• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kehandalan Waktu Tempuh Perjalanan (Studi Kasus Pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kehandalan Waktu Tempuh Perjalanan (Studi Kasus Pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan) Chapter III V"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sengaja mengambil tempat penelitian di Kota

Medan yang secara spesifik dijelaskan terdiri dari beberapa titik yaitu rumah

pengendara sebagai titik awal keberangkatan (bangkitan) dan kantor Dinas Bina Marga

Kota Medan sebagai titik tujuan perjalanan. Penelitian dan survei lapangan dilakukan

pada hari kerja dan jam keberangkatan kerja pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan.

Lokasi ini dipilih berdasarkan survei awal yang menunjukkan bahwa terdapat

permasalahan keterlambatan pegawai sampai di lokasi kerja akibat tidak pastinya waktu

diperjalanan yang diakibatkan oleh kemacetan, waktu tunda dan lainnya.

Akibat dari keterlambatan ini juga bisa berdampak pada pemberian sanksi

kepada pegawai yang bersangkutan. Kondisi demikian dikhawatirkan memberi dampak

yang merugikan bagi peningkatan produktivitas kerja para pegawai dalam mendukung

pencapaian visi, misi dan tujuan Dinas Bina Marga Kota Medan. Bermula dari

permasalahan tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk bisa

mendapatkan waktu perjalanan untuk menghindari jam sibuk bagi pegawai, sebagai

pedoman waktu berangkat kerja dari rumah menuju kantor Dinas Bina Marga agar tepat

(2)

Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan berlangsung selama lima bulan

yakni dimulai sejak bulan Januari sampai Juli 2014. Adapun kegiatan pengumpulan

data sekaligus pengolahan dan analisis data dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 sampai

Maret 2015.

3.2 Desain Penelitian

Berdasarkan hasil observasi awal dengan melakukan beberapa pengamatan

didapatkan beberapa masalah yang dirumuskan menjadi dasar penelitian. Didasari

rumusan masalah penelitian yang telah didapatkan selanjutnya dilakukan analisa dengan

pendekatan metode secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui penyebab

permasalahan hingga menarik kesimpulan yang merupakan hasil penelitian. Dengan

demikian, metode penelitian yang digunakan ialah studi kasus dengan pendekatan

kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian disusun secara sistematis dalam beberapa

tahap berikut:

I. Tahap Pra Penelitian

1. Observasi dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang terjadi

di lokasi penelitian.

2. Merencanakan topik penelitian sebagai pedoman riset.

3. Studi pustaka terdahulu dan literatur terkait dengan tema riset.

4. Penyusunan proposal penelitian sesuai aturan format yang berlaku.

5. Penyajian proposal dalam kegiatan seminar.

(3)

II. Pelaksanaan Penelitian di Lapangan

1. Pengurusan izin penelitian.

2. Penetapan sampel penelitian.

3. Pengumpulan data primer dan sekunder.

4. Pengolahan dan analisis data primer sekaligus data sekunder.

5. Penyusunan laporan hasil penelitian.

6. Penyajian laporan hasil penelitian dalam kegiatan seminar.

7. Revisi laporan penelitian.

III. Rencana Kerja

1. Studi Pendahuluan dan Kajian Pustaka

Sebelum mulai melakukan suatu kegiatan diperlukan suatu penelitian berupa

studi pendahuluan untuk mendapatkan data yang ada pada saat ini (data

eksisting). Kemudian dicari maksud dari penelitian serta tujuan akhir yang akan

dicapai dari penelitian ini. Setelah itu dilakukan studi pustaka untuk mencari dan

mengumpulkan bahan-bahan literatur berupa landasan teori, metode-metode

yang akan digunakan dalam pengolahan data maupun dalam melakukan analisa,

serta hasil-hasil penelitian yang akan dilakukan sebelumnya dimana memiliki

kaitan dan mendukung penelitian itu sendiri.

2. Perancangan dan Pelaksanaan Survei Pendahuluan

Untuk memperkuat hasil penelitian maka dilakukan pengaplikasian di lapangan

yaitu dengan pelaksanaan survei jaringan jalan tersebut, antara lain waktu

(4)

mengetahui banyaknya sampel penelitian yang dibutuhkan untuk survei

penelitian yang sebenarnya serta mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang nantinya

akan dihadapi dalam proses pengumpulan data dan untuk mengetahui apakah

dari sampel yang telah dibuat dapat diperoleh keseluruhan data yang dibutuhkan.

3. Perancangan dan Pelaksanaan Survei Penelitian

Dalam memperoleh data primer untuk penelitian, data dari hasil survei

pendahuluan dikembangkan untuk mengetahui apakah rencana pengambilan

data sampel yang diberikan pada survei pendahuluan memiliki

kekurangan-kekurangan untuk dapat diperbaiki (misalnya data yang dihasilkan kurang

lengkap). Selain itu, juga dipersiapkan upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan

yang dialami selama proses pengumpulan data yang dibutuhkan. Pelaksanaan

survei dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder yang

dibutuhkan dalam penelitian. Data primer diperoleh dengan mengadakan survei

langsung kepada para responden yang bertempat tinggal di suatu zona

pemukiman, dan memilih zona tujuan yang biasa dipakai oleh koresponden

dalam melakukan suatu perjalanan.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data peta

jaringan jalan (lintas). Secara umum lalulintas yang digunakan untuk rute yang

digunakan oleh koresponden dalam melakukan perjalanan. Data ini diperlukan untuk

mengetahui kondisi masing-masing ruas jalan serta fungsi dari jalan zona asal-tujuan.

(5)

1. Pengambilan data rekam perjalanan melalui pesawat GPS yang dipasangkan

langsung pada kenderaan pegawai Dinas Bina Marga dengan rute dan

waktu pergerakan yang biasa dilewati dari tempat asal ke tempat

tujuan.

2. Mendapatkan waktu pergerakan dengan frekwensi paling sering dilewati di

survei keandalan waktu perjalanannya.

