• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PENYUSUN. Pengarah : Pribudiarta Nur Sitepu (Deputi Bidang Perlindungan Anak)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PENYUSUN. Pengarah : Pribudiarta Nur Sitepu (Deputi Bidang Perlindungan Anak)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TIM PENYUSUN

Pengarah : Pribudiarta Nur Sitepu

(Deputi Bidang Perlindungan Anak)

Koordinator : 1. Ignatius Praptoraharjo (Fasilitator Nasional PATBM) 2. Rini Handayani

(Asdep Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi) 3. Valentina Ginting

(Asdep Perlindungan Anak dalam situasi

Darurat dan Pornografi)

4. Indra Gunawan

(Asdep Perlindungan Anak Berkebutuhan Khusus) 5. Ali Khasan

(Asdep Perlindungan Anak Berhadapan dengan Hukum & Stigmatisasi) 6. Nurti Mukti Wibawati

(Sekretaris Deputi Bidang Perlindungan Anak) Tim Penyusun :

1. Sisparyadi (Fasilitator Nasional PATBM) 2. Antik Bintari (Fasilitator Nasional PATBM) 3. Susilawati (Fasilitator Nasional PATBM) 4. Putri Suci Asriani (Fasilitator Nasional PATBM) 5. Ernesta Uba Wohon (Fasilitator Nasional PATBM) 6. Apriana H.J. Fanggidae (Fasilitator Nasional PATBM) 7. Maria Margareta Bhubhu (Fasilitator Nasional PATBM) 8. Yuniarti (Fasilitator Nasional PATBM)

9. L.H. Kekek Apriana Dwi Harjanti (Fasilitator Nasional PATBM)

10. Ratih Rachmawati (Kepala Bidang Perlindungan Anak Korban Kekerasan) 11. Anisah (Kepala Bidang Perlindungan Anak Korban Eksploitasi)

Buku ini diterbitkan oleh:

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ISBN : 978-602-6571-15-1

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan Modul Pelatihan Aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ini dapat diselesaikan pada waktunya. Modul pelatihan aktivis PATBM ini disusun sebagai bahan pelatihan pembekalan kepada calon aktivis yang berasal desa/kalurahan dalam pelaksanaan PATBM.

Modul yang disusun secara sederhana namun komprehensif ini diharapkan dapat membantu para fasilitator dalam memfasilitasi pelatihan, pertemuan-pertemuan dan pendampingan untuk perlindungan anak yang dilaksanakan oleh aktivis kepada masyarakat. Selain itu modul ini juga menawarkan metode-metode yang variatif dan sistematis guna memberikan pemahaman tentang proses gerakan PATBM, namun demikian tidak menutup kemungkinan Fasilitator daerah dapat mengembangkan metode yang terdapat dalam Modul ini sesuai dengan situasi, kondisi dan budaya di daerah masing-masing.

Modul Pelatihan Aktivis PATBM ini disusun atas kerjasama Kementerian PP-PA dengan Fasilitator Nasional PATBM yang berasal dari Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Universitas Bengkulu, Universitas Nusa Cendana, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang dan LK3 Bengkulu. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Fasilitator PATBM Nasional atas kerja kerasnya dalam menyusun Modul Pelatihan Aktivis PATBM ini. Kiranya gerakan PATBM sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan menanggapi terjadinya kekerasan terhadap anak dengan melibatkan peranserta masyarakat dapat terwujud.

Jakarta, 20 Agustus 2017

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

DAFTAR ISI ... ii

PENDAHULUAN ... 1

Sistematika Isi Modul ... 1

Mengapa Pelatihan PATBM untuk Aktivis Penting? ... 1

Maksud dan Tujuan ... 2

Sasaran Pengguna ... 2

Metodologi Pelatihan ... 3

MODUL 1 : DINAMIKA KELOMPOK ... 9

Unit 1.1. Satuan Langkah Pelatihan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar ... 9

Unit 1.2. Lembar Kerja Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar ... 12

Unit 1.3. Lembar Bacaan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar ... 13

MODUL 2 : MEMULAI PATBM ... 17

Unit 2.1. Satuan Langkah Memulai PATBM ... 17

Unit 2.2. Lembar Kerja Memulai PATBM ... 19

Unit 2.3. Lembar Bacaan Memulai PATBM ... 21

MODUL 3 : MERENCANAKAN PATBM ... 27

Unit 3.1. Satuan Langkah Merencanakan PATBM ... 27

Unit 3.2. Lembar Kerja Merencanakan PATBM ... 30

(5)

MODUL 4 : MELAKSANAKAN KEGIATAN PATBM ... 37

Unit 4.1. Satuan Langkah Melaksanakan PATBM ... 37

Unit 4.2. Lembar Kerja Melaksanakan PATBM ... 42

Unit 4.3. Lembar Bacaaan Melaksanakan PATBM ... 46

MODUL 5 : STRATEGI PERUBAHAN PATBM... 61

Unit 5.1. Satuan Langkah Strategi Perubahan PATBM ... 61

Unit 5.2. Lembar Kerja Strategi Perubahan PATBM ... 62

Unit 5.3. Lembar Bacaan Mengukur Keberhasilan PATBM ... 63

MODUL 6 : MENGEMBANGKAN PATBM ... 75

Unit 6.1. Satuan Langkah Mengembangkan PATBM ... 75

Unit 6.2. Lembar Kerja Mengembangkan PATBM ... 76

Unit 6.3. Lembar Bacaan Mengembangkan PATBM ... 76

MODUL 7 : KEBERLANJUTAN PROGRAM PATBM ... 79

Unit 7.1. Satuan Langkah Keberlanjutan Program PATBM ... 79

Unit 7.2. Lembar Kerja Keberlanjutan Program PATBM... 80

MODUL 8 : MONITORING DAN EVALUASi ... 83

Unit 8.1. Satuan Langkah Pelatihan Monitoring dan Evaluasi ... 83

Unit 8.2. Lembar Kerja Monitoring dan Evaluasi ... 84

Unit 8.3. Lembar Bacaan Monitoring dan Evaluasi ... 84

(6)
(7)

PENDAHULUAN

Modul Pelatihan untuk aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) telah disusun menjadi satu bahan pelatihan untuk memberikan pembekalan kepada calon aktivis yang berasal dari desa/kalurahan dalam pelaksanaan PATBM.

Sistematika Isi Modul

Modul Pelatihan ini disusun dengan menyertakan satuan langkah pelatihan, lembar bacaan, lembar kerja dan lembar tayang bahan bagi peserta yang akan menerapkan PATBM di wilayah masing-masing. Modul pelatihan ini dikemas secara terstruktur agar mudah digunakan dengan menyesuaikan kondisi lingkungan belajar peserta. Adapun materi modul yang akan diberikan dalam pelatihan untuk aktivis terdiri dari :

1. Dinamika Kelompok. 2. Memulai PATBM. 3. Merencanakan PATBM.

4. Melaksanakan Kegiatan PATBM 5. Strategi Perubahan PATBM 6. Mengembangkan PATBM

7. Mempertahankan Keberlanjutan PATBM 8. Monitoring dan Evaluasi

Mengapa Pelatihan PATBM untuk Aktivis Penting?

Secara umum, modul pelatihan ini dimaksudkan untuk mendukung PATBM pada pelaksanaan di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa/kalurahan. Modul ini berisi pengalaman dan ketrampilan praktis yang dibutuhkan untuk menfasilitasi kegiatan PATBM oleh aktivis di desa atau kelurahan masing-masing.

(8)

Aktivis yang disebutkan dalam modul pelatihan ini adalah mereka yang terdiri dari seseorang, atau orang-orang terutama pendamping anak, tokoh anak, anak itu sendiri, dan atau mereka yang memiliki kepedulian kepada anak-anak yang bekerja aktif dan mampu menggerakkan kegiatan kemasyarakatan di tingkat desa atau kelurahan.

Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya modul pelatihan aktivis adalah untuk membekali aktivis PATBM di tingkat kabupaten agar memiliki kemampuan dalam menfasilitasi kegiatan PATBM sesuai dengan model PATBM yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mulai tahun 2016. Secara khusus modul Aktivis ini bertujuan :

1) Menyamakan persepsi tentang konsep peningkatan kapasitas pelatih dalam pengembangan Model Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM)

2) Melakukan pembagian tugas dalam pelaksanaan kegiatan PATBM oleh aktivis di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa/kalurahan dengan wilayah sasaran masing-masing

3) Menyusun rencana kerja tindak lanjut pendampingan dan pelaksanaan pelatihan kegiatan PATBM di wilayah provinsi, kabupaten/kota dan desa/kalurahan masing-masing

Sasaran Pengguna

Secara khusus modul ini ditujukan bagi aktivis PATBM di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa/ kalurahan yang akan menfasilitasi kegiatan PATBM. Modul aktivis ini dibuat guna membantu para aktivis dalam memfasilitasi pelatihan, pertemuan, dinamika kelompok dan sesi edukasi serta pendampingan untuk perlindungan anak yang dilaksanakan oleh masyarakat. Modul ini disusun secara sederhana namun komprehensif dengan menawarkan metode-metode yang variatif dan sistematis guna memberikan pemahaman yang seksama mengenai proses gerakkan PATBM. Implementasi dari modul ini sangat membutuhkan partisipasi yang tinggi dari aktivis guna menemukan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan anak yang mereka hadapi serta mewujudkan perlindungan anaki untuk memecahkan masalah kekerasan kepada anak.

