahun 1980 di tiap propinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama

kantor statistik propinsi dan di Kabupaten atau Kotamadya terdapat cabang

perwakilan BPS dengan nama kantor statistik Kabupaten atau Kotamadya.

Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti UU

No. 6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juli 1998 dengan

keputusan Presiden RI No. 89 tahun 1998, ditetapkan BPS sekaligus

mengatur tata kerja dan struktur organisasi BPS yang baru.

2.2.1 Tugas Badan Pusat Statistik

Menurut keputusan Presiden RI No. 6 tahun 1992 tugas BPS adalah :

1. Melakukan kegiatan statistik yang ditugaskan kepadanya oleh pemerintah,

antara lain di bidang pertanian, agraria, pertambangan, perindustrian,

perhubungan, perdagangan, kependudukan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan,

pendapatan nasional, pendidikan dan keagamaan.

2. Atas nama pemerintah melaksanakan koordinasi di lapangan kegiatan statistik

dari segenap instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah dengan

(8)

instansi, memajukan keseragaman dalam panggunaan definisi, klasifikasi dan

lain-lain.

3. Mengadakan segala daya agar masyarakat menyadari akan tujuan dan

kegunaan statistik.

Berdasarkan Keppres ini Kepala berada di bawah dan bertanggungjawab

langsung kepada Presiden serta mempunyai tugas :

1. Memimpin BPS sesuai dengan tugas dan fungsi BPS serta membina aparatur

BPS agar berdaya guna dan berhasilguna.

2. Menentukan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang statistik yang secara

fungsional menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

3. Membina dan melaksanakan koordinasi dengan departemen dan instansi

lainnya dalam mengembangkan berbagai jenis ststistik yang diperlukan, serta

malaksanakan kerjasama di bidang ststistik dengan lembaga/organisasi lain

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi menunjukkan bahwa distribusi temperatur dan kelembaban relatif di dalam ruangan dengan konsentrasi liquid desiccant 30% mengalami penurunan

Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Program Makan Bersama di TK Negeri Pembina Centeh.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketika keadaan keluarga masih seimbang dan utuh, maka orangtua secara khusus akan lebih dapat mengarahkan anak remajanya, sehingga remaja memiliki perilaku yang lebih

Menimbang, bahwa dalam gugatan balik (Rekonvensi) Penggugat/ Pembanding menuntut 3 (tiga) hal, pertama Pengembalian hutang Tergugat/ Terbanding kepada Penggugat/Pembanding

This paper, in the form of case study of Ancestral Temple in Mukden Palace, aims to introduce non-destructive testing technology (ground penetrating radar,

PENGARUH REGULASI DIRI TERHADAP PERILAKU CYBERLOAFING PADA KARYAWAN DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Respons siswa (Tabel 4.) setelah menggunakan buku pengayaan Echinodermata berstrategi PQ4R menunjukkan bahwa pada aspek penyajian kebahasaan mendapat respons positif

Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O7O Nomor 119, Tambahan Lembaran