3. Mengetahui alasan pemilihan waktu dan rute pergerakan tersebut dari

aktifitas harian pegawai pada saat melakukan perjalanan menuju kantor.

Data waktu rata-rata yang diperlukan untuk melewati satu jaringan jalan

tersebut.

4. Pengambilan data survei dilakukan setiap hari kerja pada hari Senin-Jum’at

pada pukul 06.00-09.00 Wib selama 20 (dua puluh) hari kerja secara

berturut-turut.

Maka untuk mendapatkan arah yang jelas dalam melaksanakan penelitian ini

dibutuhkan rancangan dengan membuat skema penelitian sebagaimana yang terlihat

pada Gambar 3.1. Penelitian dimulai dari observasi lapangan yang bertujuan untuk

mengetahui rencana objek penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian

dicantumkan dalam daftar pustaka. Kemudian sebelum melakukan analisa untuk

mendapatkan kesimpulan dan saran maka penting untuk membuat metodologi penelitian

untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian serta menghindari kesalahan

(6)

Mulai

Observasi/Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Bahan Studi dan Literatur

Data Sekunder :

1. Peta Kota Medan 2. Jumlah pegawai

pengguna rute 3. Peta Jaringan Jalan 4. Titik persimpangan

berpotensi traffic light Data Primer :

Perilaku Pegawai :

- Jam tiba pegawai di kantor - Jam keberangkatan - Persentase Keterlambatan - Durasi Keterlambatan Karakteristik Perjalanan: - Jarak Tempuh

- Kecepatan Rata-rata berkendara - Lama Perjalanan

- Rata-rata waktu tunda perjalanan - Waktu dan Biaya Kemacetan - Waktu tempuh (GPS Tracker) - Panjang dan Rute perjalanan - Jenis kendaraan

Rekapitulasi Data

Diperoleh persentase keterlambatan, perilaku pegawai, karakteristik perjalanan, kondisi rute

Analisis Dan Pembahasan

Analisa waktu tempuh keandalan dengan menggunakan data GPS tracker dan penjumlahan average travel time dengan buffer time.

Kesimpulan dan Saran

Diperoleh waktu bangkitan dan waktu tempuh perjalanan yang handal

Selesai

(7)

3.3 Jenis Data Penelitian

Jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari data rekam pesawat Gps yang dipasang dengan

izin pemilik kenderaan yang merupakan pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan.

Di samping itu, data primer juga dikumpulkan dari penjelasan para informan kunci.

Data sekunder didapatkan dari hasil penelusuran, telaah dan kajian pada berbagai

dokumentasi, catatan, arsip, laporan, teori terdahulu dan hasil penelitian para ahli

sebelumnya yang bertema sesuai rumusan masalah penelitian.

3.4 Teknik Penetapan Sumber Data

Populasi penelitian ialah semua Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Dinas Bina

Marga Kota Medan. Dari populasi penelitian ditetapkan sampel penelitian sebagai

sumber data primer dengan menggunakan teknik purposive sampling. Beberapa kriteria

penetapan sampel penelitian didasarkan pertimbangan berikut:

(1) Tercatat dan terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil aktif pada Kantor Dinas

Bina Marga Kota Medan.

(2) Pernah minimal tiga kali mengalami ketertundaan atau keterlambatan masuk

jam kerja setiap bulan (berdasarkan daftar absensi yang terdokumentasi).

(3) Jarak tempat tinggal (lokasi asal) dengan kantor (lokasi tujuan) lebih dari 5

(8)

(4) Untuk mendapatkan jarak yang diharapkan maka ditetapkan rute perjalanan

dari 3 (tiga) kecamatan yang berbeda yaitu Kecamatan Medan Amplas,

Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Labuhan. Rute yang

diambil mewakili sebaran seluruh kecamatan yang berada di Kota Medan

dengan frekwensi keterlambatan pegawai yang lebih sering.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data perjalanan yang dibutuhkan dilakukan survei dengan

menggunakan perangkat Global Positioning System (GPS) Tracker yang telah disetujui

untuk dipasang pada kenderaan pegawai jenis mobil. Waktu pencatatan yang dipakai

adalah waktu perjalanan pegawai dari rumah menuju kantor setiap hari kerja selama 20

hari berturut-turut pada pagi hari disaat GPS mulai menunjukkan aktivitasnya berupa

perubahan kecepatan dari posisi 0 km/jam bergerak ke posisi angka berjalan dan

dinyatakan sebagai jam keberangkatan. Kemudian pergerakan kenderaan diawasi

melalui halaman aplikasi Quantum Track yang terintegrasi dengan satelit. Jam tiba

dinyatakan pada saat posisi kenderaan berada di titik koordinat kantor yang terlihat pada

peta. Kemudian data pergerakan kenderaan pegawai tersebut di ekstraksi dengan cara di

download yang secara otomatis akan terkonversi ke dalam format Microsoft Excel. Data

hasil konversi tersebut akan memperlihatkan jam keberangkatan, kecepatan kenderaan,

(9)

3.5.1 Survei Waktu Tempuh Kenderaan (Travel Time)

Yang dimaksud dengan waktu tempuh kenderaan disini adalah lamanya total

waktu perjalanan dengan memperhatikan hambatan-hambatan yang dilalui pada rute

perjalanan. Pencatatn waktu perjalanan dilakukan dengan menggunkan jam atau stop

watch dan dibandingkan dengan data GPS yang ditempatkan pada kenderaan pegawai

dengan izin yang bersangkutan. Survei ini dilakukan untuk memperoleh salah satu data

primer penelitian.