(9)

Sebagai catatan, bahwa modul ini bisa diterapkan secara fleksible baik waktu maupun materinya, artinya waktu pelatihan bisa dilangsungkan dalam satu rangkaian waktu tertentu di dalam kelas atau diluar kelas maupun pelatihan secara periodik dan di ruang terbuka serta materinya bisa menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan gerakkan PATBM. PATBM merupakan gerakan dari jaringan atau kelompok warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara bersama dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan perlindungan anak. PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dan respon cepat dengan membangun kesadaran masyarakat agar terjadi perubahan pemahaman, sikap dan prilaku yang memberikan perlindungan kepada anak.

Metodologi Pelatihan

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan :

1. Soal Pra dan Paska tes PATBM dan Evaluasi Pelatihan PATBM

Modul pelatihan ini dilengkapi dengan soal pra dan paska tes PATBM. Soal tes dibagikan kepada peserta sebelum memulai kegiatan pelatihan dan setelah kegiatan pelatihan selesai. Fasilitator akan membagikan soal pra tes pelatihan PATBM dan meminta peserta untuk langsung mengerjakan. Langkah yang sama juga dilaksanakan pada saat paska tes pelatihan PATBM. Selain soal pra dan paska tes PTBM juga terdapat dua lembar evaluasi dalam pelatihan PATBM. Lembar evaluasi sesi dan lembar evaluasi akhir keseluruhan. Dua lembar ini harus dibagikan dan diisi oleh peserta pelatihan. Lembar evaluasi sesi dibagian setiap kali selesai sesi dan lembar evaluasi akhir dibagikan setelah seluruh pelatihan selesai. Selanjutnya, fasilitator akan menganalisis hasil pra dan paska tes PATBM beserta lebar evaluasi pelatihan PATBM.

2. Modul ini merupakan panduan belajar untuk aktivis PATBM

Modul pelatihan ini menguraikan materi pelatihan yang akan disampaikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa/kalurahan oleh aktivis. Pelatihan ini mengarah refleksi pengalaman yang dilengkapi penjelasan teoritis dan praktis yang lebih menonjolkan kebermanfaatan dan keterpaduan pelaksanaan perlindungan anak di masyarakat. Modul pelatihan ini menguraikan setiap subpokok bahasan/ topic secara umum agar dapat diterapkan dalam situasi dan kebutuhan yang berbeda yang muncul dalam kegiatan pendampingan.

3. Kaidah Belajar Orang Dewasa

Modul pelatihan ini disusun berdasarkan kaidah-kaidah pembelajaran orang dewasa, di mana pelatih dan peserta dapat belajar bersama. Sebagai salah satu pengalaman, modul ini diperlakukan layaknya sebagai panduan dan bisa dirubah dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

(10)

4. Kreativitas dan Kondisi Lokal

Proses kreativitas sangat diharapkan untuk memperkaya dan memperbaiki kualitas pelatihan yang dilaksanakan. Modul pelatihan ini lebih efektif jika digunakan sepanjang tidak menyalahi aturan atau prinsip-prinsip dasar pendidikan partisipatoris. Pelatih bisa merubah atau memodifikasi metode atau media yang digunakan secara efektif. Contohnya, yang biasa menggunakan LCD dan pemutaran film, di lapangan tidak tersedia media tersebut, pelatih bisa memilih media atau peralatan yang tersedia secara local seperti papan tulis, kertas flep, kain atau alat peraga lainnya. Dalam beberapa kasus yang dilapangan, dapat diganti dengan pengalaman langsung dari peserta. Modul pelatihan ini akan lebih efektif jika diterapkan secara kreatif tergantung kemampuan kita sebagai pelatih. Kita bisa memodifikasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran di masyarakat. Hal yang penting diingat bahwa sebagai pelatih kita tidak boleh menjejalkan pikiran kita kepada orang lain tetapi lebih sebagai pemandu proses belajar peserta, yang terpenting kita sebagai pembelajar itu sendiri. Secara umum alat yang digunakan dalam pelatihan terdiri dari :

1) Lembar pra dan paska tes pelatihan, Buku Pedoman PATBM, Buku Saku PATBM, Daftar Materi KIE 2) Laptop, Layar untuk LCD dan LCD, Papan tulis (White Board), spidol khusus dan penghapus. 3) Kertas plano, metaplan dan spidol besar tiga warna, dan spidol berwarna.

4) Ruangan bentuk U dan ruangan yang cukup luas untuk 35 peserta PATBM dengan pencahayaan yang terang dan sirkulasi udara yang bagus.

5) Gunting, Lem, selotip kertas, kertas HVS, gunting, paper-clip (penjepit kertas), Film Perlindungan Perempuan dan PA, kabel gulung, stapler dan sebagainya.

6) Pastikan media dapat berfungsi dengan baik dan ruangan memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik.

7) Materi pelatihan seperti film, media gambar dan alat yang diperlukan lainnya sesuai kondisi daerah, termasuk majalah bekas, gambar-gambar aktivitas manusia dan koran bekas

(11)

Metode-metode dasar yang digunakan dalam modul ini antara lain:

1. Brainstorming (Curah Pendapat)

Kelebihan Kekurangan

• Peserta dapat menyatakan pikirannya dengan bebas • Umpan balik/hasilnya cepat

diperoleh

• Dapat melibatkan kelompok besar dalam waktu singkat

• Ada kesempatan untuk

mendengarkan pendapat orang lain • Relatif mudah diselenggarakan

• Peserta yang pemalu mengalami hambatan

• Tidak dapat diketahui tingkat representatif dari gagasan yang muncul

• Gagasan yang disampaikan mungkin kurang sempurna karena spontanitas • Penerapannya memerlukan keahlian

dari aktivis yang melatih. 2. Diskusi Kelompok

Kelebihan Kekurangan

• Memperkuat spirit kelompok ketika ada keprihatinan yang teridentifikasi • Memberi komunikasi dua arah • Memberi peluang untuk

pembahasan lebih mendalam

• Memberikan umpan balik yang cepat terhadap informasi baru

• Akan berhasil dengan baik jika para anggota kelompok saling percaya • Dapat melenceng dari fokus utama

kecuali fasilitator terlatih baik • Kelompok yang berkepentingan

punya peluang untuk memaksakan hal-hal tertentu

(12)

3. Diskusi Pleno

Kelebihan Kekurangan

• Semua peserta dapat langsung terlibat dan mengungkapkan gagasannya

• Dapat memberikan umpan balik yang cepat

• Memberi komunikasi dua arah • Peluang munculnya kepentingan

tertentu dari perindividu dapat diminimalisir

• Pembahasan mungkin kurang mendalam

• Tidak semua gagasan peserta dapat terakomodir

• Sulit melacak siapa mengatakan apa • Tidak terlihat ide berasal dari siapa

4. Role play (Bermain Peran)

Kelebihan Kekurangan

• Peserta akan langsung terlibat aktif melalui ucapan dan tindakan • Dapat memunculkan simpati dan

empati peserta

• Dapat menumbuhkan pemahaman dan kesan yang mendalam dari peserta terhadap

• materi pembahasan

• Membutuhkan waktu lebih lama • Peserta yang pemalu dan penakut

sulit diajak terlibat aktif

• Membutuhkan persiapan khusus (skenario)

(13)

5. Simulasi

Kelebihan Kekurangan

• Semua peserta dapat terlibat aktif • Dapat menumbuhkan pemahaman

dan kesan yang mendalam pada peserta

• Pembahasan akan lebih mendalam dan terfokus

• Membutuhkan waktu lebih lama • Peserta yang pemalu sulit

mengungkapkan gagasannya • Membutuhkan persiapan peralatan

khusus

6. Study Kasus

Kelebihan Kekurangan

• Pembahasan lebih mendalam dan terfokus

• Dapat menumbuhkan simpati dan empati peserta

• Semua peserta dapat terlibat langsung

• Membutuhkan persiapan kasus • Peserta yang kesulitan komunikasi

akan menjadi kendala

• Membutuhkan keahlian khusus dari kader yang menjadi fasilitator untuk mengungkap masalah yang lebih mendalam

7. Praktek

Kelebihan Kekurangan

• Peserta akan terlibat aktif dalam bentuk tindakan

• Akan menumbuhkan pemahaman dan kesan yang mendalam pada peserta

• Membutuhkan waktu lebih lama • Membutuhkan persiapan bahan dan

(14)
(15)

MODUL 1 : DINAMIKA KELOMPOK

Unit 1.1. Satuan Langkah Pelatihan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul

Pelatihan Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar

Tujuan :

1. Peserta dapat mengikuti pelatihan PATBM secara lengkap dalam suasana yang hangat dan nyaman 2. Peserta dapat mengenal satu sama lain dan terbina keakraban antar peserta dan fasilitator

3. Peserta dapat mengikuti pelatihan sesuai kesepakatan yang dikembangkan bersama.

4. Peserta memahami apa yang akan diperoleh selama pelatihan dan bagaimana berpartisipasi selama mengikuti pelatihan.

5. Memberikan ruang kepada peserta dalam mengekspresikan perasaannya dalam mengikuti pendidikan ini.

6. Dapat terpetakannya harapan, kekhawatiran, sumbangan, kontrak belajar, alur dan materi sesuai dengan tujuan pendidikan ini

7. Fasilitator dapat menyesuaikan diri dengan kondisi peserta.

Peralatan :

Kertas plano, metaplan, gunting dan spidol.

