• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Islam dengan prinsip-prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Islam dengan prinsip-prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip-prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya anugerah dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggungjawabkan.

Agama Islam tidak hanya mengatur persoalan ubudiyah1, hubungan antara

manusia dengan Tuhannya secara vertikal, tetapi juga secara horizontal. Islam mengatur hubungan dengan kehidupan manusia dalam wilayah muamalah, termasuk transaksi (niaga), dan kegiatan lain yang menyokong keberlanjutan (continuity) dan kebermaknaan (meaning), kehidupan manusia untuk kedamaian (silm) dan kebahagiaan manusia bersama.

Muamalah dalam Islami diatur oleh seperangkat ethical norms of Islam (norma-norma etika Islam) berdasarkan tujuannya ekonomi Islam berupaya mencapai falah, kesejahteraan manusia dengan cara menghindari terjadinya penyimpangan dalam muamalah yang dapat mengorbankan hak-hak Individu

lain.2 Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia

1Ubudiyah berasal dari kata “abada” yang memiliki arti sederhana mengabdikan atau

beribadah. Sedangkan menurut istilah ialah ibadah seorang hamba yang murni dan tulus dari hati hanya kepada Allah SWT.

2Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam, Cet. 1, Malang:

Intimedia, 2014, hlm. 1-2.

(2)

mencapai ketenangan di dunia dan di akhirat. Karena, manusia merupakan makhluk Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang paling baik, sesuai dengan hakikat wujud manusia dalam kehidupan di dunia, yakni melakukan tugas kekhalifahan di muka bumi dalam kerangka pengabdian kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diberi amanah untuk memberdayakan seisi alam raya dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan seluruh makhluk. Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-Nya. Petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia baik aqidah, akhlak maupun syari’ah. Aqidah sebagai landasan keimanan muslim (tauhid) yang menjiwai syari’ah (hukum-hukum Islam) dan aturan-aturan moralitas umat (akhlak). Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang terbaik diantara semua makhluknya. Pada diri manusialah terletak dimensi rohani dan jasmani sebagai bagian dari kesempurnaannya. Karena itu hanya makhluk Allah inilah yang mendapat amanah untuk menjadi khalifah di bumi. Khalifah yang mewakili Allah untuk memakmurkan bumi dan segala aktivitasnya yang membangun. Akhlak manusia yang dapat dilakukan melalui akhlak mulia diantaranya adalah pengasih dan penyayang, penolong, pemurah, pemaaf, penegak keadilan serta kebenaran. Sedapat mungkin dalam semua aktivitas manusia menggambarkan akhlak-akhlak mulia sehingga bumi yang dipimpinnya menjadi makmur aman dan tentram di

bawah naungan Allah.3 Sebagaimana dalam Kaidah Fiqh:4

ِرْحَت ىَلَء ٌلْيِل َد َّل ُدَت ْن َأ َّلا ِإ ُةَح اَب ِلإا ِت َلاَم اَعُمَل ا يِف ُلْصَلأ ا اَهِمْي

3Hasan Aedy, Indahnya Ekonomi Islam, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 1. 4Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam..., hlm. 67.

(3)

Artinya: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.

Firman Allah SWT Qs. Al-Maidah [5] : 25

...                   

Artinya: “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah [5] : 2)

Keselamatan, kebahagiaan, dan keamanan manusia dalam hidup didunia dan diakhirat ditentukan oleh manusia sendiri. Keselamatan dan kebahagiaan, manusia ditentukan tidak saja oleh sejauh mana ia memahami ajaran-ajaran agama yang telah ditetapkan Tuhan melalui Kitab sucinya dan mengamalkan ajaran Tuhan yang dihayati dan dipahami dalam perilaku bisnis mereka sebagaimana dikehendaki Tuhan. Kontribusi pemikiran dalam pengembangan pengamalan

bisnis sesuai etika dan norma yang diperintahkan Tuhan.6

Kemunculan ekonomi Islam merupakan salah satu bentuk artikulasi sosiologis dan praktis dari nilai-nilai Islam yang selama ini dipandang doktriner dan normatif. Ekonomi Islam membantu kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan maqās}hid al-syari’ah yaitu menjaga agama (lī hifdz} al din), jiwa manusia (lī hifdz} an nafs),

5Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemah, Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2006,

hlm. 141-142.

(4)

akal (lī hifdz} a ‘akl), keturunan (lī hifdz} al nasl) dan menjaga kekayaan (lī hifdz} al mal).7

Pada agama Islam di peruntukkan untuk kita semua saling berbagi kepada sesama dalam artian saling membantu kepada sesama yang memerlukan

sebagaimana dalam firman-Nya:8

                          

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah9 adalah serupa dengan sebutir

benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Ekonomi dilaksanakan dengan amal saleh, maka manusia memperoleh dua keberuntungan, keberuntungan material di dunia dan keberuntungan amal saleh di

akhirat, sebagaimana dalam firman-Nya:10

                       

Artinya: “Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (Qs. As-Syuura: 20)

7Muhammad, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Cet. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007,

hlm. 1.