3.5.2 Pengambilan Data Sekunder dari Kantor Dinas Bina Marga

Data-data harian seperti absen pegawai dan persentase kehadiran dan

keterlambatan pegawai digunakan sebagai data sekunder yang merupakan acuan

melakukan survei.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis yang dilakukan terhadap kesemua jenis data yang

terkumpul dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif yang disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik dengan sumber data yang diperoleh dari rekaman data GPS

dengan memberikan perhatian pada:

a. Waktu Tambahan Perjalanan (Buffer Time)

Waktu tambahan yang dimaksud adalah waktu perjalanan yang harus

ditambahkan terhadap waktu rata-rata perjalanan untuk memastikan

(10)

Misalkan:

Average travel time = 20 menit

Buffer indeks = 40 %

Buffer time = 20 menit x 0,40 = 8 menit

Berarti 8 menit tersebut adalah waktu tambahan (buffer time) sehingga

waktu yang dibutuhkan agar sipengendara dalam melakukan perjalanan agar

tepat waktu adalah 28 menit, setelah ditambahkan terhadap waktu rata-rata.

b. Waktu Perjalanan Rencana (Planning Time)

Kesemua data yang telah diolah dan dianalisis disajikan dalam uraian

deskriptif. Penjelasan pembahasan hasil penelitian disusun dalam alur yang

tertata secara sistematis, logis hingga pada akhirnya memberi simpulan dan

saran yang sesuai rumusan masalah beserta tujuan penelitian.

c. Biaya Kemacetan

Analisis biaya kemacetan menggunakan pendekatan dengan permodelan

penelitian yang dilaksanakan oleh Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri

(LAPI) Institut Teknologi Bandung (ITB) di Kota Yogyakarta sesuai dengan

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Medan dengan objek penelitian pegawai kantor

Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan yang beralamat di Jalan Pinang Baris

Nomor 114-C Kecamatan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Dinas Bina

Marga adalah dinas yang mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam

melaksanakan sebagian urusan rumah tangga Pemerintah Kota Medan di bidang

pekerjaan umum yang meliputi jalan, jembatan, drainase termasuk perawatan,

pengawasan dan pengamanan bangunan fisik untuk menunjang tercapainya usaha

kesejahteraan masyarakat dan melaksanakan tugas pembangunan sesuai dengan

tugasnya di bidang Bina Marga.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Dinas Bina Marga Kota Medan

memiliki banyak pegawai yang berasal dari berbagai kecamatan yang ada di

Kota Medan dan selalu melakukan perjalanan setiap hari terutama pada saat hari dan

jam kerja dengan waktu tiba yang bervariasi. Keterlambatan tiba di kantor menjadi

kendala dalam melaksanakan tugas rutin yang berdampak pada kinerja pegawai.

Keterlambatan ini diteliti dengan mempelajari waktu, rute, kecepatan dan tundaan yang

mungkin berdampak pada keterlambatan. Sehingga nantinya akan diperoleh kehandalan

waktu yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pegawai Dinas Bina Marga Kota

(12)

4.2 Karakteristik Rute Perjalanan Sampel

Sampel data penelitian diambil dengan cara menentukan 3 (tiga) rute perjalanan

pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan yang masing-masing terletak di kecamatan

yang berbeda. Dari data rekam masing-masing rute akan diperoleh karakteristik rute

perjalanan berdasarkan waktu berangkat, jarak tempuh, waktu tempuh dan lainnya

sebagaimana akan dijelaskan. Untuk rute perjalanan yang diteliti diambil 3 (tiga)

sampel seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Identitas Sampel Rute Perjalanan

No. Indeks Lokasi Asal

1. Rute – 1 Jalan Sisingamangaraja Kecamatan Medan Amplas

2. Rute – 2 Jalan Letda Sudjono Kecamatan Medan Tembung

3. Rute – 3 Jalan Rawe I Kecamatan Medan Labuhan

Untuk mendapatkan gambaran awal rute perjalanan dilakukan pelacakan

dengan memanfaatkan aplikasi Google Maps dengan memanfaatkan jaringan

internet sehingga dapat dilihat rute jaringan jalan yang dilewati kenderaan pegawai.

Gambaran awal ini penulis sebut dengan peta ilustrasi perjalanan rute 1 pada

Gambar 4.1, peta ilustrasi perjalanan rute 2 pada Gambar 4.2 dan peta ilustrasi

perjalanan rute 3 pada Gambar 4.3. Peta ilustrasi hanya memperlihatkan sampel rute

dimana arah perjalan ditandai dengan garis tebal berwarna yang menunjukkan arah

(13)

Gambar 4.1. Peta Ilustrasi Perjalanan Rute-1

Gambar 4.2. Peta Ilustrasi Perjalanan Rute-2

U

SKALA 1 : 20.000

U

(14)

Gambar 4.3. Peta Ilustrasi Perjalanan Rute-3

4.3 Data Pergerakan dengan Menggunakan GPS

Pengambilan data pergerakan dilakukan dengan menggunakan alat GPS tracker

yang dipasang pada kenderaan bermotor roda empat. Pencatatan waktu pergerakan

dimulai pada saat pegawai berangkat dari rumah hingga tiba di Kantor Dinas Bina

Marga Kota Medan. Hasil rekaman data GPS Tracker kemudian dibaca dengan

menggunakan perangkat pengolahan data komputer yang terkoneksi dengan jaringan

internet.

4.3.1 Waktu Keberangkatan Pegawai

Setiap pegawai berangkat menuju kantor Dinas Bina Marga pada pagi hari

dengan variasi waktu yang berbeda setiap harinya dari masing-masing rute pergerakan.

U

(15)

Data waktu keberangkatan pegawai setiap hari selama 20 (dua puluh) hari kerja

diuraikan pada Tabel 4.2.

Tabel. 4.2. Waktu Keberangkatan Pegawai

(16)

Untuk rute-1 diperoleh waktu tercepat keberangkatan pegawai dari rumah

menuju kantor pada pukul 07:00 wib sedangkan waktu paling lama keberangkatan

pegawai dari rumah ke kantor pada pukul 07:53 wib. Sedangkan untuk rute-2 diperoleh

waktu tercepat keberangkatan pegawai dari rumah ke kantor pada pukul 07:07 wib

dengan waktu terlama pukul 09:15 wib. Pada rute-3 didapatkan waktu tercepat

keberangkatan pegawai dari rumah menuju kantor pada pukul 06:58 wib dengan waktu

keberangkatan paling lama pukul 08:13 wib. Sehingga dari seluruh rute yang diteliti

didapatkan waktu tercepat pegawai dalam keberangkatan dari rumah menuju kantor

adalah pukul 06:58 wib dengan waktu paling lambat pukul 09:15 wib sebagaimana yang

diperlihatkan pada Gambar 4.4.

