• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI POMPA MESIN. Oleh: F DEPARTEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI POMPA MESIN. Oleh: F DEPARTEMEN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

D

(S

PERBAN

DENGAN P

Studi Kasus

NDINGAN

POMPA A

s Jaringan I DEPA FAKU S

N BIAYA P

AIR TANP

POM

Irigasi Siste Bone Bola ABDUL W F1 ARTEMEN ULTAS TEK SKRIPSI

POKOK P

PA MESIN

MPA MESI

em Pompa A ango, Goron Oleh: WAHID MO 14063552 TEKNIK P KNOLOGI P

PENGAN

N (PATM

IN

Air Tanpa M ntalo) NAYO PERTANIA PERTANIA

GKATAN

M) DAN DE

Mesin di Ka AN AN

N AIR

ENGAN

abupaten

(2)

PERBANDINGAN BIAYA POKOK PENGANGKATAN AIR DENGAN POMPA AIR TANPA MESIN (PATM) DAN DENGAN POMPA MESIN

(Studi Kasus Jaringan Irigasi Sistem Pompa Air Tanpa Mesin di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo)

Oleh:

Abdul Wahid Monayo F14063552

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

dari Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(3)

Judul Skripsi : Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan Pompa Air Tanpa Mesin (PATM) dan dengan Pompa Mesin (Studi Kasus Jaringan Irigasi Sistem Pompa Air Tanpa Mesin di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo)

Nama : Abdul Wahid Monayo

NIM : F14063552

Menyetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng, Dip. HE) (Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si) NIP: 19490416 197603 1 002 NIP: 19631031 198903 1 002

Mengetahui Ketua Departemen

(Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP: 19661201 199103 1 004

(4)

Abdul Wahid Monayo. F14063552. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan Pompa Air Tanpa Mesin (PATM) dan dengan Pompa Mesin (Studi Kasus Jaringan Irigasi Sistem Pompa Air Tanpa Mesin di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo)

RINGKASAN

Mengingat sumber air yang terbatas, maka pemanfaatan air irigasi secara optimal perlu dilakukan. Irigasi merupakan bagian dari program intensifikasi yang besar sekali peranannya dalam usaha peningkatan produksi pertanian, terutama tanaman pangan. Sistem irigasi pada dasarnya adalah untuk menambah ketersediaan air serta mengelola sumber daya air yang ada. Jaringan irigasi yang ada saat ini tidak semuanya dapat memenuhi kebutuhan air pada daerah irigasi yang bersangkutan. Semakin jauh daerah irigasi dari sumber air maka akan semakin kecil jumlah air yang diterima.

Pompa hidram adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengangkat air dari suatu tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan memanfaatkan energi potensial sumber air yang akan dialirkan. Pengadaan infrastruktur pompa air tanpa mesin ini diharapkan dapat menanggulangi krisis air terutama pada saat musim kemarau. Pengadaan infrastruktur ini masih belum banyak diperhatikan pemeliharaan dan perawatannya sehingga kinerja dari PATM belum optimal. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai biaya pokok air dari PATM agar dapat menjadi sebuah solusi yang nyata dan dapat menjawab realita saat ini tentang PATM yang merupakan suatu barang yang mahal.

PATM di Kabupaten Bone Bolango memiliki efisiensi yang kecil yaitu 13,8% dibandingkan dengan yang direncanakan yaitu 38,8%. Hal ini disebabkan oleh terdapat kerusakan yang terjadi pada beberapa komponen PATM. Kerusakan yang sering terjadi pada PATM adalah paking yang sering lepas, katup yang sudah tidak bergerak dengan baik, dan baut-baut yang telah lepas.

Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango pada keadaan aktual lebih mahal dibandingkan perencanaan. Biaya pokok pengangkatan air PATM pada keadaan aktual sebesar Rp. 3.252/m3, sedangkan dalam perencanaan biaya pokok pengangkatan air sebesar Rp 976/m3.

PATM di Kabupaten Gorontalo memperlihatkan perbedaan biaya pokok pengangkatan air yang lebih besar pada keadaan aktual dibandingkan dengan keadaan perencanaan. Biaya pokok pengangkatan air pada keadaan aktual sebesar Rp 1.286/m3, sedangkan pada keadaan perencanaan sebesar Rp 494/m3. Perbedaan biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Bone Bolango dan di Kabupaten Gorontalo disebabkan oleh adanya perbedaan total head dan jumlah unit PATM.

Jika PATM digantikan dengan pompa mesin Niagara 8 inchi dengan daya 25 HP, maka secara teoritis dalam pengoperasian 12 jam/hari selama 300 hari/tahun untuk PATM di Kabupaten Bone Bolango biaya pokok pengangkatan air sebesar Rp 1.951/m3 sedangkan untuk penggunaan pompa mesin sebesar Rp 390/m3. Biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Gorontalo sebesar Rp 976/m3, sedangkan untuk penggunaan pompa mesin sebesar Rp 180/m3.

Pemanfaatan pompa mesin dengan jam kerja yang lebih sedikit dibandingkan PATM masih memperlihatkan biaya pengangkatan air PATM yang lebih mahal dibandingkan dengan pompa mesin. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dalam pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun

(5)

adalah sebesar Rp 976/m3, sedangkan jika PATM digantikan dengan pompa mesin Niagara 8 inchi dengan tenaga 25 HP maka secara teoritis biaya pokok pengangkatan air pompa mesin pada pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun sebesar Rp 678/m3.

Perbedaan biaya pokok pengangkatan air ini terjadi juga di Kabupaten Gorontalo yang biaya pokok pengangkatan air PATM lebih mahal dibandingkan dengan pompa mesin. Biaya pokok pengangkatan air PATM sebesar Rp 494/m3, sedangkan jika PATM digantikan dengan pompa mesin maka secara teoritis biaya pokok pengangkatan air pompa mesin sebesar Rp 335/m3.

Biaya pokok pengangkatan air pompa mesin sangat tergantung pada jam pengoperasiannya. Setiap penurunan jam pengoperasian membuat biaya pokok pengangkatan air pompa mesin semakin bertambah. Pemanfaatan pompa mesin untuk total head 55 m, biaya pokok pengangkatan air dalam pengoperasian selama 10 jam/hari, 8 jam per hari, 6 jam/hari selama 300 hari/tahun adalah sebesar Rp 447/m3, Rp 534/m3, Rp 678/m3. Dan jika total head 13 m, maka biaya pokok pengangkatan pada setiap jam pengoperasian sebesar Rp 211/m3, Rp 257/m3, Rp 335/m3.

Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dan di Kabupaten Gorontalo dalam pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun serta tanpa memperhitungkan biaya bendung lebih kecil daripada pompa mesin yang beroperasi selama 6 jam/hari selama 300 hari/tahun dengan efisiensi sebesar 45%. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar Rp 847/m3, sedangkan pompa mesin sebesar Rp 986/m3. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Gorontalo adalah sebesar Rp 395/m3, sedangkan pompa mesin sebesar Rp 686/m3.

Nilai PATM pada 20 tahun setelah pembuatan pada tingkat inflasi 5 %/tahun adalah sebesar Rp 13.854.329.385, sehingga membuat biaya angsuran untuk setiap tahunnya dengan bunga 10 %/tahun adalah Rp 243.058.410. Besarnya biaya tambahan untuk pembelian komponen PATM setelah melewati umur ekonomis 20 tahun adalah sebesar Rp 469/m3 sehingga total biaya air menjadi Rp 1.445/m3, sedangkan biaya tambahan untuk pompa mesin selama umur ekonomis 32.000 jam adalah Rp 189/m3 dan total biaya air menjadi Rp 867/m3.

Perhitungan biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dengan tidak memperhitungkan biaya investasi awal adalah sebesar Rp 549/m3. Biaya ini sudah termasuk biaya untuk pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis, sehingga pada tahun ke 20 masyarakat sudah dapat membeli PATM yang baru.

Berdasarkan analisis perbandingan biaya pokok pengangkatan air PATM dan dengan pompa mesin maka perlu adanya perhatian khusus untuk penentuan lokasi dan jumlah unit PATM. Efisiensi akan menurun jika rasio tinggi tekan dan tinggi terjun lebih dari 20. Untuk itu PATM lebih tepat digunakan di daerah hulu dan tengah daerah aliran sungai.

(6)

i   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan ketiga saudara penulis, atas dukungan beserta doa sehingga dapat menyelesaikan masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dedi Kusnadi Kalsim dan Bapak I Wayan Astika selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan kritik selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Sutoyo selaku dosen penguji.

4. Seluruh staf pengajar di Departemen Teknik Pertanian

5. Seluruh teman seperjuangan di Teknik Pertanian yang selalu semangat berjuang untuk memajukan bangsa lewat karya-karyanya.

Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi Provinsi Gorontalo yang menjadi objek penelitian ini. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Bogor, Juli 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 3

A. Pompa Air Tanpa Mesin (PATM) ... 3

1. Deskripsi ... 3

2. Prinsip Kerja ... 4

3. Sistem Kerja ... 4

4. Pemeliharaan ... 4

5. Karakteristik pompa air tanpa mesin ... 5

6. Keragaan (performance) PATM ... 5

7. Kehilangan head gesekan pada sistem pipa ... 6

B. Biaya Produksi ... 7

1. Biaya tetap (fixed costs) ... 8

2. Biaya variabel (variable costs) ... 8

(8)

iii   

D. Analisis Finansial ... 9

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 11

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

B. Metode penelitian ... 11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. Lokasi dan keadaan umum PATM ... 16

B. Pompa air tanpa mesin (PATM) ... 19

C. Pompa mesin ... 22

D. Analisis biaya pokok ... 23

BAB V. PENUTUP ... 31

A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 33

DAFTAR

PUSTAKA

...

34

LAMPIRAN...

36

   

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbandingan biaya pokok pengangkatan air PATM di

Kabupaten Bone Bolango dalam keadaan aktual dan

perencanaan ... 24

Tabel 2. Perbandingan biaya pokok pengangkatan air dengan PATM

dan dengan pompa mesin pada jam pengoperasian yang

sama ... 25

Tabel 3. Perbandingan biaya pokok air PATM di Kabupaten Bone

Bolango dan pompa mesin pada Jam pengoperasian yang

berbeda-beda ... 26

Tabel 4. Perbandingan biaya pokok air PATM di Kabupaten

Gorontalo dan pompa mesin pada Jam pengoperasian yang

berbeda-beda ... 27

Tabel 5. Perbandingan biaya pokok pengangkatan air dengan PATM

(tanpa memperhitungkan biaya bendung) dan dengan

pompa mesin (terjadi penurunan efisiensi menjadi 45%) ... 28

Tabel 6. Biaya pokok pengangkatan air dengan mempertimbangkan

biaya pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis ... 29

Tabel

7.

Biaya biaya pokok pengangkatan air dengan

mempertimbangkan biaya pembelian pompa mesin setelah

mencapai umur ekonomis ... 29

(10)

 

v   

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Komponen PATM ... 3

Gambar 2. Skema instalasi PATM ... 6

Gambar 3. Tahapan penelitian ... 15

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM ... 16

Gambar 5. Perbedaan tinggi muka air pada saat musim hujan dan

musim kemarau PATM di Kabupaten Bone Bolango ... 17

Gambar 6. Kondisi PATM pada musim kemarau... 18

Gambar 7. Kondisi pada saat PATM tertutup lumpur ... 19

Gambar 8. Rangkaian kawat penyaring sampah ... 20

Gambar 9. Kerusakan yang sering terjadi pada PATM ... 21

Gambar 10. Pompa sentrifugal beserta engine ... 22

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C ... 36

Lampiran 2. Data Teknis PATM di Kabupaten Bone Bolango ... 37

Lampiran 3. Data Teknis Pompa Mesin dengan Merk Niagara GTR 8 inchi ... 38

Lampiran 4. Perhitungan Debit dan Efisiensi PATM Bone Bolango

(Perlakuan 1) ... 39

Lampiran 5. Perhitungan Debit dan Efisiensi PATM Bone Bolango

(Perlakuan 2) ... 40

Lampiran 6. Perhitungan Biaya Investasi Pompa Mesin Niagara 8 inchi ... 41

Lampiran 7. Perhiungan Biaya Tetap Pompa Mesin Niagara 8 inchi

a. Pengoperasian selama 12 jam/hari selama 300 hari/tahun ... 42

b. Pengoperasian selama 10 jam/hari selama 300 hari/tahun ... 43

c. Pengoperasian selama 8 jam/hari selama 300 hari/tahun ... 44

d. Pengoperasian selama 6 jam/hari selama 300 hari/tahun ... 45

Lampiran 8. Perhitungan Biaya Tak Tetap Pompa mesin Niagara 8 inchi

a. Pengoperasian 12 jam/hari selama 300 hari/tahun ... 46

b. Pengoperasian 10 jam/hari selama 300 hari/tahun ... 47

c. Pengoperasian 8 jam/hari selama 300 hari/tahun ... 48

d. Pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun ... 49

Lampiran 9. Analisis Biaya Investasi PATM di Kabupaten Bone Bolango ... 50

Lampiran 10. Perhitungan Biaya Tetap PATM di Kabupaten Bone Bolango ... 51

(12)

vii   

Lampiran 12. Perbedaan Biaya Pokok Pengangkatan Air PATM di

Kabupaten Bone Bolango

a. Dalam Keadaan Aktual dengan Keadaan Perencanaan

(Pengoperasian pompa selama 24 jam/hari dan

300 hari/tahun) ... 53

b. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian pompa selama

12 jam/hari dan 300 hari/tahun) ... 53

c. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian

selama

10 jam/hari dan 300 hari/tahun) ... 54

d. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian

selama

8 jam/hari dan 300 hari/tahun) ... 54

e. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian

selama

6 jam/hari dan 300 hari/tahun) ... 55

f. Dengan Pompa Mesin (Mengabaikan Perhitungan

Biaya Bendung pada PATM dan pengoperasian selama

6 jam untuk pompa mesin dan 24 jam untuk PATM

selama 300 hari/tahun) ... 55

g. Dengan Pompa Mesin (Mengabaikan Perhitungan

Biaya Bendung dan Hidropore dan pengoperasian

selama 6 jam untuk pompa mesin dan 24 jam untuk

PATM selama 300 hari/tahun) ... 56

h. Dengan pompa mesin (pengoperasian selama 6 jam/hari

selama 300 hari/tahun dan penurunan effisiensi dari

65% menjadi 45%) dan PATM dalam pengoperasian

selama 24 jam/hari selama 300 hari/tahun serta tanpa

biaya pembangunan biaya bendung ... 56

Lampiran 13. Perhitungan Biaya Investasi PATM di Kabupaten Gorontalo ... 57

Lampiran 14. Perhitungan Biaya Tetap PATM di Kabupaten Gorontalo ... 58

(13)

Lampiran 16. Perbedaan Biaya Pokok Air PATM di Kabupaten Gorontalo

a. Dalam Keadaan Aktual dengan Keadaan Perencanaan

(Pengoperasian Pompa selama 24 jam/hari dan

300 hari/tahun) ... 60

b. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian

selama

12 jam/hari dan 300 hari/tahun) ... 60

c. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian selama 10 jam per

hari untuk Pompa Mesin dan 24 jam/hari untuk PATM

selama 300 hari/tahun) ... 61

d. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian selama 8 jam/hari

untuk Pompa Mesin dan 24 jam/hari untuk PATM

selama 300 hari/tahun) ... 61

e. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian selama 6 jam/hari

untuk Pompa Mesin dan 24 jam/hari untuk PATM

selama 300 hari/tahun) ... 62

f. Dengan Pompa Mesin dengan (Pengoperasian selama

6 jam/ hari untuk Pompa Mesin dan 24 jam/hari untuk

PATM selama 300 hari/tahun serta Mengabaikan

Perhitungan Biaya Bendung pada PATM) ... 62

g. Dengan Pompa Mesin (Pengoperasian selama 6 jam/hari

untuk Pompa Mesin dan 24 jam/hari untuk PATM

selama 300 hari/tahun serta Mengabaikan Perhitungan

Biaya Bendung dan Hidropore pada PATM) ... 62

h. Dengan Pompa Mesin Pengoperasian selama 6 jam/hari

untuk Pompa Mesin dan terjadi penurunan efisiensi dari

65% menjadi 45%, 24 jam/hari untuk PATM selama

300 hari/tahun serta Mengabaikan Perhitungan Biaya

(14)

ix   

Lampiran 17. Perhitungan Biaya Ekivalen di Masa Depan dan Biaya

Angsuran per Tahun ... 64

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian. Oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dalam rangka penyediaan air untuk pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air irigasi harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian.

Mengingat sumber air yang terbatas, maka pemanfaatan air irigasi secara optimal perlu dilakukan. Irigasi merupakan bagian dari program intensifikasi yang peranannya besar sekali dalam usaha peningkatan produksi pertanian, terutama tanaman pangan. Sistem irigasi pada dasarnya adalah untuk menambah ketersediaan air serta mengelola sumber daya air yang ada. Jaringan irigasi yang ada saat ini tidak semuanya dapat memenuhi kebutuhan air pada daerah irigasi yang bersangkutan. Semakin jauh daerah irigasi dari sumber air maka akan semakin kecil jumlah air yang diterima.

Keterbatasan penyediaan air dari jaringan irigasi yang ada dapat diatasi dengan usaha yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan air adalah dengan menggunakan pompa air. Penggunaan pompa ini dimaksudkan untuk menyediakan air bagi daerah-daerah yang tidak mungkin diairi secara gravitasi oleh jaringan irigasi yang ada. Sumber air untuk pompa dapat berasal dari air bawah permukaan atau dari air permukaan seperti sungai, danau, dan empang. Dengan memanfaaatkan pompa, jumlah air yang tersedia akan lebih banyak sehinggga luas areal pertanian akan semakin bertambah.

