• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Indikator Pembangunan Kota Medan Sebagai Kota Layak Huni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Indikator Pembangunan Kota Medan Sebagai Kota Layak Huni"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil,

tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan

terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur.

Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada

ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut (Medan, wikipedia 2015).

Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan

tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia,

serta menjadi pusat kegiatan pertumbuhan dan penggerak pembangunan di

Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan juga menjadi pusat sosial dan budaya

masyarakat sebagai daya tarik tujuan migrasi penduduk dari berbagai daerah di

Sumatera bagian utara, dari suku bangsa dari berbagai negara. Kota Medan

diharapkan akan menjadi yang terdepan dalam menyambut terbentuknya

masyarakat ekonomi ASEAN pada tahun 2015.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2009-2015 cenderung

mengalami peningkatan. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan

Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk

(2)

Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan

Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk di kota Medan tahun 2009-2015

Sumber: Kota Medan Wikipedia 2015

Semakin tingginya tingkat laju pertumbuhan penduduk Kota Medan, maka

akan semakin besar pula lahan yang diperlukan untuk ditinggali. Kemajuan Kota

Medan tidak terlepas dari tuntutan persaingan global, pelaksanaan demokrasi, dan

penyelenggaraan otonomi daerah. Persaingan global menuntut Kota Medan

berkembang menjadi kota yang mempunyai lingkungan yang kondusif untuk

meningkatkan produktivitas dan kreativitas; serta memiliki daya tarik dan daya

saing yang kuat. Pelaksanaan demokrasi menuntut pengelolaan Kota Medan

menjadi tempat yang nyaman dan aman, serta memberikan peluang bagi

penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar warga Kota Medan. .

Pembangunan kota pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia pada

dasarnya telah tercantum dalam UUD 1945 dan sudah dijamin oleh pemerintah.

(3)

pelaksanaannya di lapangan. Untuk mempermudah pekerjaan pemerintah pusat

dan agar meratanya pembangunan diseluruh wilayah Republik Indonesia maka

diaturlah didalam undang-undang otonomi daerah yakni UU no. 23 tahun 2014

yang merupakan penyempurnaan dari UU no. 32 tahun 2004 mengenai

pemerintahan daerah. Dalam UU no. 23 tahun 2014 ini dikatakan bahwa sistem

pemerintahan yang digunakan adalah sistem desentralisasi. Desentralisasi adalah

penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Artinya pembangunan disetiap daerah menjadi

tanggung jawab masing-masing daerah. Pemerintah daerah diberikan kebebasan

untuk mensejahterakan masyarakatnya tanpa harus menunggu persetujuan

pemerintah pusat hal ini guna terciptanya efisiensi waktu.

Dengan tercapainya kesejahteraan masyarakat, maka suatu daerah dianggap

layak untuk di huni. Kota nyaman/layak huni (liveable city) merupakan sebuah

kota yang menggambarkan lingkungan dan atmosfer yang nyaman untuk

ditinggalin dan bekerja yang dapat dilihat dari berbagai aspek, baik aspek fisik

(fasilitas, transportasi, prasarana dan sarana) maupun aspek non-fisik (sosial,

budaya, ekonomi dan lingkungan).

Berdasarkan survei indeks kota nyaman, tingkat persepsi kenyamanan warga

di dapati untuk Kota Medan masih rendah yaitu 43,65 (sumber, IAP 2011). Pada

tahun 2015, salah satu perusahaan riset terbesar Indonesia, Frontier Consulting

Group (FCG), melakukan penilaian terhadap Kota/Kabupaten di Indonesia yang

(4)

peringkat 1 dalam 10 besar Kota Terbaik di Indonesia (versi Tempo dan FCG

2015) dengan indeks 91,72 menyisihkan kota makasar pada peringkat 2 dengan

indeks total 90,41 dan surabaya di peringkat 3 dengan indeks total 90,07. Frontier

adalah salah satu lembaga survei ternama yang menangani survei di beberapa

perusahaan ternama. Penilaian penghargaan ini di ambil dari empat unsur, yaitu

infrastruktur, pariwisata, pelayanan publik, dan investasi. Berdasarkan data-data

penduduk struktur kota Medan yaitu, data kependudukan, tata guna lahan berupa

pemukiman, pendidikan, perdagangan, jasa dan industri serta jaringan jalan.