(17)

4.3.2 Jarak Tempuh Berkendara

Jarak tempuh ditentukan oleh lintasan atau rute yang dilalui dalam

berkendaraan. Data yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan variasi jarak

tempuh terjadi akibat adanya aktivitas lain pegawai pada saat melakukan perjalanan

menuju kantor yang tidak sama setiap harinya. Waktu tempuh pegawai dapat dilihat

pada Tabel 4.3.

Tabel. 4.3. Jarak Tempuh Berkendara

(18)

Pada perjalanan dengan menggunakan rute-1 jarak terpendek adalah 17,190 Km

dan dijadikan sebagai acuan melakukan perjalanan. Sementara jarak terpanjang yang

dilintasi pegawai pada rute-1 adalah 23,070 km. Untuk lintasan atau rute-2 didapatkan

jarak terpendek 12,700 km sedangkan jarak terpanjang 22,340 km. Untuk rute-3

diperoleh jarak terpendek 8,710 km dengan jarak lintasan terpanjang 24,940 Km.

Sehingga untuk jarak tempuh berkenderaan secara keseluruhan diperoleh jarak

terpendek 8,710 Km dengan jarak terpanjang 24,940 Km sebagaimana terlihat pada

Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Jarak Tempuh Harian Berkendara Pegawai

4.3.3 Kecepatan Rata-rata Berkendara

Kecepatan kenderaan bersifat tidak tetap selama perjalanan. Di awal

keberangkatan kecepatan akan bertambah sehingga semakin lama akan semakin besar

(19)

kecepatannya. Kecepatan rata-rata didefenisikan sebagai perbandingan antara perpindahan

dengan selang waktu yang di akumulasi dari seluruh kecepatan yang tercatat dibagi

dengan segmen perhitungan setiap hari seperti tercatat pada Tabel 4.4.

Tabel. 4.4. Kecepatan Rata-rata Berkendara

NO. HARI/TANGGAL RUTE-1

(20)

Kecepatan rata-rata berkendaraan harian yang tercatat dari seluruh segmen

pada rute-1 antara 18 Km/Jam sampai dengan 24 Km/Jam sedangkan pada rute-2 antara

16 km/jam sampai dengan 28 km/jam kemudian pada rute-3 19 km/jam sampai dengan

36 km/jam yang dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Kecepatan Harian Rata-rata

4.3.4 Waktu Tempuh Perjalanan

Jarak tempuh dengan kecepatan rata-rata yang bervariasi tentu akan menghasilkan

waktu tempuh yang berbeda dalam melakukan perjalanan. Waktu tempuh juga dipengaruhi

oleh waktu tundaan akibat kemacetan dan perhentian yang dilakukan akibat adanya

aktivitas lain oleh pegawai dalam lintasan atau rute perjalanannya. Data tersebut

dituangkan dalam bentuk pencatatan jam dan menit sebagaimana yang tertera pada

(21)

Tabel. 4.5. Waktu Tempuh Perjalanan Pegawai

(22)

Dapat dilihat pada Tabel 4.5 bahwa untuk rute-1 waktu tempuh paling lama

adalah 1 jam 41 menit dan waktu tempuh paling cepat 42 menit. Sedangkan pada rute-2

didapatkan waktu paling lama 1 jam 25 menit dengan waktu paling cepat 39 menit.

Sementara pada rute-3 diperoleh waktu paling lama 1 jam 41 menit dengan waktu

paling cepat 43 menit. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Waktu Tempuh Perjalanan Pegawai

4.3.5 Jam Tiba di Kantor Bina Marga

Perjalanan keberangkatan pegawai dari rumah menuju Kantor Dinas Bina

Marga Kota Medan yang tercatat pada history GPS kemudian dikonversi ke dalam

(23)

Tabel. 4.6. Jam Tiba Pegawai di Kantor Bina Marga

(24)

Maka didapatkan jam tiba pegawai pada rute-1 paling cepat pukul 08:04 wib

dengan waktu terlama 08:53 wib. Pada rute-2 waktu tercepat 07:56 wib dengan waktu

terlama 10:25 wib, sementara pada rute-3 waktu tercepat tiba pukul 07:51 wib dengan

waktu terlama pukul 09:06 wib. Sebagaimana data yang diperoleh dari pencatatan

waktu terlama pukul 09.00 wib. Sebagaimana data yang diperoleh dari pencatatan

menggunakan pesawat GPS Tracker maka didapatkan bahwa hampir setiap hari

pegawai yang melakukan perjalanan dari sampel pada ketiga rute mengalami

keterlambatan tiba di kantor yang terlihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Jam Tiba Pegawai di Kantor

4.3.6 Rata-rata Durasi Waktu Keterlambatan

Jam tiba pegawai yang sering mengalami keterlambatan pada Kantor Dinas

Bina Marga Kota Medan setiap harinya berdampak pada waktu kerja efektif yang

berkurang. Besarnya pengurangan waktu bekerja ini dapat dilihat dari berapa besar

waktu keterlambatan pegawai yang dicatat dalam bentuk durasi waktu keterlambatan

(25)

Tabel. 4.7. Rata-rata Durasi Waktu Keterlambatan Pegawai

NO. HARI/TANGGAL RUTE-1

(26)

Data durasi waktu keterlambatan pegawai pada kantor Dinas Bina Marga

Kota Medan dapat dibaca melalui Gambar 4.9. dimana pada rute-1 didapatkan durasi

keterlambatan paling kecil adalah 4 menit dan paling besar 53 menit. Pada rute-2

didapatkan durasi waktu terkecil adalah 3 menit dan durasi waktu paling besar sampai

dengan 2 jam 25 menit. Sedangkan pada rute-3 diperoleh durasi terkecil adalah 8 menit

dan terbesar 1 jam 6 menit.