Pompa hidram adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengangkat air dari suatu tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan memanfaatkan energi potensial sumber air yang akan dialirkan. Pompa hidram mengalirkan air secara berkelanjutan dengan menggunakan energi potensial sehingga sumber air yang akan dialirkan sebagai daya penggerak tanpa menggunakan sumber energi luar (Taye, 1998)

(16)

2 Provinsi Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menggunakan pompa air tanpa mesin (PATM) untuk mengairi areal pertanian. Pembangunan PATM sebanyak 15 unit dibangun sejak tahun 2005 di Kabupaten Gorontalo. PATM ini memanfaatkan sumber air yang mengalir di Sungai Hunggaluwa. Setahun kemudian pembangunan kedua di Kabupaten Bone Bolango dengan jumlah PATM sebanyak 40 unit. PATM yang dibangun di Kabupaten Bone Bolango ini memanfaatkan sumber air dari sungai Bone untuk pengairan lahan pertanian dan danau perintis.

Pengadaan infrastruktur pompa air tanpa mesin ini diharapkan dapat menanggulangi krisis air terutama pada saat musim kemarau. Pengadaan infrastruktur ini masih belum banyak diperhatikan pemeliharaan dan perawatannya sehingga kinerja dari PATM belum optimal. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai biaya pokok air dari PATM agar dapat menjadi sebuah solusi yang nyata dan dapat menjawab realita saat ini tentang PATM yang merupakan suatu barang yang mahal.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Menghitung biaya pokok pengangkatan air dari pompa air tanpa mesin (PATM)

2. Membandingkan biaya pokok pengangkatan air dengan PATM dan dengan pompa mesin dengan mengambil studi kasus PATM di Desa Alale, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)

1. Deskripsi

Pompa didefinisikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari level energi rendah ke level energi yang lebih tinggi. Perpindahan cairan ini dapat terjadi karena adanya masukan energi dari luar sistem aliran fluida.

Pompa air tanpa mesin (PATM) adalah pompa air yang dapat memanfaatkan energi aliran air serta fenomena palu air (water hammer), untuk mengangkat air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.

Menurut Cahyanta (2008) Prinsip kerja pompa hidraulik ram adalah melipatgandakan kekuatan pukulan air pada rumah pompa, sehingga terjadi perubahan energi kinetik menjadi tekanan dinamik yang mengakibatkan terjadinya palu air (water hammer) dan terjadi tekanan tinggi di dalam pompa. Water hammer adalah hentakan tekanan atau gelombang air yang disebabkan oleh energi kinetik air dalam gerakannya ketika tenaga air ini dihentikan atau arahnya dirubah secara tiba-tiba. Tekanan dinamik diteruskan ke dalam tabung udara yang berfungsi sebagai penguat tekanan air dan memaksa air naik ke pipa penghantar.

Pompa ini bekerja selama 24 jam per hari dengan perawatan yang minimum selama berbulan-bulan dan dapat digunakan untuk pompa air irigasi, penyediaan air untuk keperluan rumah tangga, kolam perikanan dan kolam pencegahan kebakaran hutan (National Academy of Science, 1975).

Gambar 1. Komponen PATM (Kalsim D, 2002)

Bagian utama PATM: 1. Blok cor pompa 2. Tabung pompa 3. Bingkai pompa 4. Check valve 5. Paking karet

6. Tuas (handel) katup limpah

(18)

4 2. Prinsip Kerja

Prinsip kerja PATM adalah perubahan energi kinetis aliran air dalam pipa menjadi tekanan yang sangat tinggi, akibat tertutupnya sebuah katup (katup limbah) dengan tiba-tiba. Katup limbah membuka dan menutup secara bergantian dengan katup penghantar, sehingga tekanan tinggi yang terjadi menyebabkan air naik ke pipa penghantar (Watt, 1975).

3. Sistem Kerja

Menurut Kalsim, D (2002) ada tiga bagian utama jaringan PATM, yakni: a) Sumber air dapat berupa danau, aliran sungai, kolam atau bendungan

kecil dengan debit paling sedikit 20 lt/det/PATM.

b) Satuan pompa dipasang minimum 2 meter di bawah sumber air, dengan menggunakan pipa (diameter 6 inchi) dengan panjang antara 18 dan 24 m dari sumber air

c) Jaringan pipa pengeluaran dan pipa penghantar sampai ke bak penampung.

4. Pemeliharaan

Menurut Kalsim, D (2002), PATM harus dirawat secara teratur agar awet dan berdaya guna maksimal. Dalam keadaan pompa bekerja selama 24 jam terus menerus tanpa gangguan, pemeriksaan dapat dilakukan setiap tiga atau empat bulan sekali sebagai berikut:

a) Periksa baut-mur yang ada pada pipa pemasukan dan bingkai pompa b) Kencangkan baud-mur yang kendor, kalau rusak ganti dengan yang baru c) Periksa klep katup hantar dalam tabung pompa, lakukan pengecatan

dengan cat anti karat pada rangka klep dan tabung pompa

d) Periksa apakah pegas masih lentur, jika sudah tidak lentur ganti dengan yang baru dan pasanglah seperti keadaan semula.

Untuk merawat dan mengoperasikan PATM sekurang-kurangnya diperlukan dua orang tenaga yang terlatih. Penduduk setempat dan masyarakat yang memerlukan air dari PATM dianjurkan untuk berperan serta dan bertanggung jawab dalam perawatan.

(19)

5. Karakteristik PATM

Karakteristik pompa air tanpa mesin yang bekerja pada keadaan dimana jarak pembukaan katup limbah tetap, tinggi terjun tetap sedangkan tinggi pemompaan berubah-ubah (Addison, 1964). Dua hal yang perlu diperhatikan agar pompa air tanpa mesin dapat bekerja dengan baik adalah jumlah debit pasok dan tinggi terjun (Kindel dalam Antoni, 1993).

Addison (1964) menyatakan bahwa pompa air tanpa mesin akan bekerja dengan baik pada perbandingan Hd dan Hs cukup besar, akan tetapi pada kondisi ekstrim dimana tinggi angkat dua puluh kali atau lebih dari tinggi terjun, efisiensi menjadi lebih rendah.

6. Keragaan (performance) PATM

Efisiensi PATM dapat dihitung dengan dua cara, yaitu cara Rankine dan Daubuisson (Addison, 1964). Pada cara Rankine datum yang dipilih adalah permukaan air pada bak pemasukan. Energi masuk adalah energi yang dihasilkan air melalui katup limbah. Sedangkan energi yang keluar energi yang digunakan untuk mengangkat air setinggi (Hd - Hs) di atas datum, maka efisiensi Rankine dirumuskan sebagai berikut:

η = . x 100 % (1)

Dimana:

η = Efisiensi Rankine (%)

Ql = Debit air yang keluar melalui katup limbah per detik (m3/det) Qd = Debit air hasil pemompaan (m3/det)

Hd = Tinggi antara katup limbah dengan pengeluaran pipa penghantar (m)

Hs = Tinggi antara katup limbah dengan permukaan air dalam bak pemasukkan (m)

Pada sistem D’Aubuissoan datum yang dipilih adalah katup limbah, sehingga energi yang mengalir dari bak pemasukan (Hs) dan energi yang keluar adalah energi yang dibutuhkan untuk mengangkat air setinggi Hd dari

(20)

datum s dihitung Dimana A tinggi d penghan katup lim 7. Kehilan K untuk m (saringa pipa isa ukuran 2002). K dari Ha seperti terlih g sebagai ber a: η = Efi Qs = De Qd = De ddison (196 dari efisiensi ntar, katup d mbah menja Gam ngan Head G Kehilangan menanggulan an, klep kaki ap dan pipa pipa, kondi Kehilangan azen-William hat pada Ga rikut: η = fisiensi D’Au ebit Pasok (lt ebit air hasil 64) menyata

i Rankine. H dan energi ya adi faktor pem

mbar 2. Skem Gesekan pada head pada ngi gesekan i, sambungan hantar yang isi pipa bag

energi gese m: ambar 3. M x 100 % ubuisson (% t/det) pemompaan akan bahwa Hilangnya e ang terbawa mbatas untu ma instalasi P a Sistem Pip instalasi pip (tahanan) pa n, siku, dan g besarnya ian dalam d ekan pipa u Maka efisien ) n (lt/det) nilai efisien energi pada

oleh air ser uk meningkat

PATM (Kals a

pa adalah e ada pipa dan

socket). Ges tergantung p dan bahan p umumnya di nsi D’Aubui nsi D’Aubui pipa pemas rta yang terb tkan efisiens sim D, 2002 nergi yang n perlengkap sekan terjad pada kecepa pembuat pip ihitung deng sson dapat (2) isson lebih sukan, pipa uang lewat si. 2) diperlukan pan lainnya i baik pada atan aliran, pa (Kalsim, gan rumus

(21)

L D C Q hf = 1,85 4,87 × 85 , 1 684 , 10           (3) Dimana:

C : koefisien gesekan pipa (Lihat Lampiran 1) L : panjang pipa (m)

D : diameter dalam pipa (m) hf : kehilangan energi (m) Q : debit aliran (m3/det) B. Biaya Produksi

Biaya mempunyai peranan penting dalam kegiatan sebuah proyek. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1986). Dapat pula dikatakan bahwa biaya adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang, agar barang tersebut siap dipakai oleh konsumen (Sudarsono, 1986).

Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proyek dalam proses produksi, maka biaya dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan lainnya dapat berbeda-beda tergantung kepada kondisi, tujuan, dan keperluan perusahaan akan perhitungan tersebut. Untuk memungkinkan perusahaan mengambil keputusan yang tepat, maka perhitungan biaya harus didasarkan pada fakta yang ada atau yang bersangkutan dan dapat diukur.

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Suatu nilai pengorbanan yang dikeluarkan tidak untuk mencapai tujuan tertentu merupakan pemborosan (Soemarsono, 1984). Biaya produksi merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh seorang manajer dalam menjalankan fungsinya. Pengalokasian dan perhitungan biaya ditujukan untuk mengendalikan biaya dan menentukan kebijaksanaan selanjutnya (Riyanto, 1993)

Menurut Mulyadi (1986) biaya produksi dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan antara lain:

(22)

8 1. Biaya Tetap (Fixed Costs)

Biaya-biaya tetap (fixed costs) adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh oleh tingkat kegiatan di atas jangkauan pengoperasian yang layak untuk kapasitas atau kemampuan yang tersedia. Setiap jenis biaya dapat berubah, tetapi biaya-biaya tetap cenderung bertahan konstan sejauh batas-batas tertentu dari kondisi pengoperasian. Apabila terjadi perubahan besar dalam pemakaian sumber daya atau jika terjadi perluasan atau penutupan pabrik maka biaya tetap akan terpengaruh.

Menurut Sundawan (1995) dalam biaya tetap terdapat biaya penyusutan, biaya modal, pajak dan asuransi, dan bunga tahunan. Penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu alat/mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian (waktu). Besarnya penurunan nilai alat/mesin ditentukan oleh desain dan perkiraan berapa lama alat/mesin akan digunakan. Beberapa faktor penting yang akan berpengaruh pada merosotnya nilai jual alat/mesin adalah:

a) Bagian-bagian tertentu yang sangat vital pada alat/mesin rusak atau tidak berfungsi dengan baik dimana penggantian bagian-bagian tersebut dengan yang baru dinilai tidak ekonomis.

b) Stamina dan koordinasi bagian-bagian pada alat/mesin secara keseluruhan menurun. Hal ini terlihat dengan semakin membesarnya biaya pemeliharaan dan perawatan serta terjadi penurunan kapasitas kerja alat dan mesin di lapangan.

c) Adanya alat/mesin mutakhir yang jauh lebih hemat, efisien dan praktis. Hasil teknologi baru akan mengurangi penggunaan alat/mesin yang lama sehingga semakin tidak diminati dan harga jualnya akan turun.

2. Biaya Variabel (Variable Costs)

Biaya variabel (variable costs) adalah biaya-biaya yang dihubungkan terhadap pengoperasian yang secara total berubah-ubah sesuai dengan banyaknya keluaran atau ukuran-ukuran tingkat kegiatan yang lain. Suatu analisis ekonomi teknik dari suatu usulan perubahan terhadap operasi yang ada, biaya variabel akan merupakan bagian utama dari

(23)

perbedaan-perbedaan prospektif antara pengoperasian yang sekarang dengan yang diubah selama batas-batas kegiatan tidak banyak berubah.

C. Biaya Pokok

Menurut Manullang (1980), biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang, ditambah biaya lainnya sehingga barang tersebut dapat digunakan.

Jumlah harga pokok standar suatu barang dapat kita definisikan sebagai penjumlahan dari biaya-biaya untuk satu satuan barang yang mutlak diperlukan dan dibolehkan secara normatif. Harga pokok ini hanya mengandung alat-alat produksi yang untuk menghasilkan barang yang bersangkutan benar-benar tidak dapat dihindarkan. Harga satuan yang dipakai juga harga standar. Dengan demikian, harga pokok standar dihitung berdasarkan satuan-satuan alat produksi yang standar atau normatif dikalikan dengan harga satuannya masing-masing yang standar.

D. Analisis Finansial

Analisis finansial didasarkan pada keadaan sebenarnya dengan menggunakan data harga yang ditemukan di lapangan. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan yang sebenarnya dan para pembuat keputusan juga dapat melakukan penyesuaian apabila proyek berjalan menyimpang dari rencana semula. Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah dengan menggunakan metode cash flow analisis (Gittinger, 1986).

Cash flow analisis dilakukan setelah komponen-komponennya ditentukan dan diperoleh nilainya. Komponen tersebut dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu penghasilan atau manfaat (Sitohang, 2008).

Investasi suatu unit usaha berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Uang memiliki nilai waktu, yaitu uang dihargai secara berbeda dalam jangka waktu yang berbeda. Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga daripada yang diterima kemudian atau nilai sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (Gittinger, 1986).

(24)

10 Waktu mempengaruhi nilai uang, sehingga untuk membandingkan nilai uang yang berbeda pada waktu penerimaan dan pengeluarannya perlu dilakukan penyamaan nilai uang terebut dengan menggunakan tingkat diskonto (discount rate) yang bertujuan untuk melihat nilai uang di masa yang akan datang (future value) pada saat sekarang (present value) (Sitohang, 2008).

Untuk menentukan panjangnya umur proyek, terdapat beberapa pedoman yang dapat menjadi acuan, antara lain (Kadariah et al, 1999):

a) Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari suatu aset. Yang dimaksudkan dengan umur ekonomis suatu aset ialah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya.

b) Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang sangat besar, umur proyek yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk proyek-proyek tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolescence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien).

c) Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama daripada 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu, jika di discount dengan discount rate sebesar 10% ke atas maka present value-nya sudah sangat kecil.

(25)

III. METODE PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Alale, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Mei 2010. Untuk data pembanding maka dilakukan pengamatan pada PATM di Kabupaten Gorontalo dengan merk yang sama, tetapi berbeda jumlah unit dan total head. Selain itu untuk membandingkan dengan pompa mesin maka digunakan pompa mesin Niagara GTR 8 inchi.

B. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi berbagai kegiatan yaitu observasi daerah, penentuan parameter, pengambilan data, perhitungan/pengolahan data, dan pemecahan masalah.

1. Observasi Daerah

Kegiatan ini meliputi pengamatan daerah di sekitar pompa, keadaan masyarakat setempat, sumber air, dan tempat pompa dibangun. Observasi dilanjutkan di tempat yang berbeda dari daerah pertama dengan perlakuan pompa air tanpa mesin yang berbeda.

2. Pengambilan Data Teknis

Pengambilan data teknis ini meliputi tinggi terjun (Hs), tinggi tekan (Hd), debit masuk (Qs), debit keluar (Qd), debit limpah (Ql). Pengukuran tinggi terjun menggunakan meteran dengan mengukur tinggi vertikal dari katup limbah hingga muka air pada bak penampung sementara. Tinggi tekan menggunakan data dari perencanaan PATM dan dibuktikan dengan pembacaan GPS.

Perhitungan debit menggunakan metode pelampung dengan melakukan beberapa kali pengulangan. Pengukuran debit dilakukan pada beberapa tempat yaitu debit masuk dari saluran sekunder, debit limbah yang keluar dari PATM dan keluar dari pintu air. Pengukuran debit keluar pada ujung pipa dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik.

(26)

12 Data pendukung lainnya adalah jumlah pompa, sumber air, jarak menuju bak penampung dari lokasi PATM. Dibutuhkan pompa mesin sentrifugal untuk kebutuhan perbandingan dengan pompa mesin. Spesifikasi teknis pompa mesin sangat diperlukan untuk menentukan harga pokok air dari pompa mesin.

3. Pengambilan Data Ekonomi

Data yang diperlukan meliputi biaya tetap, biaya tidak tetap, dan biaya investasi dari PATM dan pompa mesin. Untuk PATM, Data ini diambil dari rancangan anggaran biaya PATM oleh Dinas PU, Kimpraswil Provinsi Gorontalo. Data untuk pompa mesin diambil dari salah satu penjual pompa mesin yang berada di Bogor. Data yang tidak ketahui besarnya karena berfluktuasi maka dapat diasumsikan.

4. Analisis Data Ekonomi a) Biaya Produksi

Biaya produksi dapat dilihat dari biaya yang dikeluarkan secara langsung, diantaranya biaya tetap dan biaya variabel selama satu periode produksi. Biaya tetap dapat terdiri dari biaya manajemen, biaya sewa lahan, biaya penyusutan, bunga modal dan pajak. Biaya penyusutan dari PATM maupun dari pompa mesin dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan umur ekonomis tergantung dari masing-masing pompa. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pemeliharaan setiap komponen, pergantian suku cadang, dan gaji operator.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992) biaya total dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap total dan biaya variabel total yang dapat dirumuskan:

BT = BTT + BVT (4)

Dimana:

BT = Biaya total (Rp/tahun) BTT = Biaya tetap total (Rp/tahun) BVT = Biaya variabel total (Rp/tahun)

(27)

b) Biaya Pokok

Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit barang sehingga barang tersebut dapat digunakan. Metode harga pokok penuh melibatkan seluruh biaya (tetap dan variabel) dalam perhitungan harga pokok produksi sedangkan pada harga pokok variabel hanya melibatkan biaya variabel.

