BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti sengaja mengambil tempat penelitian di Kota
Medan yang secara spesifik dijelaskan terdiri dari beberapa titik yaitu rumah
pengendara sebagai titik awal keberangkatan (bangkitan) dan kantor Dinas Bina Marga
Kota Medan sebagai titik tujuan perjalanan. Penelitian dan survei lapangan dilakukan
pada hari kerja dan jam keberangkatan kerja pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan.
Lokasi ini dipilih berdasarkan survei awal yang menunjukkan bahwa terdapat
permasalahan keterlambatan pegawai sampai di lokasi kerja akibat tidak pastinya waktu
diperjalanan yang diakibatkan oleh kemacetan, waktu tunda dan lainnya.
Akibat dari keterlambatan ini juga bisa berdampak pada pemberian sanksi
kepada pegawai yang bersangkutan. Kondisi demikian dikhawatirkan memberi dampak
yang merugikan bagi peningkatan produktivitas kerja para pegawai dalam mendukung
pencapaian visi, misi dan tujuan Dinas Bina Marga Kota Medan. Bermula dari
permasalahan tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk bisa
mendapatkan waktu perjalanan untuk menghindari jam sibuk bagi pegawai, sebagai
pedoman waktu berangkat kerja dari rumah menuju kantor Dinas Bina Marga agar tepat
Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan berlangsung selama lima bulan
yakni dimulai sejak bulan Januari sampai Juli 2014. Adapun kegiatan pengumpulan
data sekaligus pengolahan dan analisis data dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 sampai
Maret 2015.
3.2 Desain Penelitian
Berdasarkan hasil observasi awal dengan melakukan beberapa pengamatan
didapatkan beberapa masalah yang dirumuskan menjadi dasar penelitian. Didasari
rumusan masalah penelitian yang telah didapatkan selanjutnya dilakukan analisa dengan
pendekatan metode secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui penyebab
permasalahan hingga menarik kesimpulan yang merupakan hasil penelitian. Dengan
demikian, metode penelitian yang digunakan ialah studi kasus dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian disusun secara sistematis dalam beberapa
tahap berikut:
I. Tahap Pra Penelitian
1. Observasi dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang terjadi
di lokasi penelitian.
2. Merencanakan topik penelitian sebagai pedoman riset.
3. Studi pustaka terdahulu dan literatur terkait dengan tema riset.
4. Penyusunan proposal penelitian sesuai aturan format yang berlaku.
5. Penyajian proposal dalam kegiatan seminar.
II. Pelaksanaan Penelitian di Lapangan
1. Pengurusan izin penelitian.
2. Penetapan sampel penelitian.
3. Pengumpulan data primer dan sekunder.
4. Pengolahan dan analisis data primer sekaligus data sekunder.
5. Penyusunan laporan hasil penelitian.
6. Penyajian laporan hasil penelitian dalam kegiatan seminar.
7. Revisi laporan penelitian.
III. Rencana Kerja
1. Studi Pendahuluan dan Kajian Pustaka
Sebelum mulai melakukan suatu kegiatan diperlukan suatu penelitian berupa
studi pendahuluan untuk mendapatkan data yang ada pada saat ini (data
eksisting). Kemudian dicari maksud dari penelitian serta tujuan akhir yang akan
dicapai dari penelitian ini. Setelah itu dilakukan studi pustaka untuk mencari dan
mengumpulkan bahan-bahan literatur berupa landasan teori, metode-metode
yang akan digunakan dalam pengolahan data maupun dalam melakukan analisa,
serta hasil-hasil penelitian yang akan dilakukan sebelumnya dimana memiliki
kaitan dan mendukung penelitian itu sendiri.
2. Perancangan dan Pelaksanaan Survei Pendahuluan
Untuk memperkuat hasil penelitian maka dilakukan pengaplikasian di lapangan
yaitu dengan pelaksanaan survei jaringan jalan tersebut, antara lain waktu
mengetahui banyaknya sampel penelitian yang dibutuhkan untuk survei
penelitian yang sebenarnya serta mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang nantinya
akan dihadapi dalam proses pengumpulan data dan untuk mengetahui apakah
dari sampel yang telah dibuat dapat diperoleh keseluruhan data yang dibutuhkan.
3. Perancangan dan Pelaksanaan Survei Penelitian
Dalam memperoleh data primer untuk penelitian, data dari hasil survei
pendahuluan dikembangkan untuk mengetahui apakah rencana pengambilan
data sampel yang diberikan pada survei pendahuluan memiliki
kekurangan-kekurangan untuk dapat diperbaiki (misalnya data yang dihasilkan kurang
lengkap). Selain itu, juga dipersiapkan upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan
yang dialami selama proses pengumpulan data yang dibutuhkan. Pelaksanaan
survei dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder yang
dibutuhkan dalam penelitian. Data primer diperoleh dengan mengadakan survei
langsung kepada para responden yang bertempat tinggal di suatu zona
pemukiman, dan memilih zona tujuan yang biasa dipakai oleh koresponden
dalam melakukan suatu perjalanan.
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data peta
jaringan jalan (lintas). Secara umum lalulintas yang digunakan untuk rute yang
digunakan oleh koresponden dalam melakukan perjalanan. Data ini diperlukan untuk
mengetahui kondisi masing-masing ruas jalan serta fungsi dari jalan zona asal-tujuan.
1. Pengambilan data rekam perjalanan melalui pesawat GPS yang dipasangkan
langsung pada kenderaan pegawai Dinas Bina Marga dengan rute dan
waktu pergerakan yang biasa dilewati dari tempat asal ke tempat
tujuan.
2. Mendapatkan waktu pergerakan dengan frekwensi paling sering dilewati di
survei keandalan waktu perjalanannya.