Waktu :

(16)

Perkenalan

Langkah-langkah

1) Fasilitator menjelaskan tujuan dan kegiatan dari sesi perkenalan ini, kemudian fasilitator meminta peserta untuk berdiri melingkar dengan menghadap ke satu arah.

2) Fasilitator kemudian membagikan kertas HVS yang dibentuk segitiga dan sudah dipersiapkan sebelumnya.

3) Fasilitator meminta peserta menuliskan nama masing-masing dalam HVS segitiga dan berikan waktu 1 menit. Nama panggilan dan huruf besar.

4) Setelah seluruh peserta menuliskan dalam kertas HVS, minta peserta berdiri dan membentuk lingkaran. 5) Secara bergilir peserta menyebutkan namanya dan arti dari nama masing-masing.

6) Lakukan kegiatan ini hingga pelatihan selesai.

Tujuan Modul Pelatihan Aktivis, Agenda Pelatihan, dan Harapan.

Langkah-langkah :

1) Fasilitator membuka sesi dan memberikan pengantar tentang tujuan dari sesi ini dan mempresentasikan agenda belajar

2) Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan harapan, kekhawatiran, sumbangan, kontrak belajar, pada kertas metaplan yang sudah disediakan

3) Metaplan tersebut kemudian ditempelkan di papan yang sudah tersedia dengan dikelompokan sesuai dengan jenisnya, yaitu harapan dan kekhawatiran.

4) Fasilitator kemudian membacakan ulang harapan dan kekhawatiran tersebut serta mendiskusikan dengan peserta untuk mengetahui mana yang realistik dan mana yang tidak.

5) Hasil diskusi tersebut kemudian dijadikan kesepakatan bersama untuk diperhatikan selama proses kegiatan pendidikan berlangsung.

(17)

Kontrak Belajar

1) Fasilitator melanjutkan proses pelatihan dengan membuat kesepakatan yang berisi aturan pelatihan yang harus dipatuhi oleh fasilitator dan peserta.

2) Fasilitator kembali memberikan orientasi belajar dan kontrak belajar secara singkat. 3) Kontrak belajar merupakan kesepakat bersama untuk mencapai tujuan selama pelatihan.

4) Fasilitator meminta peserta memberikan pendapat tentang aturan main bersama agar tercapai tujuan dan harapan selama pelatihan.

5) Fasilitator menulis di kerta plano usulan kontrak belajar dari peserta.

6) Tuliskan semua usulan dan bangun kesepakatan bahwa aturan main dan tata tertib ini bersifat mengikat semua pihak yang mengikuti pelatihan.

7) Mintalah peserta berfikir sejenak dan mulai untuk berdiskusi. Tutup kegiatan dan ucapkan terimakasih. Contoh :

Kontrak dan Norma Belajar

• Peserta harus datang tepat waktu, dispensasi waktu hanya 5 menit. • Peserta dilarang makan dan minum diluar jam istirahat.

• Peserta dilarang berdiskusi sendiri diluar waktu diskusi. • Setiap orang berhak untuk mengerti

• Setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik

• Setiap orang harus mendapat kesempatan berpartisipasi • Setiap orang bertanggung-jawab untuk berpartisipasi

(18)

Unit 1.2. Lembar Kerja Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan

Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar

Perkenalan :

1. Siapkan kertas HVS 2. Bentuk segitiga

3. Bagikan Segitiga HIV ke seluruh peserta

4. Minta peserta menulis nama panggilan dalam huruf kapital dan besar sehingga bisa dilihat oleh orang lain.

5. Perkenalkan peserta secara bergiliran.

Tujuan, Kekhawatiran dan Harapan :

1. Minta peserta menuliskan tujuan pada lembar tugas 2 tujuan mengikuti pelatihan sebagai pelatih PATBM.

2. Minta peserta menuliskan pada lembar tugas 2 harapan mengikuti pelatihan sebagai pelatih PATBM. 3. Fasilitator membagikan jadwal, membacakan kerangka acuan pelatihan terkait dengan tujuan

pelatihan untuk aktivis dan agenda pelatihan.

Lembar Kerja Kontrak Belajar

1. Minta peserta menuliskan kesepakatan belajar pada kertas metaplan atau plano. 2. Fasilitator membahas hasil keseluruhan kesepakatan.

3. Fasilitator membagikan jadwal, membacakan kerangka acuan pelatihan terkait dengan tujuan pelatihan untuk aktivis dan agenda pelatihan.

(19)

Unit 1.3. Lembar Bacaan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan

Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar

Suasana dan kesan awal dalam sebuah proses belajar sangatlah penting untuk menumbuhkan motivasi peserta. Awal yang baik akan membuat proses belajar selanjutnya menjadi menyenangkan. Penting bagi peserta untuk membina hubungan baik dari awal (menciptakan rapport) dengan menghargai keberadaan peserta, membangun kesetaraan diantara peserta dengan peserta dan peserta dengan pemandu; memahami harapan–harapan yang ingin dicapai dalam pelatihan oleh peserta; memahami kekhawatiran–kekhawatiran peserta. Sesama peserta pada intinya harus mampu membongkar sekat – sekat psikologis di antara para peserta juga antara peserta dengan pelatih. Penciptaan suasana belajar di awal menjadi penting, oleh karena itu dalam proses pelatihan PATBM selalu dimulai dari perkenalan dengan cara – cara yang dapat mencairkan suasana; memberikan penjelasan kepada peserta apa yang akan dialami selama proses pelatihan dan membuat kesepakatan- kesepakatan agar proses belajar berjalan seperti yang diharapkan.

Kontrak Belajar

Kontrak belajar diperlukan kesepakatan bersama untuk mencapai harapan tersebut selama pelatihan ini. Kesepakatan bersama tersebut merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan merupakan aturan main bersama termasuk tata tertib agar dapat tercapai harapan bersama, yang harus ditaati oleh seluruh peserta dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan. Bangun kesepakatan bahwa aturan main dan tata tertib tersebut bersifat mengikat semua pihak di kelas tersebut selama pelatihan. Dalam kegiatan pelatihan belajar bukan hanya kerja sama antara pelatih dan peserta yang menjadi poin penting. Sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung pun ikut memberikan peranan dalam keberhasilan peserta. Kontrak belajar ialah salah satu aturan yang diciptakan sendiri atas dasar kesepakatan. Tentunya antara pihak fasilitator dan peserta. Peserta yang dilibatkan langsung ketika proses pembuatan kontrak belajr berlangsung. Mintalah agar peserta berfikir sejenak tentang kontrak dan norma belajar selama pelatihan.

(20)

Permainan Kegiatan Perkenalan

a. Menjelaskan Diri (Jumlah peserta 30 orang, Waktu 25-30 menit)

• Ini adalah cara peserta memperkenalkan diri dengan cepat dan dengan cara yang berbeda. • Minta seluruh peserta berdiri membentuk lingkaran

• Mulai dari Fasilitator/trainer memperkenalkan diri dengan cara jalan keliling dan meyalami setiap peserta dengan menyebutkan ”nama” dan dua sifat yang paling ingin ditonjolkan. Misalnya:”Hai,

Saya Dinata, saya riang dan tulus”

• Minta peserta lain untuk tidak mengulang sifat yang sudah disebutkan

b. Kartu Berpasangan (Jumlah peserta 30 orang, Waktu 25-30 menit) • Atur duduk peserta membentuk U sejajar dengan fasilitator

• Suruh peserta menghitung dengan menyebut nomornya

• Jelaskan mengenai kegiatan perkenalan, buat kesepakatan dengan peserta akan unsur yang perlu dikenalkan, dan cara berkenalan, misalnya: perkenalan hobi, nama atau pengalaman yang paling menarik dengan cara wawancara berpasangan dan lain-lain.

• Kocok kartu berpasangan dan letakkan ditengah ruangan U.

• Minta setiap peserta untuk mengambil satu kartu dan menemukan pasangannya untuk mendapatkan informasi akan hal yang diperlukan

• Ajak kembali dalam kelas dan undang secara bergantian satu peserta untuk memperkenalkan pasangannya seterusnya hingga habis termasuk fasilitator

• Ajak diskusi peserta mengenai perasaan saat perkenalan, apa pendapatnya tentang caranya dan jenis informasinya yang diperoleh.

(21)

c. Kereta Nama (Waktu: 45-55 menit, Jumlah peserta 30 orang)

• Meminta setiap orang untuk berdiri membentuk lingkaran dan sebutkan nama Anda dan menambah satu nama orang di sebelah kanan Anda

• Meminta orang yang di sebelah itu untuk menyebut nama Anda, namanya sendiri dan orang di sebelah kanannya.

• Lanjutkan untuk semua orang dalam lingkaran diakhiri dengan orang terakhir mengulang semua nama.

• Minta orang untuk melakukan perubahan tempat di dalam lingkaran dan tantang seorang.

d. Siapa Dia Ya (Waktu: 20-30 menit, Jumlah peserta 30 orang) • Mintalah peserta membuat lingkaran

• Mintalah salah satu peserta untuk memulai memperkenalkan diri. “Halo nama saya Jeki, saya PSW dari Sulawesi Utara”.