Gambar 4.9. Durasi Keterlambatan Harian Pegawai di Kantor

4.4 Diagram Karakteristik Rute

Dari data yang telah disajikan diatas, dapat diketahui karakteristik rute yang

dipakai sebagai objek penelitian untuk mengetahui kehandalan waktu yang dipakai

(27)

4.4.1 Jarak Tempuh Rute

Apabila diambil nilai rata-rata jarak tempuh yang dilalui pegawai setiap hari

maka didapatkan bahwa untuk rute-1 memiliki jarak tempuh rata-rata sepanjang

19,987 Km, rute-2 sepanjang 15,964 Km sedangkan untuk rute-3 dengan panjang

18,231 Km. Dalam hal ini maka rata-rata rute yang memiliki lintasan paling panjang

diantara rute lainnya adalah rute-1 dari Medan Amplas menuju Kantor Bina Marga

Kota Medan yang dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Jarak Tempuh Rute Perjalanan

Hari ke-

Y

(28)

4.4.2 Kecepatan Rata-Rata Perjalanan

Untuk mendapatkan rencana perjalanan dengan mempertimbangkan waktu

maka diperlukan adanya perhitungan rata-rata kecepatan setiap rute. Maka diperoleh

rata-rata kecepatan untuk rute-1 adalah 20,5 Km/Jam, sedangkan untuk rute-2

berada pada posisi 21,5 Km/Jam dan seterusnya untuk rute-3 adalah 29,3 Km/Jam.

Data tersebut diperoleh dengan menggunakan formula average pada tabel yang tersedia

dan kemudian ditunjukkan pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11. Kecepatan Rata-rata Perjalanan

Hari Ke -

Y

(29)

4.4.3 Waktu Tempuh Rata-Rata Perjalanan

Apabila jarak tempuh dibagi dengan kecepatan maka akan didapatkan waktu

tempuh perjalanan. Waktu tempuh yang dimaksud dalam data ini adalah rata-rata waktu

perjalanan pegawai dari rumah menuju kantor Dinas Bina Marga Kota Medan yang

diakumulasi bagikan dari catatan waktu tempuh harian pada setiap rute perjalanan.

Maka diperoleh waktu tempuh rata-rata untuk rute-1 adalah selama 53 menit,

sedangkan untuk rute-2 dan rute-3 memiliki catatan rata-rata waktu yang sama yaitu

57 menit sebagaimana terlihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Waktu Tempuh Rata-rata Perjalanan Y

(30)

4.4.4 Hubungan Waktu Tempuh dan Waktu Tundaan

Untuk mendapatkan waktu handal sangat penting mengetahui waktu tundaan dalam

perjalanan. Sehingga apabila jam masuk kantor dikurangkan dengan hasil penjumlahan

waktu tempuh dengan waktu tundaan akan didapatkan waktu yang handal untuk

memulai perjalanan dari rumah menuju kantor bagi pegawai Kantor Dinas Bina Marga

Kota Medan. Waktu tunda yang diperoleh dari data GPS dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Waktu Tunda Harian Rata-Rata Setiap Rute Perjalanan

(31)

Dari Tabel 4.8 di atas kemudian dapat diperhatikan grafik tundaan yang terjadi

setiap harinya sebagaimana yang terlihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Waktu Tunda Perjalanan Pegawai

Waktu tunda pada setiap perjalanan di Kota Medan sangat dipengaruhi oleh

perhentian pada setiap persimpangan persimpangan jalan yang juga berpotensi menjadi

kemacetan. Pola pergerakan pada persimpangan dapat melalui diagram trayektori

sederhana pada lampiran. Sehingga secara sederhana dapat diperoleh waktu tunda

rata-rata pada rute-1 adalah sebesar 10 menit, waktu tunda untuk rute-2 sebesar 19 menit

dan untuk rute-3 sebesar 13 menit. Maka untuk waktu handal yang akan digunakan

pegawai dalam menentukan waktu berangkat dari rumah menuju kantor sudah bisa

didapatkan tanpa menggunakan rumus realibility, karena data yang dibutuhkan dalam

perhitungan telah didapatkan dari data rekam pesawat GPS Tracker sebagai berikut: Y

(32)

1. Untuk mendapatkan waktu handal mulai perjalanan dari setiap rute,

maka langkah pertama yang dilakukan adalah mengetahui besarnya

nilai penjumlahan dari Average Travel Time + Buffer Time

Tabel 4.9. Perhitungan Travel Time

, seperti yang

tertera pada Tabel 4.9.

Indeks Average Travel Time (Menit)

Buffer Time

(Menit) Travel Time (Menit)

Rute-1 53 10 63 menit (1 jam 3 Menit)

Rute-2 57 19 76 menit (1jam 16 Menit)

Rute-3 57 13 70 menit (1jam 10 menit)

2. Apabila jam masuk kantor pukul 08:00 wib pada kantor Dinas Bina Marga

Kota Medan, maka waktu handal memulai perjalanan dari rumah menuju

kantor dari setiap rute perjalanan pegawai adalah sebagai berikut:

a. Untuk Rute-1:

Jam Masuk – Travel Time

(08:00 – 1:03)

Maka waktu handal keberangkatan adalah pukul 06:57 Wib

b. Untuk Rute-2:

.

Jam Masuk – Travel Time

(08:00 – 1:16)

Maka waktu handal keberangkatan adalah pukul 06:44 Wib

c. Untuk Rute-3:

.

Jam Masuk – Travel Time

(08:00 – 1:10)

(33)

4.5 Biaya Kemacetan Rute Perjalanan

Untuk mendapatkan biaya kemacetan pada rute perjalanan dibutuhkan nilai

Marginal Health Cost (MHC) yang diperoleh dari analisis biaya polusi kenderaan.

Metode yang digunakan untuk menganalisis biaya polusi adalah dengan menggunakan

marginal-health cost menurut penelitian worl bank (1993) di Jakarta yang dinyatakan

dalam satuan US $ cent/litre dengan konsumsi bahan bakar dihitung berdasarkan

formula yang diterbitkan oleh Lembaga Afiliasi dan Industri (ITB Bandung) tahun1996

dan kemudian diteliti kembali di kota Yogyakarta oleh Gito Sugiyanto dan diterbitkan

pada jurnal transportasi Vol 12 pada tahun 2012.