8

Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemah..., hlm. 55.

9Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad,

pembangunan perguruan, mesjid, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

(5)

Karena keberuntungan untuk masa yang kekal tentu lebih penting dari pada masa sementara maka di akhirat lebih penting dari di dunia dengan

firman-Nya:11                               

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al-Qashash: 77)

Ayat di atas telah menjelaskan bahwa carilah harta dan hiasan secara bersungguh-sungguh yakni melalui apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu dari hasil usaha untuk kebahagiaan di akhirat dengan menginfakkan

dan menggunakan sesuai petunjuk Allah SWT12

Salah satu upaya tradisi masyarakat sekitar terutama di Jalan mendawai induk melakukan inovasi, dalam kegiatan ekonomi yaitu bergotong royong dalam meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara mendirikan saprah Amal sebagai inovasi atau alternatif dalam membangun sarana umat Islam. Alternatif ini sering dilakukan masyarakat sekitar, tidak hanya melakukan transaksi jual beli seperti biasanya tetapi dalam saprah Amal ini mengajarkan agar lebih berbagi

11Ibid., hlm. 556.

(6)

kepada sesama untuk mencapai suatu tujuan yang ingin diharapkan, demi

mencapai falah13. Alternatif ini sudah dilaksanakan sejak zaman bahari kala

ketika nenek moyang dahulu kala, ucap salah satu penduduk masyarakat banjar

yang berada dikawasan tersebut.14

Seni tradisional Banjar adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suku Banjar. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil

benda-benda budaya yang disesuaikan.15

Alternatif ini terus dilaksanakan oleh sebagian masyarakat banjar terutama membangun kesejahteraan di Jalan Mendawai Induk sehingga penulis melakukan observasi awal dan menemukan AR mengatakan:

“Saprah Amal ini rancak dilakukan masyarakat Banjar dalam mambangun sabuah kemaslahatan barataan, dengan adanya saprah Amal ini maka mampermudah kami selaku panitia pembangunan sarana umat Islam hagan

13Falah berasal dari bahasa arab dari arti kata Afalaha-yufilhu yang berarti kesuksesan,

kemuliaan, atau kemenangan, yaitu kemenangan dan kemuliaan dalam hidup. Istilah falah menurut Islam diambil dari kata-kata alqur’an, yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, akhirat merupakan kehidupan yang diyakini nyata-nyata ada dan akan terjadi, memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dibandingkan dunia. Kehidupan dunia akan berakhir dengan kematian atau kemusnahan, sedangkan kehidupan akhirat bersifat abadi atau kekal. Kehidupan dunia merupakan ladang bagi pencapaian tujuan akhirat dan kebahagiaan dunia, meskipun demikian, falah mengandung makna kondisi maksimum dalam kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

14

Wawancara dengan salah satu warga banjar yang bertempat tinggal di mendawai induk pada tanggal 19 Oktober 2015.

15Seni Tradisional Banjar,

(7)

sabarataan. Hasil dari saprah Amal ni satiap kami lakukan banyak haja tuh

mandapatakan duitnya hagan mambangun biasanya” 16

Terjemahan pada observasi awal penulis kepada AR. AR mengatakan: (Saprah Amal ini sering dilaksanakan masyarakat Banjar dalam membangun sebuah kesejahteraan semua, dengan saprah Amal ini, maka mempermudah panitia dalam membangun sebuah sarana umat Islam. Hasil dari saprah Amal ini setiap kami laksanakan banyak mendapatkan keuntungan untuk membangun).

Selain itu penulis juga melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar yaitu IH, KS, dan HM. IH, KS, dan HM Mengatakan:

“Saprah Amal nginih rancak sudah buhannya mandiriakan di daerah Banjarmasin, lamun daerah kami hanyar pertama kali bahanu saminggu dua kali dan bila dihitung sabulan tuh delapan kali hitungannya dalam

harian, dilaksanakan amun perlu bantuan dana.”17

Terjemahan observasi penulis kepada masyarakat sekitar yaitu IH, KS, dan HM. IH, KS, dan HM Mengatakan:

(Saprah Amal sudah terbiasa dilaksanakan di daerah Banjarmasin, tetapi untuk daerah kami baru pertama kali biasanya satu minggu dilaksanakan dua malam dan apabila dihitung satu bulan dilaksanakan sebanyak delapan hari, dilaksanakan apabila perlu bantuan dana).