Menurut Zahnd (2006) menyebutkan bahwa kondisi suasana kota yang

kurang baik akan mempengaruhi kondisi masyarakatnya. Mengamati hal tersebut,

muncul kebutuhan untuk meningkatkan kualitas kota yang lebih baik dimasa yang

akan datang. Kota Medan memiliki struktur kota dengan tipe multiple nuclei atau

struktur kota dengan pusat kegiatan yang tidak berpusat pada satu kawasan saja.

Hal ini dapat dilihat pada tiga daerah kecamatan yang memiliki banyak pusat

perdagangan, antara lain kecamatan Medan Kota, Medan Petisah, dan Medan

Area. Kawasan industri terletak di daerah Kecamatan Medan Deli, Medan Johor

dan Medan Amplas. Daerah pemukiman terpusat pada kawasan kecamatan Medan

Johor, Medan Helvetia, dan Medan Marelan yang cenderung berada di daerah

yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu Medan Helvetia dan Medan

Marelan. Kemudian daerah pusat pendidikan terletak pada kawasan kecamatan

Medan Helvetia, Medan Denai dan Medan Kota, dimana hal ini berbanding lurus

dengan daerah yang memiliki jumlah siswa yang paling banyak, yaitu Medan

(5)

Kawasan pembangunan atau kawasan pengembangan yang memiliki fungsi

tertentu, memiliki sasaran dan tujuan pembangunan yang tertentu dan lebih

terarah, dan dalam implementasinya akan melibatkan interaksi antara sektor

utama yaitu sektor-sektor penunjang (aspek fisik seperti fasilitas, transportasi,

prasarana dan sarana) serta sektor pelengkapnya(aspek nonfisik seperti

sosial,budaya,ekonomi,dan lingkungan) dalam bentuk interkoneksi dan

interpedensi yang bersifat lebih intensif dan responsif, sehingga memberikan

dampak multiplier pembangunan yang lebih luas bagi pertumbuhan wilayah, yang

dirasakan manfaatnya bagi kesejahteraan ekonomi dan sosial secara luas pula.

Oleh karena itu topik analisis indikator pembangunan kota medan sebagai kota

layak huni perlu dibahas dan dilihat secara luas dampak implikasinya.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian ini adalah:

1. Apakah indikator pembangunan Kota Medan berpengaruh positif terhadap

kota layak huni?

2. Apakah indikator pembangunan yang harus ditingkatkan oleh pemerintah

agar Kota Medan menjadi kota layak huni?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini mengenai apa saja indikator pembangunan

kota Medan sebagai Kota Layak Huni yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh indikator pembangunan Kota Medan terhadap

(6)

2. Untuk mengetahui apakah Kota Medan sudah termasuk ke dalam liveable

city.

3. Untuk mengidentifikasi ketercapaian konsep liveable city di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini berguna kepada Pemerintah Kota Medan sebagai bahan

pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah pembangunan kota layak

huni di Kota Medan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan studi dan

pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi, khususnya

Gambar

Tabel 1.1   Jumlah Penduduk di kota Medan tahun 2009-2015

Referensi

Dokumen terkait

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa manajemen proyek tidak bermaksud meniadakan arus kegiatan vertikal atau mengadakan perubahan total terhadap manajemen

Variabel yang mempunyai hubungan yang nyata dengan permintaan susu segar adalah pendapatan rumah tangga pada 95 persen, jumlah keluarga dan harga susu bubuk pada 90

Teknik ini dilakukan untuk mengungkap fenomena berkaitan dengan implementasi kurikulum muatan lokal berbasis pesantren di SMP Negeri Kudu, yang meliputi tahap persiapan,

Hal tersebut diketahui dengan seringnya berkonsultasi terhadap sesama pembudidaya ikan terkait usaha yang dilakukannya (Nilai Korelasi 0,664**), seringnya

Perlakuan 2, yaitu pada perhitungan kestabilan saluran dengan kondisi debit saluran, lebar saluran, tinggi aliran dan kemiringan saluran sesuai dengan gambar rencana / shop

Pada hari ini Senin tanggal Empat Belas bulan Agustus tahun Dua ribu tujuh belas pukul 14.00 16.00 WIB, Kami Pokja ULPD Kemenkeu Provinsi Sulawesi Tenggara telah

[r]

Kelompok Kerja III Unit Layanan Pengadaan di lingkungan Kantor Pusat Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan akan melaksanakan Pelelangan sederhana dengan