• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Diare Aplikasi Nanda NIC NOC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Diare Aplikasi Nanda NIC NOC"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Askep Diare Aplikasi Nanda

Askep Diare Aplikasi Nanda

NIC NOC

NIC NOC

Ana Nurkhasanah

Ana Nurkhasanah Monday, January 30, 2017Monday, January 30, 2017 Askep KMBAskep KMB

 Askep Diare Aplikasi Nanda NIC NOC merupa

 Askep Diare Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan kepera

kan konsep asuhan keperawatan secara

watan secara

teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah diare atau gasteroenteritis. Pada

teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah diare atau gasteroenteritis. Pada

konsep askep diare pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari

konsep askep diare pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari

pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu

pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu

keperawatan Nanda NIC NOC.

keperawatan Nanda NIC NOC.

DEFINISI DIARE

DEFINISI DIARE

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau

(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau

200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih

200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih

dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah

dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah

(Guerrant, 2001; Ciesla, 2003).

(Guerrant, 2001; Ciesla, 2003).

Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar yang

Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar yang

tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali,

Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali,

sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3

sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3

kali (Simatupang, 2004).

kali (Simatupang, 2004).

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang

ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau

dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau

lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang

lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang

berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun

berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun

pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat

pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat

(Simatupang, 2004)..

(Simatupang, 2004)..

KLASIFIKASI DIARE

KLASIFIKASI DIARE

Beberapa ahli mengklasifikasikan diare sebagai berikut

Beberapa ahli mengklasifikasikan diare sebagai berikut

Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi:

Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi:

  Akut apa Akut apabila kuranbila kurang dari 2 mg dari 2 minggu, peinggu, persisten jika bersisten jika berlangsunrlangsung selama g selama 2-4 minggu2-4 minggu. Lebih d. Lebih dariari

90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.

lain.

 Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut, penyebab diareKronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut, penyebab diare

yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti allergi dan lain-lain. yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti allergi dan lain-lain.

(2)

Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan

banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :

 Diare tanpa dehidrasi, Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena

frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.

 Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%), Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3

kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

 Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%), Pada keadaan ini, penderita akan mengalami

takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2   detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.

 Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%), Pada keadaan ini, penderita sudah banyak

kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

PENYEBAB DIARE

Diare biasanya dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:

 Infeksi, seperti Bakteri, Virus, Parasit dan juga Protozoa

 Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.   Alergi: alergi makanan

 Keracunan

 Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll

 Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut dan cemas

PATHWAY DIARE

TANDA DAN GEJALA DIARE

Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan

banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :

 Diare tanpa dehidrasi, Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena

frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.

 Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%), Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3

(3)

menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

 Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%), Pada keadaan ini, penderita akan mengalami

takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.

 Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%), Pada keadaan ini, penderita sudah banyak

kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu:

 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer  Kram perut  Demam  Mual  Muntah  Kembung   Anoreksia  Lemah  Pucat

 Urin output menurun (oliguria, anuria)  Turgor kulit menurun sampai jelek  Ubun-ubun / fontanela cekung  Kelopak mata cekung

 Membran mukosa kering

KOMPLIKASI DIARE

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada

usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara

mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui

feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.(Hendarwanto, 1996;

Ciesla et al, 2003).

Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok

hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular

Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini

(4)

dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak

tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002; Thielman & Guerrant,

2004).

Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan terbanyak

oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan

trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi

EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk

terjadinya HUS masih kontroversi.

Sindrom Guillain  –  Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah merupakan

komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah infeksi C. jejuni. Dari

pasien dengan Guillain  –  Barre, 20  –  40 % nya menderita infeksi C. jejuni beberapa

minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita kelemahan motorik dan memerlukan

ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi

menyebabkan Sindrom Guillain – Barre tetap belum diketahui.

 Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena

Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA PASIEN DIARE

Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut :

 Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik.

Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.

 Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau

imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.

 Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses >300/g24jam

mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.

 Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore,

lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.

 Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare

sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah  – 290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces

(5)

(Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.

 Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia E Histolitika

pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.

 Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan

hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.

 Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa seperti

serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).

 Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses dengan

NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.

PENATALAKSANAAN DIARE

ASKEP DIARE APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep

 A s uhan

Keperawatan Diare Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC 

  yang saya dapat dari

literature-literatur.

Didalam pengkajian keperawatan askep angina pectoris ini saya hanya mengambil data

fokus pengkajian dari pasien. Disini saya hanya mengambil data subjektif dan data

objektif yang sering ditemukan pada pasien angina atau serangan jantung ini.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP

Data Subjek tif:

Biasanya pasien mengatakan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair 

Perut mual dan dapat disertai muntah

(6)

Badan lemas

Data Objektif:

KU tampak lemah

Pasien tampak lemas

Nadi dapat cepat dan lemah jika terjadi dehidrasi

Tampak mual

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG

DIAGNOSA DIARE

Pada pemeriksaan laboratorium biasanya didapatkan bakteri bada tinja seperti e.coli

dan lain-lain.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN

DIARE

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN…..

Itulah konsep asuhan keperawatan ameloblastoma aplikasi nanda nic noc.

Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi anda.

Sumber:

Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS

KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9

. Alih

Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.

Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di edit oleh admin

Referensi

Dokumen terkait

Mobilisasi dana merupakan hal awal yang perlu dilakukan oleh setiap kandidat calon gubernur dan wakil gubernur karena dalam berkampanye memerlukan cukup banyak

informan dengan menggunakan purposive adalah dengan memilih informan tergantung dengan kriteria apa yang digunakan. Sehingga kita menentukan terlebih dahulu

Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah melakukan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kadar klorida serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan nilai threshold terhadap rasa manis pada orang Semarang ditinjau dari segi gender dan sosial ekonomi, nilai threshold anak –

Peralatan yang digunakan adalah Unit Turam tipe A.B.E.M 1182 dengan komposisi 2 koil horizontal pencari yang dipisahkan dengan jarak 100 kaki (30,4 meter)

Sampel ini digunakan adalah perusahaan perbankan dalam hal ini peneliti lebih mengkhususkan sampel pada jenis perusahaan homogen yaitu emiten

Oleh karena itu, penulis membahas permasalahan anak sebagai pelaku tindak pidana dalam penelitian hukum dengan judul “Penerapan Asas Restoratif Justice Dalam Proses