Pemikiran penulis jika membicarakan budaya Banjar melirik ke masa lalu dan memperhatikan manfaatnya untuk masa depan itu mungkin sungguh berorientasi yang baik untuk mencapai kesejahteraan bersama. Karena itu, perlulah penulis meneliti nilai-nilai budaya apa yang perlu digali, dikembangkan untuk menopang kemajuan menuju kesejahteraan bersama dengan mengangkat

16

Wawancara observasi awal dengan panitia saprah Amal Langgar Darul Iman Mendawai Induk Kota Palangkaraya, hari jum’at 22 Mei 2015 pukul 15.10 WIB

17Wawancara observasi awal dengan masyarakat Mendawai Induk Kota Palangkaraya,

(8)

judul : “REAKTUALISASI KONSEP SAPRAH AMAL SEBAGAI SUMBER KEUANGAN PUBLIK ISLAM” (Studi: Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah)

B. Rumusan Masalah

Pada fenomena di atas, akan menimbulkan berbagai macam rumusan masalah yang akan diteliti, diantaranya:

1. Bagaimana praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah?

2. Bagaimana reaktualisasi praktek kegiatan saprah Amal sebagai instrumen keuangan publik Islam di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, akan menimbulkan beberapa tujuan dalam penelitian, diantaranya:

1. Untuk mengetahui praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

2. Untuk mengetahui reaktualisasi praktek kegiatan saprah Amal sebagai instrumen keuangan publik Islam di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna secara teoritis maupun secara praktis diantaranya:

(9)

1. Sebagai bahan informasi atau bahan untuk penelitian lain yang ingin menggali permasalahan yang sama dengan aspek yang berbeda;

2. Sebagai bahan masukan serta pengetahuan dalam memahami konsep saprah Amal sebagai sumber keuangan publik Islam;

3. Sebagai pengetahuan dalam menggali fenomena maupun inovasi dari budaya banjar;

4. Sebagai pengetahuan yang dapat memberikan informasi bagi semua kalangan, dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi Islam; 5. Menambah wawasan serta pengetahuan dan pengalaman penulis khususnya

yang berkaitan dengan penelitian ini;

6. Sebagai bahan pustaka untuk menambah wawasan khasanah pengembangan keilmuan perpustakaan IAIN Palangka Raya, terutama dalam bidang ekonomi syari’ah.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini secara penyusunan sistematis, maka penulis membaginya dalam beberapa bab yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan, di dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar

Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, di dalam bab ini berisi tentang Penelitian

Terdahulu ( Studi Pustaka) , Kerangka Teori meliputi: Pengertian Reaktualisasi, Konsep Saprah Amal, Saprah Amal sebagai

(10)

Kegiatan Ekonomi Islam yang meliputi Konsep Manajemen, Konsep Pasar, Konsep Keuangan Publik Islam, dan Maqās}hid Syari’ah, serta Kerangka Berpikir.

Bab III Metodologi Penelitian, didalam bab ini berisi tentang Lokasi dan

Waktu Penelitian, Jenis dan Pendekatan Penelitian, Subjek dan

Obyek Penelitian, Teknik Pengambilan Sample, Teknik

Pengumpulan Data, Metode Pengolahan Data, dan Teknik Analisis Data.

Bab IV Pemaparan dan Analisis Data, didalam bab ini berisi tentang

Gambaran Umum Tempat Penelitian yang berisi Gambaran tentang Kota Palangka Raya, Gambaran Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, Gambaran Lokasi Penelitian yang berisi tentang Lokasi Penelitian, Struktur Organisasi Praktek Saprah Amal,

Tahapan Penggalian Data, dan Pemaparan Data Penelitian yang

berisi tentang Pemaparan Data Praktek Kegiatan Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah, dan Reaktualisasi Praktek Kegiatan Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah, serta Analisis Data yang berisi tentang Analisis Data Penelitian Praktek Kegiatan Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah, dan Reaktualisasi Praktek Kegiatan Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Istana Maimun layak untuk dikonservasi, untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai Istana Maimun yang

Perilaku agresif dan kecemasan merupakan masalah psikologis yang normal terjadi pada anak-anak, keduanya memiliki kaitan yang sangat erat, begitupula empati.. Ketika

Cooperative Professional Development Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di Mi Ma’arif Nu Porodeso Sekaran Lamongan. Imam Bawani, MA. dan Dosen pembimbing II Dr. Penerapan model

Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ”Rancang Bangun Pembuat Makanan Otomatis Berbasis PLC ( Programmable Logic Controller ) Toshiba Prosec

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan gambir dapat dilakukan dengan cara sederhana dan menggunakan peralatan tradisional serta Gambir yang dihasilkan dari pengolahan

Hadis yang bersambung sanadnya, dinukil oleh perawi yang adil dan dlabit, dari perowi yang adil dan dhabit sehingga sampai pada Nabi SAW lewat sahabat atau lainnya,

Oleh karena sifat-sifat ini aluminium digunakan untuk membuat kendaraan yang ringan dan hemat energi, tidak beracun (sebagai logam), nonmagnetik dan tidak

Gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat mengajukan permohonan usulan penetapan WUP mineral logam atau WUP batubara yang tumpang tindih