Berdasarkan pendekatan pemodelan penelitian tersebut kemudian dilakukan

penyesuaian terhadap kondisi saat ini dengan nilai 1 $ US sebesar Rp. 12.700,-,

dan apabila dikonversi ke dalam 1 cents $ US sama nilainya dengan Rp. 127,-/cents

dengan harga bensin SPBU Rp.6500,- per liter pada lokasi penelitian di Kota Medan

yang disajikan pada tabel 4.10 dibawah ini. Maka apabila dengan menggunakan

pendekatan tersebut, dimana nilai penggunaan BBM jenis bensin adalah sebesar

23 cents $ US akan sama nilainya sebesar Rp. 2.921,- dalam mata uang rupiah di

Indonesia. Selanjutnya dilakukan penghitungan konsumsi BBM setiap kilometer

berdasarkan kecepatan kenderaan dengan mengalikan nilai penggunaan BBM terhadap

(34)

Tabel 4.10. Biaya Lingkungan Akibat Polusi Bahan Bakar untuk Mobil Pribadi

Rute perjalanan masing-masing pegawai terbentuk berdasarkan aktivitas rutin

pegawai dan kegiatan tambahan yang terjadi pada saat melakukan perjalanan dari rumah

tempat tinggal menuju kantor seperti mengantar anak ke sekolah, mengantar istri ke

pasar, berhenti di supermarket, menjemput teman sekantor, mengisi bahan bakar

minyak di SPBU.

Kepentingan terhadap aktivitas yang dilakukan berdampak pada rute

perjalanan yang harus dilewati agar semua kegiatan dapat diselesaikan dalam satu kali

perjalanan. Rute perjalanan yang dilewati memiliki karakteristik yang berbeda-beda

disetiap ruasnya. Ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain padatnya lalulintas,

aktivitas pejalan kaki pada ruas jalan, waktu tunda pada lampu merah, ketentuan

kecepatan yang diperbolehkan pada setiap ruas jalan, kemacetan, banyaknya titik

pemberhentian, dan lainnya.

Sehingga waktu tempuh perjalanan, kecepatan berkendara, jarak tempuh

perjalanan setiap harinya bisa berbeda dilihat dari kegiatan yang dilakukan pegawai

(35)

bakar minyak dan biaya MHC dari kecepatan kenderaan dalam menempuh rute

perjalanan. Kemudian berdasarkan Tabel 4.10 dibuatlah analisis biaya kemacetan untuk

rute perjalanan penelitian ini yang diperlihatkan pada table 4.11.

Tabel 4.11. Biaya Kemacetan pada Rute Perjalanan Medan Amplas

No. Tanggal Akumulasi 399.75 410 9,055.20 180,990.81 470,305.88 270,231.00 200,074.88 381,065.69 /Harian 19.99 21 452.76 9,049.54 23,515.29 13,511.55 10,003.74 19,053.28

(36)

Dapat dilihat pada Tabel 4.11 berdasarkan rekaman data perjalanan

menggunakan GPS tracker selama 20 hari kerja bahwa untuk rute asal Medan Amplas

biaya kemacetan tertinggi terjadi pada tanggal 02 Desember 2013 dengan waktu

keberangkatan pukul 07.27 wib sebesar Rp. 21.991,71,- serta jarak tempuh perjalanan

sepanjang 23,07 kilometer dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam.

Sedangkan biaya terendah tercatat pada hari pertama penelitian pada tanggal

06 Nopember 2013 dengan kecepatan rata-rata yang sama 22 km/jam, waktu

keberangkatan terekam pukul 07.00 wib dengan jarak tempuh sepanjang 17,19

kilometer. Akumulasi harian rata-rata total biaya kemacetan pada rute Medan Amplas

sebesar Rp. 19.053,28,- sehingga apabila diambil nilai rata-rata per kilometer dengan

panjang rute perjalanan rata-rata 19,99 kilometer didapatkan nilai sebesar Rp.953,141,-

per kilometer ruas jalan.

Kecamatan Medan Amplas termasuk salah satu gerbang utama masuk dan

keluarnya menuju dan dari Kota Medan yang hampir sama dengan Kecamatan Medan

Tembung. Lalu lintas kenderaan termasuk cukup padat terlebih pada jam sibuk

ditambah lagi banyaknya ruas-ruas jalan kecil yang berkontribusi sebagai pemasok

kenderaan menuju jalan utama sebagaimana yang terlihat pada peta yang telah disajikan

dalam format CAD, quantum layer dan google earth untuk memperjelas lokasi

penelitian pada Gambar 4.14, 4.15 dan 4.16. Rute perjalanan yang ditempuh terlihat

pada lintasan dengan warna merah pada Gambar 4.14 dan 4.15 serta warna kuning pada

(37)
(38)
(39)
(40)

Rute asal Medan Tembung apabila diperhatikan menurut panjang jarak

tempuhnya hampir sama dengan Medan Amplas, begitu juga dengan variasi

kecepatannya dalam satuan kilometer per jam (km/jam). Biaya kemacetannya

dihitung dalam satuan perkilometer juga hampir sama dengan Medan Amplas

sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Biaya Kemacetan pada Rute Perjalanan Medan Tembung

No. Tanggal Wkt Akumulasi 349.29 434.00 9,081.48 158,145.05 410,939.69 236,120.04 174,819.65 332,964.69 /Harian 17.46 21.70 454.07 7,907.25 20,546.98 11,806.00 8,740.98 16,648.23

(41)

Namun dalam kasus harian terdapat perbedaan dilihat berdasarkan waktu

dari tanggal perjalanan pada saat penelitian. Pada rute asal Medan Tembung,

total biaya kemacetan harian paling mahal terjadi tanggal 18 Nopember 2013

sebesar Rp.21.295,83,- dengan jarak tempuh sepanjang 22,34 kilometer. Sedangkan

total biaya kemacetan hariannya yang paling rendah terjadi pada tanggal

02 Desember 2013 dengan panjang rute perjalanan 12,70 kilometer. Nilai kemacetan

terendah pada rute asal Medan Tembung adalah sebesar Rp.12.106,40,-

dengan akumulasi yang terjadi adalah sebesar Rp.16.648,23,- perhari dan sebesar

Rp.953,507 perkilometer.