• Kemudian peserta kedua mengulang kalimat peserta pertama ditambah dengan memperkenalkan dirinya sendiri. “Halo teman saya Jeki, Saya Kiko dari Jawa Barat.

• Kemudian peserta ketiga mengulang kalimat peserta sebelumnya dengan memilih satu nama teman baru yang diingat. “Halo teman saya Kiko, nama saya Sitiyum dari Aceh” dan seterusnya hingga selesai. Setelah semua mendapatkan giliran, peserta dapat kembali ke posisi semula.

(22)
(23)

MODUL 2 : MEMULAI PATBM

Unit 2.1. Satuan Langkah Memulai PATBM

Tujuan

1. Peserta memahami langkah kegiatan dalam memulai PATBM di masyarakat desa dan kelurahan. 2. Peserta dapat mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan untuk membentuk PATBM.

3. Peserta dapat mengidentifikasi kasus kekerasan kepada anak dan membuat rencana tindaklanjut untuk mengurangi ataupun menghentikan kasus kekerasan kepada anak.

4. Peserta dapat mengindentifikasi bentuk kegiatan PATBM dan melaksanakannya.

5. Memberikan ruang kepada peserta untuk memiliki rencana kerja untuk memulai PATBM di desa atau kelurahan.

Peralatan :

LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, spidol dan majalah bekas.

Waktu :

(24)

Membentuk PATBM

Langkah-langkah:

1) Fasilitator membuka sesi dan memberikan pengantar PATBM secara singkat.

2) Fasilitator meminta dua hingga tiga peserta diminta untuk menggambarkan pengalaman di sekitarnya tentang kasus kekerasan kepada anak dan bagaimana peran masyarat jika kekerasan terjadi di sekitarnya.

3) Fasilitator mengidentifikasi dan memetakan permasalahan-permasalahan kekerasan kepada anak berdasarkan pengalaman peserta dan mendiskusikannya.

4) Fasilitator memberikan ulasan tentang : masalah-masalah yang dialami oleh anak di daerah, di sekolah atau di tempat bermain.

5) Fasilitator menegaskan adanya permasalahan anak dan dialami di sekitar kita dan membutuhkan bantuan atau upaya bersama dari masyarakat.

6) Fasilitator mengkaitkan dengan penjelasan tujuan PATBM kenapa penting diketahui dalam menanggapi kekerasan kepada anak.

7) Fasilitator membagi peserta dalam 3 kelompok dan meminta peserta untuk mendiskusikan tugas kelompok sesuai lembar soal diskusi. Masing-masing kelompok mengerjakan studi kasus.

8) Fasilitator membagikan plano, spidol besar dan berilah waktu untuk berdiskusi kelompok selama 15 menit.

9) Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi kelompok. Setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil penugasan kelompok bergantian.

10) Setiap kelompok mendapatkan waktu 5 menit termasuk untuk klarifikasi atau menjawab pertanyaan dari peserta lainnya.

11) Peserta diminta untuk menyimpulkan hasil diskusi dalam kelompok besar, fasilitator menulis dalam plano dan kemudian dari hasil kesimpulan menegaskan pentingnya membentuk PATBM di setiap daerah.

(25)

Catatan Untuk Fasilitator :

• Fasilitator memberikan contoh bagaimana PATBM yang sudah bekerja di daerah dan respon dari masyarakat.

• Fasilitator dapat menyampaikan berita tentang PATBM melalui liputan berita di media cetak, di media elektronik, informasi PATBM di Youtobe dan bahkan langsung dari wilayah PATBM yang telah berkembang.

• Mintalah peserta untuk memberikan pendapatnya tentang PATBM dari berita perkembangan PATBM yang telah disampaikan oleh fasilitator.

Unit 2.2. Lembar Kerja Memulai PATBM

Penugasan Kelompok

Contoh Kasus, adaptasi dari liputan berita : Kasus Kekerasan Anak Di Kelurahan A

Kasus kekerasan anak di kelurahan A mengalami peningkatan sepanjang 2016. Kecamatan A menjadi wilayah yang paling banyak terjadi kekerasan terhadap anak baik laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data kelurahan A sepanjang 2016 terdapat 69 kasus kekerasan terhadap anak di kelurahan A. Jumlah ini meningkat ketimbang tahun sebelumnya sebanyak 48 kasus. Sementara, jumlah kasus kekerasan perempuan dan anak di kelurahan A yang didampingi tim PATBM mencapai 30 aduan pada 2016. “Dari total angka itu, sekitar 5 aduan di antaranya berujung di meja hijau dan 1 pelaku masuk penjara” ujar Ibu TK, Lurah di kelurahan A, Selasa, 1 Agustus 2017. Ia menuturkan, peningkatan angka kekerasan karena pergeseran makna kekerasan di masyarakat. Sebelumnya, kekerasan hanya dimaknai secara fisik. Saat ini, masyarakat di 4 RW sudah menyadari tindakan makian dan bentakan termasuk bentuk kekerasan. Ibu TK menyebutkan jenis kekerasan yang terjadi di kelurahan A berbeda-beda tergantung RT/RW yang dekat dengan terminal atau perkampungan.

(26)

Di wilayah yang dekat terminal banyak terjadi kekerasan fisik, sementara di perkampungan miskin RT/RW perkawinan anak. Ia juga berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya kasus kekerasan terhadap anak secara kekeluargaan. Walaupun ragu apakah cara kekeluargaan dengan memaafkan pelaku adalah model intervensi penanganan yang tepat, Ibu TK pernah mendengar PATBM dari kecamatan yang lain. Namun ibu TK belum pernah tahu bagaimana bentuk intevensi dilaksanakan. Masyarakat di tingkat RT, RW hingga kelurahan dan kecamatan hingga provinsi dan nasional menjadi sangat penting menurutnya. “Anak-anak bisa menyelesaikan masalahnya secara lebih dialektis, tidak harus berujung pada kekerasan,” ucapnya. Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pencegahan dan ikut mengendalikan laju kekerasan dimulai dari rumah tangga menjadi tantangan sendiri yang dialami Ibu TK beserta jajarannya di kelurahan A.

Pertanyaan Panduan Diskusi.

Kelompok Satu :

1. Sebutkan situasi kekerasan anak yang terjadi di kelurahan A?

2. Apakah perlu membentuk PATBM? Jika perlu, apakah tujuan PATBM dibentuk? Kelompok Dua :

1. Bagaimana berbicara dengan perangkat desa/kelurahan tentang ide pembentukkan PATBM ?

2. Siapa di desa/kelurahan yang perlu diajak lebih dahulu dalam diskusi PATBM? Dan kenapa terpilih untuk terlebih dahulu diajak diskusi?

Kelompok Tiga :

1. Apa sumbangan PATBM bagi perlindungan anak secara umum?

(27)

Unit 2.3. Lembar Bacaan Memulai PATBM

Apa itu PATBM?

Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kekerasan terhadap Anak adalah segala perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan termasuk eksploitasi ekonomi, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. Terpadu adalah pemahaman tentang kesatuan semua aspek dan komponen kegiatan perlindungan anak yang dilakukan oleh berbagai unsur masyarakat dengan mensinergikan berbagai sumber tersedia (secara terkoordinasi). Konsep Terpadu juga mengandung makna mendayagunakan berbagai sumber daya secara optimal, termasuk melibatkan berbagai unsur masyarakat, mensinergikan dukungan sumber daya masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha. Berbasis Masyarakat yaitu merupakan upaya yang memberdayakan kapasitas masyarakat untuk dapat mengenali, menelaah, dan mengambil inisiatif dalam mencegah dan memecahkan permasalahan yang ada secara mandiri. Masyarakat yang dimaksud dalam konteks gerakan ini adalah komunitas (kelompok orang yang saling berinteraksi) yang tinggal di suatu batas-batas administrasi pemerintahan yang paling kecil, yaitu desa/kelurahan

Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) adalah sebuah gerakan dari jaringan atau kelompok warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan perlindungan anak. PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dengan membangun kesadaran masyarakat agar terjadi perubahan pemahaman, sikap dan prilaku yang memberikan perlindungan kepada anak.

Siapa Sasaran PATBM?

Sasaran utama yang akan dilindungi adalah anak. Untuk mewujudkan perlindungan anak. Namun demikian, sesuai dengan konteks kegiatan PATBM, maka sasaran kegiatan-kegiatan PATBM adalah anak, orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha dan media yang ada di wilayah PATBM dilaksanakan.

(28)

Bagaimana Lingkup Kegiatannya?

1. Tingkat anak-anak: kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak melindungi hak-haknya termasuk melindungi dari kekerasan yang terjadi.

2. Tingkat Keluarga: kegiatan ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengasuh anak sesuai dengan perkembangan usia dan hak-hak anak dan menguatkan pelaksanaan fungsi keluarga seperti membangun komunikasi dan keharmonisan keluarga.

3. Tingkat Komunitas atau masyarakat desa: Kegiatan ini diarahkan untuk membangun dan memperkuat sebuah norma anti kekerasan kepada anak yang ada di dalam masyarakat tersebut.

Apa Tujuan PATBM?

