• Tidak ada hasil yang ditemukan

Invertebrata Awetan Basah & Kering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Invertebrata Awetan Basah & Kering"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Invertebrata

Cara Membuat Awetan Kering, Awetan Basah dan Slide

Mikroskop.

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah

invertebrata.

Penyusun :

Fuji Aprianti

140410100057

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjadjaran

(2)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Cara Membuat Awetan Kering, Awetan Basah dan Slide Mikroskop.

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya atau dengan insektarium untuk mengawetkan serangga. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.

A. Cara Pembuatan Awetan Kering

Awetan kering pada hewan invertebrata

Pembuatan Insektarium

Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran tinggal serangga. Insectarium sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang sembah.

Berikut ini langkah-langkah pembuatan insektarium :

a. Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga yang berbahaya.

b. Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi kloroform.

c. Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah.

(3)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

d. Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%. Atau bias juga dengan menyuntikan Alkohol 70%. e. Sebelum mengering, tusuk bagian dada/thorax serangga dengan jarum pentul. f. Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada plastik atau karet busa.

g. Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga capung.

h. Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).

i. Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.

B. Cara Pembuatan Awetan Basah Awetan basah pada hewan

Pengawetan menggunakan Alkohol 70% atau Formalin 4%

Berikut ini adalah metode pengawetan spesimen yang lazim digunakan pada laboratorium Biologi makro :

1) Spesimen yang akan diawetkan sebaiknya telah mati tapi masih segar, atau jika spesimen yang akan digunakan masih hidup kita dapat bius dengan perendaman dengan air es. Pada spesimen dengan ukuran kecil sebaiknya dengan formalin 4-5 %, dan pada spesimen dengan ukuran besar sebaiknya menggunakan formalin konsentrasi 10%.

(4)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

2) Sebelum dimasukan kedalam formalin specimen yang berukuran besar dengan panjang lebih dari 150 mm, sebaikny dituris dibagian sisi perut sebelah kanan sepanjang kurang lebih 30mm. penurisan dimaksudkan agar bahan bahan pengawet (formalin) dapat terserap kedalam rongga otot, supaya organ-organ dalam usus tidak membusuk. Diantara bagian tubuh spesimen, bagian rongga perut merupakan bagian yang paling mudah membusuk.

3) Setelah spesimen direndam dalam formalin selama lebih kurang satu minggu, kemudian dicuci dalam air atau dalam air mengalir atau direndam dalam air mengalir selama kurang dua hari.

4) Spesimen yang telah dicuci ( dibersihkan dari formalin), diawetkan dalam alcohol 70% untuk selamanya. Jika spesimen akan tetap disimpan dalam formalin, maka formalin harus diganti secara periodik dalam waktu-waktu tertentu dengan penambahan konsentrasi yang bertahap sampai 4%.

5) Tiap spesimen yang diawetkan harus disimpan dalam wadah yang dibubuhi label pada wadahnya.

Untuk menghilangkan bau formalin pada spesimen yang akan diperiksa spesimen tersebut terlebih dahulu direndam selama beberapa menit dalam NaOHSO3 dan Na2SO3 dalam perbandingan 60 gr NaHSO3 dan 90 gr Na2SO3 untuk tiap satu liter air .

(5)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Cara mempertahankan warna pada spesimen

Warna asli spesimen sering berubah karna formalin. Untuk menghindari hal tersebut dapat

digunakan cara pengawetan sebagai berikut:

1. Mula-mula spesimen direndam dalam spiritus selama sehari.

2. Kemudian dimasukan kedalam larutan yang terdiri dari 100 gr garam dapur murni, 5 gr garam glauber murni, 50 gr gliserin dan satu liter air suling murni ( Akuades) kedalam larutan tersebut ditambahkan pula 10-15 tetes kamfer spiritus.

3. Kemudian wadahnya ditutup rapat sehingga udara tidak dapat masuk. Dengan cara ini, warna dan kilap spesimen tidak akan berubah.

Pembuatan larutan formalin 4-5%

Pertama dilakukan pengenceran terhadap formalin yang diperdagangkan yang berkadar 100% ( formaldehida 40%) tersebut. Pada prakteknya pengenceran dapat dihitung dengan rumus:

V1 x N1 = V2 x N2 V1 = Volume formalin yang tersedia (cc)

N1 = konsenterasi formalin yang tersedia (%) V2 = volume formalin setelah pengenceran (cc) N2 = konsentrasi formalin yang dikehendaki (%)

Kekurangan dan kelebihan zat pengawet

1. Formalin mempunyai uap yang berbau tajam menusuk hidung dan merangsang keluarnya air mata serta dapat merusak kulit.

2. Formalin bersifat mengeraskan dan membuat ikan yang akan diawetkan berkerut dan berubah warna. Untuk mencegah hal ini, ada baiknya formalin dicampur borax ( 5 gram)

3. Alkohol bersifat mudah menguap dan mudah terbakar bila terkena api.

4. Alkohol tidak mengakibatkan ikan yang diawetkan menjadi kaku dan warna ikan cepat berubah.

5. Kotak pendingin (cool box) mampu mengawetkan ikan sampai 24 jam dengan pengecekan es dalam box pada periode waktu tertentu, namun terkadang tidak semua tempat menyediakan es (Es sulit didapat).