3. Mengetahui alasan pemilihan waktu dan rute pergerakan tersebut dari
aktifitas harian pegawai pada saat melakukan perjalanan menuju kantor.
Data waktu rata-rata yang diperlukan untuk melewati satu jaringan jalan
tersebut.
4. Pengambilan data survei dilakukan setiap hari kerja pada hari Senin-Jum’at
pada pukul 06.00-09.00 Wib selama 20 (dua puluh) hari kerja secara
berturut-turut.
Maka untuk mendapatkan arah yang jelas dalam melaksanakan penelitian ini
dibutuhkan rancangan dengan membuat skema penelitian sebagaimana yang terlihat
pada Gambar 3.1. Penelitian dimulai dari observasi lapangan yang bertujuan untuk
mengetahui rencana objek penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian
dicantumkan dalam daftar pustaka. Kemudian sebelum melakukan analisa untuk
mendapatkan kesimpulan dan saran maka penting untuk membuat metodologi penelitian
untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian serta menghindari kesalahan
Mulai
Observasi/Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Bahan Studi dan Literatur
Data Sekunder :
1. Peta Kota Medan 2. Jumlah pegawai
pengguna rute 3. Peta Jaringan Jalan 4. Titik persimpangan
berpotensi traffic light Data Primer :
Perilaku Pegawai :
- Jam tiba pegawai di kantor - Jam keberangkatan - Persentase Keterlambatan - Durasi Keterlambatan Karakteristik Perjalanan: - Jarak Tempuh
- Kecepatan Rata-rata berkendara - Lama Perjalanan
- Rata-rata waktu tunda perjalanan - Waktu dan Biaya Kemacetan - Waktu tempuh (GPS Tracker) - Panjang dan Rute perjalanan - Jenis kendaraan
Rekapitulasi Data
Diperoleh persentase keterlambatan, perilaku pegawai, karakteristik perjalanan, kondisi rute
Analisis Dan Pembahasan
Analisa waktu tempuh keandalan dengan menggunakan data GPS tracker dan penjumlahan average travel time dengan buffer time.
Kesimpulan dan Saran
Diperoleh waktu bangkitan dan waktu tempuh perjalanan yang handal
Selesai
3.3 Jenis Data Penelitian
Jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari data rekam pesawat Gps yang dipasang dengan
izin pemilik kenderaan yang merupakan pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan.
Di samping itu, data primer juga dikumpulkan dari penjelasan para informan kunci.
Data sekunder didapatkan dari hasil penelusuran, telaah dan kajian pada berbagai
dokumentasi, catatan, arsip, laporan, teori terdahulu dan hasil penelitian para ahli
sebelumnya yang bertema sesuai rumusan masalah penelitian.
3.4 Teknik Penetapan Sumber Data
Populasi penelitian ialah semua Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Dinas Bina
Marga Kota Medan. Dari populasi penelitian ditetapkan sampel penelitian sebagai
sumber data primer dengan menggunakan teknik purposive sampling. Beberapa kriteria
penetapan sampel penelitian didasarkan pertimbangan berikut:
(1) Tercatat dan terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil aktif pada Kantor Dinas
Bina Marga Kota Medan.
(2) Pernah minimal tiga kali mengalami ketertundaan atau keterlambatan masuk
jam kerja setiap bulan (berdasarkan daftar absensi yang terdokumentasi).
(3) Jarak tempat tinggal (lokasi asal) dengan kantor (lokasi tujuan) lebih dari 5
(4) Untuk mendapatkan jarak yang diharapkan maka ditetapkan rute perjalanan
dari 3 (tiga) kecamatan yang berbeda yaitu Kecamatan Medan Amplas,
Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Labuhan. Rute yang
diambil mewakili sebaran seluruh kecamatan yang berada di Kota Medan
dengan frekwensi keterlambatan pegawai yang lebih sering.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data perjalanan yang dibutuhkan dilakukan survei dengan
menggunakan perangkat Global Positioning System (GPS) Tracker yang telah disetujui
untuk dipasang pada kenderaan pegawai jenis mobil. Waktu pencatatan yang dipakai
adalah waktu perjalanan pegawai dari rumah menuju kantor setiap hari kerja selama 20
hari berturut-turut pada pagi hari disaat GPS mulai menunjukkan aktivitasnya berupa
perubahan kecepatan dari posisi 0 km/jam bergerak ke posisi angka berjalan dan
dinyatakan sebagai jam keberangkatan. Kemudian pergerakan kenderaan diawasi
melalui halaman aplikasi Quantum Track yang terintegrasi dengan satelit. Jam tiba
dinyatakan pada saat posisi kenderaan berada di titik koordinat kantor yang terlihat pada
peta. Kemudian data pergerakan kenderaan pegawai tersebut di ekstraksi dengan cara di
download yang secara otomatis akan terkonversi ke dalam format Microsoft Excel. Data
hasil konversi tersebut akan memperlihatkan jam keberangkatan, kecepatan kenderaan,
3.5.1 Survei Waktu Tempuh Kenderaan (Travel Time)
Yang dimaksud dengan waktu tempuh kenderaan disini adalah lamanya total
waktu perjalanan dengan memperhatikan hambatan-hambatan yang dilalui pada rute
perjalanan. Pencatatn waktu perjalanan dilakukan dengan menggunkan jam atau stop
watch dan dibandingkan dengan data GPS yang ditempatkan pada kenderaan pegawai
dengan izin yang bersangkutan. Survei ini dilakukan untuk memperoleh salah satu data
primer penelitian.