Variasi biaya MHC yang terjadi berdasarkan kecepatan laju kenderaan pada

rute asal Medan Tembung adalah Rp.370,97/km dan Rp.452.76,-/km.Nilai yang

menjadi biaya perjalanan pada reute Medan Tembung terlihat lebih variatif

dibandingkan dengan rute Medan Amplas yang hanya memiliki satu varian saja

yaitu Rp.452,76/km. Namun kepadatan lalu lintas pada rute Medan Tembung terlihat

hampir sama dengan Medan Amplas dengan intensitas perjalanan yang tinggi akibat

melewati kawasan yang padat aktivitas.

Pada rute Medan Tembung juga banyak terdapat ruas-ruas jalan yang

menjadi sumber kepadatan lalu lintas menuju jalan utama. Peta rute asal perjalanan

dari Medan Tembung menuju Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan dapat dilihat

pada peta yang telah disajikan dalam format CAD, quantum layer dan google earth

(42)
(43)

Gambar 4.18. Rute Perjalanan Medan Tembung Berdasarkan Realisasi GPS Tracking

(44)

Gambar 4.19. Rute Perjalanan Medan Tembung Berdasarkan Pantauan Koordinat Melalui Aplikasi Google Earth

(45)

Rute asal perjalanan Medan Labuhan bila dilihat dari variasi kecepatan laju

kenderaan bermotornya lebih lancar dibandingkan rute asal Medan Amplas dan

Medan Tembung yang dapat diperhatikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Biaya Kemacetan pada Rute Perjalanan Medan Labuhan

No Tanggal Akumulasi 384.63 586 7,682.30 146,808.78 452,517.20 260,009.88 192,507.32 339,316.10 /Harian 19.23 29 384.12 7,340.44 22,625.86 13,000.49 9,625.37 16,965.80

(46)

Sehingga apabila dilihat pada tabel 4.13 dari nilai total biaya kemacetan

perkilometer sebesar Rp.882,19,-/km menunjukkan bahwa rute Medan Labuhan

memiliki biaya kemacetan paling rendah dibanding dua rute lainnya namun memiliki

rute lebih panjang dari Medan Tembung dan lebih pendek dari Medan Amplas.

Panjang rata-rata rute perjalanan Medan Labuhan adalah 19,23 kilometer

dengan kecepatan rata-rata secara akumulatif 29 km/jam. Biaya terendah pada rute

harian Medan Labuhan terjadi pada tanggal 11 Nopember 2013 dengan nilai

Rp.9.255,01,- di hari tersebut. Sedangkan biaya paling mahal terjadi pada tanggal

22 Nopember 2013 sebesar Rp.21.734,46,- dengan panjang rute 24,94 kilometer.

Namun total biaya akumulasi akibat kemacetan dari 20 hari penelitian yang

dilaksanakan menunjukkan nilai Medan Labuhan sebesar Rp.16.965,80,- lebih murah

dibandingkan Medan Amplas dengan nilai Rp.19.053,28,- tetapi lebih mahal dari

nilai Medan Tembung yang hanya memiliki nilai Rp.16.648,23,-.

Dari hasil penelitian diatas didapatkan perbandingan biaya kemacetan pada

setiap rute sehingga dapat diketahui bahwa pegawai yang melakukan perjalanan pada

rute Medan Labuhan mengeluarkan biaya kemacetan lebih murah dibandingkan

diantara ketiga rute tersebut. Volume lalu lintas sangat mempengaruhi tingkat

kemacetan yang berdampak pada biaya perjalanan. Peta rute perjalanan yang

ditempuh pada rute asal Medan Labuhan dapat dilihat melalui peta yang disajikan

pada Gambar 4.20, 4.21 dan 4.22 dalam tiga display sebagaimana dengan dua rute

(47)
(48)

Gambar 4.21. Rute Perjalanan Medan Labuhan Berdasarkan Realisasi GPS Tracking

(49)
(50)

selama 19 menit, namun memiliki rute terpendek dibandingkan rute Medan Amplas

dan Medan Labuhan dengan waktu tempuh paling lama. Ini berdampak pada

penambahan biaya perjalanan akibat kemacetan, namun biaya kemacetan Medan

Tembung dengan medan amplas sama sebagaimana yang tertera pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Rekapitulasi Biaya Kemacetan Pada Rute Penelitian

NO. RUTE

JA-Maka dapat diketahui bahwa biaya kemacetan tertinggi terjadi pada rute asal

Medan Tembung dengan nilai sebesar Rp.953,507 perkilometer yang hampir sama

dengan Medan Amplas Rp.953,141 setiap kilometernya dengan waktu tunda harian

rata-rata selama 10 menit dengan jarak tempuh 19,99 km untuk Medan Amplas dan

19 menit dengan jarak tempuh 17,46 km untuk Medan Tembung. Sedangkan untuk

(51)

setiap kilometer dengan panjang jarak tempuh rata-rata 19,23 kilometer dan waktu

tunda harian rata-rata selama 13 menit. Biaya kemacetan tertinggi terjadi antara

pukul 06.30 wib sampai dengan pukul 08.00 wib disebabkan pada jam tersebut

tingkat berkendara pegawai dan anak sekolah masih tinggi. Sementara mulai

pukul 08.00 wib aktivitas berkendara sudah berkurang disebabkan pegawai dan anak

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian rute perjalanan dengan berpedoman pada pembacaan data yang

dikirim melalui pesawat GPS maka disimpulkan:

a. Keterlambatan pegawai yang terjadi selama ini disebabkan oleh jalur

lalulintas yang macet. Namun keterlambatan jam tiba pegawai pada

Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan sering diakibatkan pemilihan

jam keberangkatan dari rumah menuju kantor yang tidak tepat

sehingga menyebabkan waktu keterlambatan antara 3 menit sampai

dengan 53 menit selama penelitian.