(6)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Pembuatan Slide Preparat Hewan

1. Pembedahan

2 .Fiksasi ke dalam larutan Bouin selama 24 jam yang terdiri dari:

a. 5 ml Glacial Acetic Acid b. 25 ml Formaldehyde 37-40 % c.75 ml Picric acid saturated aqueous.

3.Dehidrasi atau pencucian secara bertahap, dimulai dengan memasukkanbahan ke dalam:

1) Alcohol 50 % ...30 menit. 2)Alkohol70%...30 menit. 3)Alkohol 80% ...30 menit 4)Alkohol 96%...30 menit 5) Alkohol 100%...15 menit 6) Alkohol 100%...15 menit

4. Melakukan penjernihan dengan alkohol 100% dan TBA (Tertier ButylAlcohol)/Xilol, perbandingan sebagai berikut:

1) Xylol: alkohol =...10 menit 2) Xylol:alkohol= 1:1...10menit 3) Xylol:alkohol=3:1... 5menit 4) Xylol... 2menit

5. Memasukkan ke dalam paraffin dan dilakukan di dalam oven, dengan langkah sebagai beriku 1) Parafin 1... 3 menit

2)Parafin 2...3menit 3)Parafin3...3menit 6. Penanaman pada parafin blok.

7. Penyayatan menggunakan mikrotom

8. Penempelan di atas object glass, dengan mengoleskan larutan A dan larutanB. Larutan A: Albumin (campuran gliserin dan putih telur)

(7)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Cara menempel:

1. Mengoleskan albumin ke atas object glass, diratakan ke seluruh permukaan object glass, sambil dilalukan di atas lampu spiritus.

2. Meneteskan air ke atasnya.

3. Meletakkan potongan jaringan ke atasnya, sambil dilalukan di atas apispiritus, sampai potongan pita jaringan tersebut menempel

4. Membuang sisa air yang masih ada.

5. Didiamkan hingga benar-benar mengering selama 1 hari. 9. Pewarnaan

Langkah-langkah dalam pewarnaan Hewan: 1. Sayatan pada kaca obyek

2. Xilol (30 menit atau lebih) 3. Alkohol Absolut (3 menit) 4. Alkohol 90 % (3 menit) 5. Alkohol 80 % (3 menit) 6. Alkohol 70 % (3 menit)

7. Hemaktosilin (5 menit). Resep larutan Hemaktosilin: 1) Hemaktosilin 2gr

2) Asam asetat glacial 10 ml

3) Gliserin 100 ml

4) Alkohol 100 ml

5) Kalium alum (tawas) 10 gr

6) Aquades 100 ml

8. Alkohol 70% (3 menit) 9. Alkohol 80% (3 menit)

10. Eosin 1% dalam alkohol 96% (15 menit) 11. Alkohol 96% (2 menit)

12. Alkohol absolute (2 menit)

13. Campuran alcohol 100% dan Xylol 1:1(2 menit) 14. Xylol (3 menit atau lebih)

(8)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

10. Menutup Jaringan, caranya adalah sebagai berikut meneteskan xylol satutetes ke atas jaringan yang telah ditempel di atas gelas object. Kemudian meneteskan Canada Balsam di atas jaringan sebelum xylol benar-benar mengering. Ditutup dengan gelas penurup.

11. Amati di bawah mikroskop.

Pembuatan Preparat Parafin Jaringan Hewan

Cara Kerja: 1. Narkose

Dalam pembuatan preparat jaringan hewan dengan menggunakan metode parafin biasanya digunakan objek berupa mamalia, untuk itu perlu dilakukan proses untuk mematikan hewan yang bersangkutan. Maka biuslah hewan tersebut degan menggunakan cloroform.

2. Sectio

Bersihkan bulu-bulu dan kotoran yang menempel pada alat atau organ yang akan dibuat preparat. Organ diiris kira-kira 3-5 mm dan luas kurang lebih 1 cm2, sehingga penetrasi fiksatif terjamin sampai menyeluruh bagian organ.

3. Labelling

Flakon tempat organ yang akan difiksasi diberi label sesuai dengan jenis organnya. 4. Fiksasi

Obyek yang diinginkan dipotong lalu difiksasi dalam larutan Bouin kurang lebih selama 12-24 jam.

5. Dehidrasi

Setelah larutan fiksatif dibuang, diganti dengan alkohol 70%, 80%, 90% dan 96% masing-masing sebanyak 3x dan masing-masing-masing-masing selama 10 menit, dikocok dan overnight. Setelah itu, dimasukkan kedalam alkohol absolut selama 10 menit dan dikocok.