3.5.2 Pengambilan Data Sekunder dari Kantor Dinas Bina Marga
Data-data harian seperti absen pegawai dan persentase kehadiran dan
keterlambatan pegawai digunakan sebagai data sekunder yang merupakan acuan
melakukan survei.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis yang dilakukan terhadap kesemua jenis data yang
terkumpul dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif yang disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik dengan sumber data yang diperoleh dari rekaman data GPS
dengan memberikan perhatian pada:
a. Waktu Tambahan Perjalanan (Buffer Time)
Waktu tambahan yang dimaksud adalah waktu perjalanan yang harus
ditambahkan terhadap waktu rata-rata perjalanan untuk memastikan
Misalkan:
Average travel time = 20 menit
Buffer indeks = 40 %
Buffer time = 20 menit x 0,40 = 8 menit
Berarti 8 menit tersebut adalah waktu tambahan (buffer time) sehingga
waktu yang dibutuhkan agar sipengendara dalam melakukan perjalanan agar
tepat waktu adalah 28 menit, setelah ditambahkan terhadap waktu rata-rata.
b. Waktu Perjalanan Rencana (Planning Time)
Kesemua data yang telah diolah dan dianalisis disajikan dalam uraian
deskriptif. Penjelasan pembahasan hasil penelitian disusun dalam alur yang
tertata secara sistematis, logis hingga pada akhirnya memberi simpulan dan
saran yang sesuai rumusan masalah beserta tujuan penelitian.
c. Biaya Kemacetan
Analisis biaya kemacetan menggunakan pendekatan dengan permodelan
penelitian yang dilaksanakan oleh Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri
(LAPI) Institut Teknologi Bandung (ITB) di Kota Yogyakarta sesuai dengan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Medan dengan objek penelitian pegawai kantor
Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan yang beralamat di Jalan Pinang Baris
Nomor 114-C Kecamatan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Dinas Bina
Marga adalah dinas yang mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan sebagian urusan rumah tangga Pemerintah Kota Medan di bidang
pekerjaan umum yang meliputi jalan, jembatan, drainase termasuk perawatan,
pengawasan dan pengamanan bangunan fisik untuk menunjang tercapainya usaha
kesejahteraan masyarakat dan melaksanakan tugas pembangunan sesuai dengan
tugasnya di bidang Bina Marga.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Dinas Bina Marga Kota Medan
memiliki banyak pegawai yang berasal dari berbagai kecamatan yang ada di
Kota Medan dan selalu melakukan perjalanan setiap hari terutama pada saat hari dan
jam kerja dengan waktu tiba yang bervariasi. Keterlambatan tiba di kantor menjadi
kendala dalam melaksanakan tugas rutin yang berdampak pada kinerja pegawai.
Keterlambatan ini diteliti dengan mempelajari waktu, rute, kecepatan dan tundaan yang
mungkin berdampak pada keterlambatan. Sehingga nantinya akan diperoleh kehandalan
waktu yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pegawai Dinas Bina Marga Kota
4.2 Karakteristik Rute Perjalanan Sampel
Sampel data penelitian diambil dengan cara menentukan 3 (tiga) rute perjalanan
pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan yang masing-masing terletak di kecamatan
yang berbeda. Dari data rekam masing-masing rute akan diperoleh karakteristik rute
perjalanan berdasarkan waktu berangkat, jarak tempuh, waktu tempuh dan lainnya
sebagaimana akan dijelaskan. Untuk rute perjalanan yang diteliti diambil 3 (tiga)
sampel seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Identitas Sampel Rute Perjalanan
No. Indeks Lokasi Asal
1. Rute – 1 Jalan Sisingamangaraja Kecamatan Medan Amplas
2. Rute – 2 Jalan Letda Sudjono Kecamatan Medan Tembung
3. Rute – 3 Jalan Rawe I Kecamatan Medan Labuhan
Untuk mendapatkan gambaran awal rute perjalanan dilakukan pelacakan
dengan memanfaatkan aplikasi Google Maps dengan memanfaatkan jaringan
internet sehingga dapat dilihat rute jaringan jalan yang dilewati kenderaan pegawai.
Gambaran awal ini penulis sebut dengan peta ilustrasi perjalanan rute 1 pada
Gambar 4.1, peta ilustrasi perjalanan rute 2 pada Gambar 4.2 dan peta ilustrasi
perjalanan rute 3 pada Gambar 4.3. Peta ilustrasi hanya memperlihatkan sampel rute
dimana arah perjalan ditandai dengan garis tebal berwarna yang menunjukkan arah
Gambar 4.1. Peta Ilustrasi Perjalanan Rute-1
Gambar 4.2. Peta Ilustrasi Perjalanan Rute-2
U
SKALA 1 : 20.000
U
Gambar 4.3. Peta Ilustrasi Perjalanan Rute-3
4.3 Data Pergerakan dengan Menggunakan GPS
Pengambilan data pergerakan dilakukan dengan menggunakan alat GPS tracker
yang dipasang pada kenderaan bermotor roda empat. Pencatatan waktu pergerakan
dimulai pada saat pegawai berangkat dari rumah hingga tiba di Kantor Dinas Bina
Marga Kota Medan. Hasil rekaman data GPS Tracker kemudian dibaca dengan
menggunakan perangkat pengolahan data komputer yang terkoneksi dengan jaringan
internet.
4.3.1 Waktu Keberangkatan Pegawai
Setiap pegawai berangkat menuju kantor Dinas Bina Marga pada pagi hari
dengan variasi waktu yang berbeda setiap harinya dari masing-masing rute pergerakan.
U
Data waktu keberangkatan pegawai setiap hari selama 20 (dua puluh) hari kerja
diuraikan pada Tabel 4.2.