b. Biaya yang timbul akibat kemacetan tertinggi terjadi pada rute asal

Medan Tembung sebesar Rp. 953,507 per kilometer sedangkan pada

Medan Amplas sebesar Rp. 953,141,- dan Medan Labuhan sebesar

Rp.882,19,-

c. Biaya kemacetan tertinggi terjadi antara pukul 06.30 wib sampai dengan

pukul 08.00 wib disebabkan pada jam tersebut tingkat berkendara pegawai

dan anak sekolah masih tinggi. Sementara mulai pukul 08.00 wib aktivitas

berkendara sudah berkurang disebabkan pegawai dan anak sekolah sudah

(53)

d. Waktu perjalanan kenderaan rata-rata untuk rute-1 adalah selama

53 menit, sedangkan untuk rute-2 dan rute-3 memiliki catatan rata-rata

waktu yang sama yaitu 57 menit.

e. Keterlambatan pegawai menuju kantor juga terlihat disebabkan oleh

adanya aktifitas lain pada saat akan berangkat kerja dari rumah. Hal ini

terlihat dari rekaman perjalanan yang ditunjukkan oleh pesawat GPS

bahwa pegawai banyak melakukan pemberhentian di sejumlah titik

secara rutin seperti di sekolah, di pasar dan di tempat lainnya sehingga

menghasilkan waktu tunda dengan nilai rata-rata 10 menit pada rute 1,

19 menit pada rute 2 dan 13 menit pada rute 3. Ini tentu sangat

mempengaruhi jam tiba pegawai tersebut di kantor.

f. Agar terhindar dari keterlambatan di Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan

harus perlu penyesuaian dengan jadwal keberangkatan dan banyaknya

aktifitas yang terjadi saat perjalanan.

g. Besarnya nilai penyesuaian waktu setara dengan waktu yang dihabiskan

untuk melaksanakan aktifitas selama perjalanan.

h. Kehandalan waktu tempuh berdasarkan hasil penelitian didapatkan

berdasarkan kepastian waktu tiba di tempat tujuan. Waktu tempuh yang

handal diperoleh dengan menambahkan nilai rata-rata perjalanan

kenderaan ditambah dengan nilai rata-rata watu tunda. Maka nilai yang

didapatkan adalah 63 menit untuk Medan Amplas, 76 menit untuk

(54)

rata-rata 20,5 km/jam rute 1, 21,5 km/jam rute 2 dan 29,3 km/jam rute 3.

Untuk rata-rata jarak tempuh didapatkan 19,987 km rute 1, 15,964 rute 2

sedangkan rute 3 18,231 km.

i. Waktu bangkitan perjalanan yang handal bagi setiap pegawai untuk

melakukan perjalanan Rute 1 pukul 06.57 Wib, untuk Rute 2 pukul

06.44 Wib, sedangkan untuk Rute 3 pukul 06.50 Wib.

5.2. Saran

Dikarenakan pertumbuhan kenderaan bermotor akan sangat berpengaruh

pada lalulintas di Kota Medan dengan perkembangan yang sangat pesat. Diharapkan

nantinya agar:

a. Penelitian serupa sangat dibutuhkan dengan mengembangkan rute

penelitian meliputi seluruh jalur lalulintas menggunakan angkutan umum

untuk kebutuhan pegawai yang tidak memiliki kenderaan pribadi.

b. Studi kinerja infrastruktur pada rute yang diteliti juga sangat dibutuhkan

agar hambatan perjalanan yang menurunkan kinerja ruas jalan dapat

ditangani seperti pengurangan lebar badan jalan pada kawasan sekitar

pasar, traffic light yang rusak, saluran drainase yang tersumbat dan lainnya

agar masyarakat mendapatkan kondisi lalulintas yang baik.

c. Bagi pegawai Kantor Dinas Bina Marga yang memiliki tempat tinggal

diluar daerah penelitian dengan jarak yang cukup jauh dapat menjadikan

tulisan ini sebagai bahan perbandingan untuk menentukan jam keberangkatan

dari rumah menuju kantor agar tidak terlambat dengan memperhatikan

(55)

d. Diharapkan kepada Pimpinan Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan

agar dapat melakukan evaluasi dan sanksi bagi pegawai yang terlambat

berdasarkan prinsip efektifitas kerja dan produktivitas demi terselenggaranya

Gambar

Gambar 4.2. Peta Ilustrasi Perjalanan Rute-2
Gambar 4.3. Peta Ilustrasi Perjalanan Rute-3
Tabel. 4.2. Waktu Keberangkatan Pegawai
Gambar 4.4. Waktu Keberangkatan Pegawai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menentukan waktu baku dari setiap operasi yang dilakukan dan menggambarkan proses operasi dalam Peta Proses Operasi dan Diagram Aliran. Terdapat kesimpangsiuran aliran sehingga

[r]

Pada peta aliran proses untuk proses komponen atas diketahui jumlah aktivitas operasi 5 aktivitas operasi dengan waktu 90,4 detik, jumlah aktivitas pemeriksaan adalah 5 dengan waktu

Dengan menggunakan metode jam kerja yang tersedia menghasilkan keputusan berupa tenaga kerja yang dibutuhkan dengan menggunakan batas-batas terendah dari perencanaan kerja

Tanda Batas Sudut adalah Tanda Batas yang dipasang pada Titik Batas WIUP dan WIUPK sesuai dengan lampiran keputusan pemberian IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi

133/II/2017 Tanggal 14 Februari 2017 Tentang Pembentukan Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu, telah

Melihat potensi Srengseng Sawah sebagai pemukiman komunitas warga Betawi yang termasuk kedalam daerah pelestarian budaya Betawi, maka diperlukan suatu wadah yang dapat

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana teknik. DiajukanOleh : Ali Imran