1. Mencegah Kekerasan Terhadap Anak

Beberapa tujuan antara untuk mencapai tujuan tersebut adalah:

a) Norma-norma positif tentang anti kekerasan tersosialisasikan, diterapkan dan ditegakkan serta mengubah norma atau pemahaman norma yang tidak mendukung anti kekerasan.

b) Terbangunnya sistem dukungan dan pengendalian pada tingkat komunitas dan keluarga untuk mewujudkan pengasuhan yang mendukung relasi yang aman untuk mencegah kekerasan

c) Meningkatnya keterampilan hidup dan ketahanan diri anak dalam mencegah kekerasan 2. Menanggapi kekerasan

Terbangunnya mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi/mendeteksi, menolong, dan melindungi anak-anak yang menjadi korban kekerasan termasuk untuk mencapai keadilan bagi korban dan pelaku Anak. Beberapa tujuan antara untuk mencapai tujuan tersebut adalah:

a) Ada kemampuan masyarakat untuk mendeteksi dini anak-anak yang rentan mendapatkan kekerasan dan anak-anak yang telah menjadi korban kekerasan.

b) Tersedia layanan untuk menerima laporan dan membantu agar anak korban segera mendapatkan pertolongan yang diperlukan yang mudah dan aman diakses oleh korban atau keluarga korban. Atau pelapor lainnya.

c) Terbangunnya jejaring kerja dengan berbagai lembaga pelayanan yang berkualitas dan mudah dijangkau untuk mengatasi korban maupun pelaku, dan menangani anak dalam risiko.

(29)

Komponen PATBM

Pertama, komponen pengorganisasian/tatakelola gerakan PATBM di tingkat desa/kelurahan dan pengorganisasian dukungan dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

Kedua, komponen teknis yang berupa perubahan-perubahan yang diharapakan pada tingkat masyarakat, keluarga, orang tua, dan anak.

Untuk Diketahui :

Pengetahuan tentang Kebijakan Perlindungan Anak dan Kerangka Hukum Tentang Perlindungan Anak

Landasan hukum internasional terkait dengan perlindungan anak yaitu Konvensi tentang Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada Tanggal 20 Nopember 1989 dan telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan bahwa:

a. Anak-anak berhak atas pengasuhannya dan bantuan khusus.

b. Meyakini bahwa keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan lingkungan alamiah bagi pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya dan terutama anak-anak, harus diberikan perlindungan dan bantuan yang diperlukan sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya memikul tanggung jawabnya di dalam masyarakat.

c. Mengakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya yang penuh dan serasi, harus tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian.

d. Mempertimbangkan bahwa anak harus dipersiapkan seutuhmya untuk hidup dalam suatu kehidupan individu dan masyarakat, dan dibesarkan semangat cita-cita yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan terutama dalam semangat perdamaian, kehormatan, tenggang rasa, kebebasan, persamaan dan solidaritas.

e. Mengingat bahwa kebutuhan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada anak, telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa mengenai Hak-hak Anak tahun 1924 dan dalam Deklarasi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum pada tanggal 20 November 1959 dan diakui dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik

(30)

(terutama dalam pasal 23 dan pasal 24), dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (terutama pasal 10) dan dalam statuta-statuta dan instrumen-instrumen yang relevan dari badan-badan khusus dan organisasi-organisasi internasional yang memperhatikan kesejahteraan anak.

f. Mengingat bahwa seperti yang ditunjuk dalam Deklarasi mengenai Hak-hak Anak, “anak karena alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya, membutuhkan perlindungan dan pengasuhan khusus, termasuk perlindungan hukum yang tepat, baik sebelum dan juga sesudah kelahiran”.

g. Mengingat ketentuan-ketentuan Deklarasi tentang Prinsip-prinsip Sosial dan Hukum yang berkenaan dengan Perlindungan dan Kesejahteraan Anak, dengan Referensi Khusus untuk Meningkatkan Penempatan dan Pemakaian Secara Nasional dan Internasional; Aturan Standard Minimum Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk administrasi Peradilan Remaja (Aturan-aturan Beijing); dan Deklarasi tentang Perlindungan Wanita dan Anak-anak dalam Keadaan Darurat dan Konflik Bersenjata.

h. Mengakui pentingnya kerjasama internasional untuk memperbaiki penghidupan anak-anak di setiap negara, terutama di negara-negara sedang berkembang.

Kerangka Hukum Tentang Perlindungan Anak 1. Deklarasi Universal HAM, Tahun 1948

2. Undang-Undang No.7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 3277);

3. Undang- Undang No 11 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi The International Covenant On Economic,

Social and Cultural Rights, 1996.

4. Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi The International Covenant on Civil and Political Rights, 1996.

5. Keppres No. 36 Tahun 2009 Tentang Ratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak.

6. Undang-Undang No 14 Tahun 2009 Tentang Ratifikasi Protocol to Prevent, Suppres adn Punish

Trafficking in Persons, especially women and Children, sumplementing the united nations conventions against transnasional organized crime, 2000.

(31)

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga; 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia;

9. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang; 10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terkait

pemidanaan terhadap pornografi anak;

11. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.

12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak; 13. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrai Kependudukan; 14. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban;

15. Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan Undang undang No.23 tentang Perlindungan Anak;

16. Undang-Undang No 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(32)
(33)

MODUL 3 : MERENCANAKAN PATBM

Unit 3.1. Satuan Langkah Merencanakan PATBM

Tujuan

1. Peserta mampu memahami konsep PATBM di masyarakat desa dan kelurahan. 2. Peserta mampu memahami dan menyadari pentingnya merencanakan PATBM. 3. Peserta akan termotivasi untuk merencanakan PATBM dan aktif dalam PATBM.

4. Peserta dapat mengindentifikasi siapa saja di desa atau kelurahan yang dapat terlibat dalam PATBM. 5. Memberikan ruang kepada peserta untuk memiliki scenario dalam menjangkau ke perangkat desa

atau kelurahan dan pada akhirnya ke masyarakat.

Peralatan :

LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip, dan spidol.

Waktu :

(34)

Membentuk PATBM

Langkah-langkah:

1) Fasilitator membuka sesi dengan salam memberikan pengantar tentang PATBM yang telah dibahas sebelumnya.

2) Untuk memulai pembahasan materi ini fasilitator mengajak peserta untuk curah pendapat tentang pentingnya sebuah perencanaan kegiatan. Kenapa penting dan kenapa tidak penting.

3) Bagikan kertas metaplan dan spidol dibagikan kepada seluruh peserta. Kemudian fasilitator meminta peserta untuk menuliskan permasalahan atau hambatan yang mereka hadapi dalam sebuah perencanaan kegiatan PATBM di masyarakat.

4) Setelah seluruh peserta selesai menuliskan permasalahan perencanaan dalam metaplan, fasilitator akan meletetakan plano berisi kategori masalah perencanaan yang terdiri dari empat lajur dan beberapa kolom yaitu pendanaan, mobilisasi sumber daya, dan kegiatan dalam plano ditengah-tengah.

5) Fasilitator meminta peserta bergilir membacakan pendapat yang telah tertuang dalam metaplan dan diatur sesuai kategori. Setelah melakukan kategori, fasilitator menempelkan hasil dan masuk ke dalam diskusi dengan bagaimana aktivis desa/kelurahan dapat menghadapi permasalah tersebut? 6) Bagaimana peserta menguraikan atau mencari jalan keluar dari permasalahan perencanaan tersebut

? Untuk diskusi lebih dalam, fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dari desa/kelurahan dan menguraikan atau mencari jalan keluar dari permasalahan perencanaan sesuai 3 kategori yaitu pendanaan, mobilisasi sumber daya, dan kegiatan sesuai kondisi daerahnya masing-masing. Beri waktu 15 menit untuk berdiskusi. Setiap kelompok berdasarkan desa/kelurahan dapat memilih 1 sampai 3 tantangan perencanaan yang dianggap paling berat, atau paling menarik atau paling menjadi prioritas untuk dicari jalan keluar. Fasilitator memperlihatkan daftar yang berisi tentang uraian jalan keluar dalam menghadapi tantangan perencanaan PATBM.

7) Setelah diskusi kelompok selesai, fasilitator meminta peserta memilih salah satu dari anggota kelompok untuk menjadi duta besar desa/kelurahan dan salah satu menjadi sekretaris duta besar. 8) Kemudian hasil diskusi dalam kertas plano dipasang di dinding/tembok/papan dengan urutan

kelompok 1, kelompok dua, kelompok tiga dan kelompok empat. Berilah jarak yang cukup untuk bergerak dan berpindah para anggota kelompok.

(35)

9) Duta besar dan sektretaris duta besar akan tetap berada dan berjaga dimasing-masing plano hasil diskusi kelompok. Duta besar akan menjelaskan hasil diskusi kelompok dan sektretaris akan membantu menjelaskan dan menambahkan informasi jika diperlukan.

10) Setiap kelompok akan bergilir mengunjungi presentasi kelompok lainnya sementara duta besar dan sektretaris tetap berjaga.

11) Kegiatan berkunjung terdiri dari tiga putaran dan berlangsung 5 menit. Bunyikan tanda jika waktu berkunjung habis dan minta peserta untuk bergeser.

• Putaran pertama, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok dua, kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok tiga, kelompok tiga akan akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat, dan kelompok empat akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu.

• Putaran kedua, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok tiga, kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat, kelompok tiga akan akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu, dan kelompok empat akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok dua.