Tabel. 4.2. Waktu Keberangkatan Pegawai
Untuk rute-1 diperoleh waktu tercepat keberangkatan pegawai dari rumah
menuju kantor pada pukul 07:00 wib sedangkan waktu paling lama keberangkatan
pegawai dari rumah ke kantor pada pukul 07:53 wib. Sedangkan untuk rute-2 diperoleh
waktu tercepat keberangkatan pegawai dari rumah ke kantor pada pukul 07:07 wib
dengan waktu terlama pukul 09:15 wib. Pada rute-3 didapatkan waktu tercepat
keberangkatan pegawai dari rumah menuju kantor pada pukul 06:58 wib dengan waktu
keberangkatan paling lama pukul 08:13 wib. Sehingga dari seluruh rute yang diteliti
didapatkan waktu tercepat pegawai dalam keberangkatan dari rumah menuju kantor
adalah pukul 06:58 wib dengan waktu paling lambat pukul 09:15 wib sebagaimana yang
diperlihatkan pada Gambar 4.4.
4.3.2 Jarak Tempuh Berkendara
Jarak tempuh ditentukan oleh lintasan atau rute yang dilalui dalam
berkendaraan. Data yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan variasi jarak
tempuh terjadi akibat adanya aktivitas lain pegawai pada saat melakukan perjalanan
menuju kantor yang tidak sama setiap harinya. Waktu tempuh pegawai dapat dilihat
pada Tabel 4.3.
Tabel. 4.3. Jarak Tempuh Berkendara
Pada perjalanan dengan menggunakan rute-1 jarak terpendek adalah 17,190 Km
dan dijadikan sebagai acuan melakukan perjalanan. Sementara jarak terpanjang yang
dilintasi pegawai pada rute-1 adalah 23,070 km. Untuk lintasan atau rute-2 didapatkan
jarak terpendek 12,700 km sedangkan jarak terpanjang 22,340 km. Untuk rute-3
diperoleh jarak terpendek 8,710 km dengan jarak lintasan terpanjang 24,940 Km.
Sehingga untuk jarak tempuh berkenderaan secara keseluruhan diperoleh jarak
terpendek 8,710 Km dengan jarak terpanjang 24,940 Km sebagaimana terlihat pada
Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Jarak Tempuh Harian Berkendara Pegawai
4.3.3 Kecepatan Rata-rata Berkendara
Kecepatan kenderaan bersifat tidak tetap selama perjalanan. Di awal
keberangkatan kecepatan akan bertambah sehingga semakin lama akan semakin besar
kecepatannya. Kecepatan rata-rata didefenisikan sebagai perbandingan antara perpindahan
dengan selang waktu yang di akumulasi dari seluruh kecepatan yang tercatat dibagi
dengan segmen perhitungan setiap hari seperti tercatat pada Tabel 4.4.
Tabel. 4.4. Kecepatan Rata-rata Berkendara
NO. HARI/TANGGAL RUTE-1
Kecepatan rata-rata berkendaraan harian yang tercatat dari seluruh segmen
pada rute-1 antara 18 Km/Jam sampai dengan 24 Km/Jam sedangkan pada rute-2 antara
16 km/jam sampai dengan 28 km/jam kemudian pada rute-3 19 km/jam sampai dengan
36 km/jam yang dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Kecepatan Harian Rata-rata
4.3.4 Waktu Tempuh Perjalanan
Jarak tempuh dengan kecepatan rata-rata yang bervariasi tentu akan menghasilkan
waktu tempuh yang berbeda dalam melakukan perjalanan. Waktu tempuh juga dipengaruhi
oleh waktu tundaan akibat kemacetan dan perhentian yang dilakukan akibat adanya
aktivitas lain oleh pegawai dalam lintasan atau rute perjalanannya. Data tersebut
dituangkan dalam bentuk pencatatan jam dan menit sebagaimana yang tertera pada
Tabel. 4.5. Waktu Tempuh Perjalanan Pegawai
Dapat dilihat pada Tabel 4.5 bahwa untuk rute-1 waktu tempuh paling lama
adalah 1 jam 41 menit dan waktu tempuh paling cepat 42 menit. Sedangkan pada rute-2
didapatkan waktu paling lama 1 jam 25 menit dengan waktu paling cepat 39 menit.
Sementara pada rute-3 diperoleh waktu paling lama 1 jam 41 menit dengan waktu
paling cepat 43 menit. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Waktu Tempuh Perjalanan Pegawai
4.3.5 Jam Tiba di Kantor Bina Marga
Perjalanan keberangkatan pegawai dari rumah menuju Kantor Dinas Bina
Marga Kota Medan yang tercatat pada history GPS kemudian dikonversi ke dalam
Tabel. 4.6. Jam Tiba Pegawai di Kantor Bina Marga
Maka didapatkan jam tiba pegawai pada rute-1 paling cepat pukul 08:04 wib
dengan waktu terlama 08:53 wib. Pada rute-2 waktu tercepat 07:56 wib dengan waktu
terlama 10:25 wib, sementara pada rute-3 waktu tercepat tiba pukul 07:51 wib dengan
waktu terlama pukul 09:06 wib. Sebagaimana data yang diperoleh dari pencatatan
waktu terlama pukul 09.00 wib. Sebagaimana data yang diperoleh dari pencatatan
menggunakan pesawat GPS Tracker maka didapatkan bahwa hampir setiap hari
pegawai yang melakukan perjalanan dari sampel pada ketiga rute mengalami
keterlambatan tiba di kantor yang terlihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Jam Tiba Pegawai di Kantor
4.3.6 Rata-rata Durasi Waktu Keterlambatan
Jam tiba pegawai yang sering mengalami keterlambatan pada Kantor Dinas
Bina Marga Kota Medan setiap harinya berdampak pada waktu kerja efektif yang
berkurang. Besarnya pengurangan waktu bekerja ini dapat dilihat dari berapa besar
waktu keterlambatan pegawai yang dicatat dalam bentuk durasi waktu keterlambatan
Tabel. 4.7. Rata-rata Durasi Waktu Keterlambatan Pegawai
NO. HARI/TANGGAL RUTE-1
Data durasi waktu keterlambatan pegawai pada kantor Dinas Bina Marga
Kota Medan dapat dibaca melalui Gambar 4.9. dimana pada rute-1 didapatkan durasi
keterlambatan paling kecil adalah 4 menit dan paling besar 53 menit. Pada rute-2
didapatkan durasi waktu terkecil adalah 3 menit dan durasi waktu paling besar sampai
dengan 2 jam 25 menit. Sedangkan pada rute-3 diperoleh durasi terkecil adalah 8 menit
dan terbesar 1 jam 6 menit.