Pada kasus ini perhitungan biaya pokok menggunakan metode harga pokok penuh karena untuk mengetahui harga pokok air setiap pengadaan PATM. Dalam menentukan biaya pokok air dari PATM dan pompa mesin digunakan metode harga pokok konvensional.

BP = // (5)

Dimana:

BP = Biaya pokok (Rp/m3) BT = Biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Biaya tidak tetap (Rp/tahun) c) Nilai Keekivalenannya di Masa Depan

Nilai masa depan (Future Value) digunakan untuk menghitung nilai investasi yang akan datang berdasarkan tingkat suku bunga dan angsuran yang tetap selama periode tertentu.

F = P (1+if)N (6)

Dimana:

F = Nilai masa depan (Rp) P = Nilai saat ini (Rp)

If = Inflasi tahunan (%/tahun) N = Jumlah periode (tahun)

Anuiti adalah rentetan pembayaran yang biasanya sama besar yang dibayarkan pada interval waktu yang sama, misalnya premi

(28)

14 asuransi, pelunasan hipotik, pembayaran sewa, pembayaran cicilan dalam pembelian angsuran, pembayaran bunga obligasi dan sebagainya.

A = F (7)

Dimana:

A = Anuiti (Rp)

F = Nilai masa depan (Rp)

i = Tingkat suku bunga (%/tahun) N = Jumlah periode (tahun)

(29)

Gambar 3. Tahapan penelitian Mulai

Pengambilan data teknis PATM meliputi:

debit masuk (lt/det), debit keluar (lt/det), debit limbah (lt/det), tinggi terjun (m),

tinggi tekan (m), jarak pompa ke bak penampung (m).

Pengambilan data ekonomi PATM meliputi: Biaya investasi dan biaya

perawatan

Pengolahan data

Analisis data dan membandingkan dengan pompa mesin. Rp/m3 air dari PATM dan pompa mesin Selesai

(30)

16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi dan Kondisi PATM

Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menjadi tempat untuk pengembangan sumberdaya lokal berbasis pertanian agropolitan sehingga diperlukan inovasi teknologi yang sederhana dan mampu dilaksanakan oleh masyarakat secara luas. Pembangunan Pompa Air Tanpa Mesin (pompa hidram) dilihat perlu untuk membantu kebutuhan air pertanian dan danau perintis pada musim kering yang berlokasi di Desa Alale, Kabupaten Bone Bolango. Selain itu PATM juga telah dibangun di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo dengan jumlah unit pompa yang lebih sedikit dibanding pompa yang berada di Kabupaten Bone Bolango yang diperuntukkan untuk mengairi lahan pertanian.

Menurut Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo pada tahun 2007 lahan pertanian yang dalam pengembangan di Kabupaten Bone Bolango khususnya daerah Tilongkabila adalah sekitar 699 ha. Pada musim kering, lahan dan sawah tersebut mengalami kekurangan air, sehingga menghambat proses penanaman. Pembangunan PATM ini direncanakan untuk mengairi sawah dan lahan pertanian yang mengalami kekeringan dengan luas sekitar 190 ha.

PATM di Kabupaten Bone Bolango ini juga diperuntukkan untuk pengairan danau perintis dengan luas sekitar 6 ha pada musim kering. Selain dari PATM, danau ini juga mendapatkan sumber air dari mata air pegunungan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 4, yang memperlihatkan keadaan sebelum adanya air dari PATM danau tersebut kering dan setelah adanya pengairan dari PATM.

(31)

Saat ini PATM tidak dapat dioperasikan seperti yang direncanakan karena terdapat permasalahan pada pipa menuju ke lahan pertanian. Lahan pertanian yang sebelumnya pernah menerima air dari PATM saat ini tidak melakukan penanaman pada musim kemarau lagi karena tidak ada sumber air yang mendukung proses penanaman.

Sebaliknya pada musim hujan PATM tidak dapat beroperasi karena debit air dari saluran sekunder terlalu besar sehingga menutupi seluruh komponen dari PATM seperti terlihat pada Gambar 5. Adanya kelebihan air yang berasal dari saluran sekunder ini membuat pengoperasian PATM tidak dapat dijalankan setahun penuh. Dibutuhkan waktu sebulan untuk memindahkan komponen PATM pada saat musim hujan agar tidak menjadi rusak karena terendam air. Pemindahan PATM ini tidak pernah dilakukan oleh operator, tetapi hanya dibersihkan pada saat air sudah surut.

Gambar 5. Perbedaan tinggi muka air pada saat musim hujan dan musim kemarau PATM di Kabupaten Bone Bolango

Perawatan yang masih dapat dilakukan oleh operator adalah membersihkan pompa ketika sudah terendam oleh lumpur pada saat air yang masuk dari saluran dalam kondisi keruh. Perawatan yang tidak berkala membuat beberapa pompa menjadi rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Jumlah pompa yang masih dapat beroperasi terdapat 30 unit pompa sedangkan 10 unit yang tidak beroperasi terdapat kerusakan pada katup limbah dan packing. Adapun kerusakan yang sering terjadi adalah baut berkarat dan membuat adanya kebocoran pada penyambungan antar pipa.

(32)

18 Pembangunan jaringan irigasi PATM lainnya bertempat di Kabupaten Gorontalo dengan jumlah pompa 15 unit. Pompa ini diharapkan untuk mengairi lahan pertanian milik warga setempat pada musim kering. Pembangunan ini berencana untuk mengairi areal persawahan dan perkebunan pada beberapa kelurahan di Kecamatan Limboto antara lain di Hunggaluwa, Kayubulan, Hepuhulawa, Bolihuangga, Dutulanaa dengan luasan sekitar 700 ha.

Sungai Hunggaluwa merupakan sungai yang memberikan sumber air kepada PATM. Penempatan PATM ini berada pada posisi hilir sungai Hunggaluwa. Jika pada bagian hulu dibendung maka air yang mengalir pada bagian hilir sangat sedikit. Pada musim kemarau tidak ada air yang mengalir pada PATM sehingga PATM tidak dapat dioperasikan seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kondisi PATM pada musim kemarau

Permasalahan utama pembangunan PATM Limboto saat ini adalah kurangnya debit pada musim kemarau dan berlebihnya debit air pada saat musim hujan. Kurangnya debit pada musim kemarau terjadi karena adanya bangunan bendung di sepanjang aliran hulu sungai Hunggaluwa yang membuat debit sungai yang mencapai hilir menjadi berkurang.

Pada saat musim hujan ketinggian air di sungai Hungaaluwa hampir mencapai tanggul sungai tersebut, sehingga merendam daerah-daerah yang memiliki elevasi yang lebih rendah dibandingkan elevasi sungai. Setelah musim hujan berakhir lumpur yang berada di lokasi PATM telah menutup pompa hingga ketinggian 60 cm seperti terlihat pada Gambar 7. Hal ini membuat

(33)

operator harus membersihkan lumpur tersebut ditambah lagi elevasi pompa lebih rendah dari sungai sehingga lumpur mengendap di daerah sekeliling pompa.

Gambar 7. Kondisi pada saat PATM tertutup lumpur B. Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)

Pompa air tanpa mesin (PATM) yang berada di Kabupaten Bone Bolango ini menggunakan sumber air yang berasal dari sungai yang telah dibendung. Air tersebut mengalir menuju pompa melalui saluran sekunder dengan panjang 600 m dari pintu bendung. Instalasi pompa ditempatkan di sebelah kiri saluran sekunder, sehingga pembagian air untuk daerah hilir saluran sekunder dengan daerah hasil pemompaan dapat diatur.

Saluran sekunder yang mengalirkan air untuk PATM masih banyak sampah dan kotoran yang mengotori saluran, sehingga air yang masuk ke bak penampung disaring dengan menggunakan kawat seperti terlihat pada Gambar 8. Penyaring kawat ini belum mampu menyaring sampah dan kotoran yang berukuran kecil, sehingga membuat adanya sumbatan pada saluran perpipaan.

(34)

20 Gambar 8. Rangkaian kawat penyaring sampah

Debit rata-rata air yang mengalir di saluran sekunder adalah berkisar pada 1,3 m3/det, tetapi tidak semua air yang mengalir di saluran sekunder digunakan untuk pengairan di pompa. Sebagian air yang tidak digunakan dialirkan ke hilir saluran sekunder untuk keperluan daerah yang berada di sekitar pompa. Berbeda dengan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo, pada musim kering tidak ada air yang mengalir ke hilir sungai sehingga PATM tidak dapat dioperasikan.