• Putaran ketiga, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat, kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu, kelompok tiga akan akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok dua, dan kelompok empat akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok tiga.

12) Pada saat peserta sedang berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya fasilitator mencatat point-point penting dari pendapat peserta tersebut.

13) Setelah semua rangkaian presentasi selesai serta sudah memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya/berkomentar, kemudian fasilitator menutup sesi.

14) Setelah semua rangkaian diskusi selesai serta sudah memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya / berkomentar. Kemudian fasilitator menutup sesi.

(36)

Catatan Untuk Fasilitator :

• Pastikan terbahas dalam diskusi adalah proses merekrut/ memilih aktivis desa/kelurahan. • Pastikan tahapan memetakan masalah anak di desa/kelurahan yang terjadi.

• Pastikan pengelolaan PATBM dalam kegiatan di desa/kelurahan. • Bagaimana mengukur keberhasilan kegiatan PATBM

Unit 3.2. Lembar Kerja Merencanakan PATBM

Kategori Merencanakan PATBM

Daftar Hambatan atau masalah dalam merencanakan PATBM Komponen Yang

dibahas

Mobilisasi Sumber Daya

Pendanaan Keuangan Kegiatan PATBM

Teknis merekrut dan memilih aktivis Teknis menggalang dana Pemetaan Masalah Pengelolaan PATBM Menentukan Keberhasilan PATBM

• Fasilitator memindahkan ke dalam kertas plano

• Fasilitator menyiapan metaplan dan memasukkan hasil peserta sesuai kategori • Jika tidak ditemukan hambatan tetap kosongkan.

(37)

Daftar : Membuat Perencanaan PATBM Sesuai Kondisi Kelurahan/Desa.

Komponen Rencana Pemecahan

Hambatan Perencanaan Lebih Lanjut Keberhasilan yang dapat dilihat Mobilisasi Sumber Daya: Keuangan Mobilisasi Sumber Daya: Dana Kegiatan PATBM

Unit 3.3. Lembar Bacaan Merencanakan PATBM

Pemahaman tentang konsep, strategi dan latar belakang mengapa program PATBM dilaksanakan menjadi informasi penting yang harus di sampaikan untuk menunjukkan kebutuhan perlindungan anak berbasis masyarakat dalam konteks perlindungan anak secara umum. Pembahasan tentang persiapan dan perencanaan akan memberi pemahaman kepada pelaksana PATBM untuk memahami secara detail hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan PATBM. Selain itu, materi ini disampaikan untuk menjawab bahwa program yang dijalankan telah dilakukan kajian mendalam. Hasil kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa telah banyak yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan berbagai program perlindungan anak. Kasus-kasus terbaik dari pengalaman kajian diberbagai daerah sudah selayaknya dapat di replikasi secara lebih luas di daerah-daerah lain, supaya daerah tersebut mencapai tingkat keberhasilan yang baik dalam program perlindungan anak.

Definisi

Pada dasarnya model PATBM yang dikembangkan mengacu pada keterpaduan berbagai layanan yang sesuai dengan tingkat umur dan kebutuhan anak baik secara sosial, psikis, kesehatan dan keamanan dengan mempertimbangkan keterlibatan yang bermakna dari anak, keluarga, masyarakat serta pemerintah

(38)

daerah. Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) adalah sebuah gerakkan yang terdiri dari jaringan atau kelompok warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan perlindungan Anak. PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dengan membangun kesadaran masyarakat agar terjadi perobahan pemahaman, sikap dan prilaku yang memberikan Perlindungan kepada Anak.

Dasar Hukum

Dasar Hukum adalah tata aturan yang mengatur kewajiban negara terhadap warga negaranya termasuk Anak. Dasar Hukum Perlindungan Anak tertuang dalam KHA, UU No.23 Tahun 2002 dan UU No.35 tahun 2014, terutama pasal 72 UU No.35 Undang No 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mempertegas peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan dengan cara: • memberikan informasi melalui sosialisasi dan edukasi mengenai Hak Anak dan peraturan

perundang-undangan tentang Anak;

• memberikan masukan dalam perumusan kebijakan yang terkait Perlindungan Anak; • melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi pelanggaran Hak Anak;

• berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Anak;

• melakukan pemantauan, pengawasan dan ikut bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak;

• menyediakan sarana dan prasarana serta menciptakan suasana kondusif untuk tumbuh kembang Anak;

• berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan negatif terhadap Anak korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59; dan memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi dan menyampaikan pendapat

(39)

Maksud dan Tujuan

Pengembangan PATBM bermaksud menguatkan kapasitas masyarakat untuk mencegah dan menyelesaikan masalah kekerasan pada anak yang terjadi di masyarakat dan bagaimana penerapan perlindungan Anak. Mengacu dari UU 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak ini maka tujuan dari PATBM secara umum adalah menurunkan angka kekerasan pada anak dalam bentuk apapun (fisik, emosional, dan seksual). Sementara itu tujuan khusus dari PATBM adalah sebagai berikut:

• Mencegah kekerasan terhadap anak - termasuk segala tindakan yang dilakukan untuk mencegah kekerasan terhadap anak : Mengubah norma sosial dan praktik budaya yang menerima, membenarkan atau mengabaikan kekerasan ; Membangun sistem pada tingkat komunitas dan keluarga untuk pengasuhan yang mendukung relasi yang aman untuk mencegah kekerasan (peer to peer approach); Meningkatkan keterampilan hidup dan ketahanan diri anak dalam mencegah kekerasan

• Menanggapi kekerasan - yang mengacu pada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menolong, dan melindungi anak-anak yang menjadi korban kekerasan termasuk akses terhadap keadilan bagi korban dan pelaku ; Melakukan jejaring (termasuk advokasi) dengan layanan pendukung yang terjangkau dan berkualitas untuk korban, pelaku, dan anak dalam risiko

Sasaran

Sasaran Kegiatan PATBM adalah Anak, orang tua, keluarga dan masyarakat yang ada di wilayah PATBM dilaksanakan.

Prinsip Pelaksanaan

Prinsip layanan yang diberikan adalah:

1. Memberikan perlindungan kepada semua anak tanpa adanya perbedaan (non Diskriminasi) 2. Peduli terhadap kepentingan anak

3. Bertanggungjawab, tulus dan bekerja secara sukarela dalam mendukung perlindungan anak.

4. Memastikan hak hidup anak dihargai dan dilindungi dalam perkembangan dan kehidupan bermasyarakat.

(40)

6. Bisa Bekerjasama dengan anak dan mendukung partisipasi anak.

7. Membangun sinergitas dengan lembaga desa, perangkat desa dan mitra masyarakat lainnya. 8. Memperkuat struktur perlindungan anak yang telah ada di masyarakat.

Ruang Lingkup Kegiatan PATBM

Kegiatan PATBM pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilaksanakan di tingkat desa atau kalurahan. Dalam situasi di perkotaan dimana kepadatan penduduknya tinggi maka kegiatan ini bisa diturunkan menjadi kegiatan RW bahkan RW. Sementara dalam situasi di perdesaan dimana penduduk terkelompok dalam dusun-dusun yang saling berjauhan maka kegiatan ini bisa dilakukan pada tingkat dusun. Berdasarkan tujuannya maka titik berat dari kegiatan PATBM adalah kegiatan promotif dan pencegahan untuk menghindari terjadinya kekerasan. Upaya untuk promosi dan pencegahan ini dilakukan dengan tujuan untuk membangun norma anti kekerasan, memampukan orang tua untuk mengasuh anak yang jauh dari nilai kekerasan dan memampukan anak untuk bisa melindungi dirinya dari kemungkinan kekerasan yang terjadi. Oleh karena ini merupakan kegiatan yang terpadu, maka kegiatan PATBM perlu mengarah juga pada kegiatan yang bersifat pengenalan terhadap terjadinya kekerasan dan upaya untuk menolong korban kekerasan serta memulihkan korban kekerasan yang terjadi.

Kegiatan PATBM karena bervariasi maka diperlukan jejaring yang membantu PATBM bisa melaksanakan kegiatannya. Untuk itu kerja sama dengan organisasi desa yang lain seperti PKK, Posyandu, perkumpulan bapak-bapak atau perkumpulan rema menjadi penting. Sementara itu untuk kegiatan penguatan kemampuan, PATBM dengan dibantu desa dan SKPD Pemberdayaan Perempuan dan Anak bisa mengembangkan jejaring yang bersifat teknis dengan SKPD lain atau LSM atau sekolah. Kegiatan yang dilaksanakan oleh PATBM di desa/kalurahan atau dusun/RW/RT pada hakekatnya mengacu pada tujuan PATBM yang secara ringkas mencakup kegiatan yang bertingkat yaitu:

• Tingkat anak-anak: kegiatan yang diarahkan untuk memampukan anak melindungi hak-haknya termasuk melindungi dari kekerasan yang terjadi. Kegiatan ini bisa berupa kegiatan keagamaan, kegiatan kreatif dan rekreatif, kegiatan pendidikan termasuk juga pengembangan forum anak. • Tingkat Keluarga: kegiatan ini diarahkan untuk memampukan orang tua dalam mengasuh anak sesuai

dengan perkembangan usia dan hak-hak anak. Kegiatan ini bisa merupakan kegiatan sarasehan orang tua, berbagi pengalaman pengasuhan di antara orang tua atau peningkatan ketrampilan pengasuhan anak

(41)

• Tingkat Komunitas atau masyarakat desa: Kegiatan ini diarahkan untuk membangun dan memperkuat sebuah norma anti kekerasan kepada anak yang ada di dalam masyarakat tersebut. Kegiatan bisa dilakukan dengan sarasehan dan sosialisasi yang diikuti oleh warga masyarakat atau mengembangkan kebijakan lokal tentang penguatan perlindungan anak misalnya dengan pengawasan bermain, pengembangan rumah singgah bagi anak sekolah dan lain-lain.