Gambar 4.9. Durasi Keterlambatan Harian Pegawai di Kantor
4.4 Diagram Karakteristik Rute
Dari data yang telah disajikan diatas, dapat diketahui karakteristik rute yang
dipakai sebagai objek penelitian untuk mengetahui kehandalan waktu yang dipakai
4.4.1 Jarak Tempuh Rute
Apabila diambil nilai rata-rata jarak tempuh yang dilalui pegawai setiap hari
maka didapatkan bahwa untuk rute-1 memiliki jarak tempuh rata-rata sepanjang
19,987 Km, rute-2 sepanjang 15,964 Km sedangkan untuk rute-3 dengan panjang
18,231 Km. Dalam hal ini maka rata-rata rute yang memiliki lintasan paling panjang
diantara rute lainnya adalah rute-1 dari Medan Amplas menuju Kantor Bina Marga
Kota Medan yang dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Jarak Tempuh Rute Perjalanan
Hari ke-
Y
4.4.2 Kecepatan Rata-Rata Perjalanan
Untuk mendapatkan rencana perjalanan dengan mempertimbangkan waktu
maka diperlukan adanya perhitungan rata-rata kecepatan setiap rute. Maka diperoleh
rata-rata kecepatan untuk rute-1 adalah 20,5 Km/Jam, sedangkan untuk rute-2
berada pada posisi 21,5 Km/Jam dan seterusnya untuk rute-3 adalah 29,3 Km/Jam.
Data tersebut diperoleh dengan menggunakan formula average pada tabel yang tersedia
dan kemudian ditunjukkan pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11. Kecepatan Rata-rata Perjalanan
Hari Ke -
Y
4.4.3 Waktu Tempuh Rata-Rata Perjalanan
Apabila jarak tempuh dibagi dengan kecepatan maka akan didapatkan waktu
tempuh perjalanan. Waktu tempuh yang dimaksud dalam data ini adalah rata-rata waktu
perjalanan pegawai dari rumah menuju kantor Dinas Bina Marga Kota Medan yang
diakumulasi bagikan dari catatan waktu tempuh harian pada setiap rute perjalanan.
Maka diperoleh waktu tempuh rata-rata untuk rute-1 adalah selama 53 menit,
sedangkan untuk rute-2 dan rute-3 memiliki catatan rata-rata waktu yang sama yaitu
57 menit sebagaimana terlihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Waktu Tempuh Rata-rata Perjalanan Y
4.4.4 Hubungan Waktu Tempuh dan Waktu Tundaan
Untuk mendapatkan waktu handal sangat penting mengetahui waktu tundaan dalam
perjalanan. Sehingga apabila jam masuk kantor dikurangkan dengan hasil penjumlahan
waktu tempuh dengan waktu tundaan akan didapatkan waktu yang handal untuk
memulai perjalanan dari rumah menuju kantor bagi pegawai Kantor Dinas Bina Marga
Kota Medan. Waktu tunda yang diperoleh dari data GPS dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Waktu Tunda Harian Rata-Rata Setiap Rute Perjalanan
Dari Tabel 4.8 di atas kemudian dapat diperhatikan grafik tundaan yang terjadi
setiap harinya sebagaimana yang terlihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13. Waktu Tunda Perjalanan Pegawai
Waktu tunda pada setiap perjalanan di Kota Medan sangat dipengaruhi oleh
perhentian pada setiap persimpangan persimpangan jalan yang juga berpotensi menjadi
kemacetan. Pola pergerakan pada persimpangan dapat melalui diagram trayektori
sederhana pada lampiran. Sehingga secara sederhana dapat diperoleh waktu tunda
rata-rata pada rute-1 adalah sebesar 10 menit, waktu tunda untuk rute-2 sebesar 19 menit
dan untuk rute-3 sebesar 13 menit. Maka untuk waktu handal yang akan digunakan
pegawai dalam menentukan waktu berangkat dari rumah menuju kantor sudah bisa
didapatkan tanpa menggunakan rumus realibility, karena data yang dibutuhkan dalam
perhitungan telah didapatkan dari data rekam pesawat GPS Tracker sebagai berikut: Y
1. Untuk mendapatkan waktu handal mulai perjalanan dari setiap rute,
maka langkah pertama yang dilakukan adalah mengetahui besarnya
nilai penjumlahan dari Average Travel Time + Buffer Time
Tabel 4.9. Perhitungan Travel Time
, seperti yang
tertera pada Tabel 4.9.
Indeks Average Travel Time (Menit)
Buffer Time
(Menit) Travel Time (Menit)
Rute-1 53 10 63 menit (1 jam 3 Menit)
Rute-2 57 19 76 menit (1jam 16 Menit)
Rute-3 57 13 70 menit (1jam 10 menit)
2. Apabila jam masuk kantor pukul 08:00 wib pada kantor Dinas Bina Marga
Kota Medan, maka waktu handal memulai perjalanan dari rumah menuju
kantor dari setiap rute perjalanan pegawai adalah sebagai berikut:
a. Untuk Rute-1:
Jam Masuk – Travel Time
(08:00 – 1:03)
Maka waktu handal keberangkatan adalah pukul 06:57 Wib
b. Untuk Rute-2:
.