Menurut (Kalsim, 2004) debit air minimum yang diperlukan untuk pengoperasian PATM adalah 0,02 m3/det per pompa. Berdasarkan kebutuhan air minimum ini, dapat dikatakan bahwa PATM ini tidak mengalami kekurangan pasokan air. Debit air yang masuk ke dalam bak penampung sementara sebesar 1,092 m3/det.

Prinsip kerja (PATM) di Kabupaten Bone Bolango adalah sebelum air yang menuju ke pipa pemasukan, air ditampung di bak penampung guna memenuhi ketinggian yang optimal untuk memperoleh daya tekan kepada pompa. Berdasarkan perhitungan rata-rata ketinggian air di bak penampung adalah 2,16 m. Ketinggian maksimum dari bak penampung yang menjadi tinggi terjun maksimum ini mencapai 2,6 m.

Berbeda dengan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo, air langsung masuk tanpa ditampung terlebih dahulu. Kondisi ini membuat peluang masuknya sampah, kotoran ataupun lumpur ke pipa pemasukan semakin besar. Hal ini membuat pompa sering terjadi macet karena adanya kotoran yang menyumbat kerja katup pada PATM.

(35)

Di Kabupaten Bone Bolango beda elevasi antara PATM menuju bak penampung mencapai 20 m. Ketinggian tekan yang begitu besar membuat PATM ini membutuhkan hidropore untuk menjaga daya dorong hingga menuju ke bak penampung sebelum didistribusikan. Kehilangan energipun semakin besar karena jarak dari pompa menuju ke bak penampung mencapai 2.400 m. Selain kehilangan energi dari panjang pipa, kehilangan energi juga terjadi karena adanya belokan dan sambungan pada pipa sehingga total head dari PATM adalah 55 m.

Besarnya perbandingan antara tinggi tekan dengan tinggi terjun ini membuat efisiensi menjadi lebih rendah. Addison (1964) menyatakan bahwa pompa air tanpa mesin akan bekerja dengan baik pada perbandingan Hd dan Hs cukup besar, akan tetapi pada kondisi ekstrim dimana tinggi angkat dua puluh kali atau lebih dari tinggi terjun, efisiensi menjadi lebih rendah.

Berdasarkan perhitungan efisiensi PATM pada waktu perencanaan adalah 38,8%, sedangkan pada kondisi aktual atau 30 pompa yang beroperasi efisiensi yang dihasilkan hanya 13,8%. Selain itu faktor yang mempengaruhi efisiensi pompa adalah adanya kerusakan pada PATM. Kerusakan tersebut diantaranya adalah katup tidak berfungsi dengan baik, packing yang sudah mengeras seperti terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Kerusakan yang sering terjadi pada PATM

PATM di Kabupaten Bone Bolango sudah tidak dijalankan sejak awal tahun 2008, sehingga membuat banyak komponen yang tidak mendapatkan perawatan dan perbaikan oleh operator. Hal ini yang membuat beberapa komponen mengalami kerusakan.

(36)

22 PATM ini memiliki keuntungan tidak membutuhkan mesin untuk mengalirkan air ke tempat tinggi dan jauh dari sumber mata air. penggunaan mesin digantikan dengan adanya tekanan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan ketinggian. Perbedaan ketinggian ini dibuat dengan menggunakan bak penampung yang telah dibendung dengan ketinggian tertentu. Ketinggian tersebut dirancang untuk mendapatkan hasil ketinggian yang maksimum dengan level muka air maksimum.

C. Pompa Mesin

Pompa mesin yang digunakan untuk perbandingan biaya pokok air adalah pompa mesin sentrifugal 8 inchi dengan merk Niagara seperti terlihat pada Gambar 10. Pompa ini memiliki kapasitas maksimum mengalirkan air hingga 5,93 m3/menit dan mampu mengalirkan air dengan total head maksimum 19 m. Pompa ini membutuhkan daya kurang lebih 25 HP untuk memutar silinder pompa. Jika dibandingkan dengan PATM pompa mesin Niagara ini memiliki efisiensi lebih tinggi, yaitu 65%.

Gambar 10. Pompa sentrifugal beserta engine

Pemanfaatan engine dengan daya 25 HP untuk menaikkan air dengan total head sebesar 19 m atau total head maksimum, debit yang dihasilkan sebesar 64,14 lt/det. Pada pemanfaatan pompa untuk menaikkan air dengan total head sebesar 13 m maka debit air yang dapat dihasilkan sebesar 93,75 lt/det.

Untuk keperluan perbandingan biaya pokok pengangkatan air dengan pompa mesin, maka total head disamakan dengan PATM di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Di Kabupaten Bone Bolango dengan total

(37)

head 55 maka dibutuhkan 3 unit pompa mesin untuk menaikkan air dan dilengkapi dengan bangunan penampung pada setiap pompa mesin.

Keuntungan pompa mesin dibandingkan PATM adalah pompa mesin tidak membutuhkan tinggi terjun untuk mengalirkan air ke permukaan yang lebih tinggi. Selain itu juga pompa mesin tidak membutuhkan adanya aliran air seperti pada PATM. Tetapi pompa ini mempunyai keterbatasan total head yang jauh berbeda dengan PATM.

Kerusakan yang sering dialami dalam pengoperasian pompa mesin hanyalah pada silinder yang menghubungkan antara engine dan Pompa. Ketika penghubung tidak dalam kondisi yang baik maka ada udara yang masuk ke dalam pompa yang dapat menyebabkan pompa susah untuk menghisap air dari elevasi yang lebih rendah.

D. Analisis Biaya Pokok

Analisis biaya ini diperuntukkan untuk mengetahui biaya yang ditimbulkan setiap pengadaan pompa air tanpa mesin (PATM) dan pompa mesin. Analisis ini membutuhkan data biaya investasi dan biaya perawatan. Berdasarkan data yang didapatkan biaya investasi dari PATM lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin Niagara 8 inchi. Untuk memperoleh 1 unit PATM dibutuhkan biaya Rp 33.852.600 ditambahkan dengan biaya jaringan perpipaan sebesar Rp 1.010.042.784 dan biaya bendung sebesar Rp 954.525.533 untuk PATM di Kabupaten Bone Bolango, sedangkan untuk memperoleh pompa mesin Niagara 8 inchi dibutuhkan biaya sebesar Rp 31.900.000.

Selain biaya investasi, biaya yang mempengaruhi analisis biaya adalah biaya perawatan. Perbedaan utama dari PATM dengan pompa mesin adalah terletak pada biaya perawatan. Penggunaan bahan bakar dan pelumas untuk keperluan engine membuat biaya perawatan pompa mesin menjadi lebih besar. PATM hanya memerlukan biaya perawatan seperti pergantian komponen-komponen yang sering rusak dan gaji operator, sedangkan pompa mesin biaya perawatan terdiri dari biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perbaikan, dan gaji operator.

PATM yang berada di Kabupaten Bone Bolango dengan jumlah pompa sebanyak 40 unit membutuhkan biaya perawatan sebesar Rp 41.466.000

(38)

24 per tahun. Sedangkan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo dengan

jumlah pompa sebanyak 15 unit membutuhkan biaya perawatan sebesar Rp 31.311.000 per tahun.

Pompa mesin Niagara 8 Inchi untuk setiap unitnya membutuhkan biaya perawatan yang tergantung dari pengoperasiannya dalam sehari. Jika penggunaannya selama 12 jam/hari dan 300 hari/tahun maka biaya tak tetap yang dibutuhkan dalam setahun sebesar Rp 147.349.440 per tahun. Pada

pengoperasian selama 10 jam dalam sehari biaya tak tetap sebesar Rp 135.394.200 per tahun. Setiap penurunan jam pengoperasian akan

menurunkan biaya tak tetap pompa mesin.

Biaya tak tetap pompa mesin lebih besar dibandingkan dengan PATM dikarenakan biaya penggunaan bahan bakar yang besar. Kebutuhan bahan bakar untuk mengoperasikan setiap 1 jam membutuhkan 1,5 liter solar.

Biaya tak tetap dari PATM lebih rendah dibandingkan pompa mesin sedangkan biaya tetap dari PATM lebih besar dibandingkan biaya tak tetap pompa mesin. Hal ini membuat perhitungan biaya pokok pengangkatan air harus menggunakan metode harga pokok penuh, sehingga perlu adanya penjumlahan biaya tetap dan biaya tak tetap setiap volume air yang dihasilkan selama setahun.

Biaya pokok yang dihasilkan oleh setiap penggunaan PATM dalam setahun dalam kondisi perencanaan dan keadaan aktual terlihat jauh berbeda seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan debit keluar antara keadaan aktual yang hanya mengeluarkan debit air 6 lt/det, sedangkan dalam perencanaan debit air keluar adalah 20 lt/det.