(9)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

6. Dealkoholisasi

Buang alkohol dan kemudian ganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol, tetapi kemudian harus di bias dengan parafin. Yang dapat diguanakan sebagai clearing agent adalah aceton, benzol, toluol dan xilol. Clearing (dealkoholisasi) dilakukan paling lama 24 jam (overnight). 7. Infiltrasi

Infiltrasi dilakukan dalam inkubator dengan temperatur kurang lebih 55ºC atau 60ºC. Sebelum masuk keparafin murni, maka potongan organ lebih baik dimasukkan kedalam campuran xilol:alkohol 1:1 terlebih dahulu.

8. Penyelubungan

Buat kotak karton ukuran ±2x2x1.5 cm persegi. Pipet obyek dengan pipet pastur yang sudah dipotong bagian yang menyempit dengan cepat dan letakkan di kotak karton, tambahkan paraffin cair hingga kotak penuh. Kemudian biarkan blok di temperatur kamar hingga mengeras. Unrtuk pemakaian pipet sekanjutnya lewatkan di api terlebih dahulu untuk mencairkan paraffin yang menempel didinding pipet. Penyelubungan dilakukan pada parain dengan suhu 56ºC selama 12 menit.

9. Pengirisan

Rapikan blok dan bentuk blok tersebut menjadi bentukan prisma. Set mikrotom dengan ketebalan 5-10µm. Ambil potongan seri dengan kuas, letakkan pada slide yang telah diberi Mayer Albumin dan ditetesi sedikit aquades. Panaskan slide tersebut diatas hot plate yang diatur bersuhu suam-suam kuku (34-40) sampai melekat erat.

10. Pewarnaan

Masukkan preparat kedalam xylol selama 10 menit (xilol pada slide dihisap dengan menggunakan tissue hingga bener-benar kering). Kemudian letakkan atau masukkan kedalam alkohol absolut, 96, 90, 80, 70, 60, 50, 40 dan 30%. Jika telah selesai bersihkan dengan aquadest. Kemudian masukkan preparat kedalam larutan Hematoxylin selama 30 detik, celup kedalam aquadest dan kemudian cuci dengan air mengalir. Jika telah selesai masukkan kedalam alkohol 30, 40, 50, 60 dan 70% masing-masing beberapa detik saja. Masukkan preparat kedalam larutan eosin selama 1-2 menit dan kemudian masukkan kedalam alkohol 70, 80, 90, 96% dan alkohol absolut. Sbelum dimasukkan kedalam xilol, alkohol dihisap hingga benar-benar kering. Masukkan kedalam xilol selama 20 menit.

(10)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

11. Mounting

Merupakan tahap pelekata. Slide ditetesi dengan enthelan dan kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass. Letakkan slide diatas hot plate agar cepat kering.

12. Labelling

Merupakan tahap pemberian label dari preparat yang kita buat. Hendaknya label memuat nama jaringan, tebal irisan, arah potongan, pewarnaan dan tanggal pembuatan.

(11)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Daftar Pustaka

http://catatankuliahq.blogspot.com/2011/03/teknik-membuat-awetan-basah-dan-awetan.html accesed on 8 agustus 2011 at 1:59 PM

http://www.scribd.com/doc/46654706/Pembuatan-Preparat-Hewan accesed on 8 agustus 2011 at 2:38 PM

http://www.bangkoyoy.com/2010/10/pembuatan-preparat-parafin-jaringan_27.html accesed on 8 agustus 2011 at 2:43 PM

http://fauzimsp.wordpress.com/2011/01/26/cara-pengawetan-ikan-koleksi/ accesed on 8 agustus 2011 at 2:50 PM

http://lylanoer.blogspot.com/2011/05/insektarium-insektarium-adalah-awetan.html accesed on 8 agustus 2011 at 2:57PM

(12)
(13)
(14)
(15)

Fuji Aprianti_Biologi UNPAD_2010

Referensi

Dokumen terkait

Dari semua hasil pengujian keausan kondisi aspal kering dan basah, spesimen dengan campuran black carbon 50 phr dan sulfur 3 phr memiliki nilai keausan tertinggi

Optimasi waktu perendaman dilakukan pada daging ayam segar yang dimasukkan kedalam larutan kitosan 1%, dengan derajad deasetilasi 67,29% daging ini dibiarkan dalam

1) sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang ada di alam baik benda mati maupun benda hidup yang dapat digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

1) Aspal dan agregat dilakukan pengujian mutu atau karakteristik sesuai yang disyaratkan. 2) Gradasi Agregat yang digunakan adalah AC-WC gradasi yang lewat bawah Fuller. 3)

1) sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang ada di alam baik benda mati maupun benda hidup yang dapat digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

• Semua zat-zat organik dalam tanah, hidup atau mati, segar atau melapuk, senyawa sederhana atau yang kompleks, merupakan bagian dari bahan organik yang terdapat di tanah.. •

Lakukan dengan cara yang sama seperti Beban mati (DL). Untuk mencari nilai Z rumus yang digunakan sama,tapi pengali beban mati harus diganti dengan beban hidup sebesar 0,8 kPa...

Berikut hasil dari pengujian pintu air irigasi terkendali dilahan basah kering didapatkan data kekuatan aktuator kurang dari 11,65 kg karena adaptor yang digunakan terlalu kecil yang