PATBM bukan merupakan kegiatan perlindungan anak yang baru atau menggantikan kegiatan perlindungan anak yang sudah ada tetapi diarahkan untuk memperkuat struktur perlindungan anak lokal yang telah ada. Misalnya sebuah kegiatan perlindungan anak yang ada di suatu desa atau kelurahan saat ini berfokus pada kegiatan anak-anak, maka kegiatan ini bisa diperkuat dengan mengembangkan kegiatan untuk orang tua dan masyarakat. Demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, PATBM ini pada hakekatnya tidak harus menjadi nama sebuah kegiatan atau kelembagaan tetapi lebih merupakan sebuah gerakan dimana nama kelembagaan dari gerakan ini bisa ditentukan berdasarkan kesepakatan dari masyarakat yang berpartisipasi. PATBM oleh karena berorientasi kegiatan yang terpadu mulai dari promosi dan pencegahan, penanganan dan rehabilitasi maka diarahkan untuk membangun sinergitas dengan (jaringan horisontal) yang berupa lembaga desa - perangkat desa, posyandu, PKK, kader KB, PATBM desa lain, kelompok bapak-bapak, LSM dan jaringan vertikal yang berupa dukungan SKPD, rujukan layanan kesehatan primer (puskesmas), P2TP2A, Babinsa, sekolah, KB dan lain-lain.

(42)

PATBM karena berorientasi kegiatan yang terpadu mulai dari promosi dan pencegahan, penanganan dan rehabilitasi maka diarahkan untuk membangun sinergitas dengan (jaringan horisontal) yang berupa lembaga desa - perangkat desa, lembaga kelurahan-aparat kelurahan posyandu, PKK, kader KB, PATBM desa lain, kelompok bapak-bapak, LSM dan jaringan vertikal yang berupa dukungan SKPD, rujukan layanan kesehatan primer (puskesmas), P2TP2A, Babinsa, sekolah, KB dan lain-lain. Upaya untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan perlindungan anak berbasis masyarakat di tingkat komunitas desa/kelurahan atau dusun/RW/RT tidak hanya dilakukan oleh masyarakat di tingkat komunitas tersebut dengan dukungan dari pemerintah setempat, tetapi juga melibatkan dukungan dari elemen-elemen masyarakat dan pemerintah yang lebih luas, dari tingkat daerah kota/kabupaten, provinsi, hingga pusat.

(43)

MODUL 4 : MELAKSANAKAN KEGIATAN PATBM

Unit 4.1. Satuan Langkah Melaksanakan PATBM

Tujuan

1. Peserta mampu memahami pentingnya pelaksanaan PATBM. 2. Peserta mampu memahami dan melaksanakan PATBM.

3. Peserta diharapkan mampu memahami dasar pembagian tugas dari kerja aktivis PATBM 4. Peserta mampu memahami pembagian kerja aktivis PATBM

5. Peserta mampu merumuskan tugas dan kerja aktivis PATBM

6. Peserta menyadari manfaat mobilisasi masyarakat, orangtua dan anak-anak

7. Peserta akan termotifasi untuk lebih terampuil dalam memobilisasi masyarakat, orangtua dan anak-anak.

8. Peserta dapat memiliki sumber informasi yang dapat dipercaya.

9. Peserta dapat membuat pencatatan dan pelaporan PATBM setiap bulannya.

Peralatan :

• LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip, gambar-gambar dari majalah atau koran bekas dan spidol.

(44)

Waktu :

3 Sesi untuk 35 peserta, 135 menit

Sesi Melaksanakan PATBM terdiri dari 5 langkah yang terdiri dari 1) Pembagian kerja aktivis PATBM, 2) Jadwal kegiatan PATBM, 3) Mobilisasi anak-anak, orangtua dan masyarakat 4) Mencari sumber-sumber informasi 5) Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan.

1 Pembagian Kerja Aktivis PATBM Langkah-langkah:

1. Fasilitator memulai diskusi ini dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan memberikan pengantar tentang materi yang akan dibahas yakni mengenai pentingnya pembagian kerja didalam PATBM. 2. Pembahasan uraian tugas dan wewenang pengurus disini dalam konteks PATBM yang sederhana

menyesuaikan dengan kondisi di desa/kelurahan, jadi untuk pembahasan awal

3. Untuk memulai pembahasan materi ini fasilitator menawarkan permainan simulasi yaitu dengan cara

a. setiap peserta secara berurutan mengambil kartu-kartu yang berisi kerja sudah disiapkan sebelumnya oleh fasilitator atau kertas yang sudah dipotong-potong oleh fasilitator, kemudian memasukkan kartu-kartu tersebut sesuai dengan nama posisi pengurus serta kategorinya. b. Setelah peralatan dan perlengkapan simulasi disiapkan, kemudian peserta memulai permainan

simulasi tersebut sampai kartu-kartu yang tersedia habis

4. Selanjutnya fasilitator meminta peserta untuk meneliti dan mengecek kembali apakah kartu uraian kerja tersebut sudah sesuai dengan posisi pengurusnya.

5. Setelah permainan simulasi selesai, kemudian peserta mendiskusikan uraian tugas dan wewenang tersebut, dan fasilitator berperan mengarahkan dan mempertajam

6. Untuk mengakhiri proses diskusi fasilitator meminta peserta untuk merangkum dan menyimpulkan hasilnya.

2) Jadwal Kegiatan PATBM Langkah-langkah:

1. Fasilitator membuka sesi dengan salam kemudian dilanjutkan dengan memberikan pengantar tentang pentingnya membuat jadwal dan materi pertemuan untuk masyarakat.

(45)

2. Fasilitator terlebih dahulu meminta pendapat peserta mengenai kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam PATBM dan tulis dalam kertas plano dan sasaran kegiatan.

3. Fasilitator membagi peserta menjadi empat kelompok untuk mendiskusikan penugasan kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk membuat jadwal kegiatan, persiapan kegiatan, tema kegiatan, sasaran kegiatan dan surat undangan.

4. Fasilitator memberikan waktu 15 menit agar peserta dapat mendiskusikan di dalam kelompok sesuai lembar tugas dan mempresentasikan hasil diskusi.

5. Fasilator membagikan kertas plano dan spidol kemudia peserta mulai berdiskusi.

6. Setelah penugasan kelompok selesai, perwakilan peserta dapat mempresentasikan hasil kelompok secara bergilir.

7. Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan, fasilitator kemudian memberikan tanggapan atas hasil penugasan kelompok.

8. Setelah proses diskusi selesai, fasilitator menutup sesi. 3) Mobilisasi Anak-anak, Orangtua dan Masyarakat Langkah-langkah:

1. Untuk memulai diskusi mengenai mobilisasi anak-anak, orangtua dan masyarakat, fasilitator mengajak peserta melihat hasil diskusi membuat jadwal.

2. Dari hasil diskusi membuat jadwal kemudian fasilitator dan peserta mencermati dan mengkategorikan kegiatan mobilisasi untuk anak-anak, orangtua dan masyakat.

3. Fasilitator membagi peserta menjadi tiga kelompok berdasarkan target mobilisasi.

4. Fasilator membagikan kertas plano dan spidol kemudia peserta mulai berdiskusi sesuai petunjuk lembar tugas selama 15 menit.

5. Setelah penugasan kelompok selesai, perwakilan peserta dapat mempresentasikan hasil kelompok secara bergilir.

6. Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan, fasilitator kemudian memberikan tanggapan atas hasil penugasan kelompok.

(46)

Catatan penting

Partisipasi anak-anak, orangtua dan masyarakat merupakan upaya yang efektif dalam memobilisasi sumber daya PATBM dan mengorganisir serta meningkatan energi dan kreatifitas mereka dalam menghadapi setiap permasalahan kekerasan, pencegahan dan pendidikan untuk menghindari kekerasan, dan pendampingan atas kasus kekerasan.

Mobilisasi anak-anak, orangtua dan masyarakat akan memudahkan dalam mengidentifikasi persoalan dan menganalisis kebutuhan PATBM serta membantu dalam menyusun rencana untuk mengatasi permasalahan dan memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan PATBM.

Mobilisasi akan memberikan legitimasi, meningkatkan komitmen serta menjamin keberlangsungan terhadap aktifitas-aktifitas yang mereka lakukan untuk perubahan social dan gerakkan PATBM. Partisipasi dan diperkuat dalam mobilisasi merupakan rangkaian kesatuan yang bervariasi mulai dari tingkat partisipasi yang tinggi dalam PATBM hingga partisipasi sebagai penonton kegiatan.

4) Mencari Sumber-sumber Informasi Langkah-langkah:

1. Fasilitator membagi peserta berdasarkan kelurahan atau desa.

2. Fasilitator meminta peserta di dalam kelompok untuk membuat daftar informasi yang dibutuhkan dan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan PATBM.