Jam Masuk – Travel Time
(08:00 – 1:16)
Maka waktu handal keberangkatan adalah pukul 06:44 Wib
c. Untuk Rute-3:
.
Jam Masuk – Travel Time
(08:00 – 1:10)
4.5 Biaya Kemacetan Rute Perjalanan
Untuk mendapatkan biaya kemacetan pada rute perjalanan dibutuhkan nilai
Marginal Health Cost (MHC) yang diperoleh dari analisis biaya polusi kenderaan.
Metode yang digunakan untuk menganalisis biaya polusi adalah dengan menggunakan
marginal-health cost menurut penelitian worl bank (1993) di Jakarta yang dinyatakan
dalam satuan US $ cent/litre dengan konsumsi bahan bakar dihitung berdasarkan
formula yang diterbitkan oleh Lembaga Afiliasi dan Industri (ITB Bandung) tahun1996
dan kemudian diteliti kembali di kota Yogyakarta oleh Gito Sugiyanto dan diterbitkan
pada jurnal transportasi Vol 12 pada tahun 2012.
Berdasarkan pendekatan pemodelan penelitian tersebut kemudian dilakukan
penyesuaian terhadap kondisi saat ini dengan nilai 1 $ US sebesar Rp. 12.700,-,
dan apabila dikonversi ke dalam 1 cents $ US sama nilainya dengan Rp. 127,-/cents
dengan harga bensin SPBU Rp.6500,- per liter pada lokasi penelitian di Kota Medan
yang disajikan pada tabel 4.10 dibawah ini. Maka apabila dengan menggunakan
pendekatan tersebut, dimana nilai penggunaan BBM jenis bensin adalah sebesar
23 cents $ US akan sama nilainya sebesar Rp. 2.921,- dalam mata uang rupiah di
Indonesia. Selanjutnya dilakukan penghitungan konsumsi BBM setiap kilometer
berdasarkan kecepatan kenderaan dengan mengalikan nilai penggunaan BBM terhadap
Tabel 4.10. Biaya Lingkungan Akibat Polusi Bahan Bakar untuk Mobil Pribadi
Rute perjalanan masing-masing pegawai terbentuk berdasarkan aktivitas rutin
pegawai dan kegiatan tambahan yang terjadi pada saat melakukan perjalanan dari rumah
tempat tinggal menuju kantor seperti mengantar anak ke sekolah, mengantar istri ke
pasar, berhenti di supermarket, menjemput teman sekantor, mengisi bahan bakar
minyak di SPBU.
Kepentingan terhadap aktivitas yang dilakukan berdampak pada rute
perjalanan yang harus dilewati agar semua kegiatan dapat diselesaikan dalam satu kali
perjalanan. Rute perjalanan yang dilewati memiliki karakteristik yang berbeda-beda
disetiap ruasnya. Ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain padatnya lalulintas,
aktivitas pejalan kaki pada ruas jalan, waktu tunda pada lampu merah, ketentuan
kecepatan yang diperbolehkan pada setiap ruas jalan, kemacetan, banyaknya titik
pemberhentian, dan lainnya.
Sehingga waktu tempuh perjalanan, kecepatan berkendara, jarak tempuh
perjalanan setiap harinya bisa berbeda dilihat dari kegiatan yang dilakukan pegawai
bakar minyak dan biaya MHC dari kecepatan kenderaan dalam menempuh rute
perjalanan. Kemudian berdasarkan Tabel 4.10 dibuatlah analisis biaya kemacetan untuk
rute perjalanan penelitian ini yang diperlihatkan pada table 4.11.
Tabel 4.11. Biaya Kemacetan pada Rute Perjalanan Medan Amplas
No. Tanggal Akumulasi 399.75 410 9,055.20 180,990.81 470,305.88 270,231.00 200,074.88 381,065.69 /Harian 19.99 21 452.76 9,049.54 23,515.29 13,511.55 10,003.74 19,053.28
Dapat dilihat pada Tabel 4.11 berdasarkan rekaman data perjalanan
menggunakan GPS tracker selama 20 hari kerja bahwa untuk rute asal Medan Amplas
biaya kemacetan tertinggi terjadi pada tanggal 02 Desember 2013 dengan waktu
keberangkatan pukul 07.27 wib sebesar Rp. 21.991,71,- serta jarak tempuh perjalanan
sepanjang 23,07 kilometer dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam.
Sedangkan biaya terendah tercatat pada hari pertama penelitian pada tanggal
06 Nopember 2013 dengan kecepatan rata-rata yang sama 22 km/jam, waktu
keberangkatan terekam pukul 07.00 wib dengan jarak tempuh sepanjang 17,19
kilometer. Akumulasi harian rata-rata total biaya kemacetan pada rute Medan Amplas
sebesar Rp. 19.053,28,- sehingga apabila diambil nilai rata-rata per kilometer dengan
panjang rute perjalanan rata-rata 19,99 kilometer didapatkan nilai sebesar Rp.953,141,-
per kilometer ruas jalan.
Kecamatan Medan Amplas termasuk salah satu gerbang utama masuk dan
keluarnya menuju dan dari Kota Medan yang hampir sama dengan Kecamatan Medan
Tembung. Lalu lintas kenderaan termasuk cukup padat terlebih pada jam sibuk
ditambah lagi banyaknya ruas-ruas jalan kecil yang berkontribusi sebagai pemasok
kenderaan menuju jalan utama sebagaimana yang terlihat pada peta yang telah disajikan
dalam format CAD, quantum layer dan google earth untuk memperjelas lokasi
penelitian pada Gambar 4.14, 4.15 dan 4.16. Rute perjalanan yang ditempuh terlihat
pada lintasan dengan warna merah pada Gambar 4.14 dan 4.15 serta warna kuning pada
Rute asal Medan Tembung apabila diperhatikan menurut panjang jarak
tempuhnya hampir sama dengan Medan Amplas, begitu juga dengan variasi
kecepatannya dalam satuan kilometer per jam (km/jam). Biaya kemacetannya
dihitung dalam satuan perkilometer juga hampir sama dengan Medan Amplas
sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Biaya Kemacetan pada Rute Perjalanan Medan Tembung
No. Tanggal Wkt Akumulasi 349.29 434.00 9,081.48 158,145.05 410,939.69 236,120.04 174,819.65 332,964.69 /Harian 17.46 21.70 454.07 7,907.25 20,546.98 11,806.00 8,740.98 16,648.23
Namun dalam kasus harian terdapat perbedaan dilihat berdasarkan waktu
dari tanggal perjalanan pada saat penelitian. Pada rute asal Medan Tembung,
total biaya kemacetan harian paling mahal terjadi tanggal 18 Nopember 2013
sebesar Rp.21.295,83,- dengan jarak tempuh sepanjang 22,34 kilometer. Sedangkan
total biaya kemacetan hariannya yang paling rendah terjadi pada tanggal
02 Desember 2013 dengan panjang rute perjalanan 12,70 kilometer. Nilai kemacetan
terendah pada rute asal Medan Tembung adalah sebesar Rp.12.106,40,-
dengan akumulasi yang terjadi adalah sebesar Rp.16.648,23,- perhari dan sebesar
Rp.953,507 perkilometer.
Variasi biaya MHC yang terjadi berdasarkan kecepatan laju kenderaan pada
rute asal Medan Tembung adalah Rp.370,97/km dan Rp.452.76,-/km.Nilai yang
menjadi biaya perjalanan pada reute Medan Tembung terlihat lebih variatif
dibandingkan dengan rute Medan Amplas yang hanya memiliki satu varian saja
yaitu Rp.452,76/km. Namun kepadatan lalu lintas pada rute Medan Tembung terlihat
hampir sama dengan Medan Amplas dengan intensitas perjalanan yang tinggi akibat
melewati kawasan yang padat aktivitas.
Pada rute Medan Tembung juga banyak terdapat ruas-ruas jalan yang
menjadi sumber kepadatan lalu lintas menuju jalan utama. Peta rute asal perjalanan
dari Medan Tembung menuju Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan dapat dilihat
pada peta yang telah disajikan dalam format CAD, quantum layer dan google earth
Gambar 4.18. Rute Perjalanan Medan Tembung Berdasarkan Realisasi GPS Tracking
Gambar 4.19. Rute Perjalanan Medan Tembung Berdasarkan Pantauan Koordinat Melalui Aplikasi Google Earth
Rute asal perjalanan Medan Labuhan bila dilihat dari variasi kecepatan laju
kenderaan bermotornya lebih lancar dibandingkan rute asal Medan Amplas dan
Medan Tembung yang dapat diperhatikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Biaya Kemacetan pada Rute Perjalanan Medan Labuhan
No Tanggal Akumulasi 384.63 586 7,682.30 146,808.78 452,517.20 260,009.88 192,507.32 339,316.10 /Harian 19.23 29 384.12 7,340.44 22,625.86 13,000.49 9,625.37 16,965.80
Sehingga apabila dilihat pada tabel 4.13 dari nilai total biaya kemacetan
perkilometer sebesar Rp.882,19,-/km menunjukkan bahwa rute Medan Labuhan
memiliki biaya kemacetan paling rendah dibanding dua rute lainnya namun memiliki
rute lebih panjang dari Medan Tembung dan lebih pendek dari Medan Amplas.
Panjang rata-rata rute perjalanan Medan Labuhan adalah 19,23 kilometer
dengan kecepatan rata-rata secara akumulatif 29 km/jam. Biaya terendah pada rute
harian Medan Labuhan terjadi pada tanggal 11 Nopember 2013 dengan nilai
Rp.9.255,01,- di hari tersebut. Sedangkan biaya paling mahal terjadi pada tanggal
22 Nopember 2013 sebesar Rp.21.734,46,- dengan panjang rute 24,94 kilometer.
Namun total biaya akumulasi akibat kemacetan dari 20 hari penelitian yang
dilaksanakan menunjukkan nilai Medan Labuhan sebesar Rp.16.965,80,- lebih murah
dibandingkan Medan Amplas dengan nilai Rp.19.053,28,- tetapi lebih mahal dari
nilai Medan Tembung yang hanya memiliki nilai Rp.16.648,23,-.