Tabel 1. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dalam keadaan aktual dan perencanaan

No Jenis Pompa Total Head (m) Debit (lt/m3) Jam Pengoperasian (jam/hari) Total Biaya (Rp/m3) Biaya Pokok (Rp/m3) 1 PATM Bone Bolango Aktual 55 0,006 24 505.800.671 3.252 2 PATM Bone Bolango Perencanaan 55 0,020 24 505.800.671 976

(39)

Pada keadaan aktual biaya pokok pengangkatan air oleh PATM terlalu besar. Penggunaan untuk air minum masih tergolong lebih murah dibandingkan dengan air minum yang diberikan oleh PDAM sebesar Rp 5.000/m3. Sementara untuk penggunaan pertanian harga tersebut tergolong mahal.

Perbedaan biaya pokok air pada keadaan aktual dan keadaan perencanaan ini membuat perlu adanya perbaikan pada setiap komponen PATM agar kembali pada keadaan perencanaan. Beberapa kerusakan seperti adanya kerusakan pada packing yang membuat air keluar dari celah pipa, dapat membuat debit yang keluar menjadi lebih kecil.

Biaya pokok pengangkatan air dalam penggunaan pompa selama 12 jam/hari dan 300 hari/tahun di Kabupaten Bone Bolango, PATM lebih besar

dibandingkan dengan pompa mesin seperti terlihat pada Tabel 2. Biaya pokok pengangkatan air oleh PATM adalah sebesar Rp 1,951/m3, sedangkan pompa mesin sebesar Rp 390/m3. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Gorontalo memperlihatkan hal yang sama, yaitu biaya pokok pengangkatan air dengan PATM lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin.

Tabel 2. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan PATM dan dengan Pompa Mesin pada jam pengoperasian yang sama

No Jenis Pompa Total Head (m) Debit (lt/m3) Jam Pengoperasian (jam/hari) Total Biaya (Rp/m3) Biaya Pokok (Rp/m3) 1 PATM Bone Bolango

55 0,020

12

505.800.671 1.951

2 Pompa Mesin 0,064 323.163.607 390

3 PATM Kab. Gorontalo

13 0,013 166.618.935 976

4 Pompa Mesin 0,090 209.491.124 180

Perbedaan biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo adalah pada jumlah unit masing-masing pompa dan total head dari masing-masing pompa. Jumlah pompa di Kabupaten Bone Bolango lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pompa di Kabupaten Gorontalo karena total head di Kabupaten Bone Bolango lebih besar dibandingkan dengan di Kabupaten Gorontalo. Hal ini yang membuat biaya pokok pengangkatan air di

(40)

26 Kabupaten Bone Bolango lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Gorontalo.

Pengoperasian pompa mesin memiliki keterbatasan penggunaan karena

menggunakan engine maka tidak dapat digunakan sepenuhnya dalam 24 jam/hari selama 300 hari/tahun, tetapi penggunaan PATM dapat digunakan

selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun. Untuk itu ada perbedaan biaya pokok jika menggunakan kerja optimal dari masing-masing pompa seperti terlihat pada Lampiran 12e. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango masih lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok pengangkatan air pompa mesin.

Semakin kecil jam pengoperasian pompa mesin maka semakin besar biaya pokok pengangkatan airnya seperti terlihat pada Tabel 3. Pada pengoperasian selama 10 jam/hari dan 300 hari/tahun, biaya pokok pengangkatan air pompa mesin untuk penggunaan di Kabupaten Bone Bolango sebesar Rp 447/m3, sedangkan pada pengoperasian selama 8 jam/hari dan 300 hari/tahun sebesar Rp 704/m3. Penggunaan 6 jam/hari selama 300 hari/tahun pengoperasian pompa mesin, biaya pokok pengangkatan air pompa mesin masih lebih rendah dibandingkan dengan PATM di Kabupaten Bone Bolango pada pengoperasian maksimal selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun.

Tabel 3. Perbandingan Biaya Pokok Air PATM di Kabupaten Bone Bolango dan Pompa Mesin pada Jam Pengoperasian yang Berbeda-beda

No Jenis Pompa Total Head (m) Debit (lt/m3) Jam Pengoperasian (jam/hari) Total Biaya (Rp/m3) Biaya Pokok (Rp/m3) 1 PATM Bone Bolango 55 0,020 24 505.800.671 976 2 Pompa Mesin 55

0,064 10 309.138.831 447

0,064 8 295.114.056 534

0,064 6 281.089.280 678

Besarnya biaya pokok pengangkatan air oleh PATM dibandingkan dengan pompa mesin terlihat juga di Kabupaten Gorontalo seperti pada Tabel 4. Pada pengoperasian PATM selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun, biaya pokok

(41)

pengangkatan air adalah sebesar Rp 494/m3. Perbedaan biaya pokok pengangkatan air ini tidak sebesar perbedaan di Kabupaten Bone Bolango. Tabel 4. Perbandingan Biaya Pokok Air PATM di Kabupaten Gorontalo dan

Pompa Mesin pada Jam Pengoperasian yang Berbeda-beda No Jenis Pompa Total Head

(m) Debit (lt/m3) Jam Pengoperasian (jam/hari) Total Biaya (Rp/m3) Biaya Pokok (Rp/m3) 1 PATM Kab. Gorontalo 13 0,013 24 505.800.671 494 2 Pompa Mesin 13

0,090 10 309.138.831 211

0,090 8 295.114.056 257

0,090 6 281.089.280 335

Biaya pokok air PATM lebih besar daripada pompa mesin dikarenakan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan pengadaan pompa mesin. Biaya investasi yang menjadi besar dikarenakan adanya pembangunan bendung yang diperuntukkan untuk menaikkan muka air.

Pengadaan PATM di Kabupaten Bone Bolango membutuhkan bangunan bendung yang dapat meningkatkan tinggi muka air hingga pada ketinggian yang ditentukan. Biaya investasi menjadi lebih besar karena adanya pembangunan bendung. Pembangunan bendung ini diperlukan ketika sungai yang menjadi inlet memiliki elevasi yang datar, sehingga perlu adanya tambahan pekerjaan bangunan. Untuk pembangunan di daerah pegunungan bangunan bendung ini tidak diperlukan dikarenakan sudah ada perbedaan elevasi.

Penggunaan PATM pada kondisi yang sudah memiliki beda elevasi maka tidak membutuhkan lagi bangunan bendung, sehingga biaya pokok pengangkatan air PATM lebih rendah seperti terlihat pada Lampiran 12f. Biaya pokok pengangkatan air PATM dalam pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa memperhitungkan biaya bendung di Kabupaten Bone Bolango masih lebih besar daripada pompa mesin. Biaya pokok pengangkatan air PATM sebesar Rp 847/m3, sedangkan biaya pokok pengangkatan air pompa

mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun sebesar Rp 678/m3.

(42)

28 Biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Gorontalo untuk PATM pada pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa memperhitungkan biaya bendung adalah sebesar Rp 395/m3. Biaya ini masih lebih besar dibandingkan dengan penggunaan pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun, yaitu sebesar Rp 335/m3.

Penggunaan PATM tanpa hidrophore akan membuat biaya pokok pengangkatan air akan menurun tapi masih tetap dapat mengangkat air pada total head yang dibutuhkan. Pada penggunaan PATM di Kabupaten Bone Bolango tanpa menggunakan biaya pembangunan bendung dan pengandaan hidrophore adalah sebesar Rp 833/m3. Tetapi biaya ini masih lebih mahal dibandingkan dengan pompa mesin.

Pada saat kondisi PATM di Kabupaten Bone Bolango pengoperasiannya 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa biaya bendung, biaya pokok pengangkatan air sebesar Rp 833/m3. PATM di Kabupaten Gorontalo pada pengoperasian yang sama biaya pokok pengangkatan air sebesar Rp 395/m3.

Kedua biaya pokok pengangkatan air PATM pada kondisi diatas akan lebih kecil dibandingkan dengan pompa mesin, dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun dan jika terjadi penurunan efisiensi dari 65% menjadi 45% seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan PATM (tanpa memperhitungkan biaya bendung) dan dengan Pompa Mesin (terjadi penurunan efisiensi menjadi 45%

No Jenis Pompa Total Head (m) Debit (lt/m3) Jam Pengoperasian (jam/hari) Total Biaya (Rp/m3) Biaya Pokok (Rp/m3) 1 PATM Bone Bolango

55 0,020 24 439.050.701 847

2 Pompa Mesin 0,064 281.089.280 986

3 PATM Kab. Gorontalo 13 0,013 6 31.311.000 395 4 Pompa Mesin 0,090 195.466.348 686 Nilai PATM pada 20 tahun setelah pembuatan dengan tingkat inflasi sebesar 5 %/tahun adalah sebesar Rp 13.854.329.385. Besarnya nilai PATM ini membuat angsuran setiap tahun menjadi besar. Biaya angsuran yang harus dikeluarkan

(43)

oleh petani setempat agar PATM jika sudah pada umur ekonomis dapat digantikan dengan PATM yang baru. Angsuran setiap tahunnya dengan

mempertimbangkan tingkat suku bunga 10%/tahun adalah sebesar Rp 243.058.410.

Biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh petani untuk menjaga keberlanjutan penggunaan PATM hingga mencapai umur ekonomis adalah

sebesar Rp 469 /m3. Penggunaan PATM selama 24 jam/hari selama 300 hari/tahun memperlihatkan biaya yang besar dengan memperhitungkan

biaya untuk pembelian komponen PATM setelah mencapai 20 tahun seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan mempertimbangkan biaya pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis

Parameter Satuan Nilai

Total Biaya Rp/tahun 505.800.671

Volume Air m3/tahun 518.400

Angsuran Rp/tahun 243.058.410

Biaya Replacement Rp/m3 469

Biaya Air Rp/m3 976

Biaya Air + Biaya Pembelian PATM Rp/m3 1.445 Biaya pokok air dari PATM lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok air pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun dengan mempertimbangkan biaya untuk pembelian komponen masing-masing pompa selama umur ekonomis dari masing-masing pompa seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Biaya biaya pokok pengangkatan air dengan mempertimbangkan

biaya pembelian pompa mesin setelah mencapai umur ekonomis

Parameter Satuan Nilai

Total Biaya Rp/tahun 281.089.280

Volume Air m3/tahun 414.720

Angsuran Rp/tahun 78.524.570

Biaya Replacement Rp/m3 189

Biaya Air Rp/m3 678

(44)

30 Biaya pokok air PATM di Kabupaten Bone Bolango yang harus dibayarkan oleh petani masih tergolong besar. Hal ini disebabkan oleh masih dilakukan perhitungan pada investasi awal. Biaya pokok pengangkatan air akan lebih kecil jika investasi awal menjadi tanggung jawab dari pemerintah dan tidak mengharapkan modal untuk investasi tersebut kembali. Perhitungan biaya pokok air jika hanya memperhitungkan biaya operasional maka biaya pokok air terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya pokok pengangkatan air dengan memperhitungkan total biaya berasal dari biaya operasional

Parameter Satuan Nilai

Total Biaya Rp/tahun 41.466.000

Volume Air m3/tahun 518.400

Angsuran Rp/tahun 243.058.410

Biaya Replacement Rp/m3 469 Biaya Air Rp/m3 80 Biaya Air + Biaya Pembelian PATM Rp/m3 549

Biaya air ditambahkan biaya untuk pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis masih lebih kecil dibandingkan dengan biaya air pompa mesin. Hal ini membuat petani menjadi lebih mudah untuk membeli air yang dihasilkan oleh PATM. Masyarakat setelah menggunakan PATM selama 20 tahun, pada tahun berikutnya sudah dapat membeli PATM yang baru karena adanya biaya replacement yang ditambahakan pada biaya air setiap m3.

(45)

V. PENUTUP A. Kesimpulan

1. Debit air yang sampai ke bak penampung dengan total head sebesar 55 m untuk PATM di Kabupaten Bone Bolango adalah 6 lt/det, sedangkan pada keadaan perencanaannya adalah sebesar 20 lt/det. Debit air yang sampai ke bak penampung dengan total head sebesar 13 m untuk PATM di Kabupaten Gorontalo sebesar 5 lt/det, sedangkan pada keadaan perencanaan adalah sebesar 13 lt/det.

2. PATM di Kabupaten Bone Bolango memiliki efisiensi yang kecil yaitu 13,8% dibandingkan pada keadaan perencanaan yaitu 38,8%. Hal ini disebabkan oleh terdapat kerusakan yang terjadi pada beberapa komponen PATM serta rasio tinggi tekan dan tinggi terjun yang melebihi 20.

3. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango pada keadaan aktual lebih mahal dibandingkan pada saat perencanaan. Biaya pokok pengangkatan air PATM dalam pengoperasian selama 24 jam/hari selama 300 hari/tahun pada keadaan aktual sebesar Rp. 3.252/m3, sedangkan pada saat perencanaan biaya pokok air sebesar Rp 976/m3. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Gorontalo pada kondisi aktual lebih besar dibandingkan dengan pada saat perencanaan. Biaya pokok pengangkatan air dalam keadaan aktual sebesar Rp 1.286/m3, sedangkan pada keadaan perencanaan sebesar Rp 494/m3. Perbedaan biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo disebabkan oleh adanya perbedaan total head dan jumlah unit dari masing-masing PATM.

4. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dalam pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun adalah sebesar Rp 976/m3

lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin pada pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun sebesar Rp 678/m3.

5. Biaya pokok pengangkatan air pompa mesin sangat tergantung pada jam pengoperasiannya. Setiap penurunan jam pengoperasian membuat biaya

(46)

32 pokok pengangkatan air pompa mesin semakin bertambah. Pemanfaatan pompa mesin untuk total head 55 m, biaya pokok pengangkatan air dalam pengoperasian selama 10 jam/hari, 8 jam per hari, 6 jam/hari selama 300 hari/tahun adalah sebesar Rp 447/m3, Rp 534/m3, Rp 678/m3.

6. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dan di

Kabupaten Gorontalo dalam pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun serta tanpa memperhitungkan biaya bendung lebih kecil

dibandingkan pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun dan efisiensi pompa mesin adalah 45%. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar Rp 847/m3, sedangkan pompa mesin sebesar Rp 986/m3. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Gorontalo sebesar Rp 385/m3, sedangkan pompa mesin sebesar Rp 686/m3.

7. Nilai PATM pada 20 tahun setelah pembuatan pada tingkat inflasi 5 %/tahun adalah sebesar Rp 13.854.329.385, sehingga untuk bisa membeli PATM baru, petani harus membayar Rp 243.058.410 /tahun dengan asumsi tingkat bunga modal 10 %/tahun.

8. Besarnya biaya tambahan untuk pembelian komponen PATM setelah melewati umur ekonomis 20 tahun adalah sebesar Rp 469/m3 sehingga total biaya air menjadi Rp 1.445/m3, sedangkan biaya tambahan untuk pompa mesin selama umur ekonomis 32.000 jam adalah Rp 189/m3 dan total biaya air menjadi Rp 867/m3.

9. Perhitungan biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dengan tidak memperhitungkan biaya investasi awal adalah sebesar Rp 549/m3. Biaya ini sudah termasuk biaya untuk pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis, sehingga pada tahun ke 20 masyarakat sudah dapat membeli PATM yang baru.

(47)

B. Saran

1. Untuk mendapatkan biaya pokok pengangkatan air PATM yang lebih murah dibandingkan dengan pompa mesin maka perlu adanya perhatian pada penentuan lokasi yang tepat untuk PATM. Penentuan lokasi haruslah mempertimbangkan tinggi tekan dan tinggi terjun dengan rasio lebih kecil dari 20. Rasio tinggi tekan dan tinggi terjun yang lebih kecil dari 20 berada pada lokasi secara geografis pada bagian hulu dan tengah daerah aliran sungai.

2. Berdasarkan perhitungan efisiensi dari PATM di Kabupaten Bone Bolango, disarankan untuk menjaga PATM dengan perawatan yang rutin dan mengganti beberapa komponen yang telah rusak sehingga dapat meningkatkan efisiensi PATM.

3. Besarnya biaya pokok air PATM untuk digunakan irigasi atau air minum perlu dianalisis kelayakan ekonominya, sehingga dapat menentukan penggunaan air yang tepat.

4. Menjaga keberlanjutan penggunaan PATM di Kabupaten Bone Bolango, saat ini dapat dilakukan dengan menambahkan biaya replacement pada biaya air setiap m3 penggunaan air. Hal ini diperuntukkan untuk pembelian komponen PATM setelah mencapai umur ekonomis.

5. Penentuan kelayakan ekonomi pompa mesin untuk irigasi tanaman jagung atau tanaman lainnya, perlu dianalisis biaya usahatani dan kebutuhan air irigasi.  

Gambar

Gambar 3. Tahapan penelitian Mulai
Gambar 5. Perbedaan tinggi muka air pada saat musim hujan dan musim       kemarau PATM di Kabupaten Bone Bolango
Gambar 6. Kondisi PATM pada musim kemarau
Gambar 7. Kondisi pada saat PATM tertutup lumpur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas seberapa besar peningkatan konsentrasi CO dan jumlah kendaraan bermotor pada hari minggu yang dibandingkan dengan hari sabtu, kemudian

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap kedua subjek penelitian yang memiliki gaya kognitif visualizer dalam memecahkan masalah matematika menunjukkan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:1) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap kesulitan belajar ekonomi pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

multimedia interaktif kesetimbangan kimia. Angket ini berupa skala sikap yang penilaiannya menerapkan skala Likert yang terdiri dari 20 butir soal dengan 11 pernyataan positif

Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mucus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkanerosi pada sel mukosa. Hilangnya

Uraian di atas menunjukkan bahwa model pelatihan INNOMATTS secara teoretis dapat dikembangkan menjadi model pelati- han yang valid, praktis dan efektif dalam me- ningkatkan

PT Raudah Utama Cianjur adalah sebuah travel agent yang melayani perjalanan dalam dan luar negeri, yang mana PT Raudah Utama Cianjur ini membuka kantor Haji,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dalam prosedur penyelesaian kasus perceraian di Pengadilan Agama Arga Makmur dan melalui pengadilan wilayah di