3. Peserta menyusun daftar kebutuhan informasi, syarat menerima dan mendapatkan informasi serta sasaran penerima informasi berdasarkan desa atau kelurahan.

4. Fasilitator meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompok dan pembahasan kelompok.

5. Fasilitator mengarisbawahi benang merah pentingnya informasi, perlengkapan dan pergerakan sebagai komitmen dalam pelaksanaan PATBM.

(47)

5) Mencatat dan Mendokumentasikan Kegiatan Langkah-langkah:

1. Fasilitator menyampaikan materi bahwa mencatat dan mendokumentasikan kegiatan merupakan hal penting dalam Monitoring dan Evaluasi Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM)

2. Fasilitator bertanya dan curah pendapat kepada peserta, bagaimana para aktivis melakukan pencatatan dan pendokumentasian kegiatan.

3. Peserta masuk ke dalam tugas individual dan praktek pencatatan dan pendokumentasian kegiatan PATBM.

4. Fasilitator meminta setiap peserta untuk mendiskusikan hasil penugasan ke teman sebelahnya. 5. Fasilitator mengarisbawahi benang merah pentingnya pencatatan dan mendokumentasikan

kegiatan PATBM.

6. Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan, fasilitator kemudian memberikan tanggapan atas hasil penugasan kelompok.

(48)

Unit 4.2. Lembar Kerja Melaksanakan PATBM

1) Pembagian Kerja Aktivis PATBM Lembar Kerja Aktivis PATBM

Boleh ditambahkan posisi dan kerja aktivis lainnya.

Ketua Aktivis Mengkoordinasikan tugas-tugas organisasi secara keseluruhan kepada seluruh anggota aktivis PATBM.

…..

Sekretaris Aktivis

Mencatat hasil-hasil rapat PATBM dan merangkum keseluruhan notulen kegiatan. ……..

Bendahara Aktivis

Bertanggungjawab membuat rencana keuangan kegiatan-kegiatan PATBM ………

Bidang Penyuluhan

Membuat jadwal kegiatan dan materi penyuluhan ……..

Peserta juga dapat memasukkan kerja-kerja aktivis PATBM berikut ini ke dalam daftar atau metaplan/ kartu yang telah dipersiapkan oleh fasilitator :

1) Membangun kekompakan dan mengutkan kemampuan Tim PATBM dalam pengeloaan program, dan fasilitasi kegiatan intervensi

2) Bersama dengan Kepala Desa/Lurah dan/atau fasilitaator memperluas sosialisasi tentang PATBM dan menggerakan partisipasi warga untuk ikut menjadi relawan dalam kegiatan ini, serta menggalang dukungan (material maupun non material termasuk sumbangan pemikiran) untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan PATBM.

3) Menyepakati dan melaksanakan pertemuan rutin Tim PATBM sebagi media untuk berdiskusi, merumuskan kegiatan dan media untuk memberikan pelayanan.

(49)

4) Menyusun dan memutahirkan data anak secara terpilah di desa/kelurahan, mengidentifikasi dan memetakan kerawanan maupun pemasalahan anak, terutama masalah kekerasan terhadap anak, lembaga/organisasi sumber pelayanan anak dan keluarga; mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pendataan berkenaan dengan anak dan perlindungan anak.

5) Melakukan analisis data situasi anak untuk menilai kebutuhan intervensi bagi masyarakat dan pemerintah setempat, kelarga-keluarga/orangtua, anak-anak

6) Menyusun rencana kegiatan-kegiatan intervensi yang sesuai dengan hasil analisis dan pertimbangan ketersedian dukungan sumber daya, termasuk dana. Buku pegangan intervesi dapat dijadikan dasar untuk memilih kemungkinan kegiatan disesuaikan dengan analisis situasi, kerawanan, permasalahan, dan potensi atau sumber yang tersebus

7) Melaksanakan rencana kegiatan dan membuat notulensi/dokumentasi setiap kegiatan

8) Menerima laporan, menjangkau kasus kekerasan terhadap anak, mendampingi anak untuk mendapatkan pelayanan yang tepat dalam penanganan kasus.

9) Melaksanakan monitoring dan evaluasi, serta menyusun rencana tindak lanjut

10)Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan secara berkala. Laporan disampaikan kepada masyarakat sebagai pemanfaat layanan dan pemberi dukungan, serta kepada para ahli lainnya

2) Jadwal Kegiatan PATBM

Lembar Kerja Menyusun Jadwal Kegiatan

Setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk membuat jadwal kegiatan, persiapan kegiatan, tema kegiatan, sasaran kegiatan dan surat undangan.

Fasilitator membagikan lembar tugas, plano dan spidol besar. Kelompok Pertama

Desa BK memdapatkan bantuan dana kampanye PATBM dari sebuah perusahaan minuman di desanya. Nilai bantuan dari perusahaan adalah 60 juta rupiah. Aktivisa PATBM diminta untuk mengembangkan sebuah jadwal kegiatan untuk pendidikan kepada anak-anak usia 10 – 15 tahun di desa tersebut. Buatlah jadwal kegiatan pendidikan kreatif anak selama dua minggu disertai dengan tema Pendidikan kreatif dan jumlah anak yang akan terlibat dalam kegiatan tersebut.

(50)

Kelompok Kedua

Aktivis PATBM bekerjasama dengan Sekolah Menengah Kejuruan di Kelurahan Halim. Kepala sekolah meminta aktivis PATBM dari kelurahan halim untuk mengisi kegiatan pelatihan PABTM untuk anak sekolah menengah kejuruan selama 2 hari. Buatlah jadwal pelatihan PATBM untuk siswa SMK selama dua hari beserta tema PATBM yang akan diberikan selama pelatihan.

Kelompok Ketiga

KPPPA memberikan bantuan kampanye ke Desa Tonu senilai 20 juta. Aktivis PATBM Desa Tonu diminta untuk menyusun jadwal kegiatan yang menunjung pelaksanaan PATBM. Kegiatan ini harus melibatkan seluruh warga dan pihak-pihak terkait di Desa Tonu seperti toga dan toma. Aktivis berunding dan menyusun jadwal kampanye kegiatan PATBM untuk 3 hari.

Kelompok Keempat

Forum anak di kelurahan Madya berniat akan membuat kegiatan kampanye perlindungan anak bagi bapak-bapak di kelurahan Madya. Dana untuk kampanye yang melibatkan bapak-bapak di kelurahan Madya senilai 30 juta dan berasal dari bantuan tokoh ada di kelurahan Madya. Buatlah jadwal kegiatan, tema dan jumlah perserta yang akan mengikuti kegiatan kampanye perlindungan anak-anak di kelurahan Madya.

3) Mobilisasi Anak-anak, Orangtua dan Masyarakat

Fasilitator membagikan lembar tugas, plano dan spidol besar

Tuliskan dalam kolom berikut ini strategi dan langkah-langkah mobilisasi yang melibatkan Anak-anak, Orangtua dan Masyarakat.

Kolom dapat ditambahkan jika diperlukan.

Komponen Anak-anak Orangtua Masyarakat

Strategi yang dipilih

Langkah-langkah mobilisasi

(51)

4) Mencari Sumber-sumber Informasi

Fasilitator membagikan lembar tugas, plano dan spidol besar.

Tuliskan dalam kolom berikut ini daftar kebutuhan mendapatkan sumber informasi dan kegunaan sumber informasi.

Kosongkan jika belum ada informasi.

Jenis Informasi Sasaran Informasi Bentuk Informasi Asal Informasi Pendidikan

- Pola Asuh

Orangtua yang masih memiliki anak usia 10 tahun ke bawah

Penyuluhan dan pembagian buku tentang pola asuh.

Narasumber : Aktivis PATBM

25 Buku pola asuh dari donator desa.

……… ……… ………. ……….

5) Mencatat dan Mendokumentasikan Kegiatan

Fasilitator membagikan lembar tugas, kertas HVS dan pena. Jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Sebutkan 5 hal penting dalam pencatatan dan pendokumentasian kegiatan PATBM. 2. Apa saja tantangan dalam pendokumentasian kasus?

3. Mintalah beberapa peserta secara sukarela menjawab pertanyaan no 1 dan no 2

4. Buatlah contoh lembar pencatatan beberapa kegiatan PATBM yang berlangsung di desa atau kelurahan dimana PATBM terlaksana.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III DIPA diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.. Tanggung jawab terhadap penggunaan anggaran

Kadar bilirubin dalam serum dipengaruhi oleh metabolisme hemoglobin, fungsi hepar dan kejadian-kejadian pada saluran empedu. Apabila destruksi eritrosit bertambah, maka

Kegiatan Peningkatan Kapasitas jaringan Kelembagaan Perlindungan Anak terpadu Berbasis Masyarakat ( PATBM ) (16….)F. Kegiatan Fasilitasi Pusat Layanan

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR KONSULTASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JERUK MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN NETWORK BERBASIS WEB Oleh I Wayan Santika Jurusan Pendidikan Teknik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh, sehingga pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat dan timbul gejalanya.. •

Berdasarkan hasil kuliah kerja magang pada kantor kas bank Jombang Peterongan merupakan store yang memiliki lokasi stategis karena dekat dengan pasar,

Ada beberapa persyaratan umum yang harus dilakukan pada proses pemotongannya diantaranya: menggunakan pahat potong yang standar geometrinya, pemasangan