Dari hasil penelitian diatas didapatkan perbandingan biaya kemacetan pada
setiap rute sehingga dapat diketahui bahwa pegawai yang melakukan perjalanan pada
rute Medan Labuhan mengeluarkan biaya kemacetan lebih murah dibandingkan
diantara ketiga rute tersebut. Volume lalu lintas sangat mempengaruhi tingkat
kemacetan yang berdampak pada biaya perjalanan. Peta rute perjalanan yang
ditempuh pada rute asal Medan Labuhan dapat dilihat melalui peta yang disajikan
pada Gambar 4.20, 4.21 dan 4.22 dalam tiga display sebagaimana dengan dua rute
Gambar 4.21. Rute Perjalanan Medan Labuhan Berdasarkan Realisasi GPS Tracking
selama 19 menit, namun memiliki rute terpendek dibandingkan rute Medan Amplas
dan Medan Labuhan dengan waktu tempuh paling lama. Ini berdampak pada
penambahan biaya perjalanan akibat kemacetan, namun biaya kemacetan Medan
Tembung dengan medan amplas sama sebagaimana yang tertera pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Rekapitulasi Biaya Kemacetan Pada Rute Penelitian
NO. RUTE
JA-Maka dapat diketahui bahwa biaya kemacetan tertinggi terjadi pada rute asal
Medan Tembung dengan nilai sebesar Rp.953,507 perkilometer yang hampir sama
dengan Medan Amplas Rp.953,141 setiap kilometernya dengan waktu tunda harian
rata-rata selama 10 menit dengan jarak tempuh 19,99 km untuk Medan Amplas dan
19 menit dengan jarak tempuh 17,46 km untuk Medan Tembung. Sedangkan untuk
setiap kilometer dengan panjang jarak tempuh rata-rata 19,23 kilometer dan waktu
tunda harian rata-rata selama 13 menit. Biaya kemacetan tertinggi terjadi antara
pukul 06.30 wib sampai dengan pukul 08.00 wib disebabkan pada jam tersebut
tingkat berkendara pegawai dan anak sekolah masih tinggi. Sementara mulai
pukul 08.00 wib aktivitas berkendara sudah berkurang disebabkan pegawai dan anak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian rute perjalanan dengan berpedoman pada pembacaan data yang
dikirim melalui pesawat GPS maka disimpulkan:
a. Keterlambatan pegawai yang terjadi selama ini disebabkan oleh jalur
lalulintas yang macet. Namun keterlambatan jam tiba pegawai pada
Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan sering diakibatkan pemilihan
jam keberangkatan dari rumah menuju kantor yang tidak tepat
sehingga menyebabkan waktu keterlambatan antara 3 menit sampai
dengan 53 menit selama penelitian.
b. Biaya yang timbul akibat kemacetan tertinggi terjadi pada rute asal
Medan Tembung sebesar Rp. 953,507 per kilometer sedangkan pada
Medan Amplas sebesar Rp. 953,141,- dan Medan Labuhan sebesar
Rp.882,19,-
c. Biaya kemacetan tertinggi terjadi antara pukul 06.30 wib sampai dengan
pukul 08.00 wib disebabkan pada jam tersebut tingkat berkendara pegawai
dan anak sekolah masih tinggi. Sementara mulai pukul 08.00 wib aktivitas
berkendara sudah berkurang disebabkan pegawai dan anak sekolah sudah
d. Waktu perjalanan kenderaan rata-rata untuk rute-1 adalah selama
53 menit, sedangkan untuk rute-2 dan rute-3 memiliki catatan rata-rata
waktu yang sama yaitu 57 menit.
e. Keterlambatan pegawai menuju kantor juga terlihat disebabkan oleh
adanya aktifitas lain pada saat akan berangkat kerja dari rumah. Hal ini
terlihat dari rekaman perjalanan yang ditunjukkan oleh pesawat GPS
bahwa pegawai banyak melakukan pemberhentian di sejumlah titik
secara rutin seperti di sekolah, di pasar dan di tempat lainnya sehingga
menghasilkan waktu tunda dengan nilai rata-rata 10 menit pada rute 1,
19 menit pada rute 2 dan 13 menit pada rute 3. Ini tentu sangat
mempengaruhi jam tiba pegawai tersebut di kantor.
f. Agar terhindar dari keterlambatan di Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan
harus perlu penyesuaian dengan jadwal keberangkatan dan banyaknya
aktifitas yang terjadi saat perjalanan.
g. Besarnya nilai penyesuaian waktu setara dengan waktu yang dihabiskan
untuk melaksanakan aktifitas selama perjalanan.
h. Kehandalan waktu tempuh berdasarkan hasil penelitian didapatkan
berdasarkan kepastian waktu tiba di tempat tujuan. Waktu tempuh yang
handal diperoleh dengan menambahkan nilai rata-rata perjalanan
kenderaan ditambah dengan nilai rata-rata watu tunda. Maka nilai yang
didapatkan adalah 63 menit untuk Medan Amplas, 76 menit untuk
rata-rata 20,5 km/jam rute 1, 21,5 km/jam rute 2 dan 29,3 km/jam rute 3.
Untuk rata-rata jarak tempuh didapatkan 19,987 km rute 1, 15,964 rute 2
sedangkan rute 3 18,231 km.
i. Waktu bangkitan perjalanan yang handal bagi setiap pegawai untuk
melakukan perjalanan Rute 1 pukul 06.57 Wib, untuk Rute 2 pukul
06.44 Wib, sedangkan untuk Rute 3 pukul 06.50 Wib.
5.2. Saran
Dikarenakan pertumbuhan kenderaan bermotor akan sangat berpengaruh
pada lalulintas di Kota Medan dengan perkembangan yang sangat pesat. Diharapkan
nantinya agar:
a. Penelitian serupa sangat dibutuhkan dengan mengembangkan rute
penelitian meliputi seluruh jalur lalulintas menggunakan angkutan umum
untuk kebutuhan pegawai yang tidak memiliki kenderaan pribadi.
b. Studi kinerja infrastruktur pada rute yang diteliti juga sangat dibutuhkan
agar hambatan perjalanan yang menurunkan kinerja ruas jalan dapat
ditangani seperti pengurangan lebar badan jalan pada kawasan sekitar
pasar, traffic light yang rusak, saluran drainase yang tersumbat dan lainnya
agar masyarakat mendapatkan kondisi lalulintas yang baik.
c. Bagi pegawai Kantor Dinas Bina Marga yang memiliki tempat tinggal
diluar daerah penelitian dengan jarak yang cukup jauh dapat menjadikan
tulisan ini sebagai bahan perbandingan untuk menentukan jam keberangkatan
dari rumah menuju kantor agar tidak terlambat dengan memperhatikan
d. Diharapkan kepada Pimpinan Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan
agar dapat melakukan evaluasi dan sanksi bagi pegawai yang terlambat
berdasarkan prinsip efektifitas kerja dan produktivitas demi